Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 1 BENJOLAN DISIKU LENGAN ATAS

Seorang laki-laki 45 tahun datang ke RS Yarsi dengan keluhan terdapat benjolan disiku kanan sejak 2 bulan ini. Benjolan dirasakan nyeri dan berdenyut serta menganggung range of movement (ROM). Riwayat pernah bengkak kemerahan pada metatarsophalangeal I dialami 5 bulan yang lalu dan berkurang setelah meminum obat analgesik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tofus pada sekitar olecranon bentuk bulat dengan diameter 8 cm. Hasil pemeriksaan laboratorium didapati hiperurisemia. Dokter memberikan nonsteroid antiinflamasi drug (NSAID) dan urikosurik pada pasien tersebut dan menyarankan pemeriksaan radiologi.

SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan anatomi alat gerak dan persendian 2. Memahami dan menjelaskan tentang metabolisme asam urat dan sekresi asam urat 3. Memahami dan menjelaskan tentang Gout Arthritis 4. Memahami dan menjelaskan NSAID dan urikosurik

LI 1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi alat gerak dan persendian LO 1.1. Menjelaskan ekskremitas superior

LO 1.2. Menjelaskan tarsal Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah berdiri.

Metatarsal

Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.

Phalangs

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

LO 1.3. Menjelaskan tentang sendi

Definisi: Sendi atau articulatio adalah hubungan satu tulang dengan satu tulang lebih tulang lainnya.Kadang-kadang sendi juga merupakan hubungan antara tulang dengan ligamenta.

Macam-macam gerak sendi:


4

1.Fleksi,gerakan yang mendekatkan bagian dari tulang yang membentuk sendi. 2.Ekstensi.gerak berlawanan arah dengan fleksi. 3.Abduksi.gerak arah sisi atau menjauhi bidang sagital. 4.Aduksi,gerak yang berlawanan arah dengan absduksi yaitu mendekati bidanh sagital. 5.Gerak berputar dari lateral-anterior-medial.

Eksorotasi: gerak berputar dari medial-anterior-lateral. Laterofleksi: gerak fleksi ke arah samping. Sirkumdiksi: gabungan gerak rotasi yang terdiri:fleksi,laterofleksi dan ekstensi.

Macam-macam sendi:
1. SYNARTHROSIS

Jenis synarthrosis ini tergantung dari jenis bahan yang mengisi antara pertemuan kedua tulang sehingga dapat dibedakan:

Sutura Diantara tulang terdapat jaringan fibrosa yang tipis sekali seperti sutura

parietooccipipitalis,sutura sagialis,sutura lambdoidea dan sutura coronoidea.

Syndesmosis Diantara tulang terdapat jaringan fibrosa seperti syndesmosis radio-ulnaris dan

syndesmosis tibio-ulnaris.

Synchondrosis Diantara tulang terdapat tulang rawan seperti symphisis pubis dan symphisis

manubriosternalis.

Schyndelysis

Satu tulang yang masuk ke dalam celah tulang seperti pada reostrum aphenoidale masuk kedalam Os vomer.

Gamphosis

Tulang seperti tanduk masuk ke dalam lubang tulang,seperti gigi dalam geraham.

2. Amphiarthrosis

Sendi yang dapat bergerak sedikit:Art.Sacroiliaca


3. Articulatio diarthrosis atau art.synovialis

Pada articulatio synovialis terdapat :Cartilago articularis,Cavitas articularis,Discus articularis,Meniscus articularis,Labrum articulae,Capsula articularis,Membrana fibrosa,Membrana synovialis,Plica synovialis,Villi synovialis,Synovia,Ligamenta terdiri dari : Ligamentum extracapsularis,Ligamentum capsularis,dan ligamentum intracapsularis.

Articulatio diathrosis dapat dibagi atas: Jumlah tulang yang bersendi


art.simplex

: terdiri dari satu sendi

art.composita : terdiri lebih dari satu sendi

Berdasarkan bentuk permukaan sendi:

Arthroidea(gliding) kepala sendi dan lekuk sendi rata. Contoh: Art.intercapales,art.intertarsales,art.sternoclavicularis.

Ginglymus (hing) antara permukaan konvek dan konkaf.

Contoh: art.cubiti.art.talocrurales,art.interphalanges.

Pivot(trochoidea) permukaan sendi vertical. Contoh: art.atlanto axialis,art.trochoidea

Ellipsoidea(condyloidea) permukaan sendi berbentuk elip Contoh: art.radiocarpal

Spheroidea (a ball and socket) kepala sendi seperti bentuk bola masuk kedalam lekuk sendi yang dalam. Contoh: art.coax

Sellaris (saddle) kepala sendi dan lekuk sendi speerti orang duduk diatas plana kuda. Contoh: antara traezium dan metacarpal

Berdasarkan jumlah sumbu gerak


Bersumbu satu: art.interphalanx,art.talocruralis,art.radioulnaris proximalis. Bersumbu dua: art.radiocarpalis Bersumbu tiga: art.glenohumerale,art.coxae

Articulatio Cubiti Merupakan Art. yang terdiri dari 3 sendi, yaitu :

Art. Humero-ulnaris dan Art. Humero-radialis Tulang Jenis sendi : Antara incisura trochlearis ulna dan trochlea humeri, dan antara fovea articularis caput radii dan capitulum humeri. :Ginglymus dengan bersumbu satu.

Penguat sendi :Capsula articularis, Ligamentum colaterale ulnare, Ligamentum collaterale radiale. Gerak sendi :

Fleksi : Semua otot yang menyilang didepan sumbu gerak, M. biceps brachii, M.brachialis (murni sebagai oto fleksor pada articulatio cubiti), M. pronator teres, M.brachioradialis M.flexor capi radialis, M. Flexor capi ulnaris, M.palmaris longus, dan M. flexor digitorum superfacialis. Otot yang paling kuat bekerja sebagai fleksor adalah : M.brachioradialis, kemudian diikuti M.biceps barachii caput longum, M.brachialis dan paling kecil adalah M.pronator teres. Otot-otot fleksor bekerja maksimal pada articulation cubiti pada sudaut antara 90 -110 . Ekstensi : Semua otot yang menyilang dibelakang sumbu gerak, M.triceps brachii, M. extensor carpi radialis longus dan brevis, M. extensor digiti minimi, M. extensor carpi ulnaris, M. supinator dan M. anconeus.

Art. Radio-ulnaris proximalis Tulang Jenis sendi :Incisura radialis ulna dan caput radii. :Pivot atau trochoidea bersumbu satu yaitu sumbu vertical yang berjalan dari caput radii sampai procesuss styloideus ulnae.

Penguat sendi: Ligamentum anulare radii yang melekat pada ujung incisura radialis dan Ligamentum quadratum diantara collum radii dan incisura radialis ulna. Gerak sendi : Supinasi: M.biceps brachii, oto-otot ekstensor ibu jari. Pronasi: M.pronator teres, M.pronator quadrates.

Art. radio-ulnaris media Tulang Jenis sendi : Corpus radius dan corpus ulnae : Syndesmosis (membrana interossea antebrachii dan chorda obliqua).

Gerak sendi : Sedikit.

LI 2. Memahami dan menjelaskan tentang metabolisme asam urat dan sekresinya

LO 2.1. Menjelaskan metabolisme asam urat

1. Jalur de Novo

Sintesis purin dan as.urat dari prekursor nonpurin,dimulai dari ribosa 5-fosfat -> zat antara nukleotida purin (asam inosinat, guanilat dan adenilat). Yang terpenting ialah 1) pengendalian umpan balik negatif enzim amido-PRT dan PRPP sintetase oleh nukleotida purin. 2) pengaktifan amido-PRT oleh substratnya, PRPP.

