Anda di halaman 1dari 45

Dr. GUSTI AYU TRISNA ARYANI,Sp.

THT

PENYAKIT INFEKSI HIDUNG, SINUSITIS DAN PENATALAKSANAAN

PENYAKIT INFEKSI HIDUNG


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.
11.

Selulitis Vestibulitis Rinitis simpleks Rinitis hipertropi Rinitis atrofi Rinitis difteri Rinitis jamur Rinitis tuberkulosa Rinitis sifilis Rinoskleroma Myiasis hidung

SELULITIS HIDUNG
Puncak hidung dan batang hidung perluasan furunkrl pada vestibulum Pemx : hidung bengkak, kemerahan, nyeri hebat Streptokokus, stafilokokus Th/: Antibiotika spektrum luas

VESTIBULITIS
Infeksi kulit vestibulum Kadang2 disertai furunkel pada vestibulum komplikasi yang berbahaya! Penyebab

Iritasi

sekret hidung akibat inflamasi mukosa yang menyebabkan hipersekresisel goblet dan kelenjar seromusinosa Trauma korekan

VESTIBULITIS
Kadang2 disertai furunkel pada vestibulum komplikasi yang berbahaya! Infiltasi kuman furunkel menyebar ke V, fasialis, v. oftalmika dan sinus kavernosus (tidak mempunyai katup) komplikasi tromboplebitis sinus kavernosa Hati-hati memencet jerawat di hidung atau insisi furunkel, kecuali abses Th/: Antibiotika dosis tinggi

RINITIS SIMPLEK

Salesma, common cold, flu Sangat menular Virus (rinovirus) >>, myxovirus, virus coxsackie dan ECHO

Faktor pencetus : daya tahan tubuh menurun

Prodromal terjadi bbrp jam gejala : panas, kering dan gatal di hidung, bersin berulang, hidung tersumbat dan ingus encer serta nyeri kepala Bila dengan infeksi sekunder bakteri : ingus mukopurulen Tanda klinis : mukosa cavum nasi merah dan bengkak

PENATALAKSANAAN RINITIS SIMPLEKS


Terapi spesifik (-) Istirahat Terapi simtomatis : analgetik/antipiretik dan decongestan Antibiotika infeksi sekunder

RINITIS HIPERTROFI

Perubahan mukosa konka inferior karena inflamasi kronis

Penyebab infeksi primer atau sekunder atau non infeksi


yaitu lanjutan rinitis alergi dan vasomotor

Gejala : hidung tersumbat, mulut kering , sakit kepala, sekret penuh mukopurulen

Pemx/ THT : konka hipertropi terutama konka inferior,

permukaan berbenjol-benjol, cavum nasi sempit, sekret


mukopurulen

PENATALAKSANAAN RINITIS HIPERTROPI


Mencari faktor penyebab Mengurangi sumbatan terapi simtomatis : kaustik nitras argenti atau elektrokauter atau pembedahan luksasi konka, frakturisasi konka multipel, konkoplasti atau konkotomi parsial

RINITIS ATROPI

Kronis

Atropi progresif pada mukosa dan tulang konka


Wanita>>, sosek rendah dan sanitasi lingkungan buruk

Histologi :

Metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel gepeng berlapis/kubik dgn silia hilang, lap.submukosa tipis dan kelenjar berdegenerasi atau atropi

ETIOLOGI
1.

2.

3.
4. 5. 6.

Infeksi kuman spesifik : infeksi Klebsiella ozaena (>>), stafilokokus, streptokokus dan pseudemonas Defisiensi Fe Defisiensi vitamin A Sinusitis kronis Kelainan hormonal Penyakit kolagen termasuk penyakit autoimun

Gejala:

Nafas bau, ingus kental berwarna kehijauan, kerak (krusta) kehijauan, hidung tersumbat, gangguan penghidu, sakit kepala Cavum nasi lapang, konka inferior dan media hipotropi atau atropi,sekret purulen dan krusta kehijauan Histopatologi dari biopsi konka media Mikrobiologi dan uji resistensi kuman CT-Scan sinus paranasalis

Pemx/ hidung:

Pemeriksaan penunjang

PENATALAKSANAAN RINITIS ATROFI

Prinsip terapi :
Sesuai

etiologi secara konservatif atau pembedahan

Th/ konservatif
Antibiotika

spektrum luas atau sesuai uji resistensi kuman Obat cuci hidung dengan larutan garam hipertonik. Atau larutan air garam dapur hangat Vit. A 3x50.000 unit dan Fe selama 2 minggu

Terapi operatif:
Terapi

konservatif tidak membaik Operasi penutupan lubang hidung atau menyempitkan lubang hidung dgn implantasi (jabir osteoperiosteal) turbelensi berkurang, sekret (-), inflamasi (-) mukosa normal (2 thn) Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF)

RINITIS DIFTERI
Corynebakterium diphteriae Akut dan kronis Riwayat imunisasi (-) Akut demam,toksemia, limfadenitis dan paralisis otot pernafasan, ingus campur darah, pseudomembran putih, krusta coklat di nares anterior Kronis gejala lebih ringan dan tetap menular Terapi : ADS, penisilin dan isolasi

RINITIS JAMUR
Dapat disertai sinusitis Invasif atau non-invasif Tipe non-invasif

Seperti rinolith (fungus ball), inflamasi mukosa berat Destruksi kartilago dan tulang (-)

Tipe invasif

Hipa jamur di lamina propria, atau bila hipa sampai ke submukosa perforasi septum (hidung pelana)

Aspergilus, candida, histoplasma, fussarium dan mucor Gejala dan tanda klinis :

Sekret mukopurulen, ulkus/ perforasi septum dengan jaringan nekrotik berwarna kehitaman (black eschar)

Terapi:

Non-invasif
mengangkat seluruh jamur anti jamur sistemik dan topikal (-)

Invasif
anti jamur sistemik dan topikal, cuci hidung dan pembersihan hidung secara rutin atau debridemen untuk jar. Nekrotik Rekonstruksi untuk kasus destruksi (+)

RINOSKLEROMA

Penyakit infeksi granulomatosa kronik Klebsiella rhinoscleromatis Indonesia timur : endemis Rekurensi tinggi dan fatal 3 tahap : 1. kataral/ atropi, 2. granulomatosa, 3. jaringan granulasi Diagnosis : gejala klinis, bakteriologis, dan histopatologi(sel mikulicz) Terapi :

antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, cotrimoxasole, siprofloxasin, klindamisin dan sefalosporin) selama 4 minggu- bbrp bulan Operasi mengangkat granulasi dan sikatrik dan memperbaiki deformitas

PERJALANAN PENYAKIT RINOSKLEROMA

Tahap kataral/atropi

Seperti gejala rinitis spesifik : ingus purulen berbau dan krusta Berbulan-bulan Tampak massa seperti polip (jar.ikat dan granulasi) Destruksi tulang dan tl rawan hidung pelana Epistaksis Meluas ke nares anterior/ sinus paranasal, nasofaring /faring, saluran nafas bawah Berbulan-bertahun Pergantian jaringan : fibrotik dan sklerotik sal. Nafas sempit

Tahap granulomatosa

Tahap sklerotik dan sikatrik

RINITIS TUBERCULOSA
TBC ekstrapulmoner Dihubunkan dgn kasus HIV-AIDS Noduler atau ulkus di hidung perforasi Sekret mukopurulen dan krusta, hidung tersumbat BTA sekret hidung (+) dan histologi ( sel datia Langhans dan limfositisis Terapi: OAT dan cuci hidung

RINITIS SIPILIS
Jarang Treponema pallidum Fase Primer / sekunder : gejala serupa rinitis akut danBercak/ bintik pada mukosa Fase tersier : gumma atau ulkus terutama pada septum perforasi Sekret mukopurulen, berbau dan krusta Dx pasti : mikrobiologi dan biopsi Terapi : penisilin dan cuci hidung

ABSES SEPTUM

E/ : Trauma (>>) Trauma hematoma septum abses septum


Infeksi kuman

Gejala : Tersumbat progresif, nyeri hebat di puncak hidung, demam, sakit kepala

Tanda klinis : pembengkakan septum berbentuk bulat dan permukaan licin

Komplikasi : nekrosis tulang rawan septum perforasi septum (hidung pelana) dan ke intrakranial atau septikemia

SINUSITIS

PARANASAL

Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal Klasifikasi sinusitis: berdasarkan konsensus internasional pada International Conference on Sinus Disease - Sinusitis akut: lama penyakit > 7 hari, < 8 minggu episod serangan < 4 kali setahun, setelah terapi optimal mukosa kembali normal - Sinusitis kronis: lama penyakit > 8 minggu, episod serangan > 4 kali setahun, setelah terapi optimal mukosa tetap abnormal.

Multisinusitis : pan sinusitis

Sinusitis ethmoid dan maksila : >>


Sinusitis maksila : antrum Highmore, dekat akar gigi rahang atas gigi sebagai faktor predisposisi sinusitis dentogen Bahaya komplikasi orbital dan intrakranial dan meningkatkan serangan asma yang sulit diobati

PATOFISIOLOGI
Daerah ostium sinus ( KOM):mukosa berdekatan satu sama

lain, bila terjadi edema, mukosa yg berhadapan akan saling


bertemu silia tak dapat bergerak dan lendir tak dapat dialirkan gangguan drainase dan ventilasi sinus maksila dan

frontal aktifitas silia terganggu genangan lendir dan


lendir menjadi lebih kental media yang baik bagi bakteri patogen hipoksia dan retensi lendir bakteri anaerob akan berkembang biak dan terjadi kerusakan silia perubahan jaringan :jaringan polipoid, hipertrofi, polip, kista,

Sinus maksila ( Antrum High More) paling sering terkena infeksi ok:
sinus

paranasal terbesar ostium sinus terletak di bagian atas muara sinus pada meatus nasi media sempit (kompleks ostiomeatal / KOM ) dasar sinus merupakan dasar akar gigi Sinus frontal paling jarang terkena infeksi ok:
ostium

sinus terletak di bagian bawah sinus frontal terbentuk paling akhir

Faktor predisposisi: obstruksi mekanik:


deviasi

septum, hipertrofi konka,tumor, benda asing, obstruksi ostiomeatal kompleks,polip, hipertrofi adenoid

rhinitis allergika:
edema

mukosa dan sekret yang banyak merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri perubahan mukosa dan kerusakan silia

polusi lingkungan:

Transiluminasi:

sinus suram pada sinus yang terkena, hanya untuk sinus maksila dan frontal

Pungsi sinus maksila: keluar pus Sinuskopi:

dengan alat endoskopi melalui melalui fossa kanina atau meatus nasi inferior Foto polos posisi Waters, AP, Lateral CT scan : kecurigaan komplikasi orbita MRI: kecurigaan komplikasi intrakranial

Pemeriksaan penunjang

Pola kuman

Bakteri Gram positif merupakan bakteri dominan


Streptococcus pneumoniae 30 - 50 % kasus Hemophylus influenzae 20 - 40 % Staphylococcus epidermis Streptococcus anhemolyticus Moraxella catharaallis Staphylococcus aureus Golongan Pseudomonas Enterobacter aerogenes

Bakteri Gram negatif


SINUSITIS AKUT. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal dengan lama penyakit 7 hari - 8 minggu, episod serangan < 4 kali setahun, setelah terapi optimal mukosa kembali normal. Prevalensi : di bagian THT & IKA RSCM: sinusitis maksila akut 25 % dari kasus infeksi sal. nafas atas, 2 - 3 kali lebih tinggi dari luar negeri.

SINUSITIS AKUT
Radang akut mukosa sinus yang diawali dengan sumbatan osteomeatal kompleks Etiologi :

Rinogen / ISNA : rinitis akut, faringitis akut, adenoiditis akut, tonsilitis akut Dentogen : penjalaranan infeksi gigi rahang atas (M1-3, P1-2)

Kuman penyebab :

streptokokus pneumoni, hemofilus influenza, Branhamella catararrhalis, streptokokus alfa, stafilokokus aureus, streptokokus pyogenes

GEJALA KLINIS

Nyeri, tergantung : - Sinus maxilaris dibawah kelopak mata - Sinus ethmoid dipangkal hidung dan kantus medius - Sinus frontalis didahi/seluruh kepala - Sinus sphenoid di vertex occipitalis, belakang mata dan mastoid Hidung tersumbat Sekret/ingus kental

PEMERIKSAAN FISIK
Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior Naso-endoskopi Pus di meatus medius ( sinusitis maksila, ethmoid dan frontal) atau di meatus superior ( sinusitis ethmoid posterior dan sfenoid), Mukosa edema dan hiperemi

PENATALAKSANAAN

Tujuan : mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronis Prinsip terapi : membuka sumbatan di KOM draenase dan ventilasi sinus pulih secara alami Decongestan oral atau topikal : pilihan utama Antibiotika 10-14 hr :

Gol. Penicilin Bila resisiten amoxicilin-klavulanat atau sefalosporin generasi ke-2

Analgetik mukolitik Operatif irigasi sinus maksilaris Diatermi memperbaiki vaskularisasi sinus

SINUSITIS KRONIS

Peradangaan mukosa hidung dan sinus paranasal lebih dari 8 minggu Keluhan: - rinore kental dan lama - obstruksi nasi - post nasal drip, batuk, ganguan tenggorok, gangguan telinga - gejala sistemik tidak jelas Pemeriksaan: Rinoskopi anterior: - sekret purulen di kavum nasi, meatus nasi media - kadang disertai polip - adanya faktor predisposisi: deviasi septi, hipertrofi adenoid, kelainaan kompleks osteomeatal

Terapi: Penanganan sesuai dengan kelainan / faktor predisposisi yang ditemukan,seperti deviasi septum, adenoid hipertrofi, Medikamentosa: bila tidak ditemukan faktor predisposisi.

Antibiotik: untuk kuman anaerob dan gram negatif. Antibiotik digunakan sebagai terapi awal, seperti pada sinusitis akut Dekongestan oral dan topikal Antihistamin : tidak rutin mukolitik Kortikosteroid topikal dan oral

Terapi medik tambahan:


Tindakan operatif: - Indikasi tindakan operatif: - pengobaatan medikamentosa tidak berhasil - adanya kelainan mukosa menetap - Jenis tindakan yang dikerjakan: - Antrostomi meatus nasi inferior - Caldwell -Luc - Bedah Sinus Endoskopik Fungsional Komplikasi: - Osteomyelitis & abses subperiostal - Kelainan pada orbita - Kelainan intrakranial - Kelainan pada paru

SINUSITIS DENTOGEN
Kasus terbanyak Gejala :hidung tersumbat, nyeri pada muka, ingus purulen, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesa pada anak, sakit kepala, anosmia, halitosis, kadang disertai demam dan lesu Diagnosis : anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang Terapi sesuai dengan sinusitis akut/kronis dan perlu perawatan gigi sebagai sumber infeksi

SINUSITIS JAMUR

Infeksi jamur pada sinus paranasalis Kejadian meningkat mengikuti peningkatan penggunaan antibiotika dan steroid, obat imunosupresan dan radioterapi Predisposisi faktor : HIV-AIDS, DM, neutropenia Aspergilus spp, candida spp Waspada gejala : sinusitis unilateral, tidak membaik dengan terapi antibiotika, kerusakan tulang dinding sinus atau saat irigasi antrum : membran putih keabuan Invasif dan non-invasif 2 tipe invasif: invasif akut fulminan dan invasif kronik indolen

SINUSITIS JAMUR INVASIF


Akut px/ DM, imunosupresi (leukemia atau neutropenia), steroid lama dan terapi imunosupresan: terjadi invasi ke jaringan dan vaskular merusak dinding sinus, jaringan orbital dan sinus kavernosa, mukosa konka atau septum nekrotik Kronis px/ gangguan imunologis atau metabolik (DM) : progresif invasi ke jaringan orbital/kranial tetapi gambaran klinis lebih ringan daripada akut

SINUSITIS JAMUR NON-INVASIF


Misetoma Kumpulan jamur di rongga sinus dan tanpa invasi ke dalam mukosa dan destruksi tulang (-) Gejala: rinore purulen, post nasal drip dan nafas bau, kadang2 massa jamur di rongga hidung

PENATALAKSANAAN

Sinusitis invasif
pembedahan,

debridemen, anti jamur sistemik dan pengobatan penyakit primer OBAT DASAR : amfoterisin B, rifamfisin atau flusitosin

Misetoma hanya terapi bedah untuk membersihkan massa jamur, menjaga draenase dan ventilasi sinus

Anda mungkin juga menyukai