Anda di halaman 1dari 19

LI 1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI SALURAN PERNAFASAN ATAS 1.

1 Makrositik Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Sistem Respirasi 1. Saluran Nafas Bagian Atas, pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan. 2. Saluran Nafas Bagian Bawah, bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli. 3. Alveoli, terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2 4. Sirkulasi Paru, pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru. 5. Paru, terdiri atas : a. Saluran Nafas Bagian Bawah b. Alveoli c. Sirkulasi Paru 6. Rongga Pleura, terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis 7. Rongga dan Dinding Dada, merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi Saluran Nafas Bagian Atas a.Rongga hidung Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal : Dihangatkan Disaring Dilembabkan Ketiga hal di atas merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi, yang terdiri atas Psedostrafied Ciliated Columnar Epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel-partikel halus ke arah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara. Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. b.Nasofaring (terdapat Pharyngeal Tonsil dan Tuba Eustachius)

c.Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, terdapat pangkal lidah) d.Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan) (Daniel S.W, 2008; Raden Inmar, 2009) Hidung Organ pertama yang berfungsi dalam saluran napas. Terdapat vestibulum nasi yang terdapat cilia kasar yang berfungsi sebagai saringan udara. Bagian dalam rongga hidungada terbentuk terowongan yang disebut cavum nasi mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior lalu ke nasofaring. Sekat antara kedua rongga hidung dibatasi dinding yang berasal dari tulang dan mucusa yaitu septum nasi yang dibentuk oleh : a. Cartilago septi naso b. Os vomer c. Lamina perpendicularis os ethmoidalis Fungsi : Menyalurkan udara Menyaring udara dari benda asing Menghangatkan udara pernafasan Melembabkan udara pernafasan Alat pembau

Cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi, yang berhubungan dengan nasofaring melalui choana (nares posterior) Memiliki bagian terlebar yang disebut dengan vestibulum nasi Fossa Nasalis Dinding superior rongga hidung sempit, dibentuk lamina cribroformis ethmoidalis yang memisahkan rongga tengkorak dengan rongga hidung. Dinding inferior dibentuk os maxilla dan os palatinum.

Ada 2 cara pemeriksaan hidung yaitu rhinoscopy anterior dan posterior. Kalau yang anterior, di cavum nasi di sisi lateral ada concha nasalis yang terbentuk dari tulang tipis dan ditutupi mukusa yang mengeluarkan lendir dan di medial terlihat dinding septum nasi. Kalau pada posterior, dapat terlihat nasofaring, choanae, bagian ujung belakang conchae nasalis media dan inferior, juga terlihat OPTA yang berhubungan dengan telinga. Ada 3 buah concha nasalis, yaitu : a. Concha nasalis superior b. Concha nasalis inferior c. Concha nasalis media Di antara concha nasalis superior dan media terdapat meatus nasalis superior. Antara concha media dan inferior terdapat meatus nasalis media. Antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla terdapat meatus nasalis inferior. Fungsi chonca : Meningkatkan luas permukaan epitel respirasi Turbulensi udara dimana udara lebih banyak kontak dengan permukaan mukosa Sinus-sinus yang berhubungan dengan cavum nasi disebut sinus paranasalis : a. Sinus sphenoidalis mengeluarkan sekresinya melalui meatus superior b. Sinus frontalis ke meatus media c. Sinus maxillaris ke meatus media d. Sinus ethmoidalis ke meatus superior dan media. Di sudut mata terdapat hubungan antara hidung dan mata melalui ductus nasolacrimalis tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior. Di nasofaring terdapat hubungan antara hidung dan rongga telinga melalui OPTA (Osteum Pharyngeum Tuba Auditiva) eustachii. Alurnya bernama torus tobarius. Persarafan hidung Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung : 1. Depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari cabang nervus opthalmicus 2. Bagian lainnya termasuk mucusa hidung cavum nasi dipersarafi ganglion sfenopalatinum. Nasofaring dan concha nasalis mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion pterygopalatinum. Nervus olfactorius memberikan sel-sel reseptor untuk penciuman. Proses penciuman : pusat penciuman pada gyrus frontalis, menembus lamina cribrosa ethmoidalis ke traktus olfactorius, bulbus olfactorius, serabut n. olfactorius pda mucusa atas depan cavum nasi. Vaskularisasi hidung Berasal dari cabang a. Opthalmica dan a. Maxillaris interna

1. Arteri ethmoidalis dengan cabang-cabang : arteri nasalis externa dan lateralis, arteri septalis anterior 2. Arteri ethmoidalis posterior dengan cabang-cabang : arteri nasalis posterior, lateralis dan septal, arteri palatinus majus 3. Arteri sphenopalatinum cabang arteri maxillaris interna. Ketiga pembuluh tersebut membentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang dinamakan Plexus Kisselbach. Plexus ini mudah pecah oleh trauma/infeksi sehingga sering menjadi sumber epistaxis pada anak. LARING Daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilago cricoid. Rangka laring terbentuk dari tulang rawan dan tulang. 1. Berbentuk tulang adalah os hyoid 2. Berbentuk tulang rawan adalah : tyroid 1 buah, arytenoid 2 buah, epiglotis 1 buah. Pada arytenoid bagian ujung ada tulang rawan kecil cartilago cornuculata dan cuneiforme. Laring adalah bagian terbawah dari saluran napas atas. Os hyoid Mempunyai 2 buah cornu, cornu majus dan minus. Berfungsi untuk perlekatan otot mulut dan cartilago thyroid Cartilago thyroid Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang disebut prominess laryngis atau lebih disebut jakun pada laki-laki. Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid. Mempunyai cornu superior dan inferior. Pendarahan dari a. Thyroidea superior dan inferior. Cartilago arytenoid Mempunyai bentuk seperti burung penguin. Ada cartilago corniculata dan cuneiforme. Kedua arytenoid dihubungkan m.arytenoideus transversus. Epiglotis Tulang rawan berbentuk sendok. Melekat di antara cartilago arytenoid. Berfungsi untuk membuka dan menutup aditus laryngis. Saat menelan epiglotis menutup aditus laryngis supaya makanan tidak masuk ke laring. Cartilago cricoid Batas bawah adalah cincin pertama trakea. Berhubungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan m.cricothyroid medial lateral. Otot-otot laring : a. Otot extrinsik laring 1. M.cricothyroid 2. M. thyroepigloticus

b. Otot intrinsik laring 1. M.cricoarytenoid posterior yang membuka plica vocalis. Jika terdapat gangguan pada otot ini maka bisa menyebabkan orang tercekik dan meninggal karena rima glottidis tertutup. Otot ini disebut juga safety muscle of larynx. 2. M. cricoarytenoid lateralis yang menutup plica vocalis dan menutup rima glottdis 3. M. arytenoid transversus dan obliq 4. M.vocalis 5. M. aryepiglotica 6. M. thyroarytenoid Dalam cavum laryngis terdapat : Plica vocalis, yaitu pita suara asli sedangkan plica vestibularis adalah pita suara palsu. Antara plica vocalis kiri dan kanan terdapat rima glottidis sedangkan antara plica vestibularis terdapat rima vestibuli. Persyarafan daerah laring adalah serabut nervus vagus dengan cabang ke laring sebagai n.laryngis superior dan n. recurrent. LI 2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI PERNAFASAN 2.1 Mekanisme Pernafasan Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu: 1. Pernapasan luar (eksternal) Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan. 2. Pernapasan dalam (internal) Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya. fungsi pernapasan Mengeluarkan air dan panas dari tubuh Proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dalam paru Meningkatkan aliran balik vena Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin

A. Mekanisme pernapasan berdasarkan antomi Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior vestibulum nasi cavum nasi lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju nares posterior (choanae) masuk ke nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) daerah larynx trakea.masuk ke bronchus primer bronchus sekunder bronchiolus segmentalis (tersier) bronchiolus terminalis melalui bronchiolus respiratorius masuk ke organ paru ductus alveolaris alveoli.pada saat di alveoli

terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra ventrikel sinistra dipompakan melalui aorta ascendens masuk sirkulasi sistemik oksigen (O2) di distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi internal,selanjutnya CO2 kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi CO2 keluar bebas. B. Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinya Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot otot ,inspirasi akan meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi 6 mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif dan udara mengalir meninggalkan paru,selama pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi. menjelaskan mekanisme / proses batuk dan bersin

Batuk diawali dengan inspirasi dalam dan diikuti oleh ekspirasi kuat melawan glotis yang tertutup,hal ini meningkatkan tekanan intrapleura mencapai 100 mm Hg / lebih,glotis terbuka secara tiba-tiba mengakibatkan ledakan aliran udara ke luar dengan kecepatan mencapai 965 km(600 mil) / jam.bersin merupakan hal yang serupa dengan glotis yang terus terbuka ,kedua reflex ini membantu pengeluaran iritan dan menjaga saluran udara tetap bersin. LI 3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN RHINITIS ALERGI 3.1 Defenisi Rhinitis Alergika secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung, terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai IgE http://www.scribd.com/doc/31033909/Rhinitis-Alergi 3.2 Etiologi Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa daningestan pada anak-anak. -Debu rumah mengandung partikel-partikel yang dapat menyebabkan alergi, partikel-

partikel tersebut diantaranya adalah partikel kapas, serpihan kulit manusia, dan lain-lain. Debu rumah biasanya terdapat pada seprei, karpet, dan sarung furniture. - Tungau, hidup pada suhu 21 - 26C, tidak ada pada ketinggian lebih dari 5000 kaki. - Serpihan kulit binatang, seperti anjing dan kucing. - Kecoa, alergi terhadap kecoa biasanya berhubungan dengan asma pada anak-anak.

- Serbuk sari tanaman yang dapat diterbangkan oleh angin (biasa pada Rhinitis Alergi musiman) - Iklim, udara yang lembab, perubahan suhu, angin. - Hormonal, wanita yang mempunyai bakat alergi dapat menderita rhinitis alergi pada saat hamil atau karena mengkonsumsi pil KB. - Psikis, emosi, tegang. - Infeksi, asap rokok dan bahan polusi lainnya. - Genetik, rata-rata penderita mempunyai riwayat keluarga yang juga menderita alergi.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/08/31/mengenal-rhinitis-alergi-490005.html 3.3 Epidemiologi

Rinitis adalah masalah klinis yang paling umum terjadi pada pasien denganalergi. Rinitis secara konsisten berada pada urutan enam penyakit kronis utama diAmerika Serikat. Morbiditas dari rinitis menyebabkan kualitas hidup yang menurun dikarenakan sakit kepala, mudah lelah, gangguan kognisi, dan efek samping obat-obatan. Rinitis alergi dapat menurunkan kualitas hidup, antara lain fungsi fisik, problem bekerja, nyeri badan, vitalitas, fungsi sosial, stabilitas emosi, bahkan kesehatan mental. Rinitis alergi dapat terjadi pada semua ras, prevalensinya berbeda-bedatergantung perbedaan genetik, faktor geografi, lingkungan serta jumlah populasi.Dalam hubungannya dengan jenis kelamin, jika rinitis alergi terjadi pada masa kanak-kanak maka laki-laki lebih tinggi daripada wanita namun pada masa dewasa prevalensinya sama antara laki-laki dan wanita. Dilihat dari segi onset rinitis alergiumumnya terjadi pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda. Dilaporkan bahwa rinitis alergi 40% terjadi pada masa kanak-kanak. Pada laki-laki terjadi antaraonset 8-11 tahun, namun demikian rinitis alergi dapat terjadi pada semua umur. 3.4 Manifestasi Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dansumbatan hidung. Gejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita.Tanda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi : -perkembangan wajah yang abnormal, terasa lelah, pusing -allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas) atau hidung mampat -allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah), mata gatal dan kemerahan - lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease), edema konjungtiva.

- pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan. 3.5 Patofisiologi Awal terjadinya reaksi alergi dimulai dengan respon pengenalan alergen/antigen oleh sel darah putih yang dinamai sel makrofag, monosit dan atau seldendrit. Sel-sel tersebut berperan sebagai sel penyaji ( antigen presenting cell/selAPC), dan berada di mukosa saluran pernafasan. Antigen yang menempel pada permukaan mukosa tersebut ditangkap oleh sel-sel APC, kemudian dari antigenterbentuk fragmen peptida imunogenik. Fragmen pendek peptida ini bergabungdengan MHC-II yang berada pada permukaan sel APC. Komplek peptida-MHC-II iniakan dipresentasikan ke limfosit T yang diberi nama Helper-T cells (TH0). Apabila selTH0 memiliki reseptor spesifik terhadap molekul komplek peptida-MHC-II tersebut,maka akan terjadi penggabungan kedua molekul tesebut.Sel APC akan melepas sitokin yang salah satunya adalah IL-1. IL-1 akanmengaktivasi TH0 menjadi TH1dan TH2. Sel TH2melepas sitokin antara lain IL3, IL-4,IL-5 dan IL-13. IL-4 dan IL-13 akan ditangkap resptornya pada permukaan limfositB,akibatnya akan terjadi aktivasi limfosit-B. Limfosit-B aktif ini memproduksi IgE. Molekul IgE beredar dalam sirkulasi darah akan memasuki jaringan danditangkap eleh reseptor IgE pada permukaan sel mastosit atau sel basofil. Maka akanterjadi degranulasi sel mastosit dengan akibat terlepasnya mediator alergis.Mediator yang terlepas terutama histamin. Histamin menyebabkan kelenjar mukosa dan gobletmengalami hipersekresi, sehingga hidung beringus. Efek lainnya berupa gatal hidung, bersin-bersin, vasodilatasi dan penurunan permeabilitas pembuluh darah denganakibat pembengkakan mukosa sehingga terjadi gejala sumbatan hidung. Reaksi alergi yang segera terjadi akibat histamin tersebut dinamakan reaksi alergi fase cepat (RAFC), yang mencapai puncaknya pada 15-20 menit pasca paparan alergen dan berakhir pada sekitar 60 menit kemudian. Sepanjang RAFC mastosit juga melepas molekul-molekul kemotaktik yang terdiri dari ECFA (eosinophil chemotactic factor of anaphylatic) dan NCEA (neutrophil chemotactic factor of anaphylatic). Kedua molekul tersebut menyebabkan penumpukkan sel eosinofil dan neutrofil diorgan sasaran. Reaksi alergi fase cepat ini dapat berlanjut terus sebagai reaksi alergi faselambat (RAFL) sampai 24 bahkan 48 jam kemudian. Tanda khas RAFL adalahterlihatnya pertambahan jenis dan jumlah sel-sel inflamasi yangberakumulasi di jaringan sasaran dengan puncak akumulasi antara 4-8 jam. Sel yang paling konstan bertambah banyak jumlahnya dalam mukosa hidung dan menunjukkan korelasidengan tingkat beratnya gejala pasca paparan adalah eosinofil. http://www.scribd.com/doc/29935434/Rhinitis-Alergi

3.6 Pemeriksaan dan Diagnosis Ditegakkan berdasarkan : a. Anamnesis

Gejala rhinitis alergi yang khas adalah bersin berulang. Bersin merupakan mekanisme fisiologi yang berfungsi membersihkan sendiri. Gejala lain adalah keluar ingus, hidung tersumbat, mata gatal, banyak keluar air mata. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik untuk rinitis alergi berfokus pada hidung, tetapi pemeriksaanwajah, mata, telinga, leher, paru-paru, dan kulit juga penting. a.Wajah - Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungandengan vasodilatasi atau obstruksi hidung - Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melaluisetengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidungkeatas dengan tangan. b.Hidung -Pada pemeriksaan hidung digunakan nasal speculum atau bagispesialis dapat menggunakan rhinolaringoskopi -Pada rinoskopi akan tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat,disertai adanya sekret encer yang banyak. -Tentukan karakteristik dan kuantitas mukus hidung. Pada rinitis alergimukus encer dan tipis. Jika kental dan purulen biasanya berhubungandengan sinusitis. Namun, mukus yang kental, purulen dan berwarnadapat timbul pada rinitis alergi. -Periksa septum nasi untuk melihat adanya deviasi atau perforasi septumyang dapat disebabkan oleh rinitis alergi kronis, penyakitgranulomatus. -Periksa rongga hidung untuk melihat adanya massa seperti polip dantumor. Polip berupa massa yang berwarna abu-abu dengan tangkai.Dengan dekongestant topikal polip tidak akan menyusut. Sedangkanmukosa hidung akan menyusut. c. Telinga, mata dan orofaring -Dengan otoskopi perhatikan adanya retraksi membran timpani, air- fluid level, atau bubbles. Kelainan mobilitas dari membran timpanidapat dilihat dengan menggunakan otoskopi pneumatik. Kelaianantersebut dapat terjadi pada rinitis alergi yang disertai dengan disfungsituba eustachius dan otitis media sekunder. -Pada pemeriksaan mata akan ditemukan injeksi dan pembengkakkan konjungtiva palpebralyang disertai dengan produksi air mata. d.Leher. Perhatikan adanya limfadenopati e.Paru-paru. Perhatikan adanya tanda-tanda asma f.Kulit. Kemungkinaan adanya dermatitis atopi.

