Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram
11 Maret, 2013
ii
Tensor dalam Ruang-Waktu pemahaman tentang interpretasi tensor secara geometri, kita tidak akan meninjau lebih jauh tentang ini. Yang terpenting yang perlu kita pelajari adalah bagaimana bahasa tensor itu sendiri dan bagaimana pengunaan pada aplikasi di bidang relativitas. MANIFOLDS: secara tepatnya differensial manifolds: konsep manifolds perlu kita bahas terlebih dahulu karena sebagai tempat dimana kita mendenisikan tensor dan konsep ini belum pernah diajarkan sebelumnya. Manifolds, secara sederhananya merupakan ruang yang ditinjau secara lokal (pada jarak yang dekat) seperti ruang Euclid dimensi n atau Rn . sebagai contoh ruang Euclid R1 adalah sumbu x, dengan jangkauan nilai < x < . sebagai contoh ruang Euclid R2 adalah sumbu x dan y , dengan jangkauan nilai < x, y < . [Tambahkan sifat-sifat ruang Euclid] sebagai contoh 2-sphere, yang merupakan permukaan bola. seperti yang kita rasakan di permukaan bumi: ditinjau pada jarak yang dekat kita melihat koordinat atau ruang yang kita miliki seperti ruang Euclid. [tambahkan lagi...belum lengkap] Ruang dapat dibagi menjadi dua tergantung apakah dilihat secara lokal atau global: differensial geometry dan topological geometry [ check konsep] Contoh gambar gelas dan bola, gelas dan donut Kita mendenisikan ruang dimensi n manifold M adalah sekumpulan titik-titik koordinat (x1 , x2 , . . . , xn1 , xn ). Perlu diingat bahwa kita menggunakan indeks superscript (di atas) dan ini bukang merupakan simbol pangkat. Alasan penggunaan superscript akan diperjelas setelah kita mendenisikan tensor. Sistem koordinat yang hanya mencakupi sebagian dari manifolds dinamakan coordinate patch. Sekumpulan coordinate patches yang mencakupi seluruh manifolds dinamakan atlas. sebagai contoh 2-sphere, memerlukan minimal dua koordinat patches.
Kurva di dalam manifold diperoleh dengan fungsi koordinat dengan satu parameter u, xa = xa (u) a = 1, 2, . . . , n (1.1)
Ingat bahwa jika dituliskan variable dengan indeksnya, berarti ada n jumlahnya dari a = 1, 2, . . . , n. Sebagai contoh di ruang R2 , x1 = x, x2 = y ,
(1.2)
merupakan curva lingkaran dengan jari-jari r = 1. Mungkin tidak terlihat jelas, tetapi jika kita jumlahkan x2 = sin2 (t) dan y 2 = cos2 (t) kita mendapatkan x2 + y 2 = 1, yang merupakan persamaan lingkaran. Subspace atau surface dimensi m. sebuah kurva, memerlukan satu parameter. Sebuah surface dimensi m memerlukan parameter sebanyak m, xa = xa (u1 , u2 , . . . , um ) (1.3)
(1.4)
Sebagai contoh, kita bergerak di atas permukaan bumi, persamaan permukaannya adalah
(1.5)
Tensor dalam Ruang-Waktu Ini dapat diubah menjadi persamaan konstrain, sebanyak (n m) = 3 2 = 1 yaitu x2 + y 2 + z 2 = 1 Transformasi Koordinat x a = f a (x1 , x2 , , xn ) atau lebih singkatnya kita menuliskan x a = x a (x1 , x2 , , xn ) atau x a = x a (x) Sekarang kita perhatikan turunan x a (x) terhadap xb , x 1 x1 x 2 = x1 . . . n x x1 x 1 x 1 ... x2 xn 2 2 x x ... 2 x xn . . .. . . . . . x n x n ... x2 xn (1.9) (1.8) (1.7) (1.6)
x a xb
(1.10)
xa x b
(1.12)
(1.13)
Differensial total: sebgai contoh w = f (x, y, z ) dw = seperti hal yang sama: dx a = x a 1 x a x a n + dx dy + . . . + dx x1 x2 xn (1.15) f f f dx + dy + dz x y z (1.14)
dx =
b=1
x a b dx xb
(1.16)
atau lebih singkatnya dengan menggunakan konvensi penjumlahan Einstein, yaitu jika ada dua indeks yang sama, satu di atas dan satu lai di bawah. maka penjumlahan diimplikasikan: x a b dx = dx xb
a
(1.17)
Untuk mempermudah dalam berbagai hal, terutama manipulasi tensor, sering kita temukan situasi di mana, kronecker delta:
a b =
1 0
jika a = b jika a = b
(1.18)
Q dengan koordinat xa + dxa . Komponen vektor perpindahan ini adalah dxa . Komponen ini di koordinat yang lain adalah dx a yang dapat diperoleh dari dxa dengan persamaan: x a b dx = dx xb
a
(1.19)
x a karexb P na matriks dievaluasi pada titik P . Ini berarti matriks linier, riil dan homogen. Hasil diatas kita jadikan sebagai contoh dasar dalam mendenisikan sebuah tensor. Denisi: Sebuah vektor Contravariant atau tensor contravariant rank orde 1 adalah sebuah kumpulan kuantitas, X a , yang memenuhi persamaan transformasi ketika koordinatnya berubah adalah berikut ini: Matriks transformasi di atas seharusnya dituliskan Xa= x a b X xb (1.20)
Perlu diingatkan kembali bahwa transformasi dievaluasi pada titik P . Vektor dxa adalah salah satu contoh tensor contravariant rank 1. Tensor contravariant rank orde 2 adalah sekumpulan kuantitas sebanyak n n, dinotasikan dengan X ab yang memenuhi transformasi ketika koordinatnya berubah: X ab = x a x b cd X xc xd (1.21)
Sebagai contoh perkalian (outer) dua vektor menghasilkan sebuah tensor rank 2: W ab = Y a Z b adalah tensor rank 2. Denisi tensor dengan rank yang lebih tinggi, mengikuti pola seperti diatas, sebagai contoh untuk tensor rank 4: X abcd = x a x b x c x d pqrs X xp xq xr xs (1.22)
Tensor yang khusus adalah tensor rank 0 yaitu sebuah skalar yang memiliki transformasi: = (1.23)
Covariant Tensor
Kuantitas ini dievaluasi pada titik P dengan koordinat xa . Kita berasumsi bahwa bersifat kontinyu dan differentiable. Sehingga ki ta bisa mendapatkan koesient differensial . Jika lakukan tranxa a sformasi koordinat ke x , koesien differential pada koordinat baru adalah (xb (x )) = x a x a xb = xb x a xb = x a xb
Seperti sebelumnya, matriks transformasi di atas seharusnya dituxb liskan karena matriks dievaluasi pada titik P . Hasil ini kita x a P akan jadikan sebagai contoh dasar dalam mendenisikan sebuah tensor covariant. Denisi: Sebuah vektor Covariant atau tensor covariant rank orde 1 adalah sebuah kumpulan kuantitas, Xa , yang memenuhi persamaan transformasi ketika koordinatnya berubah adalah berikut ini: xb Xb (1.29) x a Notasi untuk tensor covariant menggunakan indeks subscript. Ini sesuai dengan posisi koordinat x a berada dibawah notasi turunan parsial. Cara mengingatnya adalah dengan co berarti below. Tensor covariant rank orde 2 adalah sekumpulan kuantitas sebanyak n n, dinotasikan dengan Xab yang memenuhi transformasi ketika koordinatnya berubah: Xa =
xc xd Xcd (1.30) x a x b Sebagai contoh perkalian (outer) dua vektor menghasilkan sebuah tensor rank 2: Wab = Ya Zb adalah tensor rank 2. Denisi tensor dengan rank yang lebih tinggi, mengikuti pola seperti diatas, sebagai contoh untuk tensor rank 4: Xab = xp xq xr xs Xpqrs (1.31) x a x b x c x d Tensor yang khusus adalah tensor rank 0 yaitu sebuah skalar yang memiliki transformasi: X abcd = = (1.32)
(1.34)
(1.35)
Operasi Tensor
Tensor rank orde 2 Xab dikatakan sebuah tensor symmetric jika Xab = Xba . Artinya jika kita tukar dua indeks dan nilai tensor tidak berubah maka itu merupakan tensor symmetric. Sementara antisymmetric jika Xab = Xba , yang berarti jika dua indeks ditukar dan nilainya berubah tanda saja. Tensor symmetric dapat dibentuk/diperoleh dengan persamaan berikut untuk tensor rank 2. 1 X(ab) = (Xab + Xba ) 2 dan anti symmetric dengan 1 X[ab] = (Xab Xba ) 2 Secara umum, untuk tensor rank umum X(a1 a2 ...aN ) = X(a1 a2 ...aN ) = 1 N! Xpermutasi indeks(a1 ,...,aN ) (1.36)
(1.37)
(1.38)
1 (1)P Xpermutasi indeks(a1 ,...,aN ) (1.39) N! P merupakan jumlah permutasi, atau banyaknya cara untuk menukar dua indeks sehingga kembali ke bentuk urutan sebenarnya. Sebagai contoh: (abc) adalah urutan sebenarnya (P = 0). (bac) memiliki jumlah permutasi P = 1 (hanya menukar indeks a b, sedangkan (cab) memiliki P = 2 diperoleh dengan menukar indeks a c dan b c. Nilai (1)P tergantung apakah nilai P genap atau ganjil. Ini berarti bahwa P genap berarti bertanda positif dan ganjil berarti bertanda negatif. sebagai contoh X(abc) = dan 1 (Xabc Xacb + Xcab Xcba + Xbca Xbac ) (1.41) 3! Perkalian dua tensor tipe (p, q ) dengan tensor tipe (r, s) akan menghasilkan tensor tipe (p + r, q + s). sebagai contoh: X[abc] =
ab b Xcde = Aa c Bde
(1.40)
(1.42)
10
Tensor tipe (p, q ) dikalikan dengan skalar akan menghasilkan tensor tipe (p, q ).
ab Xcd = Aab cd
(1.43)
Tensor tipe campuran (p, q ) dapat dikontraksi dengan menyamakan salah satu indeksnya sehingga menghasilkan tipe (p 1, q 1).
ab b Xcd Xd
(1.44)
Kita juga bisa melakukan kontraksi dengan mengalikan dengan kronecker delta,
b c ab Xd = a Xcd
(1.45)
Daftar Pustaka
1. Jerry B. Marion dan Stephen T. Thorton, 1995, Classical Dynamics of Particles and Systems, 4th Ed, Harcourt, Philadelphia. 2. David J. Grifths, 1981, Intrduction to electrodynamics, 2nd Ed, Prentice-Hall, New Jersey. 3. Ray DInverno, 1992, Introducing Einsteins relativity, Clarendon Press, Oxford. 4. Wikipedia, 2013, http://en.wikipedia.org/wiki /Parity_of_a_permutation, di unduh tanggal 10 April 2013.