Anda di halaman 1dari 6

BAB 4 PEMBAHASAN Pada tanggal 19 Agustus 2012 Tn. S, Pasien datang ke IGD RS.

Muhammadiyah Lamongan dengan keluhan sesak mendadak, sesak dirasakan sejak pukul 12.00, sebelumnya pasien tidak pernah merasakan sesak. Selain sesak pasien juga mengeluhkan Demam sejak 2 minggu terakhir, setelah panas badan pasien mengeluhkan sesak. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, batyuk berdahak berwarna putih bening kental sejak seminggu terakhir. Selain batuk, pasien juga mengeluhkan malam hari sering mengalami keringat dingin.nafsu makan pasien menurun sejak 2 minggu belakangan ini. Muntah (-),nyeri tenggorokan (-), mimisan (-),pusing (-), kejang (-), pilek (-), suara mengi (-), sariawan (-), panas (-), bisa kentut, BAB BAK teratur dan tidak ada keluh Keluhan utama pada pasien ini menunjukkan gejala yang khas pada Efusi pleura karena dari pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas yang menurun didaerah pulmo lobus sinistra. Selain itu pada fremitus takti suara nafas pada pasien ini juga menurun.dari gambaran chext x-ray juga didapatakna gambaran hipoluscen. Efusi pleura adalah suatu keadaan terdapatnya cairan di didalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena. Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

47

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan leh peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks. Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik dialisis peritoneum, hipoalbumin oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks. Pada pasien ini tidak didapatkan batuk menahun dan tidak ada riwayat trauma. Pasien hanya mengeluhkan demam selama 2 minggu terakhir selain itu pasien juga merasakan sesak 3 hari terakhir. Setelah dilakukan chest x ray didapatkan gambaran hipoluscen pada pulmo lobus sinistra. Serta suara nafas paru normal pada lobus sinistra yang menurun. Pada perkusi lobus sinistra juga didapatkan suara redup, sedangklan pada paru kanan normal. Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik dialisis peritoneum, hipoalbumin oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks. Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga merubah sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan

ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudatva yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit (amuba, paragonimiosis, ekinokokkus), jamur, pneumonia atipik (virus, mikroplasma,fever, legionella),
48

keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis reumatoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi.

Pada kasus ini pasien dalah seorang


49

1. Pada pemeriksaan fisik biasnya tampak sesak, berat ringannya tergantung dari kecepatan udara yang masuk. Penderita tampak sakit mulai ringan sampai berat. Badan tampak lemah dan dapat disertai syok. Bila pneumotoraks baru terjadi penderita berkeringat dingin. Pada pemeriksaan fisik toraks ditemukan : Inspeksi : - Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit. - Pasien nampak sesak - Paien bernafas menggunakan otot bantu nafas Palpasi melebar - Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat - Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit. Perkusi : - Suara ketok pada sisi sakit, redup sampai timpani dan tidak menggetar - Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi. Auskultasi : - Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang. 1.5.1 Penatalaksanaan Efusi Pleura tergantung dari jenis pefusi pleura, : - Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau

derajat kolaps, berat ringan gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi. Pada kasus ini dilakukan tindakan dekompresi yaitu membuat hubungan pleura dengan

50

dunia luar dengan melakukan dekompresi di igd, torakosintesis di ruangan.

sedangkan dilakukan

Torakosintesis adalah cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaan sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomer 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari pada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menyebabkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.

Gambar 7. Torakosintesis
51

Komplikasi lain torakosintesis adalah : pneumotoraks (ini yang paling sering udara masuk melalui jarum), hemotoraks (karena trauma pada pembuluh darah interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi. Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini terjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien dibaringkan pada sisi kiri di bagian bawah, posisi kepala lebih rendah dari leher, sehingga udara tersebut dapat terperangkap di atrium kanan

52

Anda mungkin juga menyukai