Pemeriksaan sitologi hidung. Tidak dapat memastikan diagnosis pasti, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalen. Jika basofil mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri. Hitung eosinofil dalam darah tepi. Jumlah eosinofil dapat meningkat atau normal. Begitu juga dengan pemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal, Kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Uji kulit. Uji kulit alergen penyebab dapat dicari secara invivo. Ada beberapa cara, yaituuji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-pointTitration/SET), uji cukit (Prick Test), dan uji gores (Scratch Test). Kedalaman kulityang dicapai pada kedua uji kulit (uji cukit dan uji gores) sama. SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekaannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab, juga derajatalergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Tes penunjang lainnya Yang lebih bermakna namun tidak selalu dikerjakan adalah tes IgE spesifik dengan RAST (Radio Immunosorbent test) atau ELISA (Enzyme linked immunoassay). IgE total > 200 IgE RAST untuk alergen alergen dengan tingkat skor 1+ s/d4+. 3.7 Diagnosis banding Rhinitis alergika harus dibedakan dengan : 1. 2. 3. 4. Rhinitis vasomotor Rhinitis bacterial Rhinitis virus Influenza (flu)

Diangnosis banding rhinitis alergi dengan rhinitis vasomotor

Diagnosis banding rhinitis alergi dengan influenza : gejala Hidung berlendir Lamanya serangan 3.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan rhinitis alergika meliputi: Suatu zat atau obat untuk menekan reaksi histamin sebagai faktor alergen bagi tubuh. Mekanisme Menahan aktifitas sel mast untuk tidak mengalami degranulasi Terdapat 2 blocker : AH1 dan AH2 Rhinitis alergi Langsung timbul sesudah kontak dengan pencetus alergi Hidung berlendir tanpa disertai demam Selama masih kontak dengan penyebab dan belum diobati Influenza Timbul setelah masuknya virus influenza selama 1-3 hari Berlendiri dari encer(cair), mengental kekuningan dan disertai demam Serangan 5-6 hari tergantung daya tahan tubuh

Antihistamin 1 o Farmakodinamik : Antagonis kompetitif pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan. o Farmakokinetik :

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati. o Penggolongan AH1 AH generasi 1 Contoh : etanolamin Etilenedamin Piperazin Alkilamin Derivat fenotiazin Keterangan : AH1 = - sedasi ringan-berat

- antimietik dan komposisi obat flu - antimotion sickness Indikasi AH1 berguna untuk penyakit : 1. Alergi 2. Mabuk perjalanan 3. Anastesi lokal 4. Untuk asma berbagai profilaksis - Efek samping Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, lemah pada tangan. Antihistamin golongan 1 lini pertama Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Bersifat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak, mempunyai efek pada SSP dan plasenta. Kolinergik Sedatif : Oral : difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin

Topikal : Azelastin

Antagonis Reseptor H2 (AH2) Contoh : simetidin dan ranitidin Farmakodinamik

Menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi asam lambung dihambat. Farmakokinetik 1. Bioavibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian intravena atau intramuskular. Ikatan absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin diberikan segera setelah makan. 2. Bioavibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Indikasi : efektif untuk mengatasi gejala tukak duodenum. Efek samping : pusing, mual, malaise, libido turun, disfungsi seksual.

Dekongestan nasal adalah alfa agonis yang banyak digunakan pada pasien rinitis alergika atau rinitis vasomotor dan pada pasien ISPA dengan rinitis akut. Obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor alfa 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung. Obat golongan ini disebut obat adrenergik atau obat simptomimetik, karena obat ini merangsang saraf simpatis. Kerja obat ini digolongkan 7 jenis : 1. Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, misal : vasokontriksi mukosa hidung sehingga menghilangkan pembengkakan mukosa pada konka. 2. Penghambatan organ perifer : otot polos usus dan bronkus, misal : bronkodilatasi. 3. Perangsangan jantung : peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi. 4. Perangsangan Sistem Saraf Pusat : perangsangan pernapasan dan aktivitas psikomotor. 5. Efek metabolik : peningkatan glikogenolisis dan lipolisis. 6. Efe endokrin : modulasi sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis. 7. Efek prasipnatik : peningkatan pelepasan neurotransmiter. Obat Dekongestan Oral

1. Efedrin Adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian oral, masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta 2. Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat, tekanan nadi membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena vasokontriksi dan stimulasi jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang relatif lama. Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yanf dapat diatasi dengan pemberian sedatif. Dosis. Dewasa Anak-anak 6-12 tahun Anak-anak 2-5 tahun 2. Fenilpropanolamin Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung. Efek farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi prostat. Kombinasi obat ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini jika digunakan dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg/hari sebagai dekongestan. Dosis. Dewasa Anak-anak 6-12 tahun : 25 mg/4 jam : 12,5 mg/4 jam : 60 mg/4-6 jam : 30 mg/4-6 jam : 15 mg/4-6 jam

Anak-anak 2-5 tahun : 6,25 mg/4 jam 3. Fenilefrin Adalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor beta. Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus. Menyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga menaikkantekanan darah. Obat Dekongestan Topikal

Derivat imidazolin (nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilometazolin). Dalam bentuk spray atau inhalan. Terutama untuk rinitis akut, karena tempat kerjanya lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan menimbulkan penyumbatan berlebihan disebut rebound congestion. Bila terlalu banyak terabsorpsi dapat menimbulkan depresi Sistem

Saraf Pusat dengan akibatkoma dan penurunan suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil. KORTIKOSTEROID INHALASI Kortikosteroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral, dan inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti beclomethasone, budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan untuk mengantarkan kortikosteroid ini ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim. Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Biasanya, jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah kortikosteroid diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien, asma akan kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi, walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk pertolongan pertama pada serangan akut yang parah. Berikut ini contoh kortikosteroid inhalasi yang tersedia di Indonesia antara lain: Nama generik Nama dagang di Indonesia Bentuk Sediaan Dosis dan Aturan pakai Inhalasi aerosol: 200g , 2 kali seharianak: 50-100 g 2 kali sehari

Beclomethasone Becloment Inhalasi (beclomethasone dipropionate aerosol dipropionate 200g/ dosis) Budesonide Pulmicort (budesonide

Inhalasi Inhalasi aerosol: aerosolSerbuk 200 g, 2 kali sehariSerbuk inhalasi 100 g, 200 g, 400 inhalasi: 200-1600 g / dosis) g / hari dalam dosis terbagianak: 200-800 g/ hari dalam dosis terbagi Flixotide (flutikason Inhalasi propionate50 g , aerosol 125 g /dosis) Dewasa dan anak > 16 tahun: 100250 g, 2 kali sehariAnak 4-16 tahun; 50-100 g, 2 kali sehari

Fluticasone

Harus dikonsultasikan dengan dokter, karena dosis pasien beda-beda.

MEKANISME AKSI Kortikosteroid bekerja dengan memblok enzim fosfolipase-A2, sehingga menghambat pembentukan mediator peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peradangan. Kortikosteroid tidak dapat merelaksasi otot polos jalan nafas secara langsung tetapi dengan jalan mengurangi reaktifitas otot polos disekitar saluran nafas, meningkatkan sirkulasi jalan nafas, dan mengurangi frekuensi keparahan asma jika digunakan secara teratur. INDIKASI Kortikosteroid inhalasi secara teratur digunakan untuk mengontrol dan mencegah gejala asma. KONTRAINDIKASI Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitifitas terhadap kortikosteroid. EFEK SAMPING Efek samping kortikosteroid berkisar dari rendah, parah, sampai mematikan. Hal ini tergantung dari rute, dosis, dan frekuensi pemberiannya. Efek samping pada pemberian kortikosteroid oral lebih besar daripada pemberian inhalasi. Pada pemberian secara oral dapat menimbulkan katarak, osteoporosis, menghambat pertumbuhan, berefek pada susunan saraf pusat dan gangguan mental, serta meningkatkan resiko terkena infeksi. Kortikosteroid inhalasi secara umum lebih aman, karena efek samping yang timbul seringkali bersifat lokal seperti candidiasis (infeksi karena jamur candida) di sekitar mulut, dysphonia (kesulitan berbicara), sakit tenggorokan, iritasi tenggorokan, dan batuk. Efek samping ini dapat dihindari dengan berkumur setelah menggunakan sediaan inhalasi. Efek samping sistemik dapat terjadi pada penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi yaitu pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, osteoporosis, dan karatak. RESIKO KHUSUS Pada anak-anak, penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi menunjukkan pertumbuhan anak yang sedikit lambat, namun asma sendiri juga dapat menunda pubertas, dan tidak ada bukti bahwa kortikosteriod inhalasi dapat mempengaruhi tinggi badan orang dewasa. Hindari penggunaan kortikosteroid pada ibu hamil, karena bersifat teratogenik. CARA PENGGUNAAN INHALER

Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin Ambillah inhaler, kemudian kocok Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)

Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif) Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh) Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.

