Anda di halaman 1dari 13

KTI V GAMBARAN UMUM PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU ( MP-ASI )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional yang sedang kita galakkan bersama dewasa ini bertujuan untuk membangun manusia Indonesia yang seutuhnya yaitu membangun badan, fisik, biologis, mental, dan spiritual, agar kualitas manusia Indonesia dimasa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan,dan kesehatan. (Supariasa, 2002). Hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia sudah lama diakui. Pada tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan di dunia menyadari bahwa arti makanan lebih luas dari sekedar untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. (Almatsier, 2006). Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang baru, namun masalah ini tetap aktual terutama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, sebab mempunyai dampak yang sangat besar terhadap timbulnya masalah gizi sesuai dengan prioritas pembangunan jangka panjang tahap ke-II (PAPI II) adalah pembangunan kualitas SDM. Perlakuan terhadap sumber daya ini dilakukan pada bayi umur 6 bulan 2 tahun sesuai dengan prioritas PAPI II khususnya masalah gizi. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi timbul dari berbagai faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa, 2002). Upaya peningkatan kualitas SDM harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan, optimalisasi tumbuh kembang anak sejak dini adalah menjadi prioritas utama sehingga dapat mencegah atau mengetahui gangguan dan kelainan anak pada usia dini. Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI yang di berikan kepada bayi pada umur 6 bulan keatas. Susu formula penambah dari kekurangan ASI atau susu pengganti ASI (PASI), (Soehardjo, 1992). Mulai umur 6 bulan ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dari itu bayi memerlukan makanan tambahan, jadi kegunaan makanan tambahan adalah untuk memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi guna pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain untuk membiasakan bayi dengan makanan lain, selain ASI. Tetapi banyak ibu berpendapat sewaktu bayinya disusui maka seluruh kebutuhan bayi akan terpenuhi, hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman ibu tentang pentingnya makanan tambahan untuk bayi dan ini merupakan pangkal dari terjadinya gangguan pemenuhan gizi pada bayi terutama pada usia tahun pertama. (Daina, 2003). Berdasarkan hasil survey peniliti di Puskesmas Pattingalloang pada tanggal 16 s/d 18 juni 2009 di dapatkan 20 bayi, dengan status gizi baik 10, sedang 6, kurang 4 dan gizi lebih tidak ada, sedangkan data yang di peroleh dari januari 2008 s/d Desember 2008 penderita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Pattingalloang adalah 92 orang. Dari hal tersebut di atas maka pemerintah berusaha untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian gizi buruk di puskesmas Pattingalloang dengan cara pemberian makanan tambahan dan

meningkatkan pemantauan status gizi pada bayi guna memperbaiki keadaan gizi bayi. Hal ini saja tidak cukup tanpa didukung oleh pengetahuan ibu atau orang tua mengenai makanan tambahan itu sendiri. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada bayi di Puskesmas Pattingalloang. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latarbelakang di atas, peneliti ingin mengetahui gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Bayi di Puskesmas Pattingalloang. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Bayi di Puskesmas Pattingalloang. 1.3.2 Tujuan Khusus Diketahuinya gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Bayi di Puskesmas Pattingalloang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Untuk Ibu Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan sebagai penambah pengetahuan ibu bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu ibu harus memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sebagai makanan tambahan untuk bayi dan sebagai Makanan Pendamping ASI. 1.4.2 Untuk Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk peneliti selanjutnya dan sebagai masukan untuk menambah wawasan peneliti sendiri tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah individu/orang malakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan di peroleh melalui pengalaman seseorang, baik yang di dapat melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Bloom mengatakan bahwa sebelum individu dapat memahami terlebih dahulu individu mendapatkan pengetahuan. Selanjutnya ahli psikologi Gestalt menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan memperoleh ilmu pengetahuan bila di tandai adanya suatu perubahan tiba-tiba dari keadaan yang tak berdaya menjadi keadaan yang mampu menguasai atau memecahkan masalah, adanya retensi yang baik, adanya peristiwa transfer, pengetahuan yang diperoleh dari suatu situasi di bawa dan dimanfaatkan atau di transfer ke dalam situasi lain yang mempunyai pola atau struktur yang sama atau hampir sama secara keseluruhan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Menurut Soekidjo Notoatmodjo pengetahuan yang dimiliki

seseorang dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1) Tahu (Know) yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehension) yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui. 3) Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih berkaitan. 5) Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2007). Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendakinya oleh stimulus. 5. Adoption, dimana subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2007). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yakni : 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribdian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut I. B. Matran (1994) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang itu untuk menerima informasi. 2. Pengalaman Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etnik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan (Jones & Beck,1996). 3. Umur Dua sikap tradisional mengenai jalan perkembangan selama hidup yaitu: 1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. 2) Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Malcolm, H dan Steve. H, 1995). 2.2 Tinjauan tentang Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia (organisasi) baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak langsung, misalnya berjalan, berpakaian, berpikir, bereaksi atau bertindak dan lainnya (Notoatmodjo, 2007). 2.2.2 Perilaku Kesehatan Adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan, atau hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memahami perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.(Notoatmodjo, 2007). Teori Kurt Lewin (1970) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan pertahanan (restrining forces). Perilaku itu dapat berubah oleh karena terjadinya ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari.(Notoatmojdo, 2007). 2.3 Tinjauan tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi salama 6 bulan pertama. Namun, setelah umur 6 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya dapat di penuhi oleh ASI. (Notoatmodjo, 2007). Menurut Irianto Aritonang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping ASI, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur 6 bulan ke atas. Bayi membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Seiring bertambahnya umur anak, kebutuhannya terhadap gizi pun meningkat untuk memenuhi kebutuhan tubuh anak, maka pemberian makanan tambahan bagi bayi dilaksanakan secara bertahap baik bentuk, jumlah maupun macamnya. Tabel 2.1 Pemberian Makanan Tambahan. Jenis Makanan Umur pemberian Asi Ekslusif Bubur susu Sari buah Nasi tim Biskuit 0-6 bulan 6-8 bulan 6 bulan keatas 9-11 bulan 12 bulan ke atas Sumber : Dasar-Dasar Ilmu Gizi Makanan yang utama yang paling baik untuk anak berusia 0 - 6 bulan (bayi) adalah air susu ibu (ASI) karena ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi tetapi kecukupan komposisinya hanya sampai usia 4 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lain misalnya dengan memberikan bubur, dimana bubur ini ada 2 yaitu bubur yang dibuat dari bahan mentah yang langsung di campur (di sebut nasi tim) atau bubur yang berasal dari makanan keluarga yang tinggal di haluskan saja (bubur tepung beras). Untuk bayi yang berumur 6 bulan diberi makanan tambahan selain ASI seperti biji-bijian

atau sereal dalam kemasan, buah-buahan segar yang telah dilumatkan atau dalam bentuk sari buah, contohnya buah pisang, mangga, papaya, atau tomat yang dihaluskan dan disaring terlebih dahulu sebelum diberikan pada bayi. Atau jeruk manis atau jeruk baby yang rasanya manis, yang diperas airnya. Jambu biji diambil dagingnya tanpa kulit, diblender halus. (http:/id.Answers.Yahoo.com/dir/;ylt=as1hBhDwFw.XIHI.CI1Z07RjbxV;YLV=3?lin). di akses tanggal 04 juli 2009 Menurut Wita Lestari pada dasarnya pemberian makanan tambahan pada bayi diberikan tidak boleh kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6 bulan, karena pemberian makanan padat sejak dini pada bayi memungkinkan terjadinya alergi karena saluran pencernaan bayi belum mampu mencerna pati (zat tepung) Peralihan ASI pada makanan tambahan (PMT) harus dilakukan sesuai dengan kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan bayi. Setelah masa pemberian ASI ekslusif berakhir, maka bayi mulai umur 6 bulan di berikan makanan tambahan, itu pun makanan yang sangat halus. Dan berangsur-angsur dapat diberikan makanan tambahan yang lunak, kemudian dapat diberikan makanan yang agak keras (semi keras).

Table 2.2 Peralihan ASI ke Makanan Pendamping ASI atau Makanan Tambahan Umur anak Jenis Makanan 0-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan 18-24 bulan 24 bulan (2 tahun) Asi saja Makanan halu Makanan lunak Makanan semi keras Makanan dewasa dan di sapih Sumber : Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jenis makanan pendamping air susu ibu atau makanan tambahan yang dapat di berikan pada bayi mulai umur 6 bulan ke atas adalah makanan dalam bentuk setengah padat yang berupa : 1. Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah seperti pisang, papaya, jeruk, dan tomat. 2. Bubur tepung beras atau bubur campur dari beras. 3. Makanan dari hasil gabungan bahan makanan pokok (beras, jagung, umbi-umbian, atau sagu) dengan kacang-kacangan atau hasil olahannya (tempe, tahu) dan bila mungkin di lengkapi dengan bahan makanan sumber protein hewani, dan bisa juga di tambah dengan sayuran hijau sebagai sumber mineral dan vitamin. 2.3.1 Manfaat Pemberian Makanan Tambahan Manfaat pemberian Makanan Tambahan Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI : 1992) antara lain : 1. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI 2. Mengambangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur. 3. Mengambangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

4. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi. 2.3.2 Cara memberikan Makanan Tambahan Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut: 1. Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental. 2. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik. 3. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya adalah : buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, dan daging (telur biasanya baru di berikan pada saat bayi berusia 6 bulan). 4. Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi perkembangan emosionalnya. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar. Bila bayi tidak mau jangan dipaksa tetapi bisa diganti jenis lainnya dan pada kesempatan lain bisa diulang pemberiannya. 5. Jangan memberikan makanan pendamping dekat dengan waktu menyusui. 6. Berikan makanan pendamping yang bervariasi supaya tidak bosan sekaligus memperkenalkan aneka jenis bahan makanan. (Notoatmodjo, 2007). Dewan makanan dari Persatuan Dokter Amerika pada tahun 1937, menganjurkan pengenalan buah-buahan, sayur-sayuran yang disaring pada bayi mulai pada umur 4-6 bulan, sehingga pada umur 6 bulan bayi sudah terbiasa dengan makanan tersebut. Makanan tambahan yang terdiri dari berbagai campuran bahan makanan dapat memberikan mutu yang lebih tinggi daripada mutu masing-masing bahan yang disusunnya. Dengan bercampurnya beragam bahan makanan tersebut, maka bahan yang kurang dalam zat-zat gizi tertentu dapat ditutupi oleh bahan makanan yang mengandung lebih banyak zat-zat yang bersangkutan. Denagn demikian masing-masing bahan makanan memiliki efek komplementer yang berakibat meningkatkan mutu gizi makanan.(Notoatmodjo, 2007). 2.4 Kerangka Konsep Keterangan : : Variable yang di teliti 2.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Definisi operasional adalah penjelasan dari semua istilah yang digunakan dalam penelitian ini secara operational sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam M. Nur, 2001). Agar tidak ada makna ganda dari penelitian, dari semua istilah yang digunakan. 2.6.1 Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping ASI,untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur 4- 6 bulan keatas, 2.6.2 Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas Pattingalloang yang dinyatakan berdasarkan pada jumlah : Kriteria objektif : Baik : Bila responden menjawab pertanyaan > 2 seluruh pertanyaan Cukup : Bila responden menjawab pertanyaan benar = 2 seluruh pertanyaan

Kurang : Bila responden tidak menjawab dengan benar < 2 seluruh pertanyaan. 2.6.3 Pengertian Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI adalah makanan yang di berikan pada bayi disamping ASI, untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kriteria objektif : Baik : Bila responden menjawab pertanyaan > 2 seluruh pertanyaan Cukup : Bila responden menjawab pertanyaan benar = 2 seluruh pertanyaan Kurang : Bila responden tidak menjawab dengan benar < 2 seluruh pertanyaan. 2.6.4 Waktu Pemberian MP-ASI Waktu pemberian yaitu waktu yang tepat untuk pemberian makanan pendamping ASI. Baik : Bila responden menjawab pertanyaan > 2 seluruh pertanyaan Cukup : Bila responden menjawab pertanyaan benar = 2 seluruh pertanyaan Kurang : Bila responden tidak menjawab dengan benar < 2 seluruh pertanyaan. 2.6.5 Manfaat Pemberian MP-ASI Perihal bagaimana manfaat dari pemberian makanan pendamping ASI. Baik : Bila responden menjawab pertanyaan > 2 seluruh pertanyaan Cukup : Bila responden menjawab pertanyaan benar = 2 seluruh pertanyaan Kurang : Bila responden tidak menjawab dengan benar < 2 seluruh pertanyaan. 2.6.6 Cara Pemberian MP-ASI Perihal bagaimana cara pemberian MP-ASI. Baik : Bila responden menjawab pertanyaan > 2 seluruh pertanyaan Cukup : Bila responden menjawab pertanyaan benar = 2 seluruh pertanyaan Kurang : Bila responden tidak menjawab dengan benar < 2 seluruh pertanyaan.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu keadaaan secara objektif, mengenai gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada bayi di Puskesmas Pattingalloang Makassar. (Notoatmodjo, 2005). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan di Puskesmas Pattingalloang Makassar pada tanggal 16 s/d 18 juni 2009. 3.3 Populasi, Sampel dan Sampling 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang di teliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian penelitian dan ada di Puskesmas Pattingalloang yaitu berjumlah 28 0rang. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan di teliti dan di anggap dapat mewakili seluruh populasi yang di teliti (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini sampel di ambil berdasarkan pada pemilihan anggota populasi secara acak (random sampling), yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria Inklusi. 1. Ibu yang mempunyai bayi

2. Ibu yang ada di puskesmas pada saat penelitian 3. Ibu yang bersedia menjadi responden Kriteria Ekslusi. 1. Ibu yang tidak ada di puskesmas pada saat penelitian 2. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden 3.3.3 Sampling Dengan menggunakan tekhnik random sampling yaitu metode sampling yang dilakukan dengan mengambil sampel secara acak. (Notoatmodjo, 2005). 3.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data 3.4.1 Pengumpulan data Data yang diperoleh adalah data primer dengan menggunakan kuesioner yang telah dibagikan. 3.4.2 Pengolahan Data dan penyajian Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator dan di sajikan dalam bentuk tabel. 3.4.3 Analisa data Keseluruhan data diolah secara manual untuk kemudian dianalisa secara deskriptif sehingga diperoleh gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu dengan rumus : P=f/n x 100% Keterangan : P : persentase f : jumlah objek yang diteliti n : jumlah sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pattingalloang Makassar tanggal 16 s/d 18 juni mengenai gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping air Susu Ibu (MPASI) sebanyak 20 sampel. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel

Tabel 4.1 Distribusi gambaran umum pengetahuan ibu tentang definisi makanan pendamping ASI di Puskesmas Pattingalloang Makassar Juni 2009. No. Pengertian MP-ASI f % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 13 7 - 65 35 Jumlah 20 100,00% Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa 20 responden yang di teliti di peroleh 13 responden (65%) yang memiliki pengetahuan baik tentang pengertian MP-ASI, 7 responden (35%) yang memiliki pengetahuan cukup tentang pengertian MP-ASI.

Table 4.2 Distribusi gambaran umum pengetahuan ibu tentang waktu pemberian MP-ASI di Puskesmas Pattingalloang Makassar. Juni 2009 No. Waktu pemberian MP-ASI f % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 7 9 4 35 45 20 Jumlah 20 100,00% Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang di teliti diperoleh 7 responden (35%) yang memiliki pengetahuan baik tentang waktu pemberian MP-ASI, 9 responden (45%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang waktu pemberian MP-ASI. Table 4.3 Distribusi gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian MP-ASI di Puskesmas Pattingalloang Makassar, juni 2009. No. Manfaat pemberian MP-ASI f % 1 2 3 Baik

Cukup Kurang 6 9 5 30 45 25 Jumlah 20 100,00% Berdasarkan table 4.3 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang diteliti di peroleh 6 responden (30%) yang berpengetahuan baik tentang manfaat pemberian MP-ASI, 9 responden (45%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 5 responden (25%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang manfaat pemberian MP-ASI. Table 4.4 Distribusi gambaran umum pengetahuan ibu tentang cara pemberian MP-ASI di Puskesmas Pattingalloang Makassar, juni 2009. No. Cara pemberian MP-ASI f % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 4 14 2 20 70 10 Jumlah 20 100,00% Berdasarkan table 4.4 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang di teliti di peroleh 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan baik tentang cara pemberian mp-asi, 14 responden (70%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 2 responden (10%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang cara pemberian MP-ASI.

4.2 Pembahasan Hasil penelitian di puskesmas pattingalloang makasar tentang gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping air susu ibu, akan di bahas sebagai berikut. Berdasrkan kriteria yang digunakan maka dari data primer yang di olah di peroleh hasil : 1. Definisi tentang MP-ASI Dari hasil analisa data di peroleh bahwa dari 20 siswa yang di teliti di dapat 13 responden (65%) yang memiliki pengetahuan baik tentang definisi MP-ASI, dan 7 responden (35%) yang memiliki pengetahuan cukup tentang definisi MP-ASI. Hal ini terjadi karena ibu mendapatkan informasi dari berbagai sumber, baik dari petugas gizi atau bidan-bidan yang ada di Puskesmas, dan dari lingkungan, keluarga atau masyarakat di sekitarnya mengenai pemberian Makanan Pendamping ASI. Hal ini juga di dukung oleh peran aktif ibu dalam menerima dan merespon informasi yang di berikan atau yang di dapatnya,

sehingga ibu mengetahui definisi dari Makanan Pendamping ASI atau makanan tambahan itu sendiri. Dimana pengetahuan yang diperoleh ibu merupakan hasil dari pengalamannya yang di dapatnya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Artinya pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu diperoleh dimana saja dan kapan saja. Definisi Makanan Pendamping ASI atau makanan tambahan sendiri adalah makanan yang diberikan kepada bayi di samping air susu ibu muali umur 6 bulan untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi bayi. 2. Waktu Pemberian MP-ASI Hasil analisa data di peroleh 7 responden (35%) yang memiliki pengetahuan baik tentang waktu pemberian makaanan pendamping ASI, 9 responden (45%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang waktu pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Pengetahuan ibu tentang waktu pemberian makanan pendamping air susu ibu atau makanan tambahan dapat di katakan cukup baik hal ini bisa disebabkan karena masih kurangnya pemahaman ibu tentang tanda-tanda mulainya penyapihan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau makanan tambahan pada bayinya. Adapun tanda-tanda mulainya pemberian makanan tambahan atau makanan pendamping air susu ibu kepada bayi yaitu : Setelah minum banyak susu bayi tetap menangis atau minta susu lagi. Bayi tidak sabar menunggu saat menyusu berikutnya, dan mudah menjadi pemarah atau mulai menggigit-gigit tangannya. Jika semula bayi tidur sepanjang malam, sekarang bayi bangun untuk minum susu. Selain itu, tidur siang menjadi tak menentu, tidak nyenyak atau cepat bangun. Bayi terlihat tertarik melihat Ibunya makan, dan mungkin mencoba menjangkau makanan yang Ibunya pegang. Reflek lidah bayi sudah hilang dan tidak secara otomatis mendorong makanan padat keluar dari mulutnya dengan lidah. Bayi sudah siap dan mau mengunyah. Bayi sudah bisa memegang makanan atau benda lainnya dengan jempol dan telunjuknya. Menggunakan jari dan menggosokkan makanan ke telapak tangannya. Bayi kelihatan bersemangat untuk ikut serta pada saat makan dan mungkin akan mencoba untuk meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut. (sumber: clubnutricia.co.id) di akses tanggal 04 juli 2009. 3. Manfaat pemberian Makanan Pendamping ASI Dari hasil analisa data di peroleh 6 responden (30%) yang memiliki pengetahuan pengetahuan cukup tentang manfaat pemberian MP-ASI, dan 5 baik tentang manfaat pemberian MP-ASI, dan 9 responden (45%) yang memiliki responden (25%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang manfaat pemberian MP-ASI pada bayi. Pengetahuan ibu tentang manfaat dari pemberian makanan pendamping air susu ibu dapat di katakan cukup baik, hal ini bisa di sebabkan karena pengetahuan ibu tentang pentingnya makanan pendaping ASI atau makanan tambahan sudah ada meskipun tidak terlalu banyak. Sehingga ibu mau memberikan makanan pendamping ASI kepada bayinya karena adanya pemikiran ibu bahwa kebutuhan gizi bayi sudah tidak dapat di penuhi oleh pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan merupakan masa di mana bayi mengalami perpindahan menu dari hanya minum susu beralih ke menu yang mengikut sertakan makanan padat. Ini adalah bagian yang menyenangkan dan sangat penting dalam perkembangan bayi. Susu akan terus menyuplai

zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai saat tertentu, namun saat bayi semakin aktif, makanan padat menjadi semakin berperan sebagai menu sehat, dan seimbang.. Pemberian makanan tambahan bukan sekedar menambah zat gizi atau mengisi perut bayi. Pada tahap ini, bayi mudah beradaptasi dan belajar dengan cepat. Dengan mengenalkan rasa, dan tekstur baru serta pengalaman makan dengan sendok, makan menjadi cara yang menyenangkan untuk membantu perkembangannya. Proses pemberian makanan tambahan juga berarti membiasakan bayi terhadap rasa aneh saat makanan berada dalam mulutnya, Beberapa bulan berikutnya begitu Ibu mengenalkan rasa dan tekstur baru, bayi akan mengembangkan keterampilan menelan dan mengunyahnya. Ini membantunya mengembangkan otot yang akan digunakannya untuk bicara. (sumber: clubnutricia.co.id) di akses tanggal 04 juli 2009. 4. Cara pemberian Makanan Pendamping ASI Hasil analisa data di peroleh 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan baik tentang cara pemberian makanan pendamping ASI, 14 responden (70%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 2 responden (10%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang waktu pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan pendamping air susu dapat dikatakan cukup hal ini terjadi karena ibu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang cara pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu sebagai hasil belajarnya yang terjadi pada lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, sebagai pengaruh lingkungannya. Pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau makanan tambahan ini sangat penting karena dengan mengetahui cara pemberian makanan tambahan pada bayinya, ibu dapat memberikan makanan yang bervariasi kepada bayinya, baik macam, maupun bentuknya. Karena pemberian makanan tambahan atau makanan yang terdiri dari berbagai campuran bahan makanan dapat memberikan mutu yang lebih tinggi dari pada mutu masingmasing bahan makanan penyusunnya, maka bahan yang kurang dalam zat-zat gizi tertentu dapat di tutupi oleh bahan makanan yang mengandung lebih banyak zat-zat gizi yang tidak terdapat pada bahan makanan yang lainnya. Sehingga masing-masing bahan makanan memiliki efek komplementer yang berakibat meningkatkan mutu gizi makanan. Pemberian makanan tambahan pada bayi tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa, karena ini adalah proses yang berkembang secara perlahan dimana Ibu mengalihkan menu bayi dari cairan ke makanan lumat, kemudian ke makanan yang lebih padat dan akhirnya berupa potongan. (sumber: clubnutricia.co.id) di akses tanggal 04 juli 2009. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan yang diruskan dan tujuan penelitian yang telah dilakukan pada Bab I dan dibahas dalam beberapa Bab sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : Gambaran umum pengetahuan ibu tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) di Puskesmas Pattingalloang adalah: 1. Gambaran umum pengetahuan ibu tentang definisi makanan pendamping air susu ibu atau makanan tambahan adalah dari 20 responden yang di teliti di peroleh 13 responden (65%) yang memiliki pengetahuan baik tentang pengertian MP-ASI, 7 responden (35%) yang memiliki pengetahuan cukup tentang pengertian MP-ASI. 2. Gambaran umum pengetahuan ibu tentang waktu Pemberian Makanan Pendamping Air Susu

Ibu adalah 7 responden (35%) yang memiliki pengetahuan baik tentang waktu pemberian makaanan pendamping ASI, 9 responden (45%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang waktu pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. 3. Gambaran umum pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah 6 responden (30%) yang memiliki pengetahuan pengetahuan cukup tentang manfaat pemberian MP-ASI, dan 5 baik tentang manfaat pemberian MP-ASI, dan 9 responden (45%) yang memiliki responden (25%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang manfaat pemberian MP-ASI pada bayi. 4. Gambaran umum pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan pendamping air susu ibu adalah 4 responden (20%) yang memiliki pengetahuan baik tentang cara pemberian makanan pendamping ASI, 14 responden (70%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 2 responden (10%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang waktu pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. 5.2 Saran 1. Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi agar selalu mempertahankan pengetahuan tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu dengan cara selalu mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti di puskesmas, posyandu dan tempat-tempat seminar kesehatan lainnya. 2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bagian gizi agar dapat membantu ibu-ibu untuk menambah pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping air susu ibu dengan cara peningkatan kegiatan penyuluhan baik secara langsung atau melalui kader-kader posyandu. 3. Di harapkan kepada penseliti selanjutnya agar dapat menghasilkan Karya Tulis Ilmiah yang lebih baik dari ini dan dapat mengembangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keadaan gizi seperti sosil ekonomi, pendidikan dan lingkungan yang kurang dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai