Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................... i ii iii

BAB I Pendahuluan .................................................................................................. BAB II Isi A. Sifat Limbah Air ........................................................................................... B. Perlakuan Air Limbah (sewage).................................................................... C. Keseluruhan Proses Perlakuan Air Limbah .................................................. C.1 Primary Treatment ................................................................................. C.2 Secondary Treatment ............................................................................. C.3 Tertiary Treatment ................................................................................. D. Pemrosesan Lumpur ...................................................................................... E. Penggunaan Tanah Terhadap Limbah Cair ................................................... F. Tanah Basah dan Sistem Pertanian ............................................................... G. Sampah .......................................................................................................... G.1. Sumber-sumber Sampah ........................................................................ G.2. Jenis-jenis Sampah ................................................................................ G.3. Dampak Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan ........................... G.4. Pengelolaan Sampah .............................................................................. G.5. Usaha Pengendalian Sampah ................................................................

2 2 3 5 5 7 7 9 10 10 11 12 13 14 15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ B. Saran .......................................................................................................... 16 16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

17

BAB I PENDAHULUAN

Kata peradaban secara harfiah, berasal dari kata citification yaitu dibangun diatas air. Menurut sejarah, ketika masyarakat kecil menjadi kota, kebutuhan mereka akan system pasokan air yang aman, terpercaya dan pembuangan limbah yang handal menjadi penting. Lebih dari dua ribu tahun lalu, misalnya, penduduk Roma memenuhi kebutuhan mereka dengan membangun system terowongan dan sewer, yang beberapa diantaranya masih digunakan. Akan tetapi, kota-kota modern memerlukan air minum dalam jumlah besar dan menghasilkan jumlah limbah yang lebih besar daripada Roma kuno. Selain itu, kita menyadari adanya hubungan yang tidak dapat dielakkan antara penyakit dengan kotoran, serta hubungan antara perlakuan limbah yang memadai dan lingkungan yang menyeluruh. Disamping itu, sampah juga menjadi salah satu permasalahan kompleks di perkotaan. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume serta jenis sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. Dengan demikian kita menghadapi tantangan dalam mencari solusi yang efektif dan ekonomias terhadap permasalahan tersebut, yang tidak hanya akan melindungi kesehatan manusia melainkan juga kualitas lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, peper ini kami buat agar bisa memberikan solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan tesebut sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi manusia.

BAB II ISI

A. Sifat limbah air Cloaca maxima, sewer terbesar di Roma memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani kota yang memiliki penduduk satu juta jiwa. Sewer ini dan sewer lainnya, hanya mengumpulkan limbah dan membuangnya ke danau, sungai, atau laut terdekat. Jalan yang berguna ini membuat kota menjadi lebih layak dihuni, tetapi kesuksesannya tergantung pada pemindahan masalah pencemaran dari satu tempat ke tempat yang lain. Kepadatan penduduk saat ini terlalu tinggi untuk memungkinkan diandalkannya transferensi. Maka dari itu, pembuangan limbah zaman modern dilakukan sebelum limbah dilepaskan ke lingkungan. Saat ini, lebih dari 15.000 pabrik perlakuan limbah air memperlakukan sekitar 150 milyar liter air limbah per hari di Amerika Serikat sendiri. Selain itu, septic tank, yang juga diperkenalkan pada akhir abad kesembilan belas melayani sekitar 25% dari penduduk AS, yang sebagian besar di daerah pedesaan. Air limbah rumah tangga merupakan kombinasi antara feses, urin manusia dan graywater. Graywater yang dihasilkan dari mencuci, mandi dan pembuatan makanan. Air dari berbagai macam industri dan bisnis mungkin juga memasuki sistem ini. Akan tetapi ini merupakan jumlah zat organik dalam limbah rumah tangga yang menentukan derajat perlakuan biologis yang dibutuhkan. Tiga pengujian dilakukan untuk menilai jumlah zat organic: total karbon organic (TOC), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD). Zat-zat pencemar utama dalam limbah air rumah tangga adalah zat organic yang dapat dibiodegradasi, zat organic rekalsitran, logam beracun, zat suspensi dan mikroorganisme.

B. Perlakuan Air limbah (Sewage) Septic Tank Hingga pertengahan abad keduapuluh di Amerika Serikat, beberapa keluarga perkotaan dan beberapa penduduk kota besar dan kota kecil bergantung pada toilet lobang atau kakus untuk membuang limbah. Akan tetapi toilet limbah ini seringkali membiarkan limbah yang tidak diolah meresap ke air tanah, yang membiarkan patogen mencemari pasokan air minum. Resiko terhadap kesehatan masyarakat ini membuat pembuatan septic tank dan membuat drainfield dengan tepat. Pada dasarnya, septic tank

bertindak sebagai gudang penyimpanan dimana zat padat dipisahkan dari air limbah yang akan masuk dan penyerapan biologis zat-zat organik limbah dapat terjadi dalam kondisi anaerob. Didalam system septic tank, air limbah dan sewage memasuki sebuah tanki yang terbuat dari beton, logam dan fiberglass. Disana, gemuk dan oli naik keeatas sebagai buih dan zat padat tetap berada di bagian bawah. Air limbah dan pembuangan limbah selanjutnya mengalami pembusukan oleh bakteri anaerob, yang menghasilkan endapan. Air limbah biasanya tetap berada didalam septic tank selama 24-72 jam, sesudah itu dikeluarkan ke drainfield. Drainfield atau leachfield ini tersusun atas pipa-pipa berlubang kecil yang ditanam didalam batu kerikil dibawah permukaan tanah. Secara periodik, septage residu pada tanki septic dipompakan keluar sebuah truk tanki dan dimasukkan ke pabrik perlakuan untuk pembuangan. Walaupun konsentrasi zat pencemar didalam septage septic tank biasanya jauh lebih besar daripada yang ditemukan didalam air limbah rumah tangga, septic tank dapat menjadi sebuah metode pembuangan limbah yang efektif dimana tanah tersedia dan kepadatan penduduknya tidak terlalu tinggi. Maka dari itu, hal itu banyak digunakan di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Akan tetapi, ketika kepadatan penduduk pinggiran kota bertambah, air tanah dan pencemaran air permukaan mungkin terjadi, yang mengindikasikan kebutuhan untuk bergeser ke sebuah system pembuangan limbah komersial kota. (Pada kenyataannya, system septic pribadi kadang-kadang dilarang di beberapa daerah pinggiran kota). Lagipula, septic tank tidak cocok untuk setiap daerah di negara tersebut. Sebagai contoh septic tank tidak bekerja dengan baik pada iklim hujan yang dingin dimana drainfield mungkin terlalu dingin untuk penguapan yang tepat, baik di daerah-daerah dimana tabel airnya dangkal. Kepadatan septic tank yang tinggi mungkin juga bertanggung jawab untuk pencemaran air tanah oleh nitrat. Dan yang terakhir, kebanyakan perjangkitan penyakit yang terkait dengan air tanah di Amerika Serikat dianggap berasal dari pencemaran oleh septic tank.

C. Keseluruhan Proses Perlakuan Air Limbah Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap: Pengolahan Awal (Pretreatment) Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan

padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment) Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal yaitu sebuah proses fisik yang melibatkan pemisahan sampah besar. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment) Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Perlakuan sekunder adalah sebuah proses biologis yang dilakukan oleh mikroorganisme. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment) Perlakuan tertier biasanya merupakan sebuah proses psikokimiawi yang menghilangkan kekeruhan yang disebabkan dengan adanya bahan gizi (misalnya nitrogen), zat organik yang larut, logam atau pathogen. Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga diantaranya ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange.. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment) Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

Sedimentation. Sebuah primary sedimentation tank di sebuah unit pengolahan limbah domestik.

C.1 Perlakuan Primer Perlakuan primer merupakan tahap pertama dalam pengolahan air limbah kota. Hal ini secara fisik memisahkan zat padat yang besar dari aliran limbah. Ketika pembuangan limbah kasar masuk ke pabrik pengolahan, limbah melewati parutan logam yang membersihkan kotoran besar, seperti ranting pohon, ban dan semacamnya. Sebuah layar yang bergerak selanjutnya menyaring barang-barang yang lebih kecil seperti popok dan botol, yang sesudahnya disimpan sebentar didalam tanki pasir memungkinkan pasir dan kerikil keluar. Aliran limbah selanjutnya dipompa ke tanki penyimpanan utama (yang juga dikenal sebagai tanki sedimentasi atau clarifier) dimana sekitar separuh zat padat organik suspensi disimpan di bagian bawah sebagai endapan atau biosolid. Endapan yang dihasilkan disebut sebagai endapan primer. Pathogen mikroba tidak dibersihkan secara efektif dalam proses primer.

C.2 Perlakuan Sekunder Perlakuan sekunder terdiri atas degradasi biologis, dimana solid suspensi yang tersisa dibusukkan dan jumlah pathogen berkurang. Pada tahap ini, pengaliran air kotor dari perlakuan primer dapat dipompa kedalam sebuah alas filter cucur, sebuah tanki penganginan atau sewage lagoon. Tahap disinfeksi pada umumnya dimasukkan pada akhir perlakuan. Terdiri dari proses degradasi secara biologi yang mana sisa-sisa zat padat yang tersuspensi terurai dan jumlah dari patogen berkurang. Pada tingkatan ini, aliran dari tretment yang pertama dipompa ke dalam sebuah tempat penyaringan yang mengalir, sebuah tangki aerasi, atau sebuah tempat penampungan limbah cair. Suatu langkah disinfeksi umumnya termasuk dalam akhir dari pengolahan itu sendiri. Tempat penyaringan yang mengalir, semata-mata merupakan sebuah tenpat dari bebatuan atau lembaran-lembaran plastik yang mengkerut dan dilewati oleh tetesantetesan air. Aliran dipompa melalui sistem pipa berlubang atau melewati suatu penyemprot yang menyapu bagian atas dari tempat ini, dimana bakteri dan mikroorganisme lain tinggal. Mikroorganisme2 ini menghalangi material organik karena dia mengalir dan menguraikannya secara aerobik. Pembuatan tangki aerasi juga diketahui sebagai proses pengaktifan lumpur.

Aliran dari treatment yang pertama dipompa ke dalam sebuah tangki dan dicampur dengan bakteri yang kaya akan noda, diketahui sebagai pengaktif lumpur (activated sludge). Udara/oksigen murni dipompa melewati campuran yang mendukung