3.9 Komplikasi Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah : 1.Polip hidung Alergi hidung merupakan salah satufaktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung.Polip hidung biasanya tumbuh di meatus medius dan merupakan manifestasiutama akibat proses inflamasi kronis yang menimbulkan sumbatan sekitar ostiasinus di meatus medius. Polip memiliki tanda patognomonis :inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih-lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, danmetaplasia skuamosa. Ditemukan juga mRNA untuk GM-CSF, TNF-alfa, IL-4dan IL-5 yang berperan meningkatkan reaksi alergis. 2.Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak 3.Sinusitis paranasal Merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi akibatedema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa. Edema mukosa ostiamenyebabkan sumbatan ostia. Penyumbatan tersebut akan menyebabkan penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udararongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob. Selain dari itu, proses alergi akan menyebabkan rusaknyafungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator-mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitisakan semakin parah. Pengobatan komplikasi rinits alergi harus ditujukan untuk menghilangkanobstruksi ostia sinus dan tuba eustachius, serta menetralisasi atau menghentikanreaksi humoral maupun seluler yang terjadi lebih meningkat. Untuk tujuan ini maka pengobatab rasionalnya adalah pemberian antihistamin, dekongestan, antiinflamasi,antibiotia adekuat, imunoterapi dan bila perlu operatif. http://www.scribd.com/doc/29935434/Rhinitis-Alergi www.scribd.com/doc/31033909/Rhinitis-Alergi

Pada dasarnya penyakit alergi dapat dicegah dan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Pencegahan primer untuk mencegah sensitisasi atau proses pengenalan dini terhadap alergen. Tindakan pertama adalah mengidentifikasi bayi yang mempunyai risiko atopi. Pada ibu hamil diberikan diet restriksi (tanpa susu, ikan laut, dan kacang) mulai trimester 3 dan selama menyusui, dan bayi mendapat ASI eksklusif selama 5-6 bulan. Selain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk mencegah pajanan terhadap alergen dan polutan. 2. Pencegahan sekunder untuk mencegah manifestasi klinis alergi pada anak berupa asma dan pilek alergi yang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi tahap awal berupa alergi makanan dan kulit. Tindakan yang dilakukan dengan penghindaran terhadap pajanan alergen inhalan dan makanan yang dapat diketahui dengan uji kulit. 3. Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya penyakit alergi dengan penghindaran alergen dan pengobatan 3.10 Prognosis Kebanyakan pasien dapat hidup normal dengan gejala. Hanya pasien yang menerima imunoterapi spesifik-alergen sembuh dari penyakit, namun banyak pasien melakukannya dengan sangat baik dengan perawatan gejala intermiten. Gejala rhinitis alergi bisa kambuh 2-3 tahun setelah penghentian imunoterapi alergen. Sebagian kecil pasien mengalami perbaikan selama masa remaja, tapi di sebagian besar, gejala muncul kembali di awal dua puluhan atau lebih. Gejala mulai berkurang ketika pasien mencapai dasawarsa kelima kehidupan.
LI 4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIKA BATUK DAN BERSIN DALAM ISLAM 4.1 Istinsha dan Istinshar Menjaga kebersihan, 1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah. 2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan ", dan " Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur." 3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. 4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: "Tutuplah bejana air dan tempat minummu " 5. Rumah: "Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu" sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: "Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah." 6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan. Dalam islam diantaranya dengan mandi, wudzu, menjaga kebersihan pakaian. Adapun wudzu merupakan upaya membersihkan diri dari hadast besar maupun hadast kecil sebelum melaksanakan sholat. Karena seseorang yang akan menjalankan sholat harus bersih dari hadast kecil maupun hadast besar, sehingga apabila ia berhadas kecil ia harus berwudlu, namun jika ia berhadast besar (junub) maka ia harus mandi. Sebagaimana firman-firman Allah :

Jika kamu junub maka mandilah. (QS.Al-maidah:6) Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. (Q.S Al-maidah:6) Dan bersihkanlah pakaianmu.(QS.Al-Muddatsir:4)

Anda mungkin juga menyukai