Anda di halaman 1dari 7

Tugas I

OS 3106 Oseanografi Lingkungan

Regita Prisca 15510003

Program Studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung 2013

Tugas I: Ekosistem Laut Dalam dan Laut Dangkal Ekosistem laut adalah ekosistem yang memiliki salinitas yang tinggi, memiliki perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, dan tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem laut dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan kedalaman perairan. Daerah-daerah tersebut adalah: 1. Daerah litoral Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. 2. Daerah neritic Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. 3. Daerah batial Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. 4. Daerah abisal Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen. Selain berdasarkan kedalaman, ekosistem laut pun dibedakan menjadi beberapa daerah sesuai intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan tersebut. Pembagian itu adalah sebagai berikut. 1. Daerah fotik, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya matahari dengan kedalaman maksimum 200 meter. 2. Daerah twilight, yaitu daerah remang-remang yang tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis dengan kedalaman antara 200 - 2000 meter. 3. Daerah afotik, yaitu daerah yang tidak tembus cahaya matahari sama sekali. Dua video yang ditayangkan pada kuliah oseanografi lingkungan sebelumnya, menggambarkan perbedaan ekosistem laut. Pada video pertama, ditayangkan ekosistem laut fotik (laut dangkal) sedangkan video kedua menayangkan ekosistem laut daerah twilight (laut dalam). Kedua ekosistem ini memliki karakteristik yang berbeda dan dapat dilihat dalam video-video tersebut. Berikut ini penjabaran kedua ekosistem laut yang ada dalam video.

A. Ekosistem laut dangkal Pada zona ini, suhu laut cenderung hangat, karena masih terkena sinar matahari. Selain itu tekanan di laut dangkal, cenderung lebih rendah dibandingkan laut dalam. Nilai salinitas laut dangkal pun lebih rendah dibandingkan salinitas laut dalam. Karena terkena sinar matahari, di laut dangkal masih terjadi proses fotosintesis, sehingga masih terdapat tumbuhan-tumbuhan produsen. Menurut biota-biotanya, di zona ini terdapat biota kategori nekton, plankton, neuston, dan perofiton. Contoh-contoh biota yang hidup di laut dangkal adalah sebagai berikut. 1. Mikroalga (Phytoplankton) Perairan yang paling banyak diisi oleh mikroalga adalah lautan, terutama laut dangkal karena adanya cahaya. Di laut dangkal, mikroalga menjadi salah satu produsen penting bagi kehidupan laut. Contoh dari mikroalga adalah Chlorella, Crypthecodinium Cohnii dan Spirulina. 2. Makroalga (Seaweed) Makroalga, atau yang biasa disebut rumput laut, adalah organisme kingdom protista yang mirip tumbuhan. Lebih khusus lagi, makroalga adalah alga jenis rhodophyta (alga merah) dan phaeophyta (alga coklat). Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan yang tidak berpembuluh. Artinya, mereka tidak punya akar, batang, daun, ataupun bunga, walaupun mereka memiliki bentuk yang hampir serupa dengan tanaman berpembuluh. Beberapa spesies dari makroalga adalah Asparagopsis sp, Alaria esculenta, Ascophyllum nodosum, Fucus serratus, Fucus spiralis, Fucus vesiculosus Laminaria saccharina, Laminaria hyperborean, Laminaria digitata, Laminaria ochroleuca, Macrocystis pyrifera, Ulva compressa, makroalga adalah alga merah dan alga coklat. 3. Tumbuhan Berbunga (Seagrass) Tumbuhan ini sama dengan tumbuhan tingkat tinggi lainnya, yaitu mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan berbunga di ekosistem laut dangkal adalah jenis tumbuhan yang sangat unik karena sudah bisa beradaptasi penuh dengan kondisi perairan laut yang basah, berarus dan berair asin. Bahkan, keberadaan tumbuhan tingkat tinggi ini telah memberikan perubahan fisik, kimiawi dan biologis di ekosistem laut dangkal karena perannya yang amat penting.Tumbuhan ini memiliki beberapa peran bagi kehidupan laut, bukan hanya laut dangkal, tapi juga laut dalam. Berikut ini adalah beberapa peran dari tumbuhan berbunga : dan Ulva rigida. Sebagian besar dari

Menyediakan sumber karbon bagi makhluk laut lainnya, bukan hanya yang ada di laut dangkal, tapi juga yang ada di laut dalam. Menjaga keseimbangan jaring-jaring makanan di ekosistem laut dangkal Memberikan tempat berlindung bagi hewan laut lain dan menjadi tempat perawatan anakanak ikan. Memerangkap nutrisi dan mineral yang ada di laut sehingga bisa digunakan oleh organisme laut lainnya, seperti detritivor dan decomposer

4. Porifera Porifera, yang berarti pembawa pori, adalah hewan multiseluler berpori yang amat sederhana karena sel-sel tubuhnya belum terspesialisasi dengan sempurna. Hewan ini hidup dengan menempelkan dirinya ke dasar laut yang keras dimana ia bisa mendapatkan cukup makanan. Porifera hidup dengan mengalirkan air laut melalui pori-pori tubuhnya. Saat air laut melalui tubuhnya, makanan dan oksigen yang terkandung di dalam air laut akan diambil oleh sel-sel tubuhnya. Sel porifera yang khusus untuk menangkap zat makanan di air laut disebut dengan koanosit. 5. Cnidaria Cnidaria adalah hewan multiseluler yang termasuk paling sederhana. Bentuknya seperti bunga dan memiliki tubuh simetri radial, maksudnya, ia akan simetris bila dipotong dari arah radial manapun. Walaupun terlihat sederhana, hewan cnidaria memiliki mulut dan sistem pencernaan gastrovaskuler di pusat tubuh mereka. Semua hewan cnidaria memiliki tentakel bersengat yang digunakan untuk menangkap mangsa. Sengat tersebut disebut juga nematokist yang mengandung racun yang dapat melumpuhkan mangsa yang terkena sengatnya. Cnidaria memiliki 2 macam bentuk, yaitu polip dan medusa. Polip adalah bentuk dari hewan karang dan anemon. Dicirikan oleh mulut dan tentakelnya yang menghadap ke atas dan cara hidupnya yang menyerupai hewan perifiton. Sedangkan medusa adalah bentukan yang bisa bergerak bebas, sepeti halnya ubur-ubur dan memiliki mulut serta tentakel yang menghadap ke bawah. Hewan ini bisa memiliki kedua bentukan polip dan medusa atau hanya polip saja. Spesies dari jenis ini misalnya aurelia aurita, hydra, anemon, dll. 6. Moluska Moluska adalah sejenis hewan yang bertubuh lunak. Karena tubuhnya yang lunak ini, kebanyakan moluska memiliki cangkang yang disekresikan oleh lapisan mantel. Banyak moluska

memiliki lidah parut yang disebut dengan radula untuk memarut makanannya. Secara umum, moluska memiliki 3 bagian tubuh : 1. Bagian kepala yang berisi pusat syaraf dan organ perasa 2. Massa visceral yang berisi organ internal 3. Bagian kaki yang berotot

Berikut ini adalah jenis-jenis dari moluska : a. Gastropoda: moluska yang bergerak dengan menggunakan perutnya. b. Polyplacophora: moluska yang memiliki cangkang dengan delapan lempengan. Contoh dari polyplachopora adalah chiton. c. Bivalvia: moluska yang memiliki cangkang 2 tangkup. d. Cephalopoda: moluska yang memiliki kaki yang menempel di kepalanya. Contoh cephalopoda adalah gurita (loligo) dan cumi-cumi (sepia). 7. Crustacea Crustacea adalah hewan yang memiliki eksoskeleton. Kebanyakan dari mereka adalah hewan akuatik, bernapas dengan insang dan hidup di laut. Crustacea memiliki 2 pasang antena untuk merasa dan mencium. Mereka juga memiliki tubuh yang bersegmen dan banyak dari mereka yang memiliki capit untuk menangkap makanan. Ada beberapa jenis crustacean yang amat kecil sehingga digolongkan sebagai zooplankton. Beberapa jenis crustacean, yaitu lobster, kepiting, udang. 8. Chordata Chordata meliputi hewan-hewan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.

Memiliki notokord, yaitu kerangka berbentuk batangan keras tetapi lentur. Notokord terletak di antara saluran pencernaan dan tali saraf, memanjang sepanjang tubuh membentuk sumbu kerangka.

b.

Memiliki tali saraf tunggal, berlubang terletak dorsal terhadap notokord, dan memiliki ujung anterior yang membesar berupa otak.

c. d.

Memiliki ekor yang memanjang ke arah posterior terhadap anus. Memiliki celah faring

B. Ekosistem Laut Dalam Ekosistem laut dalam memiliki perbedaan dengan ekosistem laut dangkal. Ciri-ciri lingkungan hidup laut dalam adalah: 1. Cahaya matahari hampir tidak menembus laut dalam, sehingga kondisi lau dalam gelap gulita dan tidak terjadi fotosintesis. 2. Tekanan hidrostatik yang tinggi. 3. Salinitas yang tinggi akibat pengaruh perubahan suhu. 4. Suhu perairan yang semakin rendah menurut kedalaman akibat sinar matahari tidak mampu berpenetrasi kelaut dalam. 5. Kadar oksigen rendah. 6. Makanan yang sedikit, sisa makanan dari organisme laut dangkal. Untuk bertahan hidup dalam kondisi tersebut, makhluk hidup di laut dalam harus melakukan adaptasi. Berikut adalah cara-cara adaptasi yang dilakukan organisme laut dalam. 1. Adapasi morfologi Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies. Bentuk spesies non ikan seperti moluska dan sebangsanya akan adaptif untuk memakan mikroorganisme yang ada. Mereka sulit bersaing dengan ikan yang ganas. Untuk senjata mempertahankan diri, mereka biasanya mampu berkamuflase dengan kondisi sekitar.Satu persamaan dari mereka adalah, evolusi morfologis mengubah bentuk mereka menjadi kecil. Jarang ada organisme yang berdimensi panjang lebih dari 25 cm. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet. 2. Adaptasi fisiologi Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistemlaut dalam dapat dikatakan tidak terdapat produsen karena tidak adanya sinar

matahari yang menyebabkan tidak adanya proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut dalam melakukan adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan yang didapat. 3. Adaptasi tingkah laku Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya. Beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya. Di laut dalam sering terlihat cahaya yang berkedip-kedip, cahaya tersebut adalah Bioluminescence. Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap. Bioluminescence digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh setiap hewan laut dalam, baik betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang hanya dimiliki oleh hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya. Referensi: http://www.slideshare.net/putunyana/makalah-biologi-laut http://laporanpraktikumpertanian.blogspot.com/2011/11/ekosistem-laut-dangkal.html

Anda mungkin juga menyukai