pertumbuhan bakteri dan penguraian dari material organik. Kemudian menuju ke sebuah tangki pengolahan yang kedua dimana air dialirkan keluar melalui bagian atas tangki dan lumpurnya dipindahkan dari bawah. Beberapa dari lumpur-lumpur tersebut digunakan sebagai penyuntikan untuk menghasilkan aliran yang pertama. Sisa lumpur yang diketahui sebagai lumpur kedua, dipindahkan/dihilangkan. Konsentrasi dari patogen dikurangi dalam proses pengaktifan lumpur dengan menggunakan mikroorganisme antagonis yang memiliki daya adsorbsi sama baik atau penyatuan ke dalam lumpur kedua. Selokan besar sering ditunjukkan sebagai oksidasi atau tempat penyetabil, paling tua/lama dari dari sistem pengolahan air buangan. Biasanya, tidak lebih dari 1 hektar area dan hanya dengan kedalaman beberapa meter (dangkal), kolom-kolom pengoksidasian yang menyediakan stewpot alami dimana air buangan dikumpulkan, sementara materi organik didegradasi. Periode waktunya berkisar antara 1-4 minggu (dan beberapa waktu yang lebih panjang), diperlukan untuk menyelesaikan proses penguraian dari bahan organik. Cahaya, panas, dan pengaturan/penempatan dari sampah padatan juga dapat secara efektif mengurangi persentase patogen dalam air buangan. Ada 3 kategori dari tempat-tempat pengoksidasian yang sering digunakan: Aerobic Ponds Yang secara natural dicampur, seharusnya dangkal karena mereka tergantung pada penembusan dari cahaya untuk merangsang pertumbuhan alga yang memelihara keberadaan oksigen. Batas waktu penyimpanan aiar buangan umumnya 3-5 hari. Aerated Ponds Merupakan aerasi secara mekanik, mungkin dengan kedalaman 1-2 meter dengan batas waktu penyimpanan kurang dari 10 hari. Umumnya, cara ini tergantung pada lamanya waktu aerasi dan suhu, yang sesuai dengan tipe dari air buangan itu sendiri. Sebagai contoh, pada 20oC, selama 5 hari periode aerasi menyebabkan 85% BOD hilang. Anaerobic Ponds Sekitar 1-10 meter kedalamannya dan membutuhkan waktu penyimpanan yang relatif lama yaitu 20-50 hari. Cara ini yang tidak membutuhkan alat mekanik yang mahal untuk proses aerasi, dengan jumlah lumpur yang umumnya sedikit. Seringkali anaerobic ponds menyediakan suatu langkah pretretment untuk sampah organik yang kaya akan protein dan lemak (misal sampah-sampah makanan seperti daging) dengan

BOD yang tinggi dan dengan suspensi zat padat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Karena tempat penampungan limbah cair membutuhkan suatu teknologi yang sederhana dan dengan biaya yang relatif rendah, cara ini umumnya digunakan oleh negara-negara berkembang dan beberapa komunitas kecil di USA, dimana tanah/lahannya tersedia dengan harga yang pantas/masuk akal. Meskipun demikian, bahan organik yang biodegradabel dan kekeruhan tidak dapat berkurang secara efektif seperti bila menggunakan sisitem pengolahan lumpur aktif (Activated Sludge Treatment) Hasil/aliran yang dihasilkan dari semua proses pengolahan yang kedua ini biasanya mengalami suatu pengolahan dengan desinfektan untuk menghilangkan bakteri patogen yang masih tersisa. Pemberian klorin/klorinasi yang umumnya dilakukan dalam proses ini, tetapi penyinaran dengan sinar ultraviolet juga semakin umum dilakukan. Meskipun demikian, masuknya virus-virus dan patogen protozoa sering tidak mempan dengan proses desinfektan. Dan klorinasi dapat menghasilkan produk-produk yang beracun bagi hewan-hewan yang hidup di air termasuk ikan. Oleh karena itu, air buangan/limbah cair seharusnya dideklorinasi sebelum dibebaskan/dialirkan ke perairan, atau proses pendisinfeksian dengan sinar ultraviolet harus digunakan secara eksklusif.

C.3. Tertiary Treatment Langkah ini termasuk dalam langkah tersier atau tambahan setelah langkah kedua. Proses ini dilakukan untuk lebih mengurangi kandungan-kandungan organik, kekeruhan, nitrogen, phosphor, logam-logam, dan patogen. Sebagian besar prosesnya termasuk kedalam beberapa tipe pengolahan secara kimia-fisika seperti misalnya koagulasi, pengaringan, penyerapan unsur organik penghasil karbon, dan penambahan disinfektan. Proses ketiga ini dilakukan untuk penambahan proteksi pda kehidupan luar setelah dilepas ke sungai atau danau. Bahkan lebih umumnya, hal ini dilakukan ketika air buangan ini akan digunakan lagi untuk irigasi (misal : sawah, lapangan golf), untuk tujuan rekreasi (misal : danau, kuala), atau untuk air minum.

