Anda di halaman 1dari 5

Kontrasepsi Teori : Alat Konstrasepsi Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)

Alat Kontrasepsi Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) 1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi ialah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan. Jenis kontrasepsi suntik kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin ada dua macam diantaranya adalah depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang mengandung 150 mg Depo Medroxy Progesterone Asetat, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (Depkes RI, 2007). 2. Cara kerja

Menurut Hartanto (2004) mengatakan bahwa mekanisme kerja dari kontrasepsi suntikan progesterone dibagi dua, yaitu: a. Primer

Mekanisme primer dari kontrasepsi ini adalah mencegah ovulasi. Ovulasi dapat dihambat karena modifikasi dari FSH (Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone) pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron sehingga LH tidak mengalami puncaknya pada siklus haid. Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH / surge). Pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini yang menyebabkan ovum keluar dari follikel dengan kadar LH yang menurun maka tidak terjadi pelepasan ovum dari follikelnya maka tidak terjadi ovulasi (Hartanto, 2004). b. 1) Sekunder Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit sehingga menjadi barier terhadap spermatozoa.

Progesteron mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit yang tidak memungkinkan penetrasi spermatozoa. Hal ini bisa terjadi setelah 40 jam pemberian progesterone, atau bila terjadi penetrasi spermatozoa, spermatozoa akan dimobilisir pergerakannya sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang memasuki kavum uteri. 2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Pemberian progesterone dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH sehingga meskipun terjadi produksi progesterone yang berasal dari korpus luteum menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan atropi sehingga menyebabkan penghambatan dari implantasi.

3)

Menghambat transportasi ovum dalam tuba fallopi.

Ovum dapat diperlambat bila diberikan progesterone sebelum terjadi fertilisasi (Hartanto, 2004). 3. Efektivitas kontrasepsi

Depo Medroxy Progesterone Asetat sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Untuk DMPA kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam satu tahun pemakaian (Hartanto, 2004). 4. Indikasi

Hartanto (2004) mengatakan bahwa yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik progesteron yaitu : usia reproduksi, nullipara dan yang pemah mempunyai anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang menghendaki kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, menyusui dan yang membutuhkan kontrasepsi sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus, wanita yang mempunyai banyak anak tetapi tidak menghendaki kontrasepsi mantap, perokok, tekanan darah kurang dari 180/70 mmHg, wanita dengan masalah gangguan pembekuan darah, menggunakan obat untuk epilepsi atau obat tuberkulosis, tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa meminum pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi serta wanita mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

5.

Kontra indikasi

Menurut Saifuddin (2003) yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik progesteron yaitu : hamil atau dicurigai hamil, adanya perdarahan per vaginam yang belum jelas sebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara serta yang mengalami diabetes mellitus disertai komplikasi. 6. Keuntungan

Menurut Hartanto (2004) terdapat beberapa keuntungan dari kontrasepsi suntik progestin di antaranya yaitu memiliki keefektifitasan yang tinggi, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mempengaruhi hubungan suami - istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius pada penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sedikit dan klien tidak perlu menyimpan obat suntik. Selain itu kontrasepsi suntik progestin dapat digunakan pada wanita usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause, dapat membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit payudara jinak, dapat mencegah beberapa penyakit radang panggul serta dapat menurunkan krisis anemia bulan sabit. 7. a. b. Cara penyuntikan Diberikan secara IM dalam pada daerah pantat Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara

c. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang telah dibasahi oleh etil/isopropyl alcohol (60 90%). Tunggu sampai kulit kering terlebih dahulu, baru kemudian di suntikan. d. Diulang setiap 3 bulan (Saefuddin, 2003)

8. a. b.

Waktu penggunaan Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak sedang hamil. Mulai dari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.

c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak sedang hamil. Selama 7 hari setelah suntikan, akseptor tidak boleh melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain seperti kondom. d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti ke kontrasepsi suntikan, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan ibu tidak hamil dan menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya dengan benar. e. Bila ibu menggunakan kontrasepsi suntik jenis lain dan ingin menggunakan kontrasepsi ini dapat diberikan pada jadwal suntikan kontrasepsi sebelumnya. f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. g. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan yang tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asalkan ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 9. Efek samping

Adapun efek samping dari KB suntik progesterone menurut Hartanto (2004) adalah : a. 1) Seringnya ditemukan gangguan haid Siklus haid yang memanjang atau memendek

Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium. Kelainan siklus haid dibagi menjadi 2 yaitu, polimenore dan oligomenore. (Sani, 2010). 2) Perdarahan yang banyak atau sedikit

Pendarahan haid yang banyak umumnya disertai dengan keluarnya sel telur sebelum haid, disebut pendarahan ovulasi. Kedua keadaan tersebut, keadaan anovulasi dan ovulasi, memiliki perbedaan dalam penanganannya, karena terkait dengan interaksi hormon reproduksi yang terjadi pun relatif berbeda Lebih dari 80 cc Perdarahan disebut banyak dalam ilmu kedokteran bgilamana melebihi 80 cc setiap lama daur haid dalam lamanya keluar haid lebih dari 7 hari. Namun demikian, secara praktis sangat sulit menentukan jumlah haid yang keluar, sebagai patokan sering dipakai jumlah pembalut haid yang dipergunakan. Umumnya darah haid disebut banyak bila digunakan 2 pembalut yang

disatukan dan darah masih tembus ke dalam dua lapisan tebal tersebut denngan penggantian pembalut dalam sehari antara 4 - 5 kali (Biben, 2009). Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa atau sering disebut dengan hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. 3) Perdarahan tidak teratur atau spotting

Wanita-wanita yang berovulasi secara normal dapat mengalami perdarahan ringan (adakalanya dirujuk sebagai "spotting") diantara periode-periode menstruasi. Metode-metode pengontrolan kelahiran secara hormon begitu juga penggunaan IUD untuk kontrasepsi mungkin adakalanya menjurus pada perdarahan yang ringan diantara periode-periode. Stres kejiwaan, obat-obat tertentu seperti obat-obat anticoagulant, dan fluktuasi-fluktuasi pada tingkat-tingkat hormon mungkin semuanya adalah penyebab-penyebab perdarahan rigan diantara periode-periode. Kondisi-kondoisi lain yang menyebabkan perdarahan menstruasi abnormal, atau perdarahan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi secara teratur dapat juga adalah penyebab dari intermenstrual bleeding (Anda, 2010). 4) Amenorea

Amenorhoe adalah kondisi di mana seorang wanita tidak mengalami menstruasi sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenorhoe bersifat normal secara fisiologis, jika terjadi pada wanita sebelum masa pubertas, masa kehamilan, dan pada masa menopause. b. Permasalahan berat badan merupakan permasalahan tersering

Efek peningkatan berat badan terjadi karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah (BKKBN, 2010). c. d. Sakit kepala Peningkatan kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol

Selain yang telah disebutkan di atas, Saifuddin (2004) memaparkan bahwa efek samping dari kontrasepsi suntik progesteron yaitu: a. Terjadinya perubahan pada lipid serum pada gangguan jangka panjang

Dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang pada penggunaan jangka panjang. Hal ini terjadi karena alat kontrasepsi suntik lebih banyak menggunakan hormon progesteron daripada hormon estrogen, dimana kadar estrogen yang rendah memiliki risiko lebih besar mengalami penurunan kepadatan tulang (Bararah, 2010). b. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah

penumpukan lemak yang menyebabkan menurunnya gairah seksual. Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air, sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai mempunyai kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi pada vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau disfungsi seksual pada wanita (BKKBN, 2010). 10. Waktu penggunaan a. b. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak sedang hamil. Mulai dari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.

c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak sedang hamil. Selama 7 hari setelah suntikan, akseptor tidak boleh melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain seperti kondom. d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti ke kontrasepsi suntikan, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan ibu tidak hamil dan menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya dengan benar. e. Bila ibu menggunakan kontrasepsi suntik jenis lain dan ingin menggunakan kontrasepsi ini dapat diberikan pada jadwal suntikan kontrasepsi sebelumnya. f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. g. Ibu tidak haid atau ibu perdarahannya tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asalkan ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai