THT
10.
11.
Selulitis Vestibulitis Rinitis simpleks Rinitis hipertropi Rinitis atrofi Rinitis difteri Rinitis jamur Rinitis tuberkulosa Rinitis sifilis Rinoskleroma Myiasis hidung
SELULITIS HIDUNG
Puncak hidung dan batang hidung perluasan furunkrl pada vestibulum Pemx : hidung bengkak, kemerahan, nyeri hebat Streptokokus, stafilokokus Th/: Antibiotika spektrum luas
VESTIBULITIS
Infeksi kulit vestibulum Kadang2 disertai furunkel pada vestibulum komplikasi yang berbahaya! Penyebab
Iritasi
sekret hidung akibat inflamasi mukosa yang menyebabkan hipersekresisel goblet dan kelenjar seromusinosa Trauma korekan
VESTIBULITIS
Kadang2 disertai furunkel pada vestibulum komplikasi yang berbahaya! Infiltasi kuman furunkel menyebar ke V, fasialis, v. oftalmika dan sinus kavernosus (tidak mempunyai katup) komplikasi tromboplebitis sinus kavernosa Hati-hati memencet jerawat di hidung atau insisi furunkel, kecuali abses Th/: Antibiotika dosis tinggi
RINITIS SIMPLEK
Salesma, common cold, flu Sangat menular Virus (rinovirus) >>, myxovirus, virus coxsackie dan ECHO
Prodromal terjadi bbrp jam gejala : panas, kering dan gatal di hidung, bersin berulang, hidung tersumbat dan ingus encer serta nyeri kepala Bila dengan infeksi sekunder bakteri : ingus mukopurulen Tanda klinis : mukosa cavum nasi merah dan bengkak
RINITIS HIPERTROFI
Gejala : hidung tersumbat, mulut kering , sakit kepala, sekret penuh mukopurulen
Mencari faktor penyebab Mengurangi sumbatan terapi simtomatis : kaustik nitras argenti atau elektrokauter atau pembedahan luksasi konka, frakturisasi konka multipel, konkoplasti atau konkotomi parsial
RINITIS ATROPI
Kronis
Histologi :
Metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel gepeng berlapis/kubik dgn silia hilang, lap.submukosa tipis dan kelenjar berdegenerasi atau atropi
ETIOLOGI
1.
2.
3.
4. 5. 6.
Infeksi kuman spesifik : infeksi Klebsiella ozaena (>>), stafilokokus, streptokokus dan pseudemonas Defisiensi Fe Defisiensi vitamin A Sinusitis kronis Kelainan hormonal Penyakit kolagen termasuk penyakit autoimun
Gejala:
Nafas bau, ingus kental berwarna kehijauan, kerak (krusta) kehijauan, hidung tersumbat, gangguan penghidu, sakit kepala Cavum nasi lapang, konka inferior dan media hipotropi atau atropi,sekret purulen dan krusta kehijauan Histopatologi dari biopsi konka media Mikrobiologi dan uji resistensi kuman CT-Scan sinus paranasalis
Pemx/ hidung:
Pemeriksaan penunjang
Prinsip terapi :
Sesuai
Th/ konservatif
Antibiotika
spektrum luas atau sesuai uji resistensi kuman Obat cuci hidung dengan larutan garam hipertonik. Atau larutan air garam dapur hangat Vit. A 3x50.000 unit dan Fe selama 2 minggu
Terapi operatif:
Terapi
konservatif tidak membaik Operasi penutupan lubang hidung atau menyempitkan lubang hidung dgn implantasi (jabir osteoperiosteal) turbelensi berkurang, sekret (-), inflamasi (-) mukosa normal (2 thn) Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF)
RINITIS DIFTERI
Corynebakterium diphteriae Akut dan kronis Riwayat imunisasi (-) Akut demam,toksemia, limfadenitis dan paralisis otot pernafasan, ingus campur darah, pseudomembran putih, krusta coklat di nares anterior Kronis gejala lebih ringan dan tetap menular Terapi : ADS, penisilin dan isolasi
RINITIS JAMUR
Dapat disertai sinusitis Invasif atau non-invasif Tipe non-invasif
Seperti rinolith (fungus ball), inflamasi mukosa berat Destruksi kartilago dan tulang (-)
Tipe invasif
Hipa jamur di lamina propria, atau bila hipa sampai ke submukosa perforasi septum (hidung pelana)
Aspergilus, candida, histoplasma, fussarium dan mucor Gejala dan tanda klinis :
Sekret mukopurulen, ulkus/ perforasi septum dengan jaringan nekrotik berwarna kehitaman (black eschar)
Terapi:
Non-invasif
mengangkat seluruh jamur anti jamur sistemik dan topikal (-)
Invasif
anti jamur sistemik dan topikal, cuci hidung dan pembersihan hidung secara rutin atau debridemen untuk jar. Nekrotik Rekonstruksi untuk kasus destruksi (+)
RINOSKLEROMA
Penyakit infeksi granulomatosa kronik Klebsiella rhinoscleromatis Indonesia timur : endemis Rekurensi tinggi dan fatal 3 tahap : 1. kataral/ atropi, 2. granulomatosa, 3. jaringan granulasi Diagnosis : gejala klinis, bakteriologis, dan histopatologi(sel mikulicz) Terapi :
antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, cotrimoxasole, siprofloxasin, klindamisin dan sefalosporin) selama 4 minggu- bbrp bulan Operasi mengangkat granulasi dan sikatrik dan memperbaiki deformitas
Tahap kataral/atropi
Seperti gejala rinitis spesifik : ingus purulen berbau dan krusta Berbulan-bulan Tampak massa seperti polip (jar.ikat dan granulasi) Destruksi tulang dan tl rawan hidung pelana Epistaksis Meluas ke nares anterior/ sinus paranasal, nasofaring /faring, saluran nafas bawah Berbulan-bertahun Pergantian jaringan : fibrotik dan sklerotik sal. Nafas sempit
Tahap granulomatosa
RINITIS TUBERCULOSA
TBC ekstrapulmoner Dihubunkan dgn kasus HIV-AIDS Noduler atau ulkus di hidung perforasi Sekret mukopurulen dan krusta, hidung tersumbat BTA sekret hidung (+) dan histologi ( sel datia Langhans dan limfositisis Terapi: OAT dan cuci hidung
RINITIS SIPILIS
Jarang Treponema pallidum Fase Primer / sekunder : gejala serupa rinitis akut danBercak/ bintik pada mukosa Fase tersier : gumma atau ulkus terutama pada septum perforasi Sekret mukopurulen, berbau dan krusta Dx pasti : mikrobiologi dan biopsi Terapi : penisilin dan cuci hidung
ABSES SEPTUM
Gejala : Tersumbat progresif, nyeri hebat di puncak hidung, demam, sakit kepala
Komplikasi : nekrosis tulang rawan septum perforasi septum (hidung pelana) dan ke intrakranial atau septikemia
SINUSITIS
PARANASAL
Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal Klasifikasi sinusitis: berdasarkan konsensus internasional pada International Conference on Sinus Disease - Sinusitis akut: lama penyakit > 7 hari, < 8 minggu episod serangan < 4 kali setahun, setelah terapi optimal mukosa kembali normal - Sinusitis kronis: lama penyakit > 8 minggu, episod serangan > 4 kali setahun, setelah terapi optimal mukosa tetap abnormal.
PATOFISIOLOGI
Daerah ostium sinus ( KOM):mukosa berdekatan satu sama
Sinus maksila ( Antrum High More) paling sering terkena infeksi ok:
sinus
paranasal terbesar ostium sinus terletak di bagian atas muara sinus pada meatus nasi media sempit (kompleks ostiomeatal / KOM ) dasar sinus merupakan dasar akar gigi Sinus frontal paling jarang terkena infeksi ok:
ostium
septum, hipertrofi konka,tumor, benda asing, obstruksi ostiomeatal kompleks,polip, hipertrofi adenoid
rhinitis allergika:
edema
mukosa dan sekret yang banyak merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri perubahan mukosa dan kerusakan silia
polusi lingkungan:
Transiluminasi:
sinus suram pada sinus yang terkena, hanya untuk sinus maksila dan frontal
dengan alat endoskopi melalui melalui fossa kanina atau meatus nasi inferior Foto polos posisi Waters, AP, Lateral CT scan : kecurigaan komplikasi orbita MRI: kecurigaan komplikasi intrakranial
Pemeriksaan penunjang
Pola kuman
Streptococcus pneumoniae 30 - 50 % kasus Hemophylus influenzae 20 - 40 % Staphylococcus epidermis Streptococcus anhemolyticus Moraxella catharaallis Staphylococcus aureus Golongan Pseudomonas Enterobacter aerogenes
SINUSITIS AKUT. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal dengan lama penyakit 7 hari - 8 minggu, episod serangan < 4 kali setahun, setelah terapi optimal mukosa kembali normal. Prevalensi : di bagian THT & IKA RSCM: sinusitis maksila akut 25 % dari kasus infeksi sal. nafas atas, 2 - 3 kali lebih tinggi dari luar negeri.