D. Pemrosesan Lumpur Lumpur yang dihasilkan dari berbagai tingkatan perosesan limbah cair (keduanya yaitu lumpur utama dan lumpur aktif hasil pengolahan tahap kedua) juga membutuhkan pengolahan, pada kasus ini untuk menstabilakan unsur-unsur organik dan mengurangi kandungan airnya. Perlakuan terhadap unsur organik ini dilakukan untuk mencegah

munculnya bau yang tak sedap dan mengurangi jumlah patogen, seperti unsur yang bersifat parasit dan virus, yang sering terdapat dalam lumpur. Ketika mengurangi kandungan air, kita harus mengurangi berat dari lumpur tersebut, buat agar lebih ekonomis untuk mengangkutnya hingga akhirnya dapat digunakan. Pengolahan lumpur tipenya termasuk dalam beberapa langkah seperti menebalkan pengurangan volume lumpur dan dapat dilakukan dengan menggunakan padatan untuk meletakkannya sebuah tangki atau sengan sentrifugasi. Disgestion, suatu proses mikrobia yang menghasilkan unsur organik yang stabil dan penghancuran patogen karena penggunaan temperatur yang tinggi. Lumpur akan diproses secara aerobik dan anaerobik. Proses anaerobik memakan waktu selama 2-3 minggu dalam tangki-tangki besar pada fasilitas pengolahan air limbah. Proses ini memiliki kelebihan dalam memproduksi gas metana, yang dapat dipakau sebagai sumber energi. Proses secara aerobik juga menstabilkan lumpur. Dalam proses ini, air dan oksigen dihilangkan dari lumpur dalam sebuah tangki terbuka. Kelebihan dari proses aerobik ini adalah menghabiskan biaya yang rendah, operasionlnya mudah, produksi baunya sedikit, dan lumpurnya stabil. Meskipun demikian, juga memproduksi lumpur kotor yang lebih banyakyang harus dibuang. Lumpur-lumpur itu mungkin dihilangkan setelah mereka diproses, tetapi biasanya diproses lebih untuk mengurangi kandungan airnya. Ini dilakukan dengan sebuah proses yang disebut conditioning dalam kimia seperti aluminium, ferric chloride yang ditambahkan unutk mengumpulkan pertikel tersuspensi. Proses ini diikuti dengan dewatering, yang dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti pengeringan udara (air drying) dalam pembuatan kolam-kolam, sentrifugasi, atau penyaringan vakum (vaccum filtration). Pengkoagulasian dengan aluminium, atau polielektrolit efektif dalam

menghilangkan bahan tersuspensi dan phosphor dari lumpur. Ini juga sangat efektif dalam menghilangkan virus-virus. Hasil dari bentuk-bentuk itu dihilangkan dan sisanya biasanya dilewatkan melalui pasir atau mix-media filter. Mix-media filter terdiri dari batu kerikil, permata, dan pasir yang bersama-sama menambah kemampuan dari penyaringan itu sendiri. Pendesinfeksian biasanya lebih efektif dalam membunuh patogen-patogen setelah koagulasi dan filtrasi karena mereka menghilangkan zat-zat padat yang tercampur dan unsur organik yang dapat larut.

E. Penggunaan Tanah terhadap Limbah cair Limbah cair domestik biasanya dibuang ke perairan, hal ini bisa juga dihilangkan dengan menggunakan tanah, terkadang untuk irigasi sawah dan terkadang hanya sebagai perlakuan tambahan atau penghilangan. Ketiga metode dasar yang digunakan dalam aplikasi aliran air limbah ke tanah meliputi low-rate irrigation, overland flow, dan highrate infiltration. Pemilihan metode tergantung pada kondisi-kondisi pada saat

penanganan dengan beberapa pertimbangan (jumlah muatan, metode irigasi, dan perlakuan yang diharapkan). Dengan ukuran irigasi yang rendah (low-rate irrigation), aliran air buangan digunakan dengan memercikkan atau penggunaannya pada permukaan tanah dengan ukuran 1,5-10 cm per minggu. Dua per tiga dari air tersebut diambil untuk pertanian atau hilang karena penguapan sementara sisanya tersaring melewati matriks tanah. Sistem tersebut harus di desain untuk memaksimalakan proses denitrifikasi agar menghindari polusi dari air tanah akibat nitrat. Phospor dideaktifkan dalam matriks tanah dengan fixation dan preciptation. Metode irigasi tersebut digunakan mula-mula pada komunitas kecil dan membutuhkan area yang luas, umumnya berukuran 5-6 hektar tiap 1000 orang. Dalam metode overland flow, alirang air buangan diperbolehkan untuk mengalir pada jarak 50-100m sepanjang 2-8% lereng tanaman dan dikumpulkan dalan sebuah parit. Jumlah rata-rata dari air buangan sekitar 5-4 cm per minggu. Hanya sekitar 10% air jatuh melewati tanah, sedangkan 60% yang mengalir menuju parit. Sisanya hilang karena penguapan. Sistem ini membutuhkan tanah lempung dengan dengan daya serap (permeabilitas) yang rendah dan perembesan. Objek utama dari high-rate infiltration (perembesan berukuran tinggi) juga ditunjukkan sebagai soil aquifer treatment (SAT) atau rapid infiltration extraction (RIX) adalah perlakuan air buangan pada jumlah yang memuat melebihi 50 cm per minggu. Air yang diolah, sebagian besar yang telah disaring melewati tanah bertekstur kasar, digunakan untuk pengisian kembali air tanah dan dapat digunakan untuk irigasi. Sistem ini membutuhkan sedikit tanah daripada proses irigasi atau metode over-land flow. Waktu pengeringan diperlukan untuk mengaerasi sistem tanah dan menghindari masalah karena kongkongan. Penyeleksian bagian untuk aplikasi tanah ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya tipe tanah, kemampuan untuk mengairi (drainability) dan kedalaman, jarak ke air tanah, pergerakan air tanah, lereng, formasi di bawah tanah, derajat pengisolasian dari tempat umum. Ketika dikaitkan dengan perpindahan virus, tipe tanah dan kedalaman dan jarak

ke air tanah alah faktor penting untuk diperhitungkan. Beberapa meter dari lapisan tanah yang bertekstur lunak, selalu dibutuhkan untuk perpindahan virus, terutama jika air tanah secara langsung berada di bawah tanah tersebut.

F. Tanah Basah dan Sistem Pertanian Tanah basah, yang biasanya memiliki kedalaman kurang dari 1 meter, adalah area yang mendukung vegetasi aquatik dan memelihara pertumbuhan tanaman liar seperti rumput purun, buluh, rumput alang-alang, dan pepohonan. Mereka juga menyediakan habitat penting tanah basah bagi banyak spesies hewan. Akhir-akhir ini, area tanah basah mendapat perhatian lebih dalam arti perlakuan tambahan. Vegetasi tersebut menyediakan permukaan tanah untuk perkembangbiakan bakteri dan membantu dalam proses penyaringan dan pemindahan air buangan yang terkontaminasi dan kelebihan karbon. Meskipun keduanya, alam dan susunan tanah basah telah digunakan untuk perlakuan terhadap air tanah, kerja yang dilakukan akhir-akhir ini terfokus pada bentuk/susunan tanah basah karena keperluan pengaturan. Dua tipe dari konstruksi sistem tanah basah umumnya menggunakan : sistem Free Water Surface (FWS), Subsurface Flow System (SFS). Suatu tanah FWS adalah semacam paya alami sejak air pada permukaan tanah dilepas ke atmosfer. Tanaman yang terapung dan tercelup seperti yang ditunjukkan, mungkin ada. Sistem SFS terdiri dari saluran dan parit/selokan dengan sifat yang relatif tidak dapat ditembus, pada bagian bawah dipenuhi dengan media pasir dan karang untuk mendukung kehidupan tanaman liar. Selama perlakuan terhadap tanah basah, air buangan dapat digunakan. Sebagai contoh, digunakan untuk pertumbuhan tanaman aquatik seperti water hyancinths dan atau untuk membudidayakan ikan untuk kebutuhan manusia. Pertumbuahan tanaman aquatik menyediakan tidak hanya perlakuan/pengolahan tambahan untuk air tetapi juga sumber makanan untuk ikan dan hewan lainnya yang sejenis. Seperti sistem pertanian, cenderung membutuhkan area tanah yang luas, apalagi, resiko kesehatan dihubungkan dengan produksi dari binatang-binatang aquatik dalm kasus ini untuk konsumsi manusia harus lebih dibatasi.

G. Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waster)

adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat. b. Adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

G.1. Sumber Sumber Sampah 1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti sisa-sisa makanan, baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus, baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaianpakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman. 2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bis, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya. 3. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah ini dari perkantoran, baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabbish). 4. Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya. 5 Sampah yang berasal dari kawasan industri Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 6. Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayurmayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

7. Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya. 8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.

G.2 Jenis-jenis Sampah Kalau kita berbicara sampah, sebenarnya meliputi 3 jenis sampah yakni sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Tetapi seperti telah dibuatkan batasan diatas bahwa dalam konteks ini hanya akan dibahas sampah padat. Sampah cair yang berupa antara lain air limbah akan dibahas dibagian lain. Sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik dan sebagainya tidak dibahas. Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja) dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni : a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi : - Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam / besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya. - Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya. b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar : - Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya. - Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi / logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. c. Berdasarkan karakteristik sampah : - Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya. - Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas,dsb.

- Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok. - Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya. - Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik. - Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang. - Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya. - Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah, dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya.

G.3 Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan a. Dampak Terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

b. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial Dan Ekonomi Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas). Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan.

G.4 Pengelolaan Sampah a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA). Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk.

b.Pemusnahan dan Pengolahan Sampah Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut : Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah. Dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran (incenerator). Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

G.5 Usaha Pengendalian Sampah Teknologi landfill yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah lingkungan akibat sampah, justru memberikan permasalahan lingkungan yang baru. Kerusakan tanah, air tanah, dan air permukaan sekitar akibat air lindi, sudah mencapai tahap yang membahayakan kesehatan masyarakat, khususnya dari segi sanitasi lingkungan. Sedangkan teknologi pembakaran justru lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran udara. Produk pembakaran yang terbentuk berupa gas buang COx, NOx, SOx, partikulat, dioksin, furan, dan logam berat yang dilepaskan ke atmosfer harus dipertimbangkan. Selain itu proses insinerator menghasilakan Dioxin yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya kanker, sistem kekebalan, reproduksi, dan masalah pertumbuhan. Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produkproduk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. 1. Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian, misalnya, dengan menerapkan Prinsip 4R, yaitu:

Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. 2. Re-use (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai,

buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. 3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Teknologi daur ulang, khususnya bagi sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam, merupakan suatu jawaban atas upaya memaksimalkan material setelah menjadi sampah, untuk dikembalikan lagi dalam siklus daur ulang material tersebut. 4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. Selain itu, untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), saat ini mulai dikembangkan penggunaan pupuk organik yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang harganya kian melambung. Penggunaan kompos telah terbukti mampu mempertahankan kualitas unsur hara tanah, meningkatkan waktu retensi air dalam tanah, serta mampu memelihara mikroorganisme alami tanah yang ikut berperan dalam proses adsorpsi humus oleh tanaman.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 1. Pengolahan air limbah dibagi menjadi 5 tahap : Pengolahan Awal (Pretreatment) Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment) Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment) Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment) Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment) 2. Air limbah yang telah mengalami proses pengolahan (water treatment) dapat digunakan utuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum, mencuci, memasak ataupun untuk pertanian. 3. Secara umum, sampah padat dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. 4. Cara penanganan sampah yang bersih yaitu, reuse(memakai kembali),recycle(mendaur ulang),replace(mengganti).

B. Saran Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Anda mungkin juga menyukai