Anda di halaman 1dari 15

BAB I STATUS UJIAN

A. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Tanggal periksa Diagnosis : Ny. P : 28 tahun : Perempuan : Klaras Canden Jetis Bantul : Ibu Rumah Tangga : 17 September 2012 : Fibroadenoma Mammae Bilateral

B. ANAMNESIS (Dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 17 september 2012 di bangsal Bedah dengan melihat rekam medis pasien atas izin dokter yang merawat) 1. Keluhan utama benjolan pada payudara kanan dan kiri 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan utama benjolan pada payudara kanan dan kiri, teraba sejak 3 bulan lalu, semakin lama dirasa semakin membesar, tidak nyeri, tidak mengeluarkan cairan dari puting dan tidak dipengaruhi oleh siklus haid. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Asma Riwayat Hipertensi Riyawat Penyakit Jantung Riwayat Diabetes Melitus Riwayat alergi Riwayat Gastristis 4. Riwayat Keluarga Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Vital Sign A : Clear, TMD > 6.5 cm , M I B : Spontan, RR : 16x/menit, vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (-/-) C : TD = 120/80 mmHg, N = 80x/menit D : compos mentis, E4V5M6 : Baik : Compos mentis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Thorak Foto 2. EKG 3. EEG : Cor dan Pulmo dalam batas normal : sinus rythm : Tidak dilakukan

4. Laboratorium : dalam batas normal Hb AE HMT PPT C. PTT GDS Kreatinin Kalium HbSAg : 12,3 : 4,11 : 35 : 13,9 detik : 14 detik : 92 : 0,54 : 3,74 : negatif AL AT : 9,6 : 311

E/B/B/S/L/M : 2/0/3/68/23/4 APTT C. APTT Ureum Natrium Clorida : 32,9 detik : 31,3 detik : 23 : 140,5 : 110

E. DIAGNOSIS KERJA Pre Op. ekstirpasi fibroadenoma mamae bilateral dengan status Fisik ASA I Rencana General Anesetesi

F. PENATALAKSANAAN 1. Persiapan Operasi Lengkapi Informed Consent Anestesi Puasa 8 jam sebelum operasi Tidak menggunakan perhiasan/kosmetik Tidak menggunakan gigi palsu Memakai baju khusus kamar bedah : Midazolam 2 mg; Fentanyl 50 g : Fibroadenoma Mamae bilateral : Post Ekstirpasi a/i Fibroadenoma Mamae bilateral 5. Jenis Anestesi 6. Teknik : General Anestesi : Semi Closed, napas spontan assist, LMA no.3 7. Induksi 8. Pemeliharaan 9. Obat-obat 10. Jenis Cairan : Propofol 90 mg : 02, N2O, Sevoflurane : Ondansentron 4 mg, Ketorolac 30 mg : Ringer laktat

2. Premedikasi 3. Diagnosis Pra Bedah 4. Diagnosis pasca Bedah

11. Kebutuhan cairan selama Operasi MO PP SO Keb. Cairan jam I : 90 ml : 720 ml : 180 ml : 630 ml

Keb. Cairan jam II/III : 450 ml EBV ABL : 2925 ml : 585 ml

12. Instruksi Pasca Bedah Posisi Infus Antibiotik Analgetik : Supine : Ringer laktat 20 tpm : Sesuai Operator : Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/IV bolus mulai jam 17.00
3

Anti muntah

: Inj. Ondansentron 4 mg/8 jam/IV bolus K/P mulai jam 17.00

Lain-lain

: - Awasi Vital sign dan KU - Jika sadar penuh, Peristaltik (+) , mual (-), muntah (-), coba minum makan perlahan. - Bed rest 24 jam post op.

13. Lama Operasi : 50 menit 14. Maintanence anastesi B1 (Breathing) B2 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone) : Suara nafas vesikuler, nafas terkontrol :Perdarahan 80 cc : Pupil Isokor :tidak terpasang kateter : BU (-) : Intak

15. Monitoring pasca Operasi Skor Lockharte/Aldrete Pasien Jam I (per 15) Aktivitas Respirasi Sirkulasi Kesadaran 1 2 2 1 2 2 2 2 2 10 Jam II Jam III Jam IV

Warna kulit 2 Skor total 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Fibroadenoma Mamae 1. Definisi Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum -ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda. Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan

tumor.Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar Fibroadenoma mamae merupakan tumor jinak yang

memperlihatkan adanya proses hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis; perkembangannya dianggap suatu kelainan dari perkembangan normal. Sekitar 10% fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai ukuran 2-3 cm. Fibroadenoma mammae dibedakan menjadi 3 macam: Common Fibroadenoma Giant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.
5

Juvenile fibroadenoma pada remaja.

Gambar 1. Lokasi terjadinya patologi Fibroadenoma pada payudara 2. Insidensi Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien.

3. Etiologi Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium. 4. Diagnosis Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras,dll. Mammography digunakan untuk
6

membantu diagnosis, mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography. Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa dibawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut : a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus; b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler); c. Saluran tersebut dibatasisel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform 5. Terapi Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal diantaranya ukuran, terdapat rasa nyeri atau tidak, usia pasien dan hasil biopsy. Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi

pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.

B. Tata Laksana Anestesi dan Reanimasi pada Tindakan Ekstirpasi 1. Batasan Tindakan anestesi yang dilakukan pada operasi pengangkatan jaringan payudara akibat tumor jinak 2. Masalah anestesi dan Reanimasi
7

a. Ancaman depresi nafas akibat manipulasi dada b. Perdarahan luka operasi 3. Penatalaksanaan Anestesi dan Reanimasi a. Penilaian status pasien b. Evaluasi status generalis dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang lain sesuai dengan indikasi 4. Persiapan Pra Operatif a. Persiapan rutin b. Persiapan donor 5. Premedikasi Diberikan secara intravena 30 45 menit pra induksi dengan obat-obat sebagai berikut: a. Midazolam b. Fentanyl 6. Pilihan Anestesi Anestesi umum induksi intravena dan maintenance inhalasi (imbang) dengan pemasangan LMA atau pipa endotrakea. 7. Terapi Cairan dan Tranfusi Diberikan cairan pengganti perdarahan apabila perdarahan yang terjadi, <10% EBV diganti dengan kristaloid, 10%-20 % EBV diganti dengan koloid, dan apabila > 20%, berikan tranfusi darah. 8. Pemulihan Anestesi a. Segera setelah operasi, hentikan aliran obat anesthesia, berikan oksigen 100% b. Berikan obat penawar pelumpuh otot jika diberikan pelumpuh otot c. Bersihkan jalan nafas d. Ekstubasi dilakukan setelah pasien nafas spontan dan adekuat serta jalan nafas sudah bersih 9. Pasca bedah/anestesi a. Dirawat diruang pulih, sesuai dengan tata laksana pasca anestesi
8

: 0,05 0,10 mg/kgBB : 1-2 g/kgBB

b. Perhatian khusus pada periode ini adalah ancaman depresi nafas akibat nyeri dan kompresi luka operasi c. Pasien dikirim kembali keruangan setelah memenuhi kriteria penegeluaran

C. General Anestesi Tindakan anestesi dilakukan dengan menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor terjadinya kecelakaan dalam anestesia. Sebelum pasien dibedah sebaiknya dilakukan kunjungan pasien terlebih dahulu sehingga pada waktu pasien dibedah pasien dalam keadaan bugar. Tujuan kunjungan praanestesi adalah untuk mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sebelum pasien diberi obat anestesi, langkah selanjutnya adalah dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesi diberi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi diantaranya : a. Meredakan kecemasan dan ketakutan b. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus c. Mengurang mual dan muntah pasca bedah d. Mengurangi isi cairan lambung e. Membuat amnesia f. Memperlancar induksi anestesi g. Meminimalkan junmlah obat anestesi h. Mengurangi reflek yang membahayakan.

1. Obat Premedikasi a. Midazolam Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi, induksi dan pemeliharaan anestesi. Midazolam merupakan suatu golongan imidazo-benzodiazepin dengan sifat yang sangat mirip dengan golongan
9

benzodiazepine. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam bekerja cepat karena transformasi metabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada pasien orang tua dengan perubahan organik otak atau gangguan fungsi jantung dan pernafasan, dosis harus ditentukan secara hati-hati. Efek obat timbul dalam 2 menit setelah penyuntikan. Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien. Pada orang tua dan pasien lemah dosisnya 0,0250,05 mg/kgBB. Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan, umumnya hanya sedikit. b. Fentanil Fentanil merupakan salah satu preparat golongan analgesik opioid dan termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan dosis 1-2 mcg/kgBB, termasuk sufentanil (0,25-0,5 mcg/kgBB). Bahkan sekarang ini telah ditemukan remifentanil, suatu opioid yang poten dan sangat cepat onsetnya, telah digunakan untuk meminimalkan depresi pernapasan residual. Opioid dosis tinggi yang deberikan selama operasi dapat menyebabkan kekakuan dinding dada dan larynx, dengan demikian dapat mengganggu ventilasi secara akut, sebagaimana meningkatnya kebutuhan opioid potoperasi berhubungan dengan perkembangan toleransi akut. Maka dari itu, dosis fentanyl dan sufentanil yang lebih rendah telah digunakan sebagai premedikasi dan sebagai suatu tambahan baik dalam anestesi inhalasi maupun intravena untuk memberikan efek analgesi perioperatif. Sebagai analgesik, potensinya diperkirakan 80 kali morfin. Lamanya efek depresi nafas fentanil lebih pendek dibanding meperidin. Efek euphoria dan analgetik fentanil diantagonis oleh antagonis opioid, tetapi secara tidak bermakna diperpanjang masanya atau diperkuat oleh droperidol, yaitu suatu neuroleptik yang biasanya digunakan bersama sebagai anestesi IV. Dosis tinggi fentanil menimbulkan kekakuan yang jelas pada otot lurik, yang mungkin disebabkan oleh efek opioid pada tranmisi dopaminergik di striatum. Efek ini di antagonis oleh nalokson. Fentanyl biasanya digunakan hanya untuk anestesi, meski juga dapat digunakan sebagai anelgesi pasca operasi. Obat ini tersedia
10

dalam bentuk larutan untuk suntik dan tersedia pula dalam bentuk kombinasi tetap dengan droperidol. Fentanyl dan droperidol (suatu butypherone yang berkaitan dengan haloperidol) diberikan bersama-sama untuk menimbulkan analgesia dan amnesia dan dikombinasikan dengan nitrogen oksida memberikan suatu efek yang disebut sebagai neurolepanestesia. c. Ketorolac Ketorolac dapat diberikan secara oral, intramuscular atau intravena. Tidak dianjurkan untuk intratekal atau epidural. Setelah suntikan intramuscular atau intravena efek analgesinya dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan penggunannya dibatasi untuk 5 hari. Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam dan penggunannya sesuai kebutuhan. Untuk pasien normal dosis sehari dibatasi maksimal 90 mg dan untuk berat < 50kg, manula atau gangguan faal ginjal dibatasi maksimal 60 mg. sifat analgetik ketorolac setara dengan opioid, yaitu 30 mg ketorolac = 12 mg morfin = 100 mg petidin, sedangkan sifat antipiretik dan antiinflamasinya rendah. Ketorolac dapat digunakan secara bersamaan dengan opioid.Cara kerja ketorolac adalah menghambat sintesis prostaglandin di perifir tanpa menggangu reseptor opioid di sistema saraf pusat. Tidak dianjurkan digunakan untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri

persalinan,wanita sedang menyusui, usia lanjut, anal usia < 4 tahun, gangguan perdarahan. d. Ondansentrone Merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat efektif yang dapat menekan mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Ondansetron mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan basal rendah. Tetapi waktu transit saluran cerna memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi. Ondansetron dieliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini terutama secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukonida atau sulfat dalam hati.5 Dosis ondansentron yang biasanya diberikan untuk premedikasi antara 4-8 mg iv. Dalam suatu penelitian kombinasi antara Granisetron dosis kecil yang diberikan sesaat sebelum ekstubasi trakhea ditambah Dexamethasone yang diberikan saat induksi anestesi merupakan
11

suatu alternatif dalam mencegah muntah selama 0-2 jam setelah ekstubasi trakhea daripada ondansetron dan dexamethasone.

2. Obat Induksi Profofol Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10 mg) dan mudah larut dalam lemak. Profopol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Propofol adalah obatanestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse. Dosis sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse. Pada pasien yang berumur diatas 55 tahun dosis untuk induksi maupun maintanance anestesi itu lebih kecil dari dosis yang diberikan untuk pasien dewasa menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja. Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasinya selama 20-45 menit dan dapat meningkat menjadi 2 kali lipat pada suhu 250 C, kecepatan efek kerjanya 1-2 menit. Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase bekerja pada

sambungan saraf-otot mencegah asetilkolin-esterase bekerja, sehingga asetilkolin dapat bekerja. Antikolinesterase yang paling sring digunakan ialah neostigmin dengan dosis (0,04-0,08 mg/kgBB) atau obat

antikolinergik lainnya. Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik menyebabkan hipersalivasi, keringatan, bradikardia, kejang bronkus, hipermotilitas usus dan pandangan kabur, sehingga pemberiannya harus disertai obat vagolitik seperti atropin dosis 0,01-0,02 mg/kgBB atau glikopirolat 0,005-0,01 mg/kgBB sampai 0,2-0,3 mg/kgBB pada dewasa.

12

3. Maintanance a. N2O N2O (gas gelak, laughling gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida)

2H2O + N2O) N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestesik lemah, tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebaagainya. Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan O2 100% selama 5-10 menit. Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 yaitu 60% : 40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumothorak, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara dan timpanoplasti. b. Sevoflurane Sevofluran (ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan. Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan. Walaupun dirusak oleh kapur soda (soda lime, baralime), tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap tubuh manusia.

13

BAB III PEMBAHASAN

Diagnosis fibroadenoma mamae pada pasien ini ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik melalui palpasi ditemukan adanya benjolan lunak, mobile dan dirasa semakin membesar serta di tunjang oleh pemeriksaan ultrasonografi mamae. Status fisik pada pasien ini dimasukkan ke dalam ASA I (pasien dalam keadaan sehat normal, tidak ada kelainan organ/gangguan fisiologis, biokimia, psikiatri). Teknik general anestesi pada pasien ini dilakukan atas pertimbangan lama waktu operasi yang relatif lama, yaitu sekitar 1 jam. Pada pasien ini diberikan premedikasi berupa midazolam 2 mg (0,05-0,1 mg/kgBB) intravena, kemudian fentanyl 50 g. Induksi anestesia dilakukan dengan pemberian propofol 90 mg (2 2,5 mg/kgBB) (intravena), yang segera setelah itu dilakukan pemasangan LMA no.3. Untuk maintenance selama operasi berlangsung diberikan N2O 50%, O2 50%, dan Sevoflurane 2 vol % dengan cara inhalasi dengan mesin anestesia. Selama operasi berlangsung, dilakukan monitoring perioperasi untuk membantu ahli anestesi mendapatkan informasi fungsi organ vital selama perioperasi, supaya dapat bekerja dengan aman. Monitoring secara elektronik membantu ahli anestesi mengadakan observasi pasien lebih efisien secara terus menerus. Selama operasi berlangsung juga tetap diberikan cairan intravena RL. Setelah operasi selesai, dilakukan tindakan suction dan reoksigenasi dengan Oksigen 2-3 liter/menit. Pasien dipindah ke ruang pemulihan dan dilakukan observasi sesuai skor Aldrete. Bila pasien tenang dan Aldrete Score 8 dan tanpa nilai 0, pasien dapat dipindahkan ke bangsal. Pada kasus ini Aldrete Score-nya yaitu kesadaran 1 (merespon bila nama dipanggil), aktivitas motorik 1 (dua ekstremitas dapat digerakkan), pernapasan 2 (bernapas tanpa hambatan), sirkulasi 2 (tekanan darah dalam kisaran <20% sebelum operasi), dan warna kulit 2 (merah muda). Jadi Aldrete Score pada pasien ini adalah 8 sehingga layak untuk pindah ke bangsal.

14

BAB IV KESIMPULAN

Seorang wanita, 29 tahun, dengan fibroadenoma mammae dextra direncanakan operasi ekstirpasi fibroadenoma mammae, pemeriksaan status preoperatif pasien ASA I dengan teknik general anestesi dengan induksi menggunakan propofol intravena dan anestesi maintenance inhalasi O2 N2O dan sevofluran dengan pemasangan LMA (no.3) nafas spontan assist. Dengan nilai aldrete score di ruang pemulihan 8.

15

Anda mungkin juga menyukai