Anda di halaman 1dari 24

(Instr) DCS, PLC dan PC

arief_rahman Sebelumnya saya mohon maaf kalau ada beberapa item yang saya uraikan yang kurang jelas sehingga menimbulkan salah persepsi. Yang pertama, soal PC Based control. Berbicara soal PC Based control dalam pengertian saya, dan juga refer ke beberapa artikel, tentu saja mutlak harus dibedakan dengan Offices based PC. PC Based control tentu saja musti memerlukan beberapa adjustment seperti misalkan soal hard drive rugged-ness, dan terutama operating systemnya. Dari sisi operating system, dibanding dengan standard windows, akan ada beberapa "modifikasi" untuk minimizing available feature sehingga yang tidak berkaitan dengan control tapi bias occupying tasking operating system bisa dihilangkan. Dengan demikian reliability dan real time-ness operating system bisa dijaga. Saya membaca, misalnya, Ovation@ PC Based control dari Emerson (www.westinghousepc.com) adalah PC Based control yang bahkan sudah pernah diaplikasikan untuk I/O sampai 13.000 untuk industri power station. Dalam hal ini PC benar-benar berfungsi sebagai controller. Soal criticality, tentu saja ada degrees of criticality dan saya memaksudkan criticality dalam hal ini tidak dari kacamata Oil & Gas industry an sich. Buat saya power station adalah insudtri yang critical. Yang kedua soal lack the integrity of Open system, Saya ambil contoh misalnya membandingkan antara feature DCS dan PLC + Wonderware. Kalau saya membuat konfigurasi I/O di DCS dan menyelesaikan loopnya, maka alarm (misal Low, High alarm) otomatis tergenerate tanpa perlu lagi mendefinisikan tag number baru. Ada integrated (Global ???) database yang off the self disediakan oleh DCS sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan karena mengambil alarm dari tag yang salah. Ini beda misalnya dengan Wonderware yang kita harus create tag number baru untuk masingmasing alarm. Saya anggap Wonderware sebagai "open", paling tidak relatif lebih open dibandingkan dengan proprietary DCS, karena manufacture PLC-nya bisa apa saja. Data base Integrity semacam yang ditawarkan vendor DCS itu yang ada baiknya juga diconsider ketika memilih control system yang diinginkan. Seperti yang saya katakan, there must be a good reason for DCS vendor to be in business for so long. Balik lagi, open juga punya level of openness. Saya, sebagai user, ingin supaya setiap system bukan hanya interoperable tapi bisa diganti-ganti semacam plug & play (bukan plug and Pray). Saya merindukan FULLY OPEN, persis kaya control valev yang kalau sudah dibilang fully open pengertiannya bisa disepakati semua orang. Saya masih sulit membayangkan bahwa misalnya SMAR bisa diganti HMI-nya dengan punya Delta-V tanpa perlu ada data bases configuration. Selalu ada locking dari vendor yang unexplained dalam brochure maupun presentasi dan hanya bisa diketahui pas sudah dibeli. Ada permainan buzzword yang luar biasa dari para vendor.

Fakta yang paling jelas : Ada lebih dari satu fieldbuses yang diadopt oleh fieldbus standard. Perlakuan vendor terhadap user hampir mirip dengan perlakuan politisi terhadap rakyat kebanyakan. Selalu saja dijadikan alas an untuk stndarisai, tapi toh akhirnya paling dikorbankan. WKundono Pak Budhi, bisa diforward ke Milis. Makasih. ---------------------------------------------------------------Untuk menambah wawasan, berikut ini artikel dari majalah "control" tentang penggunaan commercial off-the-shelf (COTS) sebagai komponen dari open system, plus minus serta komentar vendor and end user Lihat Attachment : COTS waskita Saya mencoba memberikan komentar (meskipun jangan disebut pakar, masih banyak yang lebih pakar, dan mungkin saja saya salah): 1. Saya lebih cenderung untuk merancang system dengan hirarki horizontal, artinya semua control subsystem (FCS, DCS, PLC, dsb.) pada level hirarki yang sama yaitu sebagai integrated BPCS (Basic Process Control System). Meletakkan satu subsystem dibawah yang lainnya akan membuat suatu critical path, artinya kalau kita mempunyai PLC yang di-integrasikan ke DCS baru kemudian ke Operator Workstation, disini kita menciptakan beberapa critical path. Kalau terjadi kegagalan pada DCS, communication (PLC-DCS), atau Control Network, maka accessibility ke PLC kita juga ikut terganggu. Demikian pula sebaliknya. Menjawab pertanyaannya: Bisa saja hirarkinya dibalik (DCS dibawah PLC)! Pertanyaan baru timbul disini: Apakah PLC yang dipergunakan mempunyai performance yang memadai untuk melakukan supervosry control terhadap DCS? 2. Anda bisa baca buku "Fieldbusses for Process Control" http://www.isa.org/Template.cfm?Section=Books1&template=/Ecommerce/ProductDi splay.cfm&ProductID=3036 (copy dan paste seluruh hyperlink text dari http ...s/d... 3036 kalau Anda terima terpotong). Pada Chapter 2 dijelaskan mengenai Benefits, Savings and Doubts dari berbagai teknologi fieldbus. Bisa kita tarik kesimpulan bahwa diantara semua teknologi, FOUNDATION Fieldbus memberikan nilai tambah yang paling tinggi kepada User. Seberapa signifikan sangat relative tergantung dari process, control dan instrumentasi plant kita. Untuk upgrade existing system, perlu kita justifikasi dulu apakah memang existing system memang sudah harus diupgrade (biaya operasional & maintenance tinggi, seringnya terjadi spurious trip, tidak berfungsinya control - banyak yang harus manual mode, susahnya mendapatkan spare parts, kurangnya vendor support, dsb.). Kalau existing system memang sudah justified untuk di-upgrade, maka pilihan untuk upgrade ke FF system adalah tepat karena bisa memberikan nilai tambah yang

signifikan. Perhatikan bahwa initial cost FF belum tentu lebih murah daripada DCS mengingat kita juga harus mengupgrade field devices. Sebaliknya, hanya meng-upgrade DCS-nya saja tanpa upgrade field instruments (istilahnya 'ganti kepala saja') merupakan usaha yang sia-sia karena kita tidak mendapatkan nilai tambah apa-apa selain mungkin beberapa host component yang umurnya sedikit bertambah. Dan kenyataannya 'mengganti kepala' saja belum tentu lebih murah dibandingkan mengganti keseluruhan system berikut field devices dengan FF. irfan_khomeini Trims berat atas tanggapannya Pak Waskita, Kira-kira sudah ada atau belum ya yang melakukan semacam "benchmarking" untuk hal-hal yang semacam ini (utak-atik hirarki kontrol), dan jika memang ada...gimana ngukur performansi nya?? Satu pertanyaan lagi nih Pak, di tempat saya didevelop sebuah optimizer untuk proses, namanya DPO (Dynamic Process Optimizer). Dia ini sebuah software yang memang dirancang khusus untuk optimasi proses. Nah, si DPO ini mempunyai hierarki diatas DCS yang melakukan semua kalkulasi dan manipulasi matematik dengan satu tujuan, optimum process control. Saya baru saja menyelesaikan beberapa project untuk sebagian plant dan masih akan banyak lagi project yang akan dituntaskan. Sekarang ini masih dalam tahap ON-OFF test untuk melihat seberapa jauh signifikansi nya. Selama pengetesan saya masih sering bermasalah dengan availability komunikasi nya. Seringkali pertukaran bit antara DCS dan DPO ini membuat PC DPO menjadi hang dan terpaksa harus di-restart kembali. Mungkin membutuhkan semacam "trik" dalam perancangan traffic nya yang saya nggak tau gimana. Sebagai informasi, saya menggunakan OPC buatan Matrikon untuk menghubungkan antara DPO dengan DCS. Jadi, hasil kalkulasi optimasi dari DPO akan dikirim sebagai optimal setpoint (Kondisi Operasi optimal buat plant)ke DCS via Matrikon OPC. Mohon pencerahannya (lagi), please. nugrohowibisono Mas Irfan, Saya bukan mau mencerahkan nih, malah mau nanya ke mas Irfan Sabri.. Saya ingin tahu, apakah manipulasi/kalkulasi matematik untuk menghasilkan optimal set point tidak dapat dilakukan di DCS saja? Dengan begitu kita cukup mengutak-atik di software DCS saja tanpa harus direpotkan dengan masalah komunikasi internal antar software-nya yg kita ga tahu asal masalahnya dimana. (tapi kalo gitu kesulitannya malah pindah jadi mrogram di DCS-nya ya..)

Saya juga ingin tahu, bagaimana Mas Irfan tahu kalau penyebab hang-nya si PC DPO tersebut diakibatkan pertukaran bit-nya? Apa bukan karena sebab yang lain? Kalau boleh tahu, bagaimana konfigurasinya sih? Apakah melalui semacam AD/DA converter yg melalui port serial PC dan ke DCS-nya diterima dalam bentuk sinyal analog? (kayak di lab sampeyan dulu hehehe) irfan_khomeini Sorry telat ngerespon nya Web, Sebenarnya untuk manipulasi algoritma control nya bisa aja dilakukan di DCS, tinggal merangkai kombinasi blok-blok yang sudah difasilitasi oleh DCS. Hanya saja, kurang "leluasa" untuk melakukan hal yang demikian di DCS. Contoh, dari beberapa macam DCS yang saya jumpai, untuk melakukan implementasi perhitungan yang matrix-based sangat sulit dilakukan, atau malahan hampir2 nggak mungkin. Kalo sekarang, nggak tau ya, mungkin udah ada DCS yang memfasilitasi masalah ini sebagai additional feature nya. Menurut saya, fasilitas ini lumayan penting karena untuk implementasi yang lebih advance hampir sebagian besar kalkulasi optimasi membutuhkan manipulasi matrix. Sekedar flashback, dulunya waktu masih di lab, saya pake bantuan software Matlab secara offline karena doi (Matlab) dikenal jagoan punya dalam hal hitung menghitung. Di tempat kerja yang sekarang, dulunya pernah juga tuh si doi ini dipake sebagai alat bantu buat hitung2an optimasi proses secara offline, tapi sekarang nggak lagi karena jaman udah makin canggih. Jadi, urut2an data prosesnya kayak gini : Field--->DCS--->Data Reconciliation Software---> Optimized (Matlab)--->Process Value Validation--->DCS--->Field Kalo sekarang, si PC yang ada Matlab nya ini udah nggak dipake lagi karena semua fasilitas perhitungan sudah diakomodasi sama si Optimizer (DPO), malahan dari update yang kemarin dia juga udah support VB.NET. Trus, gimana bisa tau nge hang gara2 pertukaran bit nya? Ya jelas tau donk...hehe... Karena waktu bikinnya tinggal ngasih semacam alarm aja kalo nggak ada pertukaran bit selama 5 menit maka di display DCS langsung keluar warning. Trus, kalo 30 menit nggak respon baru ngirim sinyal ke pager, dan ini dia yang bikin pusing bunyinya kalo pas lagi libur. Definisi komunikasi yang biasa saya lakukan sederhana aja : DCS: Receive 0 ---> Transmit 0 Receive 1 ---> Transmit 1 DPO: Receive 0 ---> Transmit 1 Receive 1 ---> Transmit 0

Kalo pengen tau jalan ceritanya, bikin aja tabel sequence dan masukin aja sebarang keadaan awal. IDermawan Wah seru nih APCnya Ayo Fan ceritakan lebih lanjut ttg apa saja yg dilakukan oleh Si Optimizer aplication/DPO ? Apakah plant dynamic modeling?/kontrollernya yg pasti bukan PID ya ?dll. nugrohowibisono Halo mas Irfan, ndak papa telat ngeresponnya, maklum kok... gimana kabar Grasberg? tambah dingin kah? :) Mas Irfan, sekarang kayaknya perkembangan urusan hitung menghitung sudah semakin maju. kebetulan waktu ketika saya mengerjakan tugas akhir, rekan satu lab saya mengerjakan pengontrolan boiler yg dimodelkan dengan persamaan orde 3. pengontrolannya sendiri (dilab kami ketika itu) pake DCS Yokogawa CS-1000. karena teman saya "malas" menurunkan persamaan itu menjadi persamaan dalam time domain, akhirnya si Dinamika dari sistem di Matlab, secara ONLINE (tidak offline lho) dihubungkan dengan DCS, dan dilakukan aksi balik terhadap sistem itu. Supaya si DCS bias ngomong2 sama Matlab, dia membuat semacam software yg porting (saya menyebutnya software porting aja deh) ke OPC dan ke Matlab. Jadi konfigurasinya (secara kasar) : Matlab <--> Software Porting <--> OPC <--> DCS tanda panah bolak-balik tsb mengindikasikan bahwa si Matlab tersebut tidak hanya dapat mengirimkan "variabel proses", tetapi juga dapat menerima "aksi kontrol". Dan seperti anda tahu, bahwa Matlab mempunyai banyak tools yg sangat powerful untuk melakukan operasi berbasis matriks... kemungkinan untuk melakukan operasi2 matematis yg njlimet2 sangat dimungkinkan, dan tidak bergantung pada produk software yg dibuat khusus untuk simulasi proses. ini buat informasi aja lhoo... gimana mas? mau nyobain mas? hehehe... :) Perkara nge-hang .. wah ga kebayang nih dari sini... mohon maaf kalo saya salah lho ya, tapi saya sih mikirnya "tidak terjadi pertukaran bit itu AKIBAT komputernya nge-hang, bukan PENYEBAB computer nge-hang"... weleh... ketimbang ndak jelas, saya nyerah aja deh, situ yg lebih jago kok hehehe... :) waskita Maaf saya baru mau menjawab Mas Irfan sudah keduluan pertanyaan Mas Weby. Sekaligus saja saya memposting email ini untuk berdua dan rekan-rekan yang lain. Rupanya diskusi terus bergulir menuju Advanced Process Control.

Kalau tidak salah tangkap, yang dimaksud Mas Irfan dengan DPO tersebut adalah system APC/POC (Advanced Process Control / Process Optimization Control). APC/POC adalah suatu Supervisory Control yang bekerjasama dengan BPCS (Basic Process Control System) - bisa FCS, DCS atau PLC. Pada APC/POC system mempunyai model (dalam bentuk software) dari process unit kita, mengambil historical dan current data melalui BPCS, melakukan kalkulasi pada process model dan dari hasil kalkulasi memberikan setpoints kembali kepada BPCS agar plant beroperasi dalam kondisi optimized. Untuk melakukan kalkulasi dengan banyak iterasi serta simulasi modeling memakan cukup banyak resource processor sehingga kurang dimungkinkan untuk dilaksanakan oleh BPCS yang sudah cukup sibuk melakukan fungsinya sebagai BPCS. Ada beberapa vendor yang sudah mengintegrasikan APC pada BPCS-nya sebagai optional module. Ini mempunyai kelebihan karena Processor untuk APC sudah dirancang untuk untuk bekerjasama (komunikasi, data exchange, dsb) dengan Processor BPCS. Walaupun demikian menggunakan dedicated APC dengan rancang bangun yang tepat masih bisa mengungguli yang integrated, terutama karena pengembang dedicated APC lebih specialized dan memasukkan semua expertisenya dalam APC system mereka. Menurut pengamatan saya OPC oleh Matrikon OPC baik adanya. Jadi kemungkinan besar bukan OPC-nya yang bermasalah, melainkan ada pada jalur / media komunikasi (speed, dsb), cara berkomunikasi (atau bagaimana DPO PC me-manage data melalui OPC dan jalur komunikasi), gangguan oleh aplikasi lain pada DPO PC, dan masih banyak hal lagi yang perlu kita perhatikan. Mungkin beberapa butir saran / checklist dibawah ini bisa membantu: 1. Pastikan BPCS berfungsi dengan baik, artinya semua controller bias berfungsi 'auto' dengan tuning yang baik, serta semua I/O berjalan baik dan mempunyai scanning time yang memadai seperti yang diperlukan. Kunci sukses dari implementasi APC sangat dipengaruhi oleh performance dari BPCS. 2. Hindari menggunakan serial communication antara BPCS dan APC karena bandwidth kurang memadai. Usahakan APC bisa berkomunikasi langsung ke BPCS melalui PCN (Process Control Network) tanpa melalui Interface Gateway yang bisa menyebabkan gagalnya komunikasi. PCN untuk BPCS berbeda-beda dari merk satu dan lain, seperti FF-HSE untuk FCS; ControlNet untuk Plantscape atau ProcessLogix, dsb. Seandainya PCN adalah Ethernet seperti pada FF-HSE, gunakanlah 'Industrial Ethernet' (lihat penjelasan di Industrial Ethernet Network.pdf yang bisa didownloas dari http://groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia/files/Instrument/). 3. Uninstall semua application software pada DPO PC yang tidak diperlukan termasuk bundled software dari OS seperti games, multimedia, email manager (Outlook Express) dsb yang tidak diperlukan. Usahakan DPO PC benar-benar dedicated hanya difungsikan untuk DPO. Kalau menggunakan NT-based OS, matikan NT Services yang tidak diperlukan. Hindari menggunakan Win9x-based OS; OS ini tidak diperuntukkan untuk keperluan industrial application. Semoga bisa membantu. waskita

Mohon tanya: 1. Apakah MatLab cukup cepat melakukan semua kalkulasi yang diperlukan agar bisa secara online bekerjasama dengan DCS? 2. Bagaimana minimum requirements dari PC yang yang menjalankan MatLab, Supporting Software, OPC, dan network? IDermawan Klo waktu kuliah dulu sih Pernah ada yg menggunakan matlab untuk kalkulasi pake neural networks tapi lama (berjam2) , kemudian ada juga yg bikin kalkulasinya pake software yg didevelop sendiri pake labview (ini cepat /bisa online). Tapi tidak tahu untuk aplikasi kalkulasi lainnya di matlab? arief_rahman Pak Waskita, Berikut saya cuplikkan dari Website Emerson Process untuk Ovation : ___________________ Ovation Controller Based on open industry standards, the Ovation Controller is the industry's most powerful process controller. With an Intel Pentium processor at its heart, the Ovation Controller allows rapidly advancing microprocessor technology to be easily integrated into the system. An investment in Ovation software is protected through the use of a PC-compatible, real-time operating system that provides full 32-bit, preemptive multi-tasking. The Ovation Controller has the capability to originate up to 16,000 points - depending on the latest RAM and processing power available in the industry. The Ovation Controller executes simple or complex modulating and sequential control strategies, performs data acquisition functions, and interfaces to the Ovation Network and I/O sub-systems. Having a standard PC architecture and passive PCI/ISA bus interface, the Controller is compatible for plug and play operation with other standard PC products. ______________________ linknya : http://www.westinghousepc.com/ovation/details-controller.cfm Juga ada informasi di link : http://www.westinghousepc.com/ovation/descriptions.cfm

Benar bahwa I/O-nya, misalnya, masih menggunakan hardware dari produk lain. Tapi at the heart of the system, controllernya justru PC-Based controller. Soal Fleksibilitas penentuan alarm, konteks pembicaraan saya adalah analog input signal. Di beberapa "DCS" (DCS dalam hal ini saya refer ke produk-produk yang selama ini memang traditionally sudah dikenal/terasosiasian sebagai DCS, misalnya Yokogawa, Honeywell dsb) yang saya temui setiap kali satu AI didefinisikan maka template-ya sudah menyediakan secara otomatis properties setting Alarm HH, H, L, LL. Berapa settingnya, mau dipakai apa tidak tentu saja tergantung usernya. Ini beda misalnya dengan,misalnya, wonderware yang pernah saya konfigure. Feature ini saya anggap penting untuk menjaga integritas system, karena kemungkinan salah comot alarm bisa dihindari. Ambil contoh misalnya tag number analog-nya : PI-1000. Kita mau mempunyai alarm High untuk PI-1000 pada 80% di DCS, kita tinggal klik di faceplate PI-1000 dan mengisi harga alarm high setpoint. Dijamin alarm yang dihasilkan PASTI dari PI-1000. Kta tidak perlu menggenerate lagi tag number baru. Ini berbeda misalnya dengan apabila kita harus generate tag number baru untuk dibuat semacam script supaya kalau value>80% then alarm. Kalau kita salah mengambil address, misalnya, address dari analog value yang lain (ambil contoh PI-5000) kan barabe. Soal pendirian FF-UC, saya malah surprise bahwa kekhawatiran saya kahirnya terbukti. Kalau Pak Was jadi agak risi saya bisa paham. Sebagai vendor yang tidak punya "masa lalu" dengan DCS tentu saja SMAR tidak punya beban apa-apa kalau harus fully comply dengan standard. Lha kalau yang sudah punya banyak customer, ada kebutuhan mempertahankan kesinambungan support-nya. Ternyata belakangan tak selalu jelek. Maaf kalau terkesan ikutan promosi barangnya Pak Waskita. He ... he ... he .. NB : Pak Waskita jangan pangil saya Bang, soalnya saya panggilnya Pak Was dengan Bapak. Jadinya saya Pak De dong ....... waskita Pak Arief dan rekan-rekan, Melihat keterangan mengenai Ovation Controller dibawah memang ini adalah Soft Controller running pada PC atau yang disebut sebagai PC-based Controller. Arsitektur system sangat menyerupai DDC (Direct Digital Control) System (Master & Slave) pada zaman dahulu (tahun 60an) yang tidak pernah sukses. Memang hardware, OS, software, teknologi electronics dan microelectronics sudah berkembang jauh tidak seperti di zaman DDC, tetapi permasalahan DDC (yang menyebabkan tidak suksesnya DDC) masih saja harus dipertanyakan pada system seperti ini.

1. Meskipun dinyatakan "Fully compliant with POSIX1003.1b open system standards", pertanyaannya adalah: "How 'open' is the system?" "Apakah system adalah 'open' pada setiap layer mulai dari plant sampai dengan IT Enterprise level?" "Apakah System ini interoperable dengan subsystem lainnya" "Apakah system ini support OPC yang sudah kita kenal 'openness'-nya untuk integrasi dengan OPC Client applications?" 2. Meskipun dinyatakan "Provides complete "bumpless" automatic failover to backup controllers", pertanyaannya adalah: "Apakah User berani mempertaruhkan plant dengan 16,000 points mengandalkan pada 'satu' PCbased controller dengan backup controller-nya?" "Apa yang terjadi apabila PC-based Controller dan backup-nya mengalami kegagalan?" "Bagaimana Distribution Level dari system seperti ini? Satu redundant controller terhadap 16,000 I/O points?" "Bagaimana isolasi kegagalan komponen agar tidak menyebabkan kegagalan sebagian atau keseluruhan system? Atau, bagaimana dengan 'common cause' problem dari system" 3. Masih banyak lagi concern yang perlu kita perhatikan dan tidak bisa saya bahas satu persatu disini untuk system dengan arsitektur seperti ini. -----------------------------Kalau yang dimaksud dengan integritas software adalah seperti ditulis dibawah, saya kira hampir semua system FCS, DCS, PLC, SCADA, dsb. Mempunyai integritas software yang boleh dibilang adalah setara. Itu adalah bagian dari configuration atau engineering tool software dari system. Kalau kita mengkonfigurasi DCS (lengkap dengan alarm dsb.), pada Operator Workstation tetap harus kita lakukan configurasi untuk dilakukan link pada tampilan terhadap variable / tag yang bersangkutan. Kalau system menggunakan OPC kesalahan pengambilan tag akan menjadi minimum karena kita melakukan link dengan menggunakan OPC Browser. Pernyataan TagID juga sebaiknya menggunakan OPC-link dengan mengambil TagID seperti yang kita konfigurasikan pada system (jangan menggunakan text entry). Semuanya tidak perlu men-generate tag baru, artinya kita mempunyai 'single integrated system database'. OPC object mengirim data paket mencakup PV, Status, Time, TagID, dsb. (selama system support semua parameter tersebut) sebagai satu kesatuan object, sehingga kita tahu pasti dataapa yang dilakukan link. tjahyo_soenaryono Bapak-bapak,... kalo boleh ikut nimbrung masalah ini...

Saya ada pertanyaan mengenai FCS, dan bukan masalah open atau tidaknya. Seberapa kencang sih kecepatan dari system ini? apakah untuk fungsi-fungsi digital lebih cepat dari PLC? dan untuk fungsi2 control lebih handal dari DCS? Apakah lebih handal dibandingkan dengan gabungan PLC untuk fungsi digital dan DCS untuk fungsi2 analog? Apakah cocok digunakan untuk Boiler control & safety system, karena systemnya harus benar2 independent, antara BMS dan fungsi controlnya? apakah cukup "safe"? waskita Performance atau kinerja dari system dapat dilihat dari macrocycle pada control loop. Macrocycle adalah execution time mulai dari pembacaan process variable (PV) pada transmitter - controller final element, termasuk transmisi, I/O Module, konversi A/D & D/A dsb. Pada FF System dengan arsitektur FCS dan sensor dan actuator digital, execution time untuk I/O module (termasuk transmisi I/O-bus) dan A/D & DA conversion tidak ada (=0). Transmisi PID Function Block ke AO block (kalau PID block diletakkan pada FF Positioner) juga tidak ada (=0). Hasilnya, pada test yang saya lakukan kita bisa mendapatkan macrocycle 132 msec untuk simple control loop pada FF-H1 yang dedicated untuk loop tersebut. Di dunia nyata kita tidak hanya mempunyai satu loop, akan tetapi system meng-handle multiple control loops. Pada FCS jumlah device per FF-H1 mempengaruhi macrocycle karena communication traffic menjadi lebih banyak. Jadi untuk control loops yang memerlukan macrocycle cepat (seperti flow), kita harus membatasi jumlah device per FF-H1. Pada DCS untuk melayani control loops dengan kebutuhan macrocycle cepat, banyak hal yang harus kita perhitungkan, seperti jumlah I/O per CPU, jumlah function block yang dikerjakan oleh CPU, dsb. Artinya kita harus menambah jumjlah processor agar macrocycle yang dibutuhkan tercapai. Secara umum bisa kita katakan performance FCS jauh lebih baik dibandingkan DCS. Belum lagi membicarakan fitur-fitur lainnya seperti kehandalan yang diuraikan dalam buku yang saya sebut terdahulu. FCS sangat cocok untuk Boiler Control sebagai BPCS bukan sebagai SIS (Safety Instrumented System). Installasi FF komersial pertama didunia (1984) adalah untuk Boiler Control dan sampai saat ini masih berjalan dengan baik. SIS tetap harus dipasangkan secara dedicated sebagai Layer Of Protection diatas BPCS sesuai standard ISA 84, OSHA dan safety authority lainnya. FCS tidak dirancang untuk Safety System, jadi kalau toh kita memaksakan untuk safety related application, waktu kita mengadakan safety calculation tidak akan menghasilkan angka yang memadai bahkan untuk SIL 1. Walaupun demikian, Fieldbus Foundation sedang menggarap teknologinya dengan safety authorities untuk bisa dipakai sebagai safety system. Pakar SIS, Paul Gruhn percaya bahwa FF akan bisa menjadi safety system, one day.

gunawan Dear peserta milis, ijinkan saya ikut serta dalam diskusi ini. Kalau pendapat saya sih, mau pakai DCS atawa PLC sih itu tergantung kebutuhan prosesnya. Dari sejarahnya, DCS memang dirancang untuk menggantikan SLC untuk proses-proses yang kompleks ( menyediakan complex control schemes ); sedangkan PLC pada awalnya dirancang untuk menggantikan "electrical relay" pada ESD System. Setahu saya, dgn DCS dimungkinkan Advanced Process Control (APC) dan Plant Information System (PIS). Sedangkan PLC lebih banyak dipakai untuk SS ( Safety - System ). Untuk "grass-root plant" seperti kilang LNG, biasanya ada dokumen yang namanya "Process Control System Philosophy" yang biasanya dibuat pada tahap "Conceptual / Front End Engineering Phase" yang sekaligus juga mencerminkan "corporate operational and technical preferences" berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh selama ini. CICS ( Centralized Integrated Control System ) biasanya meliputi sub- sistem sbb : 1. Plant Supervisory Control System yang terdiri dari : a) PCS ( Process Control System ) ---> DCS b) Plant Information System ( PIS ) c) Advanced Process Control ( APC ) d) ADAS ( Analyzers Data Aquisition System ) 2. Plant Safety System ( PSS ) yang terdiri dari : a) Emergency Shutdown System ( ESD )---> PLC-based b) Emergency Depressurization System ( EDP )---> PLC-based c) Fire & Gas System ---> PLC-based d) HIPPS ( High Integrity Pressure Protection System ) e) PA/GA System 3. Power Distribution Control System ( PDC )--> PLC-based. Sub-system ESD / F&G ( Triconex PLC), HIPS ( HIMA ), PDC ( APRIL ) dsb semuanya memberikan status ke DCS Foxboro I/A PCS. Ini berlaku untuk UPSTREAM ( 3 buah WH Platforms, 1 Process Platform dan 1 Process - Utilities Platform ) dan DOWNSTREAM ( Main Control Room , Onshore Receiving Control Room , Utilities Control Room dan Storage & Loading Control Room ). Mudah-mudahan informasi ini bisa me"ramaikan" diskusi kita. febry_klanis Assalamualaikum,

Kalau boleh nih ikut nimbrung menanggapi topik ini. aya sih emang baru 2 tahun punya experience di bidang DCS, namun saya ingin sedikit menyumbang pendapat mengenai topik ini. Mengenai soal HMI, saya mengenal Intellution Fix/Ifix dimana produk ini dipakai di beberapa vendor misalnya utk DeltaV System (Fisher Rosemount), selain software ini dipakai secara independen. HMI ini hanya bersifat sepagai Operator Interface pada sistem DCS/PLC yg terkoneksi dengannya. Dilengkapi dengan tools2 yg sangat lengkap misalnya historical data, Alarm/Events, OPC, dll. Dan hampir semua kebutuhan seorang Operator maupun Engineering terpenuhi oleh software ini. Intellution ini hampir sama dengan Wonderware dimana banyak vendor PLC/DCS memakai HMI ini. Soal PC Based Control, saya kurang tahu cuman DEltaV menggunakan PC sebagai Batch Control Executive (Batch MAchine) untuk mengontrol sistem Batch, dimana controller memang kurang mampu untuk menangani aplikasi batch tersebut. Selain fungsi Batch, semua fungsi kontrol ada dalam controller. Open System merupakan standar yg banyak diikuti oleh hampir semua vendor DCS/PLC, memang tidak bias dipungkiri dengan open-nya sistem maka rentan akan security, reliability, dll. Namun dengan membuat sistem arsitektur OPC yg baik saya yakin sistem ini sudah mengantisipasi hal tsb. OPC memungkinkan kita dapat mengintegrasikan, sharing data berbagai macam sistem DCS/PLC melalui skala Software. OPC mengadopsi teknologi COM/DCOM dari Microsoft, yg semula berkembang teknologi ActiveX, dan DDE. Dalam pandangan saya sekarang ada 3 jenis system kontrol yg berkembang dan masih dipergunakan, meskipun ketiganya mungkin rancu untuk dibedakan. Pertama adalah PLC, DCS dan saya sebut PCS (Process Control System)/Hybrid Control. PLC sangat identik dengan Discrete Control, meskipun dengan berkembangya PLC memungkinkan mengontrol sistem kontinu. DCS dengan sistem arsitektur yg jauh lebih besar dan kompleks yg memang\ bertujuan utk mengontrol sistem kontinu maupun discrete (tidak sebaik PLC). Sedangkan Hybrid Control ini bisa saya sebut generasi terbaru dan yg masih berkembang saat ini. Saya ambil contoh DeltaV (mungkin ada brand lain yg masuk kategori ini) dimana system ini memiliki sizing yg compact, kemampuan yg hampir sama dengan DCS, dan scalable system. Dan memang semua hal yg saya sebutkan diatas sangat tergantung pemakaian pada processnya. Untuk proses shutdown, interlock yg bersifat crtitical bisanya menggunakan PLC, dan untuk regulatory control DCS masih memegang peranan penting. Dan biasanya dalam suatu proses yg cukup kompleks pasti melibatkan kedua system tersebut. Apabila ada kata yg kurang berkenan saya mohon maaf. Dan apabila ada yg salah atau tidak sependapat, mohon pencerahannya. Terima kasih mochamadr Buat Cak Febri,

Sorry kalo sangat-sangat telat respond subject diatas. Dari diskusi yang berkembang, saya cuman tertarik untuk komentar tulisan anda ini. 1. Saya agak confused dg klasifikasi anda. "Dalam pandangan saya sekarang ada 3 jenis sistem kontrol yg berkembang dan masih dipergunakan, meskipun ketiganya mungkin rancu untuk dibedakan. Pertama adalah PLC, DCS dan saya sebut PCS (Process Control System)/Hybrid Control." 2. Apa yg dimaksud dg Hybrid control belum terdefinisi secara jelas. "Sedangkan Hybrid Control ini bisa saya sebut generasi terbaru dan yg masih berkembang saat ini." Menurut pemahaman saya, klasifikasi tsb berdasarkan jenis signal being transferred & communication protocol. Kalau boleh saya cuplik dari katalog-nya Yokogawa yg menyatakan Communication Protocol adalah Analog, Hybrid & Fieldbus. Disitu Ditulis: "Hybrid communication protocol is a communication technique in which field device information is superimposed as digital signal on conventional 4-20mA analog signal" "Fieldbus communication protocol which is different from analog or hybrid communication protocols, support perfect digital signal communication system" Jadi kesimpulan saya, kalau bicara tentang Hybrid maka topic-nya adalah signal type. Setahu saya DCS saat ini mostly adalah Hybrid system karena kombinasi antara analog signal & disuperimposed oleh digital signal (Smart type w/ Hart protocol). Kalau bicara tentang PLC & DCS, topicnya adalah tentang controller hardware & programming system-nya. Tapi koq muncul "Hybrid Control" dari klasifikasi diatas ?? Atau ada definisi lain dari yg disebutkan diatas ?? Mohon pencerahan ...thanks. febry_klanis@yahoo.com Cak Rofiq, Mungkin memang agak membingungkan, krn seperti yg saya lihat dan amati dari perkembangan PLC dan DCS, ada semacam teknologi yg berbau 'grey' dimana orang tidak memakai istilah PLC/DCS. Saya ambil contoh, DeltaV ini sebenarnya berangkat dari berkembangnya teknologi DCS nenek moyangnya (RS3/Provox), namun dia tidak bias dikatakan sama dengan PLC. Bagi saya DCS adalah continuous control dan PLC adalah Discrete control. Nah tp yg berkembang skrg PLC seperti Allen Bradley, Modicon, dll sudah mampu utk melakukan control kontinyu. Apalagi kalau kita tinjau dari segi pemrogramannya, DCS banyak menggunakan FBD dan SFC, sedangkan PLC memakai Ladder. Namun sekali lagi sekarang PLC sudah bisa memakai FBD disisi pemrogramannya. AKhirnya saya sendiri bingung utk menentukan apa istilah yg tepat utk semacam DeltaV. Emerson/Fisher Rosemount sih bilangnya Scalable Process System. Dari perkembangan diskusi rekan2 kemaren soal Ovation/Westinghouse juga membuat saya bertanya2. Ada yg menstate bahwsannya system tsb adalah PC based Controller, namun beliau ragu dan akhirnya tidak menstate system tsb dikategorikan sbg PC based Controller. PAdahal menurut saya meskipun Ovation memakai Pentium processor, apa bedanya dengan PLC yg jugak

sebenarnya memakai prosesor meskipun dalam bentuk minimum system. Yang saya tahu utk produk Emerson, Daniel metering juga menggunakan prosesor 486 Intel, apakah ini juga dikatakan PC based controller ? Apa kriteria/parameter yg bisa membedakan antara PLC dan DCS saat ini ? Ukuran fisik ? Pemrograman ? Sistem yg dikontrol ? Tipe proses yg dikontrol ? Spesifikai ? aam Makanya dari awal saya sudah confused ... Kita bicara sistem .. Atau bicara tentang alat dengan kemampuannya ... Karena menurut saya itu akan sangat membingungkan ..... Jangan sampai hanya kemampuan alat kita jadikan sebagai sistem. : Jadi pembaca setia dechhhhh ( daripada komentar dan nggak nyambung hehehe ) mochamadr Terima kasih Cak Febri, Dari jalan cerita anda sepertinya DeltaV sama dengan produk2 lain yg mana basic design-nya adalah DCS lalu dikembangkan & dilengkapi dg fitur2 dari PLC. Seperti yg pernah dibahas Pak Waskita (kalo nggak salah), DCS punya Honeywell hanya support CPU, arsitechture dll lalu dilengkapi dg fitur PLC (I/O, PSU dll) yang ternyata dari brand lain, Rockwell Automation. Kalau nggak salah namanya TPS-TotalPlantSolution (???) Permasalahannya apakah istilah yg tepat menyebut kombinasi tsb ? Karena Hybrid system punya definisi tersendiri seperti yg saya cuplik sebelumnya. Apakah itu istilah resmi yg tercantum di 'technical information'nya Rosemount ? Kalau ya, saya pikir akan leading to confuse nantinya. BTW, apakah DeltaV murni part of Rosemount, baik DCS mauppun PLC system-nya ?? Bukan gabungan dg brand lain ?? waskita Deltav yang tidak menggunakan Linking Device (LD) dan FF-HSE jelas akan mengalami degradasi performance pada waktu memperbesar system. Ethernet Network bisa digunakan sebagai Plant/Process Control Network (PCN) dan menjadi deterministic dengan menggunakan Industrial Ethernet.

Ladder adalah salah satu programming language dari IEC 61131-3. Suatu system yang menggunakan satu atau lebih programming language IEC 61131-3 bisa dikatakan mempunyai kemampuan sebagai PLC. Microprocessor Pentium/486 bisa saja dipergunakan oleh Industrial System untuk melakukan fungsinya, dan ini tidak berarti microprocessor yang dipergunakan oleh PC, membuat industrial system tersebut menjadi PC atau PC-based Controller. mochamadr Pak Waskita, Dari diskusi ini -khususnya tentang FF- ada beberapa point dari postingan yg masuk belum terbahas. Saya menggaris bawahi postingan Pak May (tjahyo_soenaryono@yahoo.com) yg mempertanyakan detail construction secara keseluruhan technologi FF jika diaplikasikan utk SIS. Setahu saya, shutdown signal pada SIS (baik ESD atau PSD) adalah menggunakan hardwired link bukan multidrop system seperti pada FF. Atau mungkin pertanyaannya bisa diganti, apakah technologi FF hanya bias diaplikasikan pada process control system dan bukan untuk safety/ shutdown system ?? Kalau jawabannya tidak, apakah acceptable multidrop system menghandle shutdown signal yg butuh action 'sangat cepat'? Demikian saya tunggu pencerahannya. Terima kasih. gunawan Rekan-rekan sekalian, Baik DCS, PLC , PC-based Controller , PC + HMI Software sebenarnya adalah alat bantu untuk membantu pihak Operation dalam melakukan pengendalian proces untuk memenuhi target produksi. Jadi semestinya hirarki yang harus diikuti oleh Control & Safety Philosophy adalah Operation Philosophy. Kalau dilihat dari perspektif hirarki Operasi ada lapisan sbb : 1. Layer Plant Management & Supervisory Control 2. Layer Process Control. DCS, PLC dan PC-based Controller berada di lapisan Process Control dan perangkat kerasnya adalah Microprocessor. Fungsi-fungsi utama dari lapisan ini adalah : signal conditioning, scanning, alarming dan controlling. DCS terutama dirancang untuk regulatory control thd proses yang kontinyu dan kompleks, walaupun mempunyai juga kemampuan Sequential Control ( misalnya Yokogawa DCS yang terpasang di Arun Field/Plant ). Feature "distributed" disukai karena mendistribusikan "controller" sesuai dgn kebutuhan operasi process ( Main Process, Utilities, Storage/Loading , dsb ) sehingga mengurangi resiko total failure yang berarti meningkatkan kehandalan dan juga menghemat biaya "cabling". Oleh karena itu DCS banyak dipakai di kilang / refinery , offshore- platforms, dsb. DCS

membutuhkan programming, debugging, etc oleh sebab itu ditangani oleh spesialis Control System Engineer atau DCS Engineer ( yang lain tugasnya dari Instrument Engineer ). Namun software DCS yang proprietary tidak diijinkan untuk "diutak-atik" dan user hanya perlu melakukan "system configuration". "Benchmarking" untuk DCS sudah ada bukunya yang dibuat oleh Applied Digital Research dari Research Triangle Park, North Caroline, USA ( dekat kantor ISA ). Waktu bertugas di Arun kami membelinya untuk keperluan proyek DCS Feasibility Study dan disimpan di perpustakaan PT.Arun NGL Co. PLC terutama dirancang untuk sequential control bagi process "batch", oleh karena itu banyak dipakai untuk aplikasi Gas/Air Drying , Compressor Control, Boiler Control dan Safety/Shutdown Systems. Jadi PLC lebih banyak digunakan untuk posisi "local controller" dan cocok untuk "small to medium size process". PLC dirancang untuk tidak membutuhkan "sophisticated programming" , tetapi "simple & straightforward" dengan memakai Ladder Diagram, Sequential Function Chart (SFC) dan Function Block Diagram (FBD). Lapisan atas ( Plant Management & Supervisory Control ) bebas dari fungsi-fungsi Process Control, tetapi melakukan fungsi-fungsi lain misalnya Optimisasi/Advanced Control,etc dan perangkat kerasnya adalah Computer Micro dan Mini seperti DEC VAX/ALPHA ( Honeywell / Foxboro) , HP-1000 ( Yokogawa ) dan dibantu perangkat lunak seperti DMC Plus dari Aspentech, dsb. waskita Rekan-rekan, Saya setuju dengan pendapat Mas Rofiq. FF system dengan arsitektur FCS (Field Control System) sepenuhnya memanfaatkan Linking Device dan FF-HSE. Jadi tidak bisa pula kita sebut Deltav sebagai FCS. Arsitektur Deltav mirip dengan Plantscape. Apakah kita mau sebut sebagai DCS atau PLC? Saya cenderung untuk menggunakan istilah yang digunakan Smar untuk product LC700 yang dinamakan Universal Programmable Hybrid Controller. Berikut adalah cuplikan description dari LC700 Universal Programmable Hybrid Controller: "As a hybrid controller, it has the logic capability and speed of a traditional PLC, and the regulatory features and power of a DCS. A powerful hardware platform with a wide range of conventional I/O modules and field communications modules for leading industrial networks combined with an extensive set of programming function blocks and logic elements makes the LC700 extremely versatile." Yang dimaksud sebagai: 'field communications modules for leading industrial networks' adalah FF, Profibus PA, DeviceNet, dsb; 'Hybrid' menyatakan kemampuan gabungan sebagai PLC maupun DCS. Kebetulan saya mengikuti perkembangan Provox, RS3 dan Deltav. Sejarahnya pada waktu akuisisi Fisher oleh Emerson, mereka bermaksud untuk menggabungkan Provox dan RS3 menjadi satu system, akan tetapi karena DCS yang sangat proprietary mereka menghadapi kesulitan teknis dan saya tidak tahu bagaimana prosesnya, muncul Deltav yang sama sekali berbeda dengan

Provox ataupun RS3. Kalau mau disebut nenek-moyangnya mungkin ada benarnya juga karena dalam merancang Deltav expertise yang sudah mereka punyai dari Provox dan RS3 dituangkan dalam Deltav ditambah FF dsb. Yang saya maksud pada posting sebelumnya adalah OEM (Original Equipment Manufacturer). Tidak semua vendor melakukan manufacturing untuk semua komponennya sendiri, tetapi bisa mengambil dari OEM. OEM dari I/O modules, racks, power supply dan accessories dari Plantscape atau ProcessLogix adalah Rockwell Automation, sedangkan OEM dari Processor module, software dan design architecture adalah Honeywell. Demikian pula OEM dari I/O Module Deltav adalah MTL (MTL 8000 series); YEW system banyak menggunakan I/O module dan conditioner dari OEM M-Series, banyak system vendor menggunakan OEM OPTO-22, dst. Serupa juga adalah istilah 'private labelling' seperti dahulu sebelum merging, Fisher dan Daniel pressure transmitter adalah Rosemount pressure transmitter dengan merk dan warna berbeda. Sumbangan Mas Warih melalui Mas Budhi artikel mengenai COTS (commercial-off-the-shelf), menyebut bahwa hampir semua vendor menggunakan COTS product didalam systemnya. Komponen electronics pasti dibeli dari OEM. Jadi yang dipromote oleh vendor adalah 'trade mark' dan 'brand image' masing-masing. febry_klanis Terima kasih Pak WAskita atas tanggapan dan tambahannya. Saya memang masih awam dalam bidang ini, mengingat saya masih punya pengalaman 2 tahun dalam bidang ini, dan kebetulan sebelumnya saya belajar DeltaV dan sekarang saya berpindah ke Centum Series dari Yokogawa.Saya memberanikan diri utk sedikit berkomentar (meskipun salah/kurang benar) karena ingin belajar dari rekan2 sekalian yg punya pengalaman dan ilmu yg lebih banyak dari saya. DeltaV di Emerson menyebut dirinya sebagai Scalable Process System (entah apa ini bisa disebut Hybrid Control spt Smar), krn setelah saya lihat dan bandingkan dgn Centum Series memiliki architectur yg mirip, dgn segala kekomplekannya. Dari bisa menangani Controller yg terdisribusi sampai 100 Controller, 64 station yg berbeda fungsinya, dan tiap controller yg mampu menangani ribuan IO, dsb. Tentunya dgn keterbatasn jumlah memory utk program dan load dari networking/controllernya. DeltaV juga mampu berkomunikasi/support utk hampir seluruh bus yg ada di semua vendor, dari devicenet, fieldbus, modbus, ASI bus, Profibus, dll. Untuk Fieldbus, Fisher/Rosemount juga memiliki tipe utk transmitter/Control valve yg mampu sebagai dedicated controller (dapat mengontrol tanpa adanya Main Controller/DeltaV Controller), atau dikenal FCSnya, tp ini tergantung dari tipe device tsb apakah memiliki kemampuan tsb. Kalau masalah DeltaV mirip dgn Plantscape saya kurang setuju, krn yg saya tahu Plantscape adalah utk process system yg medium ke bawah, dan utk Medium ke atas Honeywell memakai GUS (saya lupa kepanjangannya), dan saya lebih setuju jika DeltaV disejajarkan dgn system ini. Mungkin pendapat saya bisa salah, mohon pencerahannya. Untuk masalah OEM, memang DeltaV juga banyak dibuat dari manufaktur lain spt MTL. Menurut Pak Waskita sebenarnya parameter perbedaan antara PLC dan DCS sebenarnya apa ? Apakah

dilihat dari segi architekturnya dimana PLC hanya mampu utk menangani process mini sampai medium size, atau dari segi pemrogramannya, atau yang lain ? Karena yg saya lihat dari produk Fisher Roemount (PRovox/RS3), CS Yokogawa, memiliki struktur yg sama, konfigurasi/pemrograman yg relatif sama. Sedangkan utk DeltaV yg saya tahu perbedaannya hanya terletak dari Ukuran fisiknya, terlepas dari softawre/utility yg inculde didalamnya. DeltaV juga memiliki feauture integrate dgn FieldBus system(dpt melakukan konfigurasi, maintenance, dll) tanpa software tambahan, Auto Tuning, Optimized Process (DeltaV Inspect, Fuzzy, NEural, dll), dll. Mohon pencerahannya, terima kasih. waskita Diskusi semakin seru nih. Ayo donk rekan-rekan PTCS, Honeywell, YEW angkat suara. Brand Anda banyak disebut dalam diskusi ini. Saya yang jadi ngga enak seolah-olah lebih mengetahui daripada vendornya sendiri. Maaf kalau rekan-rekan yang berdiskusi disini sudah ada dari rekan vendor yang tidak saya ketahui karena email addressnya tidak menggunakan atribut perusahannya. Mengenai bagaimana system akan dinamakan atau digolongkan itu adalah haknya masing-masing vendor, maka pada posting sebelumnya saya menggunakan kata 'cenderung'. Seperti yang sudah pernah saya bahas sebelumnya, pengertian saya mengenai 'scalable system' adalah dimana pengembangan (memperbesar) system tidak mempengaruhi system performance, sedangkan pengembangan system yang membuat degradasi system performance, menurut pengertian saya adalah 'expandable system'. Ini adalah pemikiran individual dari saya. Rekan PTCS mungkin lebih tepat untuk memberikan pengertian 'Scalable Process System' dari Deltav. Demikian pula pengertian mengenai FCS yang menggunakan FF-HSE dan LD (Linking Device) adalah vendor specific. Fieldbus Foundation tidak mengharuskan vendor membuat systemnya dengan arsitektur FCS. Keuntungan FF system dengan arsitektur FCS yang menggunakan FFHSE dan LD adalah dimana bridging bisa dilakukan antar FF-H1 pada LD satu melalui FF-HSE dan LD lainnya ke FF-H1 dibawahnya tanpa memerlukan OPC Mirror. Referensi mengenai kemampuan bridging bisa dibaca di Technical Overview FOUNDATION(TM) Fieldbus FD-043 Rev.3 item 6.1. Yang saya katakan mirip dari Plantscape dan Deltav, juga LC700 adalah arsitekturnya. Ini bukanlah penyetaraan performance, kapasitas atau funfgsionalnya. Seperti yang sudah diutarakan banyak rekan dalam diskusi ini definisi DCS, PLC, PC-based Controller, SCADA, dan sebagainya sudah kabur dan tidak bias lagi membuat garis pemisahan yang jelas. Ini adalah issue international yang berdiskusi mengenai hal ini dan balik-baliknya tetap masih kabur. Jadi sebaiknya kita anggap saja semua system sebagai BPCS yang melayani

process seperti yang diutarakan sebelumknya oleh beberapa rekan. User men-specify BPCS requirements, vendor menawarkan suitable BPCS sesuai requirements. febry_klanis Pak Waskita, Mohon maaf sebelumnya, saya sebelumnya adalah Engineering PTCS selama 2 tahun, dan sekarang saya sudah pindah ke Yokogawa. Seperti yg sebelumnya saya kemukakan, DeltaV menyebut dirinya sebagai Scalable PRocess System, meskipun sistem dinaikkan eskalasinya utk menangani proses yg lebih besar, sistem tidak akan berpengaruh besar (hanya dibatasi oleh bandwith Netowrk TCP/IP) pada sistem tsb, dan selama load dari tiap controller masih berada pada toleransi optimum bekerja (biasanya 30-40% sisa load min)sistem tidak akan terpengaruh. Saya setuju dan sependapat dgn bapak soal kekaburan pengertian ketiga definisi sistem tsb. Makanya pada email sebelumnya memang saya bingung pada ketiga definis tsb, dimana semua sistem seakan2 berlomba utk memperbaiki sistemnya kearah yg lebih komplit shg mungkin cenderung ke arah yg sama. Dan biasanya mereka tetap mempertahankan filosofi lama, misalnya utk PLC pasti masih support dgn ladder-nya. Namun utk DCS sama sekali tidak menggunakan ladder. Dari perkembangan produk Emerson yg saya ikuti memang kecendurangan beberpa produk menggunakn prosesor Pentium/486 sebagai main procesorrnya. Contoh Ovation dan Daniel. Entah apa ini disebut PC based controller/ tidak. waskita Deltav yang tidak menggunakan Linking Device (LD) dan FF-HSE jelas akan mengalami degradasi performance pada waktu memperbesar system. Ethernet Network bisa digunakan sebagai Plant/Process Control Network (PCN) dan menjadi deterministic dengan menggunakan Industrial Ethernet. Ladder adalah salah satu programming language dari IEC 61131-3. Suatu system yang menggunakan satu atau lebih programming language IEC 61131-3 bisa dikatakan mempunyai kemampuan sebagai PLC. Microprocessor Pentium/486 bisa saja dipergunakan oleh Industrial System untuk melakukan fungsinya, dan ini tidak berarti microprocessor yang dipergunakan oleh PC, membuat industrial system tersebut menjadi PC atau PC-based Controller. suradi Supaya tidak bingung2 saya punya konsep yang simple untuk membedakan DCS, PLC dan PC Based control, dengan melihat antara Controller, software konfiguratornya dan HMI/User Interfacenya. DCS umumnya mempunyai software configurasi dan HMI (user Interfacenya) yang

sama brand. Software untuk mengkonfigurasi dan HMInya satu packet dengan controllernya. Tagname yang di PC sama persis dengan tagname di Controller. PLC umumnya mempunyai software konfigurasi khusus yang satu brand dengan PLCnya namun untuk HMI(User interfacenya) dapat menggunakan Brand Lain. Tagnamenya akan berbeda dengan tagname yang dikontroller. Malah kadang di controller hanya berupa register/address saja. Umumnya PLC dapat bekerja walau tanpa HMI/User Interface. PC Base Control Umumnya adalah PC yang fungsinya personal computer (baik itu industrial PC ataupun home PC) namun dilengkapi dengan Card IO/module IO atau PLC controller namun PC tersebut sebagai otak kontrolnya baik itu semua Atau sebahagian control yang dilakukan oleh PC tersebut. Mudah-mudahan tidak salah. Kalaupun salah mohon dikoreksi. tjahyo_soenaryono Mungkin untuk koreksi,.. kalo nggak salah.. Ada DCS yang mempunyai development sofwarenya yang beda dengan HMI nya, misalnya Yamatake : dengan RTC Editornya utk mendevelop fungsi2 pada hardwarenya dan menggunakan Wonderware sebagai HMInya.. terus ada juga vendor PLC yang punya software utk membuat 'ladder'nya yang sama brandnya dengan HMInya, misalkan siemens plc dengan step7 utk laddernya dan Protool, Protool/pro, wincc utk HMInya demikian juga dengan AB dengan RSLogic dan RS Viewnya yang juga buatannya sendiri... tjahyo_soenaryono Mengenai vendor yang mengasumsikan dirinya sebagai yang fully menggunakan FF, dan mengatakan bahwa teknologi DCS dan PLC sudah mungkin nggak akan berlangsung lama, eh ternyata dia juga punya produk programmable controller. Apa mungkin nggak terlalu PD menggunakan FCS..?? mungkin juga untuk tujuan yang lain. terus yang kedua, masalah constructionnya (cable ke field dll.), kalo misalkan teknologi FF belum bisa dipakai untuk SIS, berarti harus pake hardware yang lain utk SIS disamping FCS sebagai Control Systemnya.. berarti cablenya harus beda, cable tray lain juga, conduit, junction box yang beda pula.. nambah duit lagi... bisa jauh lebih mahal ketimbang DCS utk BPCS dan PLC utk safety systemnya.. Terus kalao masalah keterdistribusiannya, kalo dibandingkan dengan scada misalnya ?? febry_klanis Iya betul pak Tjahyo, untuk DeltaV sendiri memakai Intellution sbg MMI-nya, Objectivity sbg Databasenya, Sytech utk Report dan sebagian kecil tools yg ada di softwarenya, Historical data memakai PI system dari OSI Soft, dll. Ini menandakan bahwasannya pembedaan bukan terletak pada hal tsb. DeltaV demikian opennya sampai hampir semua tools-nya memakai outsourcing yg

berbeda. Saya kurang tahu apa hal ini merupakan sebuah kelebihan atau justru kekurangan bagi systemnya, bahkan harwdare-nya pun menggunakan brand lain seperti MTL. Pak Suradi ini dulunya dari Asia Karsa ya ? Titip salam buat PAk Hery (alumni PTCS), dan pak Munir. Saya FF tidak akan bisa menggantikan begitu saja sistem DCS dan PLC. Karena masing2 sistem memiliki aplikasi yg berbeda2 sesuai dgn kebutuhannya. Masalah SCADA sebenarnya adalah masalah komunkasi diantara RTU dan master-nya atau supervisory-nya. Sistem SCADA menggunakan PLC disisi kontroller-nya. Misalnya di Total Peciko sudah menggunakan sistem SCADA dimana PLC yg digunakan adalah Modicon dgn Intellution sbg HMI-nya. suradi Kalau yamatake saya tidak tahu. Setahu saya biasanya DCS itu display/HMI dan tools configurasinya proprietary. Kalau Siemens PLC paketnya dengan ProTool dan AB-PLC paket dengan RSLogix. Kedua PLC ini dapat menggunakan HMI lain selain brandnya. Wincc dan RSView adalah HMI umum yang bisa untuk PLC apapun yang penting protocol dimiliki oleh software tsb. Kalau DeltaV memakai Intellution FIX yang proprietry untuk DeltaV. Intellution untuk aplikasi HMI umum versi iFIX (intellution iFix). wildam Kalo untuk model yang sederhana (orde-2 dan 3), Matlab cukup OK. Tapi untuk matriks orde tinggi, saya ngga jamin. Yang pernah saya tahu, matlab bisa eksekusi sampai matriks ukuran 10x10,Saya tidak tau jika ada produk matlab terbaru. Tapi kalo untuk yang ngejelimet, sebaiknya membuat satu modul program sendiri (dalam dalam C+ +) untuk menghemat waktu komputasi. Dasar yang penting adalah algoritma Numerik untuk mencari solusi model Matlab bisa dalam bentuk blok diagram, dipaket simulink nya ada,dan user friendly sekali. Semoga Membantu nugrohowibisono Yth. Members, Saya respon borongan deh, mumpung udah lewat jam kantor hehe. --- "Dermawan, Imam" <IDermawan@mcdermott.com> wrote:

> Klo waktu kuliah dulu sih Pernah ada yg menggunakan matlab untuk kalkulasi pake neural networks tapi lama (berjam2) , kemudian ada juga yg bikin kalkulasinya pake software yg didevelop sendiri pake labview (ini cepat /bias online). Tapi tidak tahu untuk aplikasi kalkulasi lainnya di matlab? Mas Imam, Mohon maaf jika salah lho ya.. Kasus yang mas Imam bicarakan itu adalah tahapan dalam pencarian model yang tepat dengan cara mengisi konstanta-konstantanya secara iterasi , atau istilahnya kerennya sih learning process untuk neural network(NN)-nya (mas Imam pasti sudah paham ini ya). Dalam tahapan tersebut, si NN-nya belajar untuk menghasilkan suatu model (bisa model dari proses, bias model dari kontrolnya). Kalau tahapan itu memang lama mas, tapi kalau dari tahapan itu ditemukan bahwa galatnya sudah acceptable, berarti sudah dihasilkan model yang sudah cukup mewakili dari suatu keadaan yg ingin dimodelkan. Barulah kalau tahapan simulasi dinamika proses, itu yg bisa cepat... Kasus yg saya bicarakan adalah mengenai simulasi dinamika proses dan bukan simulasi kontrolnya (lha kalo simulasi kontrol, DCS-nya buat apa? Hehehe). Saya kurang tahu apakah teman mas Imam menggunakannya untuk memodelkan prosesnya atau memodelkan kontrolnya... Labview setahu saya cukup cepat juga (bahasa C yg berbasiskan grafis kalo ga salah ya?), cuma saya kurang familiar dengan Labview, jadi kurang begitu paham juga hehe.. Saya kurang begitu tahu apakah LabView bisa komunikasi dengan OPC selain punyanya National Instrument sendiri ya. > From: Waskita Indrasutanta > > Mohon tanya: > 1. Apakah MatLab cukup cepat melakukan semua kalkulasi yang diperlukan agar bisa secara online bekerjasama dengan DCS? Pak Waskita, Mohon maaf kalau saya salah lho ya. Untuk pertanyaan nomor 1, perlu saya luruskan bahwa konteks pembicaraan saya dalam penggunaan Matlab ini adalah untuk simulasi dinamika proses. Jika yang dimaksudkan ini maka jawabannya adalah saya rasa Matlab cukup cepat untuk melakukan kalkulasi semacam ini. Kenapa saya menggunakan kata "saya rasa"? karena memang saya tidak pernah melakukan benchmarking atau melihat performansi kecepatan kalkulasi untuk keperluan simulasi dinamika proses secara khusus. Lagi pula, namanya juga komputer di lab kampus, isi komputer yg digunakan hampir bisa dipastikan tidak hanya berisikan software-software yg berguna secara akademis, tetapi juga "berguna" untuk sang pemakai komputer i.e. : winamp, games, ICQ, YahooMessenger, dan software2 yg ga ketahuan juntrungannya hehe.. balik topik ah.. Pengalaman kami dulu di lab, Matlab terlihat cukup cepat untuk memberikan balikan berupa variabel proses yg dikalkulasi secara online (dari pemodelan yg diinputkan kedalam Matlab), malahan karena scanning time dari DCS adalah 1 detik, kadang DCS-nya yang kurang cepat hehehe. Memang tujuannya sih untuk memudahkan tahapan implementasi model saja supaya bisa langsung ke DCS, ga kepikiran aja apakah cukup cepat atau tidak.

Jadi idenya ini kurang lebih dapat digambarkan seperti ini pak Waskita : Model Proses (Matlab) <-->???<--> DCS Menurut informasi dari teman saya, katanya sih Matlab-nya udah nyediain fasilitas buat nempel ke DCS.. saya sendiri malah belum searching tuh.. Nah, kalau konteks pembicaraannya "kalkulasi yg berkaitan dengan optimization", ini saya yg engga begitu tahu... Karena saya belum mencoba atau belum pernah melihat rekan-rekan menggunakan Matlab untuk keperluan ini. Tentu saja, dengan algoritma yang "sangat berat" Matlab akan kesulitan memberikan respon yang cepat. Btw, pengalaman saya mencoba Matlab 6.5, agak berat untuk di load. Iseng2 saya perhatikan, sepertinya untuk tampilan grafisnya menggunakan Java ya? Mohon info juga kepada rekan-rekan yang mengetahui. Bukan apa2, pengalaman pribadi sih didalam lingkungan windows, Java cukup berat untuk di load... > 2. Bagaimana minimum requirements dari PC yang yang menjalankan MatLab, > Supporting Software, OPC, dan network? Minimum requirements-nya? Wah ini kembali ke pertanyaan nomor 1 : mau untuk simulasi dinamika proses atau optimization? Kalau untuk simulasi dinamika proses sih pakai Pentium III (MHz-nya lebih dari 300-an lah), RAM 256 MB, sepertinya cukup deh..kalau untuk optimization saya kurang tahu... Saya kira begitu, kurangnya mohon dikoreksi... Terima kasih. wildam Kalo untuk model yang sederhana (orde-2 dan 3), Matlab cukup OK. Tapi untuk matriks orde tinggi, saya ngga jamin. Yang pernah saya tahu, matlab bisa eksekusi sampai matriks ukuran 10x10,Saya tidak tau jika ada produk matlab terbaru. Tapi kalo untuk yang ngejelimet, sebaiknya membuat satu modul program sendiri (dalam dalam C++) untuk menghemat waktu komputasi. Dasar yang penting adalah algoritma Numerik untuk mencari solusi model Matlab bisa dalam bentuk blok diagram, dipaket simulink nya ada,dan user friendly sekali. Semoga Membantu nugrohowibisono Halo mas Wildany, pengalaman sih oke juga kok, koneksi ke DCS juga ok kok.. sepengetahuan saya yg minim sih, model proses yg mempunyai orde 2 ke atas amat jarang di dunia industri proses alias mereka sudah cukup didekati dengan orde satu. kalau mau maksain utk memodelkan ke orde tinggi sih (menurut saya lho), juga tidak banyak pengaruh ke kontrolnya. selain itu pemodelan (baik secara analitik ataupun eksperimen) memerlukan effort yg lebih besar

dengan hasil yg hampir sama apabila kita memodelkan proses dengan orde satu.. ini menurut saya lhooo... lha wong namanya belajar, salah kan ndak papa, ya nggak brur? hehehe... Mohon koreksinya...

Anda mungkin juga menyukai