Anda di halaman 1dari 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. (Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto, 2007 : 150) Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada daerah sinus yang terjadi karena adanya infeksi virus, misalnya karena komplikasi influenza maupun karena alergi. (Erlien,2008 : 14) Sinusitis adalah radang sinus paranasal. (Arif mansjoer. dkk, 2001 : 102)

2. Klasifikasi a. Sinusitis Maksila Akut Sinusitis maksila akut ditandai oleh rasa lesu (malaise), suhu tubuh subfebril, rasa nyeri sekitar mata, rahang atas, gigi dan pipi, keluhan hidung tersumbat, dan pilek dengan ingus purulen. Nyerinya kebanyakan paling hebat pada pagi hari dan bertambah nyeri kalau membungkuk ke depan dan gerakan hentakan seperti bergerak naik tangga.

b. Etmoiditis Akut Etmoiditis akut menimbulkan keluhan sama seperti sinusitis maksila. Pada anak-anak sering timbul pembengkakan peri-orbital, terutama di sudut mata bagial medial. c. Sinusitis Frontal Sinusitis frontal menimbulkan keluhan sama seperti sinusitis maksila. Di sini keluhan nyeri terutama letaknya terlokalisasi di antara dan di atas ke dua mata. Kadang-kadang, ditemukan edema ringan di kelopak mata atas. d. Sinusitis Sfenoid Sinusitis sfenoid adalah suatu gambaran penyakit yang sulit ditegakkan diagnosisnya tanpa pemeriksaan radiologi, yaitu dengan CT-scan. Sebagai suatu gambaran penyakit tersendiri, kondisi ini sangat jarang ditemukan, melainkan seringkali terlewatkan tanpa diketahui. Pasien mengeluh nyeri kepala di puncak kepala (vertex) dan kadang-kadang di belakang kepala. e. Sinusitis Kronis Sinusitis kronis mula-mula merupakan peradangan yang nonbakterial. Kebanyakan menjadi suatu penyakit yang buruk

penyembuhannya atau merupakan akibat pengobatan yang tidak sempurna pada rinosinusitisyang berjalan subklinis. Keluhan sinusitis kronis bervariasi, kadang-kadang bahkan tidak ada keluhan sama sekali. Keluhan yang mungkin timbul ialah gangguan penghidu, ingus

belakang hidung (akibat aliran ringan, namun terus menerus, materi terinfeksi dari hidung dan sinus paranasal ke dalam faring, pasien mengeluhkan gejala faringitis), nyeri kepala yang timbul terutama pada pagi hari, dan infeksi saluran nafas bawah berulang kali. Kadang-kadang, kelainan obyektif hanya ditemukan pada

pemeriksaan dengan CT-scan. f. Sinusitis Ex Vacuo Sinusitis ex vacuo merupakan suatu gambaran penyakit tersendiri yang ditandai oleh keluhan nyeri yang terkesan sebagai suatu sinusitis frontal, atau kadang-kadang sinusitis maksila atau etmoiditis yang pada umumnya tempat nyeri yang khas, tidak ditemukan kelainan. Orang menganggap bahwa terjadi pembengkakan selaput lendir, sehingga ostiumnya tersumbat dan timbul suatu tekanan yang tidak normal di dalam sinus bersangkutan. Nyerinya terutama timbul di sekitar ostium. Perbedaan tekanan yang besar (barotrauma)dapat timbul pada waktu pesawat udara menurun terlalu cepat ketika mendarat, pada saat olah raga ski, atau mengendarai mobil di daerah pegunungan, atau pada waktu menyelam di bawah air. (P.van den Broek,L.Feenstra,2009:114-117)

3. Etiologi Berdasarkan penyebabnya sinusitis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sinusitis akut dan sinusitis kronis. Sinusitis akut berlangsung selama tiga minggu atau kurang, sedangkan sinusitis kronis dapat berlangsung selama tiga sampai delapan minggu, tetapi dapat berlanjut hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sinusitis akut dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : a. Infeksi Virus Sinusitis yang disebabkan oleh infeksi biasanya terjadi setelah adanya infeksi pada saluran pernapasan atas terlebih dahulu misalnya pilek atau influenza. b. Bakteri Pada dasarnya dalam tubuh manusia terdapat bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit. Bakteribakteri tersebut sering disebut flora normal tubuh. Bakteribakteri tersebut antara lain Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influezae. Apabila sistem pertahanan tubuh menurun, atau sistem pada sinus tersumbat akibat pilek atau virus lain, bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

c. Infeksi Jamur Jamur yang dapat menyebabkan sinusitis akut misalnya Aspergillus. Aspergillus dapat menyebabkan sinusitis pada orang yang menderita gangguan pada sistem kekebalannya. Pada orang tertentu, sinusitis yang disebabkan infeksi jamur menyebabkan terjadinya infeksi alergi dan pada gilirannya dapat menyebabkan sinusitis. d. Peradangan Menahun pada Saluran Hidung Orang-orang tertentu mempunyai reaksi alergi pada saluran pernapasannya terutama saluran hidung. Alergi ini bisa disebabkan berbagai macam misalnya debu, udara dingin, atau karena bau-bauan tertentu yang menyengat. Gangguan

pernapasan yang berupa alergi ini disebut rinitis alergi. Apabila orang terus-menerus mengalami gangguan pada saluran pernapasannya yang disebabkan oleh alergi, lamakelamaan dapat menimbulkan sinusitis akut. e. Penyakit Keturunan Penyakit maupun gangguan pada saluran pernapasan juga dapat disebabkan faktor keturunan (genetis). Pada umumnya orang yang lebih sering terkena sinusitis akut yaitu orang yang menderita suatu penyakit keturunan yang disebut kistik fibrosis. Kistik fibrosis merupakan suatu gangguan maupun kelainan pada sistem pembuangan lendir (sekresi).

Sementara itu, sinusitis kronis (menahun) dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut. 1. Asma 2. Penyakit alergi Penyakit alergi misalnya, rinitis alergi juga dapat menyebabkan sinusitis kronis. 3. Orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan dan gangguan pada sistem pembuangan lendir. (Erlien, 2008 : 14-16)

4. Patofisiologi Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung subtansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi. Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media memerlukan terapi antibiotik.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi. (Endang Mangunkusumo,Damajanti Soetjipto, , 2007:150)

5. Manifestasi Klinis Keluhan utama sinusitis ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis stefoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga. Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala dibawah ini yaitu

sakit kepala kronis, post nasal drip, batuk kronis, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachis, gangguan ke paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit di obati. (Endang Mangunkusumo,Damajanti Soetjipto, , 2007:151)

6. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah trimetoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda) (Bactrim DS,Spetra DS). Dekongestan oral atau topikal dapat saja diberikan. Kabut dihangatkan atau irigasi siliajuga dapat efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Denkongestan oral yang umum adalah Drixoral dan Dimetapp. Dekongestan topikal yang umum diberikan adalah Afrin dan Otrivin. Dekongestan topikal harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkatkan drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7 sampai 10 hari, maka sinus perlu diirigasi. Penatalaksanaan medis sinusitis kronik sama seperti

penatalaksanaan sinusitis akut. Pembedahan diindikasikan pada

sinusitis kronik untuk memperbaiki deformitas struktural yang menyumbat ostia (ostium) sinus. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau kauterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum, dan menginsisi serta mendrainase sinus. Sebagian pasien dengan sinusitis kronik parah mendapat kesembuhan dengan cara pindah ke daerah dengan iklim yang kering. (Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare,2001:546-547)

7. Pemeriksaan Diagnostik 1) Rinoskopi anterior : a. Mukosa merah b. Mukosa bengkak c. Mukopus di meatus medius 2) Rinoskopi postorior : Mukopus nasofaring 3) Nyeri tekan pipi yang sakit 4) Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit 5) X Foto sinus paranasalis a. Kesuraman b. Gambaran airfluidlevel c. Penebalan mukosa

8. Komplikasi Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukan antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial. Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus. Kelainan intrakranial dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus. Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronik,berupa : Osteomilitis dan abses subperiostal, paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomilitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.

Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya

disembuhkan. (Endang Mangunkusumo,Damajanti Soetjipto, 2007:152-153)

Anda mungkin juga menyukai