SINUSITIS AKUT
Radang akut mukosa sinus yang diawali dengan sumbatan osteomeatal kompleks Etiologi :
Rinogen / ISNA : rinitis akut, faringitis akut, adenoiditis akut, tonsilitis akut Dentogen : penjalaranan infeksi gigi rahang atas (M1-3, P1-2)
Kuman penyebab :
streptokokus pneumoni, hemofilus influenza, Branhamella catararrhalis, streptokokus alfa, stafilokokus aureus, streptokokus pyogenes
GEJALA KLINIS
Nyeri, tergantung : - Sinus maxilaris dibawah kelopak mata - Sinus ethmoid dipangkal hidung dan kantus medius - Sinus frontalis didahi/seluruh kepala - Sinus sphenoid di vertex occipitalis, belakang mata dan mastoid Hidung tersumbat Sekret/ingus kental
PEMERIKSAAN FISIK
Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior Naso-endoskopi Pus di meatus medius ( sinusitis maksila, ethmoid dan frontal) atau di meatus superior ( sinusitis ethmoid posterior dan sfenoid), Mukosa edema dan hiperemi
PENATALAKSANAAN
Tujuan : mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronis Prinsip terapi : membuka sumbatan di KOM draenase dan ventilasi sinus pulih secara alami Decongestan oral atau topikal : pilihan utama Antibiotika 10-14 hr :
Analgetik mukolitik Operatif irigasi sinus maksilaris Diatermi memperbaiki vaskularisasi sinus
SINUSITIS KRONIS
Peradangaan mukosa hidung dan sinus paranasal lebih dari 8 minggu Keluhan: - rinore kental dan lama - obstruksi nasi - post nasal drip, batuk, ganguan tenggorok, gangguan telinga - gejala sistemik tidak jelas Pemeriksaan: Rinoskopi anterior: - sekret purulen di kavum nasi, meatus nasi media - kadang disertai polip - adanya faktor predisposisi: deviasi septi, hipertrofi adenoid, kelainaan kompleks osteomeatal
Terapi: Penanganan sesuai dengan kelainan / faktor predisposisi yang ditemukan,seperti deviasi septum, adenoid hipertrofi, Medikamentosa: bila tidak ditemukan faktor predisposisi.
Antibiotik: untuk kuman anaerob dan gram negatif. Antibiotik digunakan sebagai terapi awal, seperti pada sinusitis akut Dekongestan oral dan topikal Antihistamin : tidak rutin mukolitik Kortikosteroid topikal dan oral
Tindakan operatif: - Indikasi tindakan operatif: - pengobaatan medikamentosa tidak berhasil - adanya kelainan mukosa menetap - Jenis tindakan yang dikerjakan: - Antrostomi meatus nasi inferior - Caldwell -Luc - Bedah Sinus Endoskopik Fungsional Komplikasi: - Osteomyelitis & abses subperiostal - Kelainan pada orbita - Kelainan intrakranial - Kelainan pada paru
SINUSITIS DENTOGEN
Kasus terbanyak Gejala :hidung tersumbat, nyeri pada muka, ingus purulen, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesa pada anak, sakit kepala, anosmia, halitosis, kadang disertai demam dan lesu Diagnosis : anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang Terapi sesuai dengan sinusitis akut/kronis dan perlu perawatan gigi sebagai sumber infeksi
SINUSITIS JAMUR
Infeksi jamur pada sinus paranasalis Kejadian meningkat mengikuti peningkatan penggunaan antibiotika dan steroid, obat imunosupresan dan radioterapi Predisposisi faktor : HIV-AIDS, DM, neutropenia Aspergilus spp, candida spp Waspada gejala : sinusitis unilateral, tidak membaik dengan terapi antibiotika, kerusakan tulang dinding sinus atau saat irigasi antrum : membran putih keabuan Invasif dan non-invasif 2 tipe invasif: invasif akut fulminan dan invasif kronik indolen
PENATALAKSANAAN
Sinusitis invasif
pembedahan,
debridemen, anti jamur sistemik dan pengobatan penyakit primer OBAT DASAR : amfoterisin B, rifamfisin atau flusitosin
Misetoma hanya terapi bedah untuk membersihkan massa jamur, menjaga draenase dan ventilasi sinus