Anda di halaman 1dari 3

GLANDULA LAKRIMALIS Lapisan air mata terdiri dari 3 lapisan (Maksum, 2009): 1. Lapisan Minyak.

Lapisan ini berfungsi untuk melicinkan permukaan mata dan mengurangi penguapan air mata. Lapisan minyak merupakan lapisan terluar yang dihasilkan. 2. Lapisan Air. Lapisan air merupakan lapisan tengah yang dihasilkan oleh sel-sel yang tersebar pada konjungtiva (selaput bening mata). Lapisan ini berfungsi membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing ataupun iritan yang masuk ke dalam mata. 3. Lapisan Lendir. Lapisan ini merupakan lapisan terdalam. Lapisan ini membantu agar air mata tersebar rata pada permukaan mata dan membantu agar mata tetap lembab. 1. GLANDULA LAKRIMALIS UTAMA Alat lakrimal terdiri atas kelenjar lakrimal, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal (Glandula lakrimal) adalah kelenjar penghasil air mata yang terletak dibagian anterior superior termporal dari orbita. Ia terdiri dari atas sejumlah lobus kelenjar terpisah dengan 6-12 duktus ekskretorius yang menghubungkan kelenjar dengan forniks konjungtiva superior (forniks adalah ceruk berlapiskan konjungtiva di antara kelopak dan bola mata). Kelenjar tubuloalveolar yang biasanya memiliki lumen lebar, terdiri atas sel-sel berbentuk kolom jenis serosa, menyerupai sel asinus parotis. Mereka menampakkan granul sekresi pucat dan lamina basal yang memisahkannya dari jaringan ikat di sekitarnya (Junqueira, 1998). 2. GLANDULA LAKRIMALIS TAMBAHAN Dalam Millodot (2009), Dictionary of Optometry and Visual Science , Glandula lakrimal tambahan atau disebut juga aksesori secara histologis identik dengan kelenjar lakrimal utama, tetapi terletak di dalam kelopak mata. Kelenjar ini bertanggung jawab untuk respon basal (tidak refleks) sekresi air mata dan berada di bawah kendali saraf simpatik. Glandula lakrimalis tambahan antara lain (Millodot, 2009):
1. Kelenjar Zeis

Kelenjar zeis termasuk kelenjar sebasea yang mengekresikan substansi lipid. Kelenjar zeis melekat langsung pada folikel bulu mata dan memberikan kontribusi lipid pada lapisan film prekorneal.
2. Kelenjar Meibomian

Merupakan kelenjar sebasea yang terletak di lempeng tarsal kelopak mata. Letaknya sejajar satu sama lain , tegak lurus dengan lid margin, jumlahnya sekitar 25 di bagian atas dan 20 untuk bagian bawahnya. Kelenjar ini mengkontribusikan lipid untuk lapisan terluar film air mata prekorneal untuk mencegah cairan lakrimal menguap. Kelenjar meibom dapat dilihat melalui konjungtiva orang-orang berkulit kekuningan.
3. Kelenjar Moll

Merupakan modifikasi kelenjar keringat yang terletak di daerah sekitar bulu mata. Kelenjar ini mensekresikan substansi berair yang kaya akan protein.
4. Kelenjar Krause

Kelenjar Krause bertugas membasahi konjungtiva dan memiliki struktur yang sama dengan kelenjar lakrimal utama. Letaknya dalam jaringan ikat subkonjungtiva dari forniks, terutama forniks superior. Kelenjar ini membasahi konjungtiva melalui sekitar selusin saluran halus ke dalam kantung konjungtiva.
5. Kelenjar Wofring

Merupakan kelenjar lakrimal aksesori yang terletak di bagian atas kelopak mata di wilayah perbatasan atas dari tarsus.

Gambar 1. Kelenjar Air Mata (Millodot, 2009)

3. ALIRAN AIR MATA Kelenjar-kelenjar air mata terdiri dari kelenjar-kelenjar majemuk, yang terletak pada sudut luar, sebelah atas rongga orbita. Kelenjar-kelenjar itu mengeluarkan air mata yang berada pada pinggir atas dan luar mata, lantas dituangkan ke dalam kantong konjunktiva, dari saluran kelenjar lakrimal. Bila kelopak mata dikedipkan, maka air mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairanitu menguap, sementara selebihnya mengalirkan dari sudut dalam mata menuju saluran lakrimal, kemudian memasuki hidung melalui saluran naso-lakrimal. Aliran air mata bertambah karena adanya zat perangsang (seperti gas air mata misalnya) dan juga karena emosi (Pearce, 2008). Maksum, M.Syukron. 2009. The Power of Air Mata. Yogyakarta: Mutiara Media. Hal.15 Pearce, Evelin C. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia. Hal. 321-322 Junqueira, L.Carlos, Jose Carneiro & Robert O Kelley. 1998. Histologi Dasar. Jakarta: EGC. Hal. 478-479 Millodot, M. 2009. Dictionary of Optometry and Visual Science, 7th edition. London: Butterworth-Heinemann

Anda mungkin juga menyukai