Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk ginjal yang diakibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih cfu/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 cfu/ml atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala. Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan: a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena infeksi hematogen. b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi. c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu. Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap

infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai antibakteri. Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri. Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami peningkatan risiko infeksi.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan diatas maka ada beberapa permasalahan yang akan dibahas diantaranya: 1. Bagaimana karakteristik bakteri Pseudomonas aeruginosa sebagai penyebab infeksi saluran kemih ? 2. Bagaimana cara mendiagnosis bakteri Pseudomonas aeruginosa? 3. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik bakteri Pseudomonas aeruginosa sebagai penyebab infeksi saluran kemih. 2. Mengetahui cara mendiagnosis infeksi saluran kemih yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa. 3. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa.

1.4 Manfaat Penulisan Manfaat penulisan makalah ini adalah : 1. Memahami karakteristik bakteri Pseudomonas aeruginosa sebagai penyebab infeksi saluran kemih. 2. Memahami cara mendiagnosis infeksi saluran kemih yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa. 3. Memahami cara pencegahan dan pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif batang, dengan ukuran 0,5 -1,0 x 3,0 -4,0 um. Umumnya mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat menfermentasikan karbohidrat. Pada uji biokimia, bakteri ini menghasilkan hasil negatif pada uji indol, Merah Metil, dan Voges-Proskauer. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler Struktur dinding sel sama dengan famili Enterobacteriaceae. Strain yang diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai phili untuk perlekatan pada permukaan sel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap fagositosis. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadangkadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang sesuai, bakteri ini akan menghasilkan pigmen nonfluoresen berwarna kebiruan, piosianin. Beberapa strain Pseudomonas juga mampu menghasilkan pigmen fluoresen berwarna hijau, yaitu pioverdin. Pseudomonas aeruginosa memproduksi katalase, oksidase, dan amonia dari arginin. Bakteri ini dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya.

Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Bacteria : Proteobacteria : GammaProteobacteria : Pseudomonadales : Pseudomonadaceae : Pseudomonas : Pseudomonas aeruginosa

P.aeroginosa tumbuh baik pada suhu 3-42C. Tumbuh pada suhu 42C membantu membedakan spesies ini dari spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragi karbohidrat, tetapi banyak strain yang mengoksidasi glukosa. Pseudomonas aeruginosa merupakan organisme yang sangat mudah beradabtasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber nitrogen. Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk mentolerir keadaan alkalis, juga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman vibrio. Meskipun pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara anaerob. Pseudomonas aeruginosa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan piosianin yang berguna sebagai

suatau pigmen yang larut dalam kloroform dan fluoresen yang merupakan pigmen yang larut dalam air.

2.1.1 Patogenesi Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah pili, yang melekat dan merusak membran basalis sel yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan fagositosis. Suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipasa, kolagenasa dan elastasa dan flagel untuk membantu pergerakan. Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein eukariota. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri gram negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Psiosianin merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan penting sebagai

penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa. Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III. Secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.

2.1.2

Antigen Pseudomonas aeruginosa Pili (fimbriane) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan dari penderita penyakit fibrosis kistik. Lipopolisakarida,yang terdapat daam berbagai imunotipe,bertanggung jawab untuk kebanyakan sifat endotoksik organisme itu. P. aeruginosa dapat ditentukan tipenya berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin).

Kebanyakan solat P. aeruginosa dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstrasel,termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin: suatu fosfolipase C yang tidak tahan panas dan suatu glikolipid yang tahan panas. Banyak strain P. aeruginosa menghasilkan eksotoksin A,yang menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikkan dalam bentuk murni.Toksin ini menghambat sintesis protein dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria, meskipun struktur kedua toksin itu tidak sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam serum beberapa manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi P. aeruginosa yang berat.

2.1.3

Infeksi yang Ditimbulkan Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; desinfektan, alat bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. Penyebaran Pseudomonas aeruginosa melalui aliran udara, air, tangan tercemar, penanganan dan alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Selain itu, dapat juga lewat hewan (lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. P. aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Suatu penelitian di unit perawatan intensif neonatus menyatakan bahwa P. aerugonisa paling sering membentuk koloni di saluran

pernapasan dan saluran cerna. Hal ini terutama dijumpai pada bayi prematur oleh karena pH lambung sering tinggi sehingga mendukung pertumbuhan bakteri. Penyebaran terjadi dari pasien ke pasien lewat tangan karyawan rumah sakit, melalui kontak langsung dengan reservoir, atau lewat pencernaan makanan dan minuman yang terkontaminasi. P. aerugonisa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan

anestesi dan terapi pernapasan , cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Endoskopi, termasuk bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering dihubungkan dengan berjangkitnya infeksi nosokomial. Suatu penelitian di AS membuktikan bawa dari 414 pasien yang menjalani prosedur bronkoskopi didapati 9,4% infeksi saluran napas atas dan bawah serta infeksi lewat aliran darah, dan pada 66,7% dari infeksi tersebut didapati P. aerugonisa sesudah dilakukan kultur. Karena merupakan patogen nosokomial maka metode untuk mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial lainnya. Kemampuannya untuk tumbuh subur dalam lingkungan yang basah menuntut perhatian khusus pada bak cuci, bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah yang lain. Untuk mencegah terkontaminasinya

kolam renang umum, dilakukan klorinasi terhadap air kolam renang, menghindari lantai kolam renang yang kasar untuk mengurangi gesekan pada kulit, dan membersihkan lantai kolam renang beserta saluran air menggunakan senyawa ammonium quaternium diikuti penggunaan ozone untuk memecah biofilm. Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan terhadap piosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap spesies Pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara ekperimental pada penderita leukimia, luka bakar, fibrosis kistik, dan imunosupresi.

2.2 Diagnosis Laboratorium untuk Pseudomonas aeruginosa Untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih, bahan pemeriksaan diambil dari urin, pus, apus luka, darah, liquor, jaringan yang rusak, sputum atau dengan perbenihan biakan. Bahan pemeriksaan kultur urin dapat berupa urin tengah atau urin punksi. Sampel urin yang sudah diambil, harus segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa, maka sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam format. Jika cara pengambilan atau pengiriman bahan urin tidak memenuhi persyaratan urin sebaiknya di ambil pada waktu pagi hari. Perbenihan yang dipakai untuk pemeriksaan bahan urin yaitu lempeng agar darah, lempeng agar endo, gulu-gula dan reaksi biokimia lainnya. Untuk menanam di lempeng agar darah dan lempeng agar endo dengan sengkelit berdiameter 9mm secara aseptik urin diambil kemudian ditanam pada media tersebut masing-masing 1 sengkelit. Lempeng agar darah untuk melihat pertumbuhan staphylococcus Sp dan streptococcus Sp. Sedangkan lempeng agar endo untuk melihat pertumbuhan kuman enterik yaitu Escherichia coli, Enterobacter, Klebsiella, Proteus, dan Pseudomonas aeruginosa. Media

lempeng agar darah dengan lempeng agar endo di inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil dari kedua media tersebut tumbuh beberapa koloni sehingga koloni yang tumbuh harus di perhatikan dan di teliti. Sifat dari koloni tersebut di antaranya a. Besar, kecil atau halus b. Kering, basah atau mukoid c. Berpigmen atau tidak d. Hemolisa atau tidak Ditemukan kuman pada urin punksi berarti menunjukan adanya infeksi. Pada urin tengah, penentuan jumlah kuman per milimeter urin sangat penting karena selain dapat dipakai untuk menilai hasil terapi juga sangat berperan dalam menentukan ada tidaknya infeksi.ketentuan tersebut adalah sebagai berikut ; a. Jumlah kuman < 20.000/mL urin di anggap sebagai akibat kontaminasi bukan karena infeksi b. Jumlah kuman antara 20.000 100.000/mL urin dianggap meragukan c. Jumlah kuman 100.000 atau lebih/mL urin merupakan petunjuk adanya infeksi. Dari tiap macam koloni kuman yang tumbuh yang memenuhi syarat seperti tersebut diatas ditanamkan bila dari lempeng agar darah ke dalam tabung agar darah. Sedangkan koloni dari lempeng agar endo pada agar TSA. perbenihan ini kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Keesokkan harinya di amati pertumbuhannya kemudian dibuat pewarnaan Gram. Dengan pewarnaan Gram dan dengan melihat sifat-sifat koloninya dalam lempeng agar darah maka dapat ditentukan jenisnya. Sedangkan dari TSA kemudian ditanam pada deretan biokimia (deret gula-gula lengkap). Setelah dilakukan pewarnaan Gram dan deretan biokimia maka dari tabung agar darah dan dari TSA dilakukan tes kepekaan terhadap antibiotik sesuai dengan cara yang telah ditentukan kirby Bauer. Hasil dari tes kepekaan yaitu resisten.

10

Bahan pemeriksaan lainnya seperti LCS dilakukan pewarnaan Gram dahulu, dengan hasil gram negatif batang. Kemudian diisolasi pada agar darah, Mc Conkey, dan pseudomonas agar kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Dengan hasil koloni pada agar darah bulat, putih abu, cembung, hemolisis. Pada Mc Conkey tidak swarming karena dihambat oleh garam empedu. Sedangkan pada pseudomonas agar bulat, putih, cembung, pigmen hijau. Kemudian dilakukan uji biokimia atau deret gula-gula lengkap.

Hasil deret gula-gula lengkap untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa Gula-gula Semi solid Glukosa Laktosa Manit Maltosa Sukrosa Urea TSIA Indol Metil red Voges proskuer Simon sitrat Hasil Positif +/Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Merah/kuning H2S negatif Negatif Negatif Negatif Positif

11

koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar

2.3 Pencegahan dan Pengobatan Infeksi saluran kemih Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi. Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril/ aseptis yang dilakukan oleh setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung jawab. Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen. Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.

12

1. Antibiotika Oral a. Sulfonamida Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah. b. Cephaloporin Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol. c. Tetrasiklin Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial. d. Nitrofurantoin Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang. e. Azithromycin Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial. 2. Antibiotika Parenteral a. Penicillin
13

Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari. b. Cephalosporin Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk

mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen. c. Imipenem/silastatin Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500 mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam. d. Aztreonam Obat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.

14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 KESIMPULAN 1. Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri gram negatif batang, dengan ukuran 0,5 -1,0 x 3,0 -4,0 um. Umumnya mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Pseudomonas aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; desinfektan, alat bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati. 2. Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan bahan pemeriksaan urin, pus, apus luka, darah, liquor, jaringan yang rusak, sputum atau dengan perbenihan biakan. 3. Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi. Upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi.

1.2 SARAN Semoga untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan kebersihan pribadi tiap tiap individu sehingga dapat terhindar dari infeksi saluran kemih.

15

DAFTAR PUSTAKA ringga. 2008. Identifikasi bakteri pseudomonas aeruginosa. [Jurnal Online PDF].http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123. pdf. Diunduh pada 29 maret 2013.

Natalia, lia. 2008. Identifikasi bakteri pseudomonas aeruginosa. [Jurnal Online PDF]. http://repository.unand.ac.id/17374/1/skripsi_ringga.pdf.Diunduh

pada 29 maret 2013.

Anonim.2008.pseudomonas_aeruginosa.http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/3507/3/05010683.pdf. Diunduh pada, 29 Maret 2013.

Kurniati, Iis. Dan Asep Dermawan. 2012. Penuntun dan Jurnal Praktikum Media dan Reagensia. Bandung: Poltekkes Bandung Jurusan Analis Kesehatan.

Staff pengajar fakultas kedokteran universitas indonesia. 1994.mikrobiologi kedokteran.Jakarta:bunarupa aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai