Anda di halaman 1dari 10

DiagnosaDeteksi Kanker Payudara Mammografi sudah lama dikenal sebagai pemeriksaan radiologi untuk deteksi dini dan screening

kanker payudara. Dengan teknik yang baik, mammografi dikabarkan memiliki sensitivitas antara 69% - 90% dan spesifitas antara 10% - 40%. Simak paparan Dr. Med. Lucman Adji Saptogino, SpRad (K), SpKN*,lebih jauh. Keunggulan MR-Mammografi Deteksi Kanker Payudara Mammografi sudah lama dikenal sebagai pemeriksaan radiologi untuk deteksi dini dan screening kanker payudara. Dengan teknik yang baik, mammografi dikabarkan memiliki sensitivitas antara 69% - 90% dan spesifitas antara 10% - 40%. Simak paparan Dr. Med. Lucman Adji Saptogino, SpRad (K), SpKN*,lebih jauh. Keunggulan MR-Mammografi B B anyak faktor yang mempengaruhi nilai di atas, seperti misalnya jaringan payudara yang tebal, terutama sering terlihat pada pasien-pasien yang muda, brest implant, dan status pasca-bedah dengan perubahan anatomi payudara sangat menyulitkan pada pembacaan gambaran mammografi pada pemeriksaan follow up. Selain itu, juga diberitakan dari penelitian statistik bahwa mammografi tidak dapat menemukan kanker payudara antara 10-30%. Ultrasonografi (USG) merupakan metoda screeninglainnya yang sering digunakan untuk pasien-pasien muda usia dan juga sebagai pemeriksaan lanjutan setelah mammografi, terutama untuk membedakan antara lesi kistikdan lesi solid, akan tetapi juga untuk membantu dokter melakukan

biopsi pada payudara. Meskipun demikian USG, seperti juga mammografi memiliki keterbatasan, terutama dalam mendeteksi mikrokalsifikasi seperti sering terlihat pada ductal carcinoma in situ(DCIS) dan juga kesulitan dalam memeriksa payudara secara keseluruhan dan merata dengan menggunakan transducerUSG, sehingga peran dan pengalaman dari sang operator/dokter yang meriksa merupakan faktor yang sangat menentukan. Magnetic resonance imaging(MRI) merupakan modalitas yang revolusioner dalam pencitraan diagnostik tubuh manusia dan menunjukkan perkembangan yang pesat pada 2 3 dekade terakhir ini. Sebagai pemeriksaan diagnostik radiologis yang non-invasif dan tanpa penggunaan radiasi, MRI telah 6

Diagnosa membangkitkan minat yang besar untuk digunakan dalam mendeteksi kelainan payudara, dan terutama peran utamanya dalam mendeteksi tumor payudara fase dini, dengan haparan dapat menurunkan mortalitas (angka kematian) dari kanker payudara. Saat ini, MR mammografi telah menjadi modalitas diagnostik yang rutin digunakan dalam praktek klinis sehari-hari, terutama di negara-negara industri maju, dan interestmengenai pengunaan modalitas ini pada kelainan payudara telah berkembang pesat selama 25 tahun terakhir. Dalam satu studi yang diterbitkan oleh New England Journal of Medicine, terbitan 29 Juli 2004, telah ditemukan bahwa MR mammografi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi tumor pada wanita yang berisiko terkena kanker payudara dibandingkan dengan modalitas lainnya. Para dokter meyakini bahwa MRI memiliki kemampuan untuk membedakan kanker payudara dari kelenjar payudara yang normal lebih baik dibanding modalitas lainnya, meskipun demikian pemeriksaan MRI relatif masih lebih mahal, karena memerlukan peralatan yang super canggih dan mahal harganya serta membutuhkan tenaga ahli yang telah mendapatkan trainingkhusus. Tidak seperti pada mammografi yang menggunakan X-raydan untuk mendapatkan gambar yang baik, memerlukan kompresi payudara yang kurang menyenangkan untuk pasien, MRI menggunakan media yang non-radiasi, yaitu dengan mengunakan medan magnet dan gelombang radio untuk memperoleh gambar payudara dan memungkinan pencitraan dalam berbagai proyeksi yang diinginkan. Untuk meningkatkan kemampuan MRI dalam mendeteksi lesi di pada meja yang khusus di-designuntuk payudara, dan kemudian dilakukan pemeriksaan MRI polos, setelah itu dilakukan pemeriksaan kedua dengan

menggunakan zat kontras yang disuntikan intravena pada pasien. Pemeriksaan MR mammografi sebaiknya dilakukan pada minggu kedua dari siklus menstruasi. Pemeriksaan MRI biasanya terdiri dari 2 6 seri untuk mendapatkan data yang akan direkontruksikan menjadi gambar MRI dan masing-masing seri memakan waktu antara 2 15 menit, tergantung pada alat yang digunakan. Karena harganya yang cukup mahal, biasanya MRI dilakukan sebagai pemeriksaan lanjut, apabila mammografi dan/ atau USG tidak/kurang mendukung tegaknya diagnosa kelainan, terutama kanker payudara. InDIkaSI MR MaMMoGRafI : Semua kelainan pada payudara pada umumnya dapat terdeteksi dengan menggunakan MRmammografi, akan tetapi ada beberapa kelainan yang merupakan indikasi utama dari MR-mammografi karena kelainan tersebut akan menjadi kendala pada pemeriksaan mammografi maupun USG, seperti follow up post operasi: pasien dengan kondisi post-operasi akan menunjukan anatomi yang sudah berubah konstelasi jaringannya merupakan salah satu indikasi MR mammografi, termasuk pasien postbiopsi maupun pasien post-operasi tumor dan radiasi. Perlu diketahui bahwa membedakan jaringan parut dengan karsinoma sangat problematik pada mammografi dan USG, MR mammografi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi tumor pada wanita yang berisiko terkena kanker payudara. 7

Diagnosa baik, terutama post-kontras di mana tumor ganas akan menunjukkan vaskularisasi yang tinggi dan menyangat kontras, sedangkan jaringan parut tidak menunjukkan penyangatan yang signifikan. Selain itu MRI merupakan pemeriksaan pilihan untuk follow uppasien post-mastektomi dan juga post-rekonstruksi bedah plastik (termasuk silicon implant) pada payudara. Untuk kasus-kasus demikian MRI menunjukkan interpretasi yang sangat baik, terutama dalam menganalisa jaringan di sekitar prosthesisdan juga di antara prosthesis dengan dinding dada maupun dinding dada sendiri yang merupakan area tak/kurang terjangkau baik dengan mammografi maupun dengan USG. Interval antara intervensi terapeutik dan MRI sebaiknya lebih dari 6 bulan setelah open biopsydan 12 bulan setelah terapi radiasi. MRI juga sangat efektif untuk mendeteksi bermacam komplikasi implantasi prosthesis, seperti misalnya hematoma, infeksi, migrasi, dan juga ruptur. Indikasi MRI pra-operatif mencakup eksklusi adanya kanker yang multisentrik atau juga deteksi tumor di payudara kontralateral, terutama pada payudara yang padat jaringan deteksi tumor yang tidak jelas terlihat pada mammografi maupun USG dapat ditingkatkan sebesar 20%, demikian juga MRI menemukan tumor lebih banyak pada payudara kontralateral sebesar 5%. MR mammografi sering menemukan lesi ganas pada wanita muda yang memilki riwayat keluarga dengan kanker payudara serta payudara yang padat dan tidak dapat dievaluasi dengan modalitas pencitraan konvensional, demikian juga evaluasi lesi di payudara yang teraba, akan tetapi tidak terdeteksi pada mammografi dan USG

merupakan indikasi lain dari MRI. apabila ditemukan perbedaan antara temuan mammografi, USG maupun biopsi, MR Mammografi seringkali dapat menolong memberikan informasi tambah. Pada kasus kasus metastasis dengan tumor primer yang tidak diketahui carcinoma unknown primary(CUP)-syndrome MRI dapat membantu mendeteksi lesi primer di payu dara, terutama pada kasus kasus dengan pembesaran kelenjar getah bening/ metastasis di axilla(ketiak), sedangkan dokter tidak dapat menemukan adanya lesi di payu dara. Biasanya, sebelum era MR mammografi pada kasus seperti ini direkomendasikan untuk dilakukan pengangkatan total payudara. Setelah dengan MRI dimungkinkan untuk mendeteksi lesi primer di payudara seperti diatas dan dengan demikian juga kemungkinan perubahan stadium dari tumor, kemungkinan perubahan strategi terapi bedah juga dapat terjadi, yang tadinya seharusnya dilakukan mastektomi (pengangkatan seluruh payu dara), maka berubah menjadi reseksi hanya lesi saja (lumpektomi) atau hanya sebagian dari payudara saja (breast conserving theraphyatau BCT) yang biasanya dilanjutkan dengan radiasi maupun chemotherapysesuai dengan stadium tumor. Carcinoma intraductal, terutama tipe ductal carcinoma in situ(DCIS), merupakan tumor stadium awal yang terbatas 8

pada saluran air susu, dapat terdeteksi dengan baik sekitar 50% dengan MR mammografi, sedangkan dengan mammografi maupun USG merupakan lesi yang sangat sukar untuk ditemukan. Pada kasus-kasus karsinoma payudara yang sudah bermetastasis, MRI dapat digunakan untuk evaluasi bagian lain dari tubuh pasien yang diduga ada metastasis. Pasien dengan riwayat kanker payudara yang mengeluhkan nyeri tulang punggung yang progresif atau mulai menunjukkan paresthesia dan/ atau parese/paraparese, dapat dilakukan pengecekan dengan MRI pada tulang belakang maupun pada otak setelah dilakukan MR mammografi (one stop shopping), sehingga tidak diperlukan penyuntikan kontras untuk kedua kalinya. Sebagai penutup disampaikan bahwa dengan MR-mammografi diagnostik yang dapat membantu kita dalam menegakkan diagnosa kelainan pada payudara dengan akurasi yang cukup tinggi, terutama bila metoda diagnostik tradisional lainnya, seperti X-raymammografi atau USG tidak/belum memberikan hasil diagnosa yang memuaskan. Tinggal bagaimana keinginan kita untuk dapat memanfaatkan MR-mammografi dengan sebaik-baiknya. * Dr. Med. Lucman Adji Saptogino, Sp. Rad (K), Sp. KN, dokter spesialis radiologi dan kedokteran nuklir, RS Pondok Indah

MRI dapat digunakan untuk evaluasi bagian lain dari tubuh pasien yang diduga ada metastasis. Diagnosa Secara gariS beSar dapat dijabarkan benefit dari Mr MaMMografi Sebagai berikut: MR-mammografi merupakan metoda diagnostik yang tidak invasif dan tidak menggunakan radiasi pengion. MR-mammografi telah tetbuktikan kemampuannya dalam mendeteksi bermacam kelainan dan kondisi payudara dengan akurasi yang tinggi, termasuk diagnosa mammografi lebih luas dibandingkan mammografi dan USG, dan struktur tulang tidak menjadi penghalang untuk MRI. Bahan kontras yang digunakan untuk MRI lebih dapat ditoleransi oleh pasien, terutama lebih sedikit menimbulkan reaksi alergi dibandingkan dengan bahan kontras yang digunakan pada pemeriksaan X-ray. MR-mammografi sejalan dengan waktu makin popular sebagai pemeriksaan additional/ lanjutan setelah metoda tradisional lainnya, seperti mammografi dan USG dalam mendetaksi kanker payudara stadium awal. MRI mempunyai kemampuan untuk mendeteksi lesi payudara yang relatif kecil dan yang seringkali tidak terdeteksi

oleh mammografi maupun USG. Payudara yang padat maupun kondisi postoperasi yang merupakan kendala bagi mammografi atau USG, tidak/bukan menjadi kendala bagi MRmammografi. Evaluasi lanjut dengan MR-mammografi sangat membantu untuk pasien dengan risiko tinggi untuk kanker payudara. 9

Anda mungkin juga menyukai