2. Jalur penghematan

Basa purin bebasnya berasal dari katabolisme nukleotida purin,pemecahan as.nukleat dan asupan makanan untuk membentuk nukleotida purin. Basa purin
9

bebas (hipoxantin,guanin dan adenin)->berkondensasi dengan PRPP -> prekursor nukleotida purin dr asamurat (asam inosiat, adenilat dan guanilat). Reaksi ini dikatalisir oleh 2 transferase: HGPRT dan APRT Asam urat yang dihasilkan akibat metabolisme purin yang abnormal,mengalami presipitasi di sendi,tendon dan juga jaringan sekitarnya. Gout juga dapat merusak ginjal akibat ekskresi asam urat yang bertambah buruk ,kristal-kristal asam urat dapat bertumpuk di dalam intertisium medula,papila dan piramid,sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal as.urat juga dapat sebagai akibat sekunder dari gout. (Patofisiologi Sylvia price,edisi 6. Vol.2)

LO 2.2. Menjelaskan sekresi asam urat

10

LI 3. Memahami dan menjelaskan Gout Arthritis LO 3.1. Menjelaskan DEFINISI: Penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Gangguan metabolisme

11

yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peningkatan kadar asam urat . LO 3.2. Menjelaskan ETIOLOGI Asam urat atau lebih dikenal dengan Gout ditandai pleh episode artritis akut, pada awalnya mengenai satu sendi dan berhubungan dengan hiperurisemia. Hiperurisemia 10 kali lebih sering ditemukan tanpa gout klinis dari pada disertai gout klinis. Gout di bagi atas tipe sebagai berikut.

Gout Primer: Kegagalan metabolism purin yang terjadi pada pria dan wanita pascamenopause (10:1) dengan prevalensi di inggris sebesar 3/1000. Hiperurisemia yang terjadi bersifat familial dan riwayat gout di keluarga ditemukan pada 30% kasus. Hiperurisemia juga bias terjadi akibat meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung purin dan alkohol berlebihan, khususnya pada orang yang memiliki predisposisi yang seringkali juga menderita obesitas. Gout Sekunder: Terjadi di semua usia di kedua jenis kelamin. Sepuluh persen dari semua kejadian gout berhubungan dengan penyakit mieloproliperatif yang menyebabkan meningkatnya pegantian purin dan oleh karenanya meningkatkan asam urat serum (misalnya leukemia myeloid, mielofibrosis, polisitemia rubra vera, mielomamultipel, dan penyakit Hodgin). Ini khususnya terjadi setelah poengobatan dengan obat antimetabolite bila terjadi peningkayan asam urat serum serta uremum akibat destruksi jaringan.

Hiperurisemia akibat obat bisa terjadi setelah pengobatan dengan diuterik, khususnya tiazid, dan salisilat dalam dosis kecil. Gagal ginjal kronis mungkin berkaitan dengan hiperurisemia, dan gout klinis walaupun jarang, sekunder akibat menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal. LO 3.3. Menjelaskan MANIFESTASI:

Arthritis gout Asimtomatik: pada tahap ini, kadar asam urat dalam darah meningkat tetapi tidak ada simtom. Pada kondisi ini pasien tidak membutuhkan pengobatan. Dalam beberapa hal, hiperurisemia dapat ditemukan beberapa tahun sebelum serangan. Peningkatan asam urat biasanya terlihat pada laki-laki sesudah puber dan pada

12

perempuan setelah menopause. Walau tidak semua pasien dengan hiperurisemia akan dapat serangan GA, tetapi pasien perlu waspada.

Arthritis gout Akut: Pada tahap ini, hiperurisemia menyebabkan mengendapnya kristal asam urat di sendi. Ini menyebabkan rasa nyeri intens dan mendadak, bengkak di sendi dan juga hangat dan peka terhadap sentuhan. Serangan akut biasanya terjadi malam hari dan dapat dipicu oleh keadaan stres, minum alkohol atau obat, atau adanya penyakit lain. Serangan bisanya berhenti dalam 3-10 hari, meskipun tanpa pengobatan, dan serangan berikutnya mungkin tidak akan terjadi dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Dengan berlanjutnya waktu, bagaimanapun serangan dapat terjadi lebih lama dan lebih sering.

Gout Interkritikal: Ini adalah saat di antara serangan akut. Pada tahap ini, pasien tidak ada simtom, dan merasakan fungsi sendi yang normal. Pada tahap ini pasien harus tetap menjaga agar kadar asam urat terkendali. Pada tahap ini Apoteker berperan dalam memberikan edukasi.

Gout tofi kronis: Tahap ini adalah tahap yang paling menyebabkan ketidak mampuan dan biasanya dapat terus berkembang misalnya selama 10 tahun. Pada tahap ini, penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan sendi yang permanen dan kadang juga ginjal. Dengan pengobatan yang benar, kebanyakan pasien dengan gout tidak sampai ketahap ini.

LO 3.4. Menjelaskan PATOFISIOLOGI: Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin. Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik 2. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal

13

3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan

cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui. Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a. Komplemen ini

bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan melakukan

aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan. Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.

14

LO 3. 5. Menjelaskan PATOGENESIS: Peradanagn atau inflamasi merupakan reksi penting pada artritis gout terutama gout akut,Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab,Tujuan dari proses inflamasi adalah : Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab Mencegah perluasan agen penyebab ke jaringan yang lebih luas

Peradangan pada artritis gout akut adalah akibat penumpukan agen penyebab yaitu kristal monosodium urat pada sendi.Mekanisme perasangan ini belum diketahui secara pasti.Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia dan selular.Pengeluaran berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui berbagai jalur,antara lain aktivitas komplemen (C) dan selular. LO 3. 6. Menjelaskan DIAGNOSIS: Seseorang dapat dikatakan menderitas penyakit Gout Artritis apabila memenuhi 6 dari 12 kriteria berikut: Lebih dari satu serangan Arthritis akut Maksimum inflamasi timbul dalam waktu 24 jam Serangan monoArthritis (85%-90% dari serangan awal) Sendi kemerah-merahan Sendi MTP pertama nyeri atau bengkak Serangan unilateral sendi MTP pertama (50%-70% awal, akhirnya 90% ) Serangan unilateral pada sendi tarsal (ct, instep= dorsal arkus kaki, kura-kura kaki) Tofi (dugaan klinis atau dibuktikan secara histologi) Hiperurisemia Sendi bengkak asimetris (klinis atau x-ray) Temuan x-ray termasuk subkortikal cyst(s) tanpa erosi dalam sendi

15

Serangan berhenti total (hilangnya semua simtom dan tanda-tanda) Tidak ada mikroba dalam cairan sinovial Pada pasien yang mempunyai semua kriteria Diagnosis di bawah ini Sejarah berulang monoArthritis akut Respons cepat terhadap obat antiinflamasi Hiperurisemia atau tofi MTP, metatarsophalangeal

LO 3.7. Menjelaskan PEMERIKSAAN:

Pemeriksaan Fisik: Menemukan kristal uratdalam tofi dan terdapat juga tanda-tanda inflamasi seperti kalor, rubor, dolor, tumor dan fungtiolesa. Tetapi, pemeriksaan ini kurang sensitif.

Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam mendiagnosis arthritis gout, karena pada arthritis gout seringkali kadar asam uratnya dalam batas normal. Karena itu kadar ini perlu diperiksa pada waktu penderitanya sehat/tidak dalam serangan arthritis gout akut. Kadar asam urat darah yang diharapkan, stabil sekitar 5 mg/dl.

a. Ekskresi asam urat urin per 24 jam b. Penentuan jumlah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting untuk menentukan

pengobatan
c. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan, penderita tidak boleh mengonsumsi makanan

yang mengandung alkohol karena dapat mengurangi keluarnya asam urat melalui ginjal Penetuan asam urat dinyatakan berlebihan bila:

16

Kadarnya per 24 jam > 600 mg% pada diet bebas purin, atau >800 mg% dengan diet normal

Bila kadarnya > 900 mg%, resiko terjadinya batu ginjal sangat tinggi.

Pemeriksaan Radiologis: Pada stadium akut arthritis gout, tanda awal gambaran radiologisnya hanya tampak berupa pembengkakan jaringan lunak di sekitar persendian (periartikuler) yang asimetrik. Keadaan ini terjadi akibat reaksi peradangan pada stadium awal.

Perubahan gambaran radiolohis pada arthritis gout kronis hanya terlihat:


-

Bila tulang sudah mengalami erosi sehingga bentuk bulat atau lonjong dengan tepi yang sklerotik akibat deposit urat disekitar sendi

Kadang-kadang ditemukan pengapuran dalam fokus

Tanda khas arthritis gout yaitu apabila pada foto rontgent ditemukan erosi punch out.

LO 3.8. Menjelaskan PROGNOSIS: Apabila tanpa penanganan yang baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat.

LO 3.9. Menjelaskan TERAPI NON OBAT: Penurunan berat badan (bagi yang obes) Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi) dan minuman tertentu yang dapat menjadi pencetus gout Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)
17

Meningkatkan asupan cairan Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid) Terapi es pada tempat yang sakit

LI 4. Memahami dan menjelaskan NSAID dan urikosurik LO 4.1. Menjelaskan NSAID Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika, dan anti-inflamasi. OAINS merupakan pengobatan dasar untuk mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi seperti lumbago, artralgia, osteoartritis, artritis reumatoid, dan gout artritis. Disamping itu, OAINS juga banyak pada penyakit-penyakit non-rematik, seperti kolik empedu dan saluran kemih, trombosis serebri, infark miokardium, dan dismenorea. OAINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. 15 Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu OAINS sering juga disebut sebagai obat-obat mirip aspirin (aspirin-like drug). Aspirin-like drugs dibagi dalam lima golongan, yaitu:
1. 2. 3.

Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin), salisilamid, diflunisal Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin (amidopirin), fenilbutazon dan Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam mefenamat dan meklofenamat, Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu (1) obat yang menghentikan proses inflamasi akut,

turunannya
4.

ketoprofen, ibuprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, dan glafenin


5.

misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon, dan (2) obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan sulfinpirazon. Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan menjadi:
18

1.

AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat, asam

meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.
2. 3. 4. 5.

AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan naproksen. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan tenoksikam. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu fenilbutazon dan

oksifenbutazon. Aspek Farmakodinamik Obat Anti-inflamasi Nonsteroid Semua OAINS atau aspirin-like drugs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Efek Analgesik: Sebagai analgesik, OAINS hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dismenorea dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi OAINS tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, OAINS bekerja pada hipotalamus, menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek Antipiretik: Temperatur tubuh secara normal diregulasi oleh hipotalamus. Demam terjadi bila terdapat gangguan pada sistem thermostat hipotalamus. Sebagai antipiretik, OAINS akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh darah superfisial. Antipiresis mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Aspirin dan OAINS lainnya menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali thermostat di hipotalamus dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi. Efek Anti-inflamasi: Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Kebanyakan OAINS lebih dimanfaatkan pada pengobatan muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Namun, OAINS hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak

19

menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal. Efek samping: Yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadangkadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Mekanisme kerusakan pada lambung oleh OAINS terjadi melalui berbagai mekanisme. OAINS menimbulkan iritasi yang bersifat lokal yang mengakibatkan terjadinya difusi kembali asam lambung ke dalam mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan. Selain itu OAINS juga menghambat sintesa prostaglandin yang merupakan salah satu aspek pertahanan mukosa lambung disamping mukus, bikarbonat, resistensi mukosa, dan aliran darah mukosa. Dengan terhambatnya pembentukan prostaglandin, maka akan terjadi gangguan barier mukosa lambung, berkurangnya sekresi mukus dan bikarbonat, berkurangnya aliran darah mukosa, dan terhambatnya proses regenerasi epitel mukosa lambung sehingga tukak lambung akan mudah terjadi. Indometasin, sulindak, dan natrium mefenamat mempunyai resirkulasi enterohepatik yang luas, yang menambah pemaparan obat-obat ini dan meningkatkan toksisitas gastrointestinalnya. Selain itu, indometasin juga dilaporkan dapat mengakibatkan iritasi setempat langsung yang dapat mengakibatkan perforasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa OAINS yang menyebabkan kerusakan mukosa paling minimal adalah sulindak, aspirin enteric coated, diflunisal, dan ibuprofen. Gejala yang diakibatkan oleh OAINS antara lain dispepsia, nyeri epigastrium, indigesti, heart burn, nausea, vomitus, dan diare. Pembahasan OBAT PIRAI: Ada 2 kelompok obat penyaki pirai, yaitu :

Obat yang menghentikan inflamasi aku, misal: kolkisin, fenilbutazon, Obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misal: probenesid, alopurinol, dan

oksifentabutazon, dan indometasin.

sulfinpirazon. Kolkisin: Farmakodinamik -Tidak memiliki efek analgesic. -Tidak meningkatkan ekskresi, sintesis atau -kadar asam urat dalam darah. -Menghambat migrasi granulosit ke tempat radang hambatdan respon inflamasi ditekan. -Mencegah penglepasan glikoprotein yang menyebabkan nyari dan
20

radang sendi. Farmakokinetik Absorbsi melalui saluran cerna. Didistribusi secara luas dalam jaringan tubuh (volume distribusinya 49,5 9,5 L). Dieksresi dalam bentuk utuh melalui tinja, 10-20% diekskresi melalui urin. Obat terpilih penyakit pirai, profilaksis serangan penyakit pirai atau mengurangi beratnya serangan.

Indikasi Kontra indikasi Dosis

0,5-0,6 mg tiap jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal diikuti 0,5-0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit ilang atau gejala saluran cerna timbul. Untuk profilaksis diberikan 0,5-1 mg sehari. Pemberian IV: 1-2 mg dilanjutkan dnegan 0,5 mg tiap 12-24 jam.

Efek samping

Muntah, mual dan diare. Gejala saluran cerna tidak terjadi pada pemberian IV dengan dosis terapi. Harus diberikan hati-hati pada pasien usia lanjut, lemah atau pasien dengan gangguan ginjal, kardiovaskular dan saluran cerna.

LO 4.2. Menjelaskan urikosurik Urikosurik: Obat golongan urikosurik adalah obat yang menghambat reabsorbsi asam urat di tubulus ginjal sehingga ekskresi asam urat meningkat melalui ginjal. Terapi nya dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari efeknya. Efek yang sering terjadi adalah iritasi saluran cerna, ruam kulit dan hipersensitivitas, sehingga obat ini di kontra indikasikan pada penderita dengan riwayat penyakit batu ginjal, gagal ginjal, sedang mengalami artritis gout akut, atau sedang dalam pengobatan sitostatika. Contoh obat golongan ini meliputi alopurinol, probenesid, sulfinpirazon.

21

Alopurinol: Farmakodinamik Menghambat Xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat.

Menghambat sintesis purin yang merupakan prekusor xantin. Farmakokinetik Indikasi Masa paruhnya pendek, cukup diberikan satu kali sehari. Untuk penyakit pirai kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal.

Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi pembesaran tofi.

Untuk pengobtan pirai sekunder akibat polisitemia vera, metaplasia mieloid, leukimia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat, dan radiasi. Konta indikasi Dosis Untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari. Untuk yang lebih berat 400-600 mg sehari. Untuk pasien gangguan fungsi ginjal 100-200 mg sehari. Untuk hiperurisemia sekunder 100-200 mg sehari. Untuk anak 6-10 tahun 300 mg sehari dan anak dibawah 6 tahun 150 mg sehari. Efek samping Yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia, leukositosis, eosinofilia, artralgia dan pruritus. Gangguan saluran cerna kadang terjadi.

22

Probenesid: Indikasi Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak efektif untuk mengatasi serangan akut. Untuk hiperurisemia sekunder. Kontra indikasi Dosis Efek samping 2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti dengan 2 kali 500 mg/hari. Gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reeaksi alergi.

Sulfinprizon: Indikasi Kontra indikasi Dosis Efek samping Mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada penyakit pirai kronik berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat. Pasien dengan riwayat ulkus peptic 2 kali 100-200 mg/hari ditingkatkan sampai 400-800 mg kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal. Gangguan saluran cerna, anemia, leukopenia, agranulkositosis.

23

DAFTAR PUSTAKA

24

Ganong, William F. 2001. Review of Medical Physiology 21st ed. San Fransisco: Lange Medical Book. Martini, Fredric H. 2001. Fundamental of Anatomy & Physiologi 7th ed. Misnadiarly (2007). Rematik: Asam urat-hiperurisemia, arthritis gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer. Moore, Keith L. 2002. Antaomi. O`Rahilly, Ronan. 1995. Anatomi. Jakarta: Penerbit UI Press. Setiabudy Rianto. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI. Jakarta Setter S.M, Sonnet T.S ; New Treatment Option in the Management of Gouty Arthritis, US. Pharmacist www.patient.co.uk

25

Anda mungkin juga menyukai