Anda di halaman 1dari 25

Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang, oleh karena manusia dianugerahi akal oleh Tuhan dan mempunyai sifat

selalu ingin tahu, suatu hal yang membedakan manusia dari hewan. Manusia selalu berpikir dan selalu mencoba mengaitkan antara fakta atau fenomena dengan teori yang diketahui. Makin banyak teori yang dimiliki manusia dengan banyaknya membaca, dan makin banyak fakta yang diperolehnya, akan makin tinggi pula pengetahuannya, dan makin besar rasa ingin tahunya. Tiap fakta baru yang diperoleh akan mempertinggi tingkat teori yang dibuatnya.

Ilmu pengetahuan yang tertulis mula-mula berasal dari kitab-kitab suci. Di dalam kitab Al Quranul Karim kita temukan banyak sekali sumber-sumber ilmu pengetahuan, yang menjadi cikal bakal pelbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat, biologi, ilmuilmu sosial, hukum, antropologi, kesehatan, astronomi, dan lain-lainnya. Pengetahuan agama ini kemudian berkembang serta bercabang menjadi 2 kelompok besar ilmu, yakni kelompok ilmu-ilmu alamiah serta ilmu pengetahuan budaya.

Ilmu-ilmu alamiah berkembang antara lain menjadi ilmu kimia, fisika, dan ilmu kedokteran. Pengetahuan budaya berkembang menurut norma-norma yang berlaku (bersifat normatif). Di antara kedua sifat ini kemudian muncul imu-ilmu sosial, yang sebagian mempergunakan karakteristik ilmu alamiah (empiris) dan sebagian bersifat normatif. Baik ilmu alamiah maupun budaya mempunyai sifat terbuka, benar, dan dapat dipercaya.

ILMU-ILMU ALAMIAH
Pendekatan: Empiris (Sesungguhnya) Tujuan: Mempelajari keteraturan / keterangan dalam alam semesta Contoh: Anatomi, fisika, ilmu pasti, ilmu kedokteran, kimia, geologi

ILMU-ILMU SOSIAL
Pendekatan: Empiris-Normatif Tujuan: Mempelajari keteraturan dalam hubungan antar manusia Contoh: Ilmu politik, sosiologi, ekonomi, antropologi, demografi, psikologi

PENGETAHUAN BUDAYA
Pendekatan: Normatif (Sebaiknya) Tujuan: Mempelajari peristiwa dan pernyataan budaya yang dianggap unik Contoh: Pengetahuan agama, falsafah, hukum, seni sastra, seni musik, seni tari

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan khazanah ilmu dengan memperoleh pengetahuan serta fakta baru, sehingga dapat disusun teori, konsep, hukum, kaidah atau metodologi yang baru, dan dapat diperoleh masalah baru yang kelak harus dipecahkan dengan penelitian pula.

Ilmu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan. Ilmu tidak akan berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidak akan ada bila tidak berada di dalam kerangka ilmu tertentu. Meskipun banyak definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan filosofi, sedangkan penelitian merupakan suatu tindakan (action) yang akan berguna untuk membangun serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan akumulasi pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah, dengan menggunakan teori-teori yang ada.

Meskipun perkembangan ilmu-ilmu alamiah yang dilandasi penelitian empiris telah menunjukkan tingkat yang canggih, seringkali dengan metode dan teknik yang canggih pula, namun pada hakekatnya perkembangan ilmu mengikuti pola yang sama. Peneliti melihat kesenjangan antara teori dan fenomena alamiah (metode deduksi). Kesenjangan ini dikembangkan menjadi masalah penelitian, kemudian dirumuskan dalam hipotesis. Peneliti kemudian membuat rancangan penelitian, dan dengan metode yang sesuai dilakukan pengumpulan data. Data yang diperoleh, diolah atau dianalisis, kemudian dilakukan induksi (inferensi) sehingga menjadi teori baru. Dari teori ini peneliti dapat menyusun masalah penelitian baru, kembali pada metode deduktif. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan ilmu-ilmu alamiah merupakan akumulasi dari sirkulus metode berpikir deduktif dan induktif yang berjalan terusmenerus, berkesinambungan. Lihat Gambar 1-2.

