1.
Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau normanorma yang ada. Contoh: tindakan nonconform - membolos atau meninggalkan pelajaran pada jam-jam sekolah, - merokok di area di larang merokok, - membuang sampah bukan di tempat yang semestinya, dan sebagainya.
3. Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturanaturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Tindakan kriminal yang sering kita temui itu misalnya: pencurian, perampokan, pembunuhan, korupsi, perkosaan, dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya, baik yang tercatat di kepolisian maupun yang tidak karena tidak dilaporkan oleh masyarakat, tetapi nyata-nyata mengancam ketenteraman masyarakat.
Kedua, secara absolut atau mutlak. Definisi perilaku menyimpang berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dahulu, serta berlaku tanpa terkecuali, untuk semua warga masyarakat. Kelompok absolutis berasumsi, bahwa aturan-aturan dasar dari suatu masyarakat adalah jelas dan anggota-anggotanya harus menyetujui tentang apa yang disebut sebagai menyimpang dan bukan.
Ketiga, secara reaktif. Perilaku menyimpang berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang dilakukan seseorang. Artinya, apabila ada reaksi dari masyarakat atau agen kontrol sosial dan kemudian mereka memberi cap atau tanda (labeling) terhadap si pelaku, maka perilaku itu telah dicap menyimpang, demikian pula si pelaku juga dikatakan menyimpang. Menurut Becker (dalam Clinard dan Meier, 1989: 5), penyimpangan adalah sesuatu akibat yang kepada siapa cap itu telah berhasil diterapkan; perilaku menyimpang adalah perilaku yang dicapkan kepadanya atau orang lain telah memberi cap kepadanya.
Keempat,
secara normatif. Sudut pandang ini didasarkan atas asumsi, bahwa penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial.
sos. yang ada tdk memuaskan pihak ttt, karena tdk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. 2. Norma sos. yg ada kurang jelas perumusan nya, shg menimbulkan aneka penafsiran/ penerapannya 3. Dalam masy terjadi konflik antara peran-peran yang dipegang warga 4. Tdk mungkin untuk mengatur kepentingan semua warga masy
1. Individu tdk mendapatkan sosialisasi yg cukup memadai 2. Kontrol sosial yang lemah 3. Sanksi yang relatif ringan 4. Menyimpang itu menguntungkan
2. Teori Belajar atau Teori Sosialisasi Teori ini menyebutkan bahwa penyimpangan perilaku adalah hasil dari proses belajar. Salah seorang ahli teori belajar yang banyak dikutip tulisannya adalah Edwin H. Sutherland (dalam Atmasasmita, 1992:13). Ia menamakan teorinya dengan Asosiasi Diferensial. Menurut Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang,
2.
3.
Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari. Ini berarti bahwa penyimpangan bukan diwariskan atau diturunkan, bukan juga hasil dari intelegensi yang rendah atau karena kerusakan otak. Perilaku menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang-orang lain dan melibatkan proses komunikasi yang intens. Bagian utama dari belajar tentang perilaku menyimpang terjadi di dalam kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab. Sedangkan media massa, seperti TV, majalah atau koran, hanya memainkan peran sekunder dalam mempelajari penyimpangan.
4.
5.
6.
Hal-hal yang dipelajari di dalam proses terbentuknya perilaku menyimpang adalah : (a) teknis-teknis penyimpangan, (b) petunjuk-petunjuk khusus tentang: motif, dorongan, rasionalisasi dan sikapsikap berperilaku menyimpang. Petunjuk-petunjuk khusus tentang motif dan dorongan untuk berperilaku menyimpang itu dipelajari dari definisidefinisi tentang norma-norma yang baik atau tidak baik. Seseorang menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih menguntungkan
7.
8.
9.
Terbentuknya asosiasi diferensial itu bervariasi tergantung dari: frekuensi, durasi, prioritas dan intensitas. Proses mempelajari penyimpangan perilaku melalui kelompok yang memiliki pola-pola menyimpang atau sebaliknya, melibatkan semua mekanisme yang berlaku di dalam setiap proses belajar. Meskipun perilaku menyimpang merupakan salah satu ekspresi dari kebutuhan dan nilainilai masyarakat yang umum, tetapi penyimpangan perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan dan nilai-nilai umum tersebut. Karena perilaku yang tidak menyimpang juga sebagai ekspresi dari nilai-
3. Teori Labeling (Teori Pemberian Cap/Teori Reaksi Masyarakat) Becker, salah seorang pencetus teori labeling (dalam Clinard & Meier, 1989:92) mendefinisikan penyimpangan sebagai
suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar
Melalui definisi itu dapat ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang, atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan.
4. TEORI KONTROL
Salah satu ahli yang mengembangkan teori Kontrol ini adalah Hirschi (1969, dalam Atrmasasmita, 1992). Beberapa proposisi teoritisnya, yaitu:
2) Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau perilaku kriminal, merupakan bukti kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap konform, seperti: keluarga, sekolah atau institusi pendidikan dan kelompok-kelompok dominan lainnya; 3) Setiap individu seharusnya belajar untuk konform dan tidak melakukan tindakan menyimpang atau kriminal; 4) Kontrol internal lebih berpengaruh dari pada kontrol eksternal.
LANJUTAN
LANJUTAN
Masih berdasarkan proposisi Hirschi, kurang lebih ada empat unsur utama di dalam kontrol sosial yang internal, yaitu: 1) attachement (kasih sayang); 2) commitment (tanggung jawab), 3) involvement (keterlibatan atau partisipasi), 4) believe (kepercayaan/keyakinan). Keempat unsur tersebut dianggap merupakan social bonds yang berfungsi
5. TEORI KONFLIK