Anda di halaman 1dari 29

BAB III PEMBAHASAN

III.1. Pengertian dan Fungsi Transformator Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk

menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial (gambar 1).

Gambar 1. Arus bolak balik mengelillingi inti besi

Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial (Gambar 2)

15

Gambar 2. Prinsip kerja transformator

III.1.1 Prinsip kerja Transformator Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini

dinamakan timbal-balik nductance).

induktansi (mutual

Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber

tegangan yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang

16

dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.

Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:

Dimana : Vp Vs Np Ns = tegangan primer (volt) = tegangan sekunder (volt) = jumlah lilitan primer = jumlah lilitan sekunder

Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder transformator ada dua jenis yaitu:

1.

Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolakbalik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).

2.

Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolakbalik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).

17

Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder adalah: 1. 2. 3. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns). Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP). Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,

Sehingga dapat dituliskan :

III.1.2 Jenis - Jenis trafo Berdasarkan fungsinya transformator tenaga dapat dibedakan menjadi: Trafo pembangkit Trafo gardu induk / penyaluran Trafo distribusi

Transformator tenaga untuk fungsi penyaluran dapat dibedakan menjadi: Trafo besar Trafo sedang Trafo kecil

III.1.3 Bagian Bagian Transformator dan Fungsinya

A. Electromagnetic Circuit (Inti besi) Inti besi digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat

18

menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan lempengan besi tipis berisolasi yang di susun sedemikian rupa.

Gambar 3. Inti besi

B. Current Carying Circuit (Winding) Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.

Gambar 4. Belitan trafo

19

C. Bushing Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main tank transformator.

Gambar 5. Bagian bagian dari bushing

20

Gambar 6. Bushing

Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu isolasi, konduktor, klem koneksi, dan asesoris. Isolasi pada bushing terdiri dari dua jenis yaitu oil impregnated paper dan resin impregnated paper. Pada tipe oil impregnated paper isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan minyak isolasi sedangkan pada tipe resin impregnated paper isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan resin.

Gambar 7. kertas isolasi pada bushing (oil impregnated paper bushing)

21

Gambar 8. konduktor bushing dilapisi kertas isolasi

D. Pendingin Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan. Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendinginan. Tabel 1.4 Macam-macam sistem pendingin

22

Gambar 11. Radiator

E. Oil Preservation & Expansion (Konservator) Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator mengalamui kenaikan suhu.

Gambar 12. Konservator

23

Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara didalam konservator pun akan bertambah dan berkurang. Penambahan atau pembuangan udara didalam konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen dari luar, maka udara yang akan masuk kedalam konservator akan difilter melalui silicagel.

Gambar 13. Silica gel

Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang dengan menggunakan brether bag/rubber bag, yaitu sejenis balon karet yang dipasang didalam tangki konservator.

Gambar 14. Konstruksi konservator dengan rubber bag

24

F. Dielectric ( Minyak isolasi transformator & Isolasi kertas ) Minyak Isolasi trafo Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi. Minyak isolasi trafo merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu parafinik, napthanik dan aromatik. Antara ketiga jenis minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik maupun kimia yang berbeda.

Gambar 15. Minyak Isolasi Transformator

Didalam standar IEC 60422 telah dicantumkan parameter-parameter minyak isolasi dengan batasan-batasan minimum untuk minyak isolasi yang baru dimasukan kedalam peralatan sebelum energize.

25

Tabel 1.5 Batasan nilai parameter minyak isolasi yang baru dimasukan kedalam peralatan sebelum dilakukan proses energize

Kertas isolasi trafo Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi jarak, dan memiliki kemampuan mekanis.

Gambar 16. Tembaga yang dilapisi kertas isolasi

G. Tap Changer Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan 26

mengubah banyaknya belitan pada sisi primer diharapkan dapat merubah ratio antara belitan primer dan sekunder dan dengan demikian tegangan

output/sekunder pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun tegangan input/primernya. Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer. Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang berbeban (On load tap changer) atau saat trafo tidak berbeban (Off load tap changer). Tap changer terdiri dari : Selector Switch Diverter Switch Tahanan transisi

Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding dengan belitan utama dan inti besi, maka kompartemen antara belitan utama dengan tap changer dipisah. Selector switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri dari terminal terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan primer. Diverter switch merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi. Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus primer pada saat perubahan tap.

Gambar 17. OLTC pada transformator

27

Keterangan : 1. Kompartemen Diverter Switch 2. Selektor Switch

Media pendingin atau pemadam proses switching pada diverter switch yang dikenal sampai saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu media minyak dan media vaccum. Jenis pemadaman dengan media minyak akan menghasilkan energi arcing yang membuat minyak terurai menjadi gas C2H2 dan karbon sehingga perlu dilakukan penggantian minyak pada periode tertentu. Sedangkan dengan metoda pemadam vaccum proses pemadaman arcing pada waktu switching akan dilokalisir dan tidak merusak minyak.

a.

b.

Gambar 18. kontak switching pada diverter switch

a. Media pemadam arcing menggunakan minyak, b. Media pemadam arcing menggunakan kondisi vaccum

H. NGR (Neutral Grounding Resistant) Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada

28

transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah. Ada dua jenis NGR, Liquid dan Solid 1. Liquid Ini berarti resistornya menggunakan larutan air murni yang ditampung didalam bejana dan ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan 2. Solid Sedangkan NGR jenis padat terbuat dari Stainless Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel atau Nichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya.

29

Gambar 19. Neutral grounding resistance (NGR)

I. Proteksi pada Transformator Rele Bucholz Pada saat transformator mengalami gangguan internal yang berdampak kepada suhu yang sangat tinggi dan pergerakan mekanis didalam transformator, maka akan timbul tekanan aliran minyak yang besar dan pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan atau gelembung gas tersebut akan naik ke konservator melalui pipa penghubung dan rele bucholz. Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholz sebagai indikasi telah terjadinya gangguan internal. Rele Jansen Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak dan gas yang terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan / gangguan, hanya saja rele ini digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini juga

30

dipasang pada pipa saluran yang menghubungkan kompartemen OLTC dengan konservator. Suden Pressure Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank.

Gambar 20. Rele sudden pressure

Rele Thermal Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan.

31

Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator. Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi pada transformator digunakan rele thermal. Rele thermal ini terdiri dari sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter penunjukan.

Gambar 21. Bagian-bagian dari rele thermal

32

III.2

Proses Perakitan Transformator di PT. TRAFINDO

III.2.1 Proses Produksi CT (Current Trafo) 1. Proses Gulung Core Bahan yang akan digulung berupa Silicon Steel Sheet. Pemilihan Silicon Steel Sheet yang akan digulung dilakukan berdasarkan lebar Silicon yang diperlukan. Setelah memilih ukuran lebar Slicon yang tepat, opeator akan mengatur Bobin pada mesin Winding Core untuk memperoleh besar diameter gulungan Core yang sesuai dengan kriteria CT yang akan dibuat. Sedangkan untuk mengatur dan mengecek tebal gulungan, operator menggunakan alat yang disebut Counter yang terdapat pada mesin. Pengaturan gigi mesin digunakan untuk mengendalikan kecepatan menggulung. Setelah penggulungan selesai operator akan melakukan pengecekan dimensi ketebalan dengan menggunkan jangka sorong dan pengelasan pada ujung Core agar gulungan tidak terurai kembali.

2. Proses Annealing Core yang telah tergulung dikumpulkan dalam jumlah tertentu dan dimasukkan ke dalam mesin Annealing Oven dengan menggunakan Crane untuk dibakar. Proses pembakaran dilakukan selama 20 jam dengan suhu maksimum 800oC. Kenaikan suhu hingga mencapai suhu maksimum berlangsung bertahap selama 7 jam, kemudian setelah mencapai suhu maksimum, suhu akna tetap selama 3 jam dan kemudian secara bertahap akan menurun. Setelah jam ke-16 tutup Annealing Oven diangkat secara bertahap yang diawali dengan mengangkat tutup itu sekitar 15 cm. Tutup Annealing Oven, baru benar-benar dapat dibuka

33

seluruhnya saat jam ke 20. Core yang telah melalui proses pembakaran akan dikeluarkan dari mesin Annealing Oven dengan menggunaan Crane.

3. Proses Balut Core Sebelum melakukan pembalutan, operator membuka ujung gulungan Core yang sebelumnya telah dilas pada proses gulung Core, kemudian

dilakukan pengecekan dimensi tebal dengan jangka sorong, apabila dari hasil pengukuran didapati dimensi ketebalan sedikit berubah, maka akan dilakukan pengguntingan Core, lalu kembali merekatkan ujung gulungan dengan lakban hitam. Core dibalut dengan menggunakan Cotton Band pada balutan pertama setebal 1 lapisan, PVC Sheet hitam pada balutan kedua setebal 1 lapisan , Rubber Sheet pada balutan ketiga setebal 1 lapisan, kembali dibalut dengan PVC Sheet hitam untuk balutan keempat setebal 1 lapisan, pada balutan kelima yang

merupakan balutan terakhir digunakan Crepe Paper setebal 1 lapisan.

4. Proses Gulung Coil Sekunder Core yang telah dibalut kemudian digulung dengan Kawat Enamel menggunakan mesin Winding Coil Sekunder sesuai dengan jenis gulungan yang akan dibuat (Ukuran besar, sedang atau, kecil). Kegiatan operator pada stasiun kerja ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh operator gulung Core, seperti mengatur kecepatan dengan gigi, memantau banyaknya gulungan dengan Counter, dan mengecek dimensi menggunakan jangka sorong.

34

5. Proses Gulung Coil Primer dan Connection Pada stasiun kerja ini operator mula-mula membuat Coil Primer dengan gulungan kawat Enamel. Penggulungan tersebut menggunaan mesin Winding Enamel dan dibantu dengan Ragum untuk selanjutnya dilakukan penekukan kawat. Setelah itu hasil gulungan akan dipotong dengan gunting sesuai dengan dimensi panjang yang dikehendaki. Dilanjutkan pemasangan terminal pada ujung-ujung Coil Primer dengan las. Terminal juga dipasang pada ujung-ujung kawat Enamel Coil sekunder. Banyaknya terminal sesuai dengan tipe CT yang akan dibuat. Coil sekunder yang telah dibalut dengan kawat Enamel pada stasiun sebelumnya, dibalut lagi dengan menggunakan Crepe Paper . Kemudian beberapa Coil primer dan sekunder dihubungkan sesuai dengan kriteria CT yang akan dibuat (jumlah Coil sekunder dan primer yang dihubungkan berdasarkan kriteria CT yang akan dibuat). Jarak penghubungan diukur dengan menggunakan jangka sorong, setelah semuanya terhubung, dilakukan pembalutan dengan Trivolton setebal 3 lapisan, pembalutan dilanjutkan dengan Semi Konduktor setebal 3 lapisan. Core Coil selanjutnya akan diuji sebelum melanjutkan ke tahap perakitan, pengujian hanya berlangsung selama kurang dari 5 menit.

6. Proses Assembly Moulding Core Coil yang telah siap akan dirakit pada cetakan sesuai tipe CT. Namun sebelum digunakan, cetakan dibersihkan terlebih dulu dengan menggunakan beberapa peralatan seperti Kape, Release Ezen, dan lap. Proses perakitan dilakukan secara manual menggunakan beberapa peralatan seperti, kunci pas,

35

obeng, dan Air Vessel. Cetakan yang telah bersih segera akan dirakit dengan Core Coil. Core Coil dipasang ke dalam cetakan dengan menggunakan baut ukuran tertentu sesuai dengan tipe CT. Setelah pemasangan selesai cetakan akan ditutup dengan menggunakan baut dan lem Sealant. Kemudian akan dipasangkan Iron Nut pada bagian atas cetakan tersebut, pemasangan diakukan dengan baut. Dimensi baut yang digunakan berbeda untuk tiap jenis CT.

7. Proses Pre-Heating Cetakan yang telah terisi Core Coil akan dipanaskan pada Oven yang bersuhu 60C selama 2 jam, Pemanasan ini dilakukan agar saat melakukan proses pengecoran suhu cetakan tidak akan berbeda jauh dengan suhu adonan yang akan dituang ke dalam cetakan tersebut.

8. Proses Casting Cetakan yang telah selesai dibakar akan dibawa ke mesin Casitng untuk pengecoran. Pada proses ini akan dituangkan Resin ke dalam cetakan. Proses ini berlangusng selama 30-60 menit, dengan suhu antara 60-70oC. Setelah pengecoran selesai, cetakan akan diangkat dari dalam mesin Casting menggunakan Crane untuk dipindahkan ke mesin Oven.

9. Proses Oven Setelah melalui proses Casting akan dilanjutkan ke proses pemanasan selama 7 jam dengan suhu 80oC agar hasil cetakan semakin kering atau semakin dikeraskan.

36

10. Proses Demoulding Setelah proses pemanasan selesai, maka cetakan akan dibuka, proses ini dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan yang sama dengan yang digunakan pada proses merakit cetakan.

11. Proses Post-Curring Pada proses ini hasil cetakan akan dipanaskan kembali dengan suhu 130oC selama 12 jam agar CT yang baru saja dilepaskan dari cetakannya ini semakin mengeras.

12. Proses Gerinda Sebelum dilakukan proses Finishing, permukaan Body CT akan terlebih dulu dihaluskan dengan gerinda, agar Body CT rata dan halus. Selain itu bila pada proses pembuatannya dihasikan dimensi tinggi atau lebar Body CT yang sedikit berlebih dari dimensi yang ditetapkan, akan diperbaiki pada proses gerinda ini.

13. Proses Finishing Operator pada stasiun kerja ini melakukan kegiatan pengecatan dan pemasangan aksesoris CT. Aksesoris yang dipasang berupa Base Plane, Band Terminal, dan Name Plane.

37

III.2.2 Proses produksi VT (Voltage Trafo)

1. Proses Gulung Core Bahan yang akan digulung berupa Silicon Steel Sheet. Pemilihan Silicon Steel Sheet yang akan digulung dilakukan berdasarkan lebar Silicon yang diperlukan. Setelah memilih ukuran lebar silicon yang tepat, opeator akan mengatur Bobin pada mesin Winding Core untuk memperoleh besar diameter gulungan Core yang sesuai dengan kriteria VT yang akan dibuat. Sedangkan untuk mengatur dan mengecek tebal gulungan, operator menggunakan alat yang disebut Counter yang terdapat pada meisn. Pengaturan gigi mesin digunakan untuk mengendalikan kecepatan menggulung. Setelah penggulungan selesai operator akan melakukan pengecekan dimensi ketebalan dengan menggunkan jangka sorong dan pengelasan pada ujung Core agar gulungan tidak terurai kembali.

2. Proses Pemasangan Matriks Gukungan Core yang semula berbentuk cincin akan di-press dengan mesin Press agar bentuknya beubah menjadi persegi panjang. Untuk menghindari kembalinya bentuk Core menjadi cincin saat pembakaran, maka setelah dilakukan penge- press-an, Core tersebut dipasangi matriks. Pemasangan matriks dilakukan dengan menggunakan kunci dan baut.

3. Proses Annealing Core yang telah dipasangi matriks dikumpulkan dalam jumlah tertentu dan dimasukkan ke dalam mesin Annealing Oven dengan menggunakan Crane. Proses pembakaran dilakukan selama 20 jam dengan suhu maksimum 800C.

38

Kenaikan suhu hingga mencapai suhu maksimum berlangsung bertahap selama 7 jam, kemudian setelah mencapai suhu maksimum, suhu akan tetap selama 3 jam dan kemudian secara bertahap akan menurun. Setelah jam ke-16 tutup Annealing Oven diangkat secara bertahap yang diawali dengan mengangkat tutup itu sekitar 15 cm. Tutup Annaeling Oven baru benar-benar dapat dibuka seluruhnya saat jam ke 20. Core yang telah melalui proses pembakaran akan dikeluarkan dari mesin Annealing Oven dengan menggunaan Crane.

4. Proses Pelepasan Matriks Matriks pada Core VT akan dilepas setelah proses pembakaran selesai. Pelepasan matriks ini menggunakan peralatan yang sama dengan yang digunakan pada proses pemasangannya yaitu kunci pas. Setelah matriks terlepas operator melakukan pengecekan dimensi ketebalan, jika tebal Core kurang/menyusut maka produk tersebut reject, namun apabila tebalnya melebihi standar akan dilakukan pemotongan dengan pisau baja. Pada proses ini bentuk gulungan Core VT telah benar-benar berubah menjadi persegi panjang bukan lagi berbentuk cincin.

5. Proses Gulung Coil Primer Mesin yang digunakan adalah mesin Winding Coil Primer VT. Sebelum memulai penggulungan Bobin dipasang untuk mengatur diameter gulungan, lalu jumlah lilitan akan dipantau melalui Counter, dan untuk mengatur kecepatan penggulungan dilakukan dengan mengatur gigi mesin.

39

Penggulungan pertama memakai bahan SE, banyaknya putaran penggulungan tergantung pada tipe VT yang akan dibuat (misal untuk VT-24A 6 putaran). Penggulungan kedua memakai bahan kawat. Penggulungan ketiga memakai bahan PS. Penggulungan keempat memakai semi konduktor, setelahnya ditutup dengan Trivolton, dilanjutkan dengan CU, kembali ditutup dengan Tivolton. Penggulungan berikutnya dengan kawat Cteel Priter, kembali dilakukan penggulungan Trivolton, penggulungan CU, penggulungan semi konduktor, dan yang terakhir adalah penggulungan Trivolton. Banyaknya putaran penggulungan untuk ke semua tahap dan bahan, dilakukan tergantung tipe VT yang akan dibuat.

6. Proses Assembly Coil Coil Primer yang telah siap, dibawa ke stasiun selanjutnya untuk dihubungkan dengan Core persegi sebagai Coil sekunder. Pemasangan di lakukan secara manual. Setelahnya Coil primer akan di pasangi terminal pada ujung kawat, umumnya VT hanya mempunyai satu terminal. Agar hubungan Coil

primer dan Core persegi tidak terlepas maka pada sambungannya diikat dengan Steel Bond.

7. Proses Balut Coil Sekunder Setelah Coil Primer dan Core Persegi terhubung selanjutnya dilakukan pembalutan pada Core Persegi. Core dibalut dengan menggunakan Cotton Band pada balutan pertama setebal 1 lapisan, PVC Sheet hitam pada balutan kedua setebal 1 lapisan , Rubber Sheet pada balutan ketiga setebal 1 lapisan, kembali

40

dibalut dengan PVC Sheet hitam untuk balutan keempat setebal 1 lapisan, pada balutan kelima yang merupakan balutan terakhir digunakan Crepe Paper setebal 1 lapisan. Untuk Coil Sekunder VT tidak di gulung dengan kawat Enamel. Pada Coil ini juga tidak dipasangi terminal. Selanjutnya Core Coil akan diuji sebelum melanjutkan ke proses perakitan.

8. Proses Assembly Moulding Core Coil yang telah lolos uji akan dirakit pada cetakan sesuai tipe VT. Namun sebelum digunakan, cetakan dibersihkan terlebih dulu dengan menggunakan beberapa peralatan seperti Kape, Release Ezen, dan lap. Proses perakitan dilakukan secara manual menggunakan beberapa peralatan seperti, kunci pas, obeng, dan Air Vesel. Cetakan yang telah bersih segera akan dirakit dengan Core Coil. Core Coil dipasang ke dalam cetakan dengan menggunakan baut ukuran tertentu sesuai dengan tipe VT. Stelah pemasangan selesai cetakan akan ditutup dengan menggunakan baut dan lem Sealant. Dimensi baut yang digunakan berbeda untuk tiap jenis VT.

9. Proses Pre-Heating Cetakan yang telah terisi Core Coil akan dipanaskan pada Oven yang bersuhu 60C selama 2 jam, Pemanasan ini dilakukan agar saat melakukan proses pengecoran suhu cetakan tidak akan berbeda jauh dengan suhu adonan yang akan dituang ke dalam cetakan tersebut.

41

10. Proses Casting Cetakan yang telah selesai dibakar akan dibawa ke mesin Casitng untuk pengecoran. Pada proses ini akan dituangkan Resin ke dalam cetakan. Proses ini berlangusng selama 30-60 menit, dengan suhu antara 60-70oC. Setelah pengecoran selesai, cetakan akan diangkat dari dalam mesin Casting menggunakan Crane untuk dipindahkan ke mesin Oven.

11. Proses Oven Setelah melalui proses Casting akan dilanjutkan ke proses pemanasan selama 7 jam dengan suhu 80oC agar hasil cetakan semakin kering atau semakin dikeraskan.

12. Proses Demoulding Setelah proses pemanasan selesai, maka cetakan akan dibuka, proses ini dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan yang sama dengan yang digunakan pada proses merakit cetakan

13. Proses Post-Curring Pada proses ini hasil cetakan akan dipanaskan kembali dengan suhu 130oC selama 12 jam agar VT yang baru saja dilepaskan dari cetakannya ini semakin mengeras.

14. Proses Gerinda Sebelum dilakukan proses Finishing, permukaan Body VT akan terlebih dulu dihaluskan dengan gerinda, agar Body VT rata dan halus. Selain itu bila pada

42

proses pembuatannya dihasilkan dimensi tinggi atau lebar Body VT yang sedikit berlebih dari dimensi yang ditetapkan, akan diperbaiki pada proses gerinda ini.

15. Proses Finishing Operator pada stasiun kerja ini melakukan kegiatan pengecatan dan pemasangan aksesoris VT. Aksesoris yang dipasang berupa Base Plane, Band Terminal, dan Name Plane.

43

Anda mungkin juga menyukai