TEORI DAN FAKTA EMPIRIS ? PERUMUSAN MASALAH KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP HIPOTESIS METODE PENELITIAN

FAKTA DAN DATA BIOLOGIS, KLINIS, SOSIAL

GENERALISASI / INFERENSI

HASIL / SIMPULAN

Bagi dokter yang berkecimpung dalam bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian pada umumnya bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk rencana kegiatan medis-klinis atau medis-sosial, atau untuk mengembangkan ilmu kedokteran sendiri, yang pada gilirannya akan berguna bagi kesejahteraan manusia.

Adapun lahan penelitian dalam bidang ilmu kedokteran dan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi penelitian kedokteran dasar, kedokteran klinis, serta kedokteran komunitas. Ketiga ranah (domain) penelitian tersebut dalam langkah-langkahnya mempunyai perbedaan karakteristik, akan tetapi sekaligus juga mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat, serta tetap berada dalam suatu kerangka keilmuan yakni ilmu kedokteran.

Tingkat penelitian dalam bidang ilmu kedokteran atau kesehatan dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yakni penelitian yang bersifat deskriptif, dan analitik. Dalam penelitian deskriptif peneliti melakukan eksplorasi fenomena kedokteran tanpa berusaha mencari hubungan antar variabel pada fenomena tersebut. Dalam penelitian analitik, disamping melakukan identifikasi serta pengukuran variabel, peneliti pun mencari hubungan antar variabel untuk menerangkan kejadian ataupun fenomena yang diamati.

Dalam penelitian analitik ini peneliti dapat hanya mengukur fenomena saja tanpa melakukan intervensi terhadap variabel (yakni bersifat analitik observasional), tetapi ia dapat pula melakukan intervensi terhadap variabel bebas dan menilai efek intervensi atau manipulasi tersebut terhadap variabel tergantung (penelitian eksperimental atau intervensional).

Penelitian dilakukan sejalan dengan sifat dasar manusia yang senantiasa ingin tahu terhadap pelbagai fenomena di sekelilingnya. Tujuan seseorang melakukan penelitian pada umumnya ialah:

Untuk mengetahui deskripsi pelbagai fenomena

alam. Untuk menerangkan hubungan antara pelbagai kejadian. Untuk memecahkan pelbagai masalah yang ditemukan dalam kehidupan. Untuk memperlihatkan efek tertentu.

Kembali ke masalah penelitian dalam bidang kedokteran dan kesehatan, masalah timbul apabila orang bertanya mengapa begini, mengapa begitu? artinya terdapat kesenjangan antara fenomena kedokteran biologis, klinis, atau sosial dengan teori atau fakta yang ada dari penelitian terdahulu. Dalam ilmu alamiah tidak semua kesenjangan dapat dikembangkan atau merupakan masalah yang memerlukan penelitian.

Agar supaya kesenjangan dapat diangkat atau dikembangkan menjadi penelitian maka ia harus dapat dijawab secara empiris, dan kemungkinan jawabannya lebih dari satu. Pertanyaan Mengapa Tuhan menciptakan manusia bukanlah merupakan pertanyaan penelitian, karena ia tidak dapat dijawab dengan observasi empiris. Demikian pula masalah kesehatan bahwa sebagian besar pasien penyakit jantung bawaan di Indonesia tidak dioperasi bukan merupakan suatu pertanyaan penelitian, oleh karena kita sudah tahu jawabannya, aykni ketiadaan biaya dan fasilitas.

Apabila suatu kesenjangan memang merupakan masalah penelitian, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan berbagai cara, yakni dengan cara:

Trial and error Spekulasi Autoritas atau tradisi Penelitian ilmiah. Tentu untuk kita para sarjana dalam institusi pendidikan, cara yang terakhirlah yang merupakan cara terbaik.

Untuk melakukan suatu penelitian, kita harus mempersiapkan strategi yang baik, baik dari bekal ilmu maupun dari sarana penelitiannya sendiri, sehingga dengan metodologi yang benar kita akhirnya dapat memperoleh fakta-fakta baru yang dapat dipercaya pula. Metodologi penelitian yang sesuai untuk menjawab pelbagai pertanyaan penelitian yang dirumuskan akan diuraikan dalam bab-bab berikut.

Sesungguhnya masalah penelitian kedokteran tidak akan pernah habis. Ia selalu ada, sejalan dengan kebutuhan serta tuntutan masyarakat yang selalu berkembang. Lingkaran ilmiah berupa siklus deduksi dan induksi berjalan terus. Sesuatu y ang dahulu dianggap sudah tuntas sekarang ternyata dapat diteliti lebih jauh serta lebih dalam. Demikian seterusnya, sehingga keluasan dan kedalaman ilmu makin lama makin bertambah. Dalam bidang penelitian klinis, seperti yang diuraikan dalam bab-bab berikut, pelbagai masalah dapat dan perlu diangkat serta dikembangkan menjadi masalah penelitian. Dalam hal substansi serta kecanggihannya tentu terdapat tahapan atau tingkatan. Untuk mahasiswa S1, baik substansi atau metodologinya digunakan yang sederhana.

Penelitian untuk mahasiswa S2 diharapkan baik substansi maupun metodologinya lebih tinggi tingkatannya. Sedangkan untuk disertasi doktor penelitian harus lebih canggih, terutama dari segi metodologi serta analisisnya. Bagi para staf pengajar, serta para peneliti yang bekerja di institusi penelitian pada umumnya, terbuka lebar kesempatan untuk melakukan penelitian, dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih, sesuai dengan relevansi masalah dalam bidang ilmu kedokteran itu sendiri, dalam masyarakat Indonesia, maupun umat manusia pada umumnya.

Dengan kemajuan teknologi informasi yang amat pesat dalam 2 dasawarsa ini, maka hasil penelitian yang dilakukan dapat segera disebarluaskan, antara lain melalui media internet. Idealnya pengetahuan baru tersebut dapat segera diterapkan dalam tata laksana pasien. Namun tidak mungkin diharapkan seorang dokter dapat membaca demikian banyak hasil penelitian. Bahkan seorang spesialis, atau sub-spesialis pun tidak akan mungkin dapat mengikuti semua perkembangan ilmu pengetahuan di dalam bidangnya masing-masing.

Agar setiap dokter dapat memanfaatkan hasil penelitian yang relevan dengan tugasnya, seyogyanya ia mencari sumber ilmiah tiap kali menjumpai masalah dalam tugas profesinya. Sumber ilmiah terbaru tersebut makin lama makin mudah diperoleh, antara lain dengan internet.

Meskipun demikian sumber ilmiah tersebut harus dinilai apakah sahih, penting, dan dapat diterapkan pada pasien. Dengan melaksanakan hal tersebut, dokter dapat melaksanakan perilaku belajar mandiri seumur hidup. Pendekatan ini dinamakan sebagai evidence based medicine, paradigma baru yang menjembatani peneliti sebagai produsen ilmu, dan petugas pelayan kesehatan sebagai pengguna ilmu.

Para peneliti, termasuk peneliti dalam bidang kedokteran, mempunayi hak seluas-luasnya untuk mengembangkan rasa ingin tahunya. Hak yang besar ini harus diimbangi dengan tanggung jawab yang besar pula. Pengembangan ilmu hendaknya mengacu pada kesejahteraan umat manusia; tidaklah layak apabila peneliti bersikap membabi buta, yakni mengembangkan ilmu untuk ilmu itu sendiri. Sikap ilmu untuk ilmu dengan mengabaikan hakikat pengembangan ilmu justru mengancam hakikat kemanusiaan.

Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian adalah kemungkinan terjadinya conflict of interest (konflik kepentingan) peneliti, yang dapat mengganggu obyektivitas penelitian. Hal ini dapat terjadi oleh karena para peneliti sering juga berperan sebagai praktisi, sehingga kadang sulit baik bagi peneliti maupun pasien untuk memisahkan suatu tindakan sebagai upaya pengobatan atau sebagai prosedur penelitian. Konflik kepentingan juga acapkali berkaitan dengan masalah finansial, terutama dalam pengembangan obat baru yang disponsori oleh perusahaan farmasi atau firma bioteknologi.

Anda mungkin juga menyukai