Anda di halaman 1dari 19

Keluhan atau Gejala Fisik yang Ada Kaitan dengan Faktor Psikologik

I. GANGGUAN SOMATOFORM: 1. Gangguan hipokondriasis 2. Gangguan somatisasi 3. Gangguan disfungsi otonomik 4. Gangguan nyeri somatoform 5. Gangguan body dismorfik GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) 1. Disosiatif 2. Konversi FAKTOR PSIKOLOGIK YANG MEMPENGARUHI KONDISI FISIK (GENERAL MEDICAL CONDITION) GANGGUAN CEMAS GANGGUAN DEPRESI GANGGUAN BUATAN

II.

III. IV. V. VI.

VII. GANGGUAN PURA-PURA ( MALINGERING )

GANGGUAN SOMATOFORM
1. 2. 3. 4. 5. 6. Gangguan somatisasi Gangguan hipokondriasis Gangguan nyeri psikogen (somatoform) Gangguan disfungsi otonomik somatoform Gangguan body dismorfik Gangguan somatoform lain

I. GANGGUAN SOMATISASI:
1. Keluhan fisik banyak (multipel),sekaligus 2. Keluhan kabur, tidak konsisten (keluhan berubah-ubah) 3. Tidak ada kelainan fisik / lab (kalau ada hanya minimal saja tidak sebanding dengan keluhan) 4. Onset sebelum usia 30th dan kronis (lebih sering pada usia belasan tahun) 5. Ada faktor psikologik sebagai etiologik 6. Mengganggu fungsi dan sering sekali pergi ke dokter 7. Wanita : Laki-laki = 5:1 1-2% populasi wanita 8. Etiologi I. Teori biologi: 1. Neuro psikologi 2. Genetik II. Psikososial: 1.Ekspresi kemarahan. Misalnya terhadap suami 2.Behavior: Didikan / ditiru dari orang tua 9. Biasanya datang ke psikiater setelah ada gejala depresi atau cemas

Diagnosa banding: 1. penyakit / gangguan fisik: kalau sudah kronis mungkin akan ditemukan gangguan fisik yang kemungkinan ditemukan dengan orang seusianya. Perlu pemeriksaan fisik yang lebih teliti 2. gangguan depresi dan gangguan cemas: Depresi dan cemas sering menyertai gangguan somatisasi. Kalau onset pada usia lebih lanjut ada keluhan somatik yang banyak merupaka awal depresi primer 3. gangguan hipokondrik: 1. *somatisasi menekankan pada dampak gejala / keluhannya *hipokondrik, lebih mencemaskan adanya penyakit yang serius dan progresif 2. *pasien somatisasi cenderung minta pengobatan *pasien hipokondrik menginginkan pemeriksaan lanjut untuk kepastian penyakitnya 3. *pasien somatisasi menggunakan obat berlebihan dan sering tidak teratur untuk waktu lama *pasien hipokondrik, takut menggunakan obat, khawatir akan efek sampingnya , dan lebih sering berpindah-pindah dokter 4. gangguan waham somatik: keluhan fisiknya lebih sedikit, dan cenderung menetap Prinsip terapi somatisasi: 1. dorong pasien untuk tetap konsultasi pada 1 dokter umum, hindari rujukan ke spesialis 2. rujukan / konsultasi untuk gangguan yang rumit / kasus berat 3. belum ada obat yang efektif, kadang boleh coba berikan SSRI 4. utamakan psikoterapi (supportif) 5. hindari pemeriksaan laboratorium diagnostik, obat-obatan 6. anjuran konsultasi rutin tiap 4-6 minggu, lakukan pemeriksaan fisik singkat untuk keluhan baru 7. hindari konsultasi mengajukan pasien datang kalau merasa perlu

II. Gangguan Hipokondriasis


1. 2. 3. 4. 5. Yakin dirinya telah / akan menderita penyakit T.T Tidak mau menerima penjelasan / nasehat dokter Sangat mencemaskan / memperhatikan kesehatan Interprestasi berlebihan terhadap sensasi tubuh,gejala fisiologik Keluhan lebih konsisten dan menyangkut satu / dua organ biasanya gastro intestinal dan kardiovaskuler 6. Datang dengan cemas / depresi 7. Laki dan wanita sama 4-6 % pasien umum 8. Gangguan fungsi (kadang untuk manipulasi keluarga,orang lain)

III. DISFUNGSI OTONOMIK SOMATOFORM


1. Keluhan-keluhan memberi kesan adanya gangguan / penyakit pada saraf otonomik 2. Contoh: A. Kardiac neurosis B. Hiperventilasi C. Gastrik neurosis (aerofagi,dispepsi,piloro spasme) 3. Gejala objektif otonomik (palpitasi, berkeringat, flushing, tremor) Gejala subjektif / idiosinkratik / tidak spesifik. Misalnya: Gejala-gejala di kulit

IV. GANGGUAN NYERI SOMATOFORM


1. Nyeri yang sangat berat dan mengganggu fungsi 2. Tidak ada dasar organik / tidak sesuai dengan distribusi saraf

V. BODY DYSMORPHIC
1. Gambaran klinis (termasuk gangguan somatoform): Ada yang TIDAK BERES pada tubuhnya / bagian tubuhnya (bentuk,ukuran,kulit) Kadang sampai taraf Ideas Of Referens (waham referens) (orang pasti memperhatikan, mengetahui mengejek kondisi Tubuhnya). . Organ yang terkait : rambut, hidung, mata, kulit, breast, penis,

Bibir, gigi. 2. DD : 1. Normal ada pada anoreksia nervosa ganggunan gender. 2. Normal pada orang yang sangat memperhatikan penampilan. 3. Pedoman diagnosa : Harus ada preokupasi pada kondisi tersebut Gangguan fungsi Ada distres ( mengganggu secara emosional)

ETIOLOGI GANGGUAN SOMATOFORM


I. Gangguan hipokondriasis: 1. Misinterpretasi (salah intepretasi) gejala tubuh *Bila ada sensasi somatik (fisik) ini akan dirasakan berlebihan *Nilai ambang dan toleransi, yang rendah terhadap rasa tidak nyaman fisik 2. Mengambil peran menjadi orang sakit oleh karena ada masalah yang tidak dapat diatasi. Dengan cara ini pasien dapat menghindari kewajiban yang dianggap berat / berbahaya dan akan dimaafkan 3. Dianggap variasi gangguan jiwa lain terutama cemas dan depresi, (80% hipokondriasis coexist dengan cemas dan depresi) 4. Teori psikodinamik: Sikap agresif dan permusuhan ditransfer (diubah) menjadi keluhan fisik dengan cara tidak sadar (mekanisme defense,represi, dan displacement) Kemarahan akibat kekecewaan penolakan dan kehilangan masa lalu Dianggap defense terhadap rasa bersalah, ekspresi rasa rendah diri. Self concern yang berlebihan Keluhan nyeri dan penderitaan fisik dihayati sebagai penebusan rasa bersalah dan hukuman pada salah dan dosa masa lalu II. Etiologi Gangguan Somatisasi A. Faktor psikososial Sebenarnya penyebab gangguan ini belum diketahui jelas: 1. Gejala muncul sebagai perwujudan menghindari tugas (tidak menyenangi pekerjaan) 2. Ekspresi emosi. Misalnya kemarahan pada suami / istri 3. Simbol dari suatu perasaan. Misalnya nyeri pada usus 4. Didikan orang tua, contoh dari orang tua 5. Keluarga yang tidak stabil 6. Anak yang mengalami kekerasan / abuse B. Faktor Biologik: Diduga ada dasar neuropsikologik Mungkin ada gangguan atensi dan fungsi kognitif yang berakibat pada kesalahan presepsi dan penilaian input somatosensori.Faktor genetik : -10 20 % pada generasi 1 wanita -Generasi laki-laki ada tedensi drug ABUSE dan ganguan kepribadian antisosial

Epidemiologi Gangguan Somatoform


I. Prevalensi gangguan somatisasi:

1. Prevalensi 0,1-0,5% dari populasi 2. 5-10% dari pasien yang datang ke praktek umum dan dokter keluarga 3. Wanita lebih banyak dibanding laki-laki ( 5:1 ) 4. 1-2% dari populasi wanita 5. Onset pada usia sebelum 30th, lebih sering pada wanita usia belasan tahun. Pendidikan,social,ekonomi rendah 6. Sering ditemukan bersamaan dengan gangguan jiwa lain, kecenderungan (traits) kepribadian,gangguan kepribadian. Ciricirinya antara lain adalah menghindar (avoidant),paranoid,obsesikompulsi (OCD),merusak diri sendiri (self defeating) II. 1. 2. 3. 4. III. 1. 2. 3. 4.

Gangguan Hipokondriasis
Prevalensi 4-6% dari pasien di klinik umum Laki dan wanita sama,onset bisa pada semua usia Tidak ada hubungan dengan tingkat pendidikan / sosial Sering disertai gejala-gejala depresi dan cemas

Epidemiologi Gangguan Konversi

5-15% pasien konsultasi psikiatri pada RSU 25-30% dari pasien rawat di RS Veteran Wanita lebih banyak ( 2:1 sampai 5:1 ) Onset pada semua usia, lebih sering pada remaja dan dewasa muda 5. Lebih sering pada masyarakat rural, pendidikan, dan penghasilan rendah, tentara yang pernah ikut perang 6. Sering ada comorbid. Depresi berat, gangguan cemas dan skizopernia

GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI, PPDGJ III)


PENGERTIAN IV. Kehilangan sebagian / seluruh integrasi normal antara ingatan masa lalu,kesadaran akan identitas dan kendali gerakan tubuh V. KONVERSI: Konflik yang tidak terselesaikan / tidak dapat diatasi / kejadian traumatik di ubah secara tidak sadar (dengan mekanisme defensi)menjadi gejala-gejala fisik GAMBARAN KLINIS 1. Mulai dan berakhirnya gejala disosiatif terjadi secara mendadak. Kebanyakan pulih dalam waktu beberapa minggu / bulan. 2. Paralisis dan anestesi biasanya lebih lama 3. Sangat perlu untuk menunjuk ke tenaga psikiater apabila kita menemukan gangguan tersebut karena bila sampai setahun / dua tahun baru dimulai terapi professional akan sangat sulit mendapatkan hasil PEDOMAN DIAGNOSTIK 1. TIDAK ADA GANGGUAN FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DISOSIATIF 2. ADA FAKTOR PSIKOLOGIK YANG BERMAKNA TERJADI MENDAHULUI MUNCULNYA GEJALA-GEJALA.

CONTOH GANGGUAN DISOSIATIF 1. AMNESIA DISOSIATIP A. HILANGNYA DAYA INGAT(SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA)MENGENAI KEJADIAN PENTING(TERAUMATIK)YANG BARU TERJADI TIDAK DISEBABKAN GANGGUAN MENTAL ORGANIK B. DIAGNOSA BANDING 1. AMNESIA ORGANIK A. ADA GEJALA-GEJALA NEOROLOGIK LAINYA B. GEJALA-GEJALA LABIH KONSISTEN C. DISORIENTASI DAN PENURUNAN KESADARAN FLUKTUATUIF D. TIDAK ADA KEJADIAN TRAUMATIK E. LEBIH SERING BERSIFAT RETROGRAD 2. FUGUE DISOSIATIF: a. Pergi dari rumah atau tempat kerja ketempat lain secara sengaja tanpa direncanakan sebelumnya b. Ada ciri-ciri amnesia disosiatif dan identitas baru c. Kesadaran kompos mentis 3. KESURURUPAN GANGGUAN TRANS a. Kehilangan sementara penghayatan identitas diri dan lingkungan b. Seakan-akan sedang dikuasai kekuatan lain atau kepribadian lain atau malikat c. Kadang-kadang dilakukan secara sengaja misalnya yang berkaitan dengan adat,budaya 4. STUPOR DISOSIATIF (MIRIP STUPOR SKIZOPRENIA) 1. Gerakan volunter hilang / berkurang 2. Respon terhadap rangsangan hilang / berkurang 3. Tidak ada penurunan kesadaran kalaupun ada hanya sedikit saja

5. GANGGUAN DISOSIATIF GERAKAN DAN PENGINDERAAN 1. Gangguan / kehilangan penginderaan,gerakan sehingga pasien merasa dirinya sakit fisik (sering tidak sesuai dengan konsep / gejala fisik yang seharusnya) 2. Ada upaya menghindari konflik yang tidak dapat diselesaikan atau upaya penolakan atau penyangkalan 3. Pasien menyangkal adanya konflik, orang sering melihat problem yang nyata 4. Ada perilaku histrionik: Gejala muncul / bertambah berat bila ada orang-orang tertentu yang hadir 5. Labelle indifference 6. Mungkin meniru gangguan fisik yang pernah diderita keluarga 6. GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF Kehilangan kemampuan menggerakkan seluruh atau sebagian anggota gerak. Contohnya: 1. Paralisis gerakan lemah atau lambat,bisa sebagian / total 2. Gangguan kordinasi gerak (ataksia) sehinggga, cara jalannya jadi aneh / tidak mampu berdiri tanpa disangga 3. Gemetar / bergoyang yang berlebih pada ekstremitas pada seluruh tubuh 4. Akinesi 5. Afonia 6. Disartria 7. KONVULSI DISOSIAITIF (PSEUDOSEIZURES) Mirip kejang epilepsy,bedanya jarang terjadi: Lidah tergigit Luka serius akibat terjatuh Inkontinesia Tidak ada kesadaran menurun Busa terjadi stupor atau trans 8. ANESTESIA ATAU KEHILANGAN SENSORI Disosiatif anestesia atau parestesi atau kehilangan daya sensorik. Contoh: Tuli,buta,kabur penglihatan tunnel vision,anosmia 9. Sindrom ganser 10. Gangguan kepribadian ganda

GANGGUAN KONVERSI
1. Definisi: Gangguan konversi adalah gangguan dengan karakteristik adanya 1 atau lebih gejala neurologik.(paralysis,kebutaan,parestesia) yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya kelainan neurologik atau gangguan fisik lainnya. Dan untuk membuat diagnosanya harus ada faktor psikologik yang berhubungan dengan permulaan atau kekambuhan gejala-gejala neurologik tersebut 2. Nama lama gangguan konversi adalah hysteria,reaksi konversi,reaksi disosiatif 3. Istilah convercion diperkenalkan oleh Sigmund freud dengan hipotesa gejala-gejala konversi adalah refleksi konflik yang tidak disadari (anconcious)

4. Epidemiologi:
Sepertiga dari general populasi pernah menderita gangguan konversi dalam hidupnya Ada studi yang mengatakan 5% - 15% dari pasien konsultasi di RSU adalah gangguan konversi Rasio wanita:laki-laki = paling sedikit 2:1 5:1. Dapat diderita pada semua usia Komorbit yang biasa ditemukan dengan gangguan depresi berat,gangguan cemas,skizoprenia

GEJALA PSIKOLOGIK PADA KONVERSI 1. Primary gain: Pasien memperoleh keuntungan primer dengan menjaga konflik internal tetap ada di bawah sadar Ada makna simbolik dari gejala konversi, yang merupakan representasi konflik yang tidak disadari 2. Secondary gain : Bebas dari kewajiban dan situasi sulit Mendapat bantuan Mengontrol perilaku orang lain 2. La Belle indifference: Sikap pasien yang tidak sesuai dengan kondisi sakitnya yang serius (tidak menunjukkan rasa khawatir) 3. Identifikasi: Gejala ditiru secara tidak sadar dari orang yang secara emosional dekat

DIAGNOSIS GANGGUAN KONVERSI:


Ada gejala yang mempengaruhi fungsi motorikvolunter dan fungsi sensorik (gejala-gejala neurologik) Gejala neurologik ini tidak dapat dijelaskan dasar kelainan neurologisnya Harus ada faktor psikologik yang ada kaitannya dengan gejalagejala neurologik tersebut

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KONVERSI: Gejala paling sering: paralysis, kebutaan mutism Paling biasa berkaitan dengan gangguan kepribadian pasif,agresif,depedent,anti sosial,histrionic Gejala penyerta yangpaling sering: Cemas dan depresi Ada 4 tipe spesifik: 1. Gejala-gejala sensorik: Anestesia dan parestesia pada ekstremitas (gejala tidak sesuai dengan distribusi antomi saraf) Glove and stocking anesthesia Hemianestesi Kalau mengenai organ sensori: Ada gejalagejala tuli,buta,tunnel vision Pasien buta konversi: Tidak pernah terluka,tidak menabrak,reaksi pupil 2. Gejala motorik: -Gerakan apnormal,gangguan cara berjalan,jerks,tics,paralysis,paresis -Gejala semakin memburuk kalu pasien butuh perhatian, atau ada orang lain 3. Gejala-gejala kejang (pseudoseizure): Sering sulit dibedakan dengan aktualseizure (epilepsy)

Gejala lidah tergigit,inkontinensia urin,terjatuh luka setelah kejang pada umumnya tidak terjadi

III ETIOLOGI GANGGUAN KONVERSI


A. TEORI PSIKOANALITIK: Konflik intrapsihik yang direpresi dan cemas diubah menjadi gejala fisik. Konflik antara impuls institual (agresifitas,seksual) dengan larangan untuk mengekspresikan. Dengan gejala fisik secara emosional lebih tenang karena konflinya telah beralih,gejala fisik bermakna simbolik.Dapat juga bermakna kontral atau manipulasi orang lain B. FAKTOR BIOLOGIK: 1. Brain imaging: Hypometabolisme pada hemisphere dominant sehingga komunikasi antar hemisphere terganggu akibatnya terjadilah gangguan konversi 2. Peningkatan aktivitas corteks serebral 3. Neuro psychologik test: Ada gangguan pada komunikasi verbal,memory,vigilance (kewaspadaan),perhatian

KESIMPULAN GGN KONVERSI


1. Ggn konversi adalah adanya satu atau dua keluhan dan gejala fisik yang memberi kesan adanya deficit (Ggn) / fungsi neurologik 2. Konversi bermakna A. Konflik emosional (psikologik)yang tidak dapat diselesaikan sehingga menyebabkan penderitaan secara psikologik akan diubah secara tidak sadar (mekanisme defensi)menjadi gejala fisik B. Konversi adalah bahasa isyarat (mempunyai makna simbolik dari organ untuk menyatakan ketidakberdayaan nya menanggung beban psikologik yang dialami jadi disalurkan ke organ /fisik dalam berbagai manifestasi:paresis,paralysis,kebutaan,ggn fungsi laryng/suara,kesemutan,pati rasa/anestesi ) C. Salah satu gejala konversi yang berkaitan dengan fungsi sensorik yang sering adalah kesemuatan dan pati rasa dengan ciri lokalisasi nya total mirip ciri ggn sensorik polineuropati misalnya pada DM,KURANG GIZI,INTOKSIKASI. D. Kesemutan dan pati rasa pada konversi bisa mengenai permukaan kulit dan selaput lendir (misalnya rongga mulut,daerah erogen bias juga megalami pati rasa)pada ggn sensorik yang organic selaput lendir tidak terpengaruh E. Defisit sensorik kesemutan dan anestesi konversi tidak disertai hippo refleksi tendon lutut dan achiles,berbeda dengan yang bersifat gangguan sensorik organic dimana ditemukan penurunan refleks pada kedua tempat tersebut

GANGGUAN BUATAN ( FACTITIOUS DISORDER )


( DSM IV, SYNOPSIS OF PSYCHATRI )
I. Pengertian: Gangguan buatan ditandai dengan gejala-gejala fisik atau psikologik yang sengaja dibuat untuk menjadi orang sakit

II.

Gejala Gangguan Buatan: Dibedakan 3 jenis:

1. Gangguan buatan dengan gejala psikiatri yang dominan : depresi,halusinasi,dissosiatif,gejala konversi,perilaku bizarre ( aneh ) 2. Gangguan buatan dengan gejala fisik yang dominan,disebut juga : sindrom munchausen ( hospital addiction,polysurgical addiction,sindrom pasien professional 3. Gangguan buatan dengan gejala campuran III. EPIDEMIOLOGI: 1. Prevalensi yang pasti tidak diketahui 2. Lebih sering pada laki-laki tenaga medis 3. Ada study yang menunjukkan 9% dari semua pasien yang masuk ke satu RS, juga disebut 3% demam buatan dari pasien yang masuk RS IV. ETIOLOGI: Pandangan psikodinamik 1. Ada riwayat child abuse dan deprivasi masa bayi 2. Orang tua rejecting parents 3. Pasien yang doyan tindakan operasi atau yang sejenis (masochists) menganggap hal itu sebagai hukuman atas dosa masa lalu 4. Identifikasi dengan keluarga yang pernah dirawat / menderita gangguan jiwa

GANGGUAN PURA-PURA (MALINGERING)


Keluhannya bisa bervariasi Dapat dikenali dengan memperhatikan kemungkinan motif mendapatkan keuntungan / konpensasi Misalnya: Minta dirawat agar mendapat keuntungan penggantian dll,menghindari tugas / kerja,urusan polisi,pengadilan,supaya dapat menginap gratis beberapa hari. Pasien akan berhenti berpura-pura bila dianggap tidak menguntungkan atau ada resiko ketahuan

Anda mungkin juga menyukai