Anda di halaman 1dari 7

Apalagi solusi banjir kita? Yuk kita bikin sendiri Tong Penangkap Air Hujan.

Tong Air Hujan

Gara-gara banjir kemarin semua orang saling cari ide untuk pengurangan banjir. Mulai dari penerusan proyek banjir kanal, pembuatan penangkap air hujan raksasa dalam bawah tanah (deep tunnel) sampai biopori dari IPB. Orang jaman dahulu sebenarnya juga sudah menyadari pentingnya penampungan air hujan, dan hampir semua orang memiliki drum atau tong penangkap air hujan. Sekarang tanah di Jakarta, khususnya di Jakarta Pusat mulai turun sedikit demi sedikit karena kurangnya penahanan tanah akibat dari air yang selalu tersedot dan tidak ada resapan. Bila diteruskan maka gedung-gedung bertingkat di Jl. Sudirman dan sekitarnya bisa roboh kapan saja. Memang gedung-gedung tersebut juga yang menjadi masalah. Mereka mengambil begitu banyak air dan sangat kencang tanpa melakukan regenerasi resapan air dengan sumur resapan yang cukup dan lainnya. Apalagi sekarang tren apartemen di pusat kota semakin menjamur. Bisa dibayangkan apartemen 30 lantai menyedot berapa banyak air.

membuat tong air hujan sendiri

Aksesoris tong air hujan

Lihat keuntungan dan cara pembuatannya lebih lanjut. Kembali ke tong penangkap air hujan. Air hujan itu adalah air yang lebih halus daripada air PAM biasanya dan juga tidak menggunakan klorin dan obat kimia lainnya. Karena itu tanaman pun lebih menerima air hujan dengan baik dibandingkan menyiram dengan air PAM. Makanya kalau diperhatikan, tanaman lebih kelihatan segar setelah tersiram air hujan. Kalau kita hitung secara kuantitatif akan sebagai berikut: Setiap 1 cm curah hujan yang jatuh di area sebesar 40 meter persegi bisa mendapatkan air hujan sebesar 900 liter atau 237 galon air. Bila luas atap rumah kita sebesar 100 meter persegi (atau 2.540 meter persegi) maka kita bisa dapatkan air hujan sebanyak 900 x 2.5 = 2250 liter air hujan untuk setiap 1 cm curah hujan Rata-rata curah air hujan di Jakarta adalah 242 cm per tahun.

Jadi per tahunnya kita bisa menangkap air hujan sebanyak 242 x 2250 yaitu = 544500 liter air hanya dari rumah kita saja. (sama dengan 143,800 galon air). Kalau air galonan kita hargakan 1000 rupiah saja, kita sudah menghemat 143 Juta rupiah. Kalau hal ini kita implementasikan pembuatan tong penangkap air hujan ke 1 juta rumah di Jakarta, maka saya yakin kita bisa mengurangi banjir secara drastis. Anggap saja kita menggunakan tong yang sebesar 50 galon. Maka itupun sudah 50 juta galon air yang tidak ikut ke saluran got kita. Kalau setiap rumah bisa menghitung keperluannya secara maksimal, maka hasilnya akan lebih baik lagi.

Kita bisa taruh 1 tong penangkap air hujan di depan rumah dan 1 di belakang. Peletakan lebih baik agak diatas supaya kalau mau dipakai selang untuk menyiram tanaman air akan lebih mudah mengalir. Cara Beli Buat keran Untuk gambar. Semoga dengan langkah kecil ini kita bisa mengurangi banjir dan tentunya menghemat penggunaan air dan ikut melestarikan lingkungan. Sumber: http://akuinginhijau.wordpress.com/2007/05/14/apalagi-solusi-banjir-kita-bikinsendiri-tong-penangkap-air-hujan/#more-93, 14 Mei, 2007 aksesoris lainnya seperti filter atas tong dan lainnya lihat membuat tong lubang yang dekat Tong agak dengan Penangkap besar, dasar lebih tong, Air baik tapi Hujan yang jangan sangat ada terlalu mudah. tutupnya. bawah. bawah gambar.

Panaskan dengan hair dryer sebentar (agar plastik menjadi agak lunak) sebelum memasang Buat lubang di bagian atas secukupnya agar lubang talang bisa masuk ke dalam tong Kalau Tong terasa kekecilan, tong tersebut bisa saling di koneksi dengan selang seperti pada

Kolam Pengumpul Air Hujan (PAH)


Kolam pengumpul air hujan merupakan kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atas bangunan (rumah, degung perkantoran, atau industri) yang disalurkan melalui talang. Kolam pengumpul air hujan ini sudah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih, seperti di Kabupaten Pidie Propinsi NAD, di Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DI Yogyakarta (Gambar 1dan 2)

Gambar 1. Penampungan Air Hujan di Pidie, NAD

Gambar 2. Penampungan air hujan di Gunung Kidul, DIY.

Kolam pengumpul air hujan ini dapat dibangun atau diletakan di atas permukaan tanah (Gambar 3 dan 4) atau di bawah bangunan / rumah / teras(Gambar 5) yang disesuaikan

dengan ketersediaan lahan. Kolam penampungan yang diletakan di atas permukaan tanah mempunyai berbagai keuntungan seperti mudah dalam mengambil / memanfaatkan airnya (pengalirannya dapat dengan metode gravitasi dan mudah perawatannya.

Gambar 3. Sketsa kolam pengumpul air hujan di atas permukaan tanah

Gambar 4. Sketsa kolam pengumpul air hujan vertikal.

Sketsa kolam tampungan di bawah rumah dan sumur resapan

Metode ini sangat menguntungkan karena minimal selama musim hujan kebutuhan dasar air bersih dapat ditopang dengan bak tandon ini. Dengan cara ini, kantor-kantor pemerintah dan swasta dapat memulai memanen air hujan untuk mengurangi anggaran air bersih dari PDAM selama sektar tujuh bulan (pada musim hujan dan beberapa bulan pada awal musim kemarau). Untuk kompleks-kompleks industri, sangat disarankan untuk menerapkan metode ini.

Kebutuhan air untuk indstri sebagian besar dapat ditopang dengan memakai air hujan. Pada tampungan air hujan dapat didistribusikan pada setiap unit bangunan atau dikonsentrasikan dengan membuat tampungan besar atau danau buatan. Pada daerah beriklim hujan sepanjang sepanjang tahun seperti di beberapa daerah di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi, metode ini sangat menguntungkan. Di kompleks perkantoran pemerintah dan swasta, kompleks sekolah , kompleks perguruan tinggi, kompleks rumah sakit, kompleks perumahan, perhotelan, pertokoan dan lain-lain sangat relevan sekali menerapkan konsep memanen air hujan dengan kolam tandon dan sumur resapan ini. Kebutuhan air untuk keperluan-keperluan di luar air minum dapat dipasok langsung dari air hujan, sedang kebutuhan air minum, mandi dan cuci dapat dipasok dari air hujan dengan pengolahan (treatment) secukupnya terlebih dahulu. Pemerintah dapat mengimbau bahkan mewajibkan pada kompleks-kompleks tersebut untuk melakukan upaya memanen air hujan dengan mengaitkannya dengan pemberian ijin pembangunan atau ijin usaha sealigus dengan memberikan keringanan-keringanan pajak tertentu bagi yang telah melaksanakannya. Di beberapa negara, misalnya Jepang, telah dikembangkan metode memanen air hujan dengan membuat kolam tandon di bawah jalan raya highway. drainase jalan tidak dibuang ke sungai, melainkan ditampung di bawah konstruksi jalan tersebut. Air hujan yang ditampung

dapat dipakai untuk pemeliharaan jalan dan untuk menyuiram tanaman peneduh di sepanjang jalan. apat juga digunakan sebagai air bersih dengan penjernihan yang memadai. Metode ini di Indonesia belum lazim. Ke depan perlu kiranya dipikirkan, disurvey dan diimplementasikan mengingat potensinya cukup besar.

Gambar 5. Sketsa kolam tampungan air hujan pada jalan raya

Sumber:

Agus Maryono dan Edy Nugroho Santoso, 2006. Metode Memanen dan

Memanfaatkan Air Hujan untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai