Anda di halaman 1dari 23

4/16/2013

Langkah-Langkah dalam menghadapi

ASEAN Economic Community 2015

Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional 2013

OUTLINE
I

Pendahuluan
II

Komitmen Indonesia pada Trade in Goods Produk Tekstil di ASEAN Perkembangan Perdagangan Internasional ASEAN Daya Saing dan Tantangan menuju 2015

II

III

IV

Langkah-langkah Persiapan dalam Menghadapi AEC 2015


V

AEC 2015, Apa Isu Selanjutnya?

4/16/2013

Pendahuluan

1. Sekilas Sejarah AEC 2015

TAC/Bali Concord I 1976 Deeper Ec. Integration 1990s ASEAN didirikan 1967

ASEAN COMMUNITY 2015


Diberlakukannya Piagam ASEAN 2008

The 9th ASEAN Summit, Bali 2003 AEC The 13th ASEAN Summit, Singapore 2007

4/16/2013

2. Pilar AEC 2015


4 Pilar ASEAN Economic Community (AEC)
Terbentuknya Pasar dan basis produksi tunggal
Bebas arus barang Bebas jasa Bebas investasi Bebas tenaga kerja Bebas arus permodalan Priority Integration Sectors (PIS) Pengembangan sektor foodagricultureforestry

Kawasan Berdayasaing Tinggi


Kebijakan persaingan Perlindungan konsumen, HKI Pembangunan infrastruktur Kerjasama energi Perpajakan E-commerce

Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata


Pengembangan UKM Mempersempit kesenjangan pembangunan antar negara ASEAN

Integrasi dengan Perekonomian Dunia


Pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, Partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global

3. Koordinasi Internal (Indonesia) Pemantauan perkembangan AEC

Inpres No.5 Tahun 2008 Fokus Program Ekonomi, yang mencakup pelaksanaan komitmen AEC 2015.
Inpres No.11 Tahun 2011 Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru ASEAN Tahun 2011 R-Inpres 2012 Peningkatan Daya Saing Nasional dalam menghadapi AEC 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Koordinasi internal Pemerintah terus dilakukan dalam memantau perkembangan AEC, dimana koordinasi dilakukan oleh Kemenko Bidang Perekonomian. Langkah-langkah koordinasi dilakukan dengan membuat 3 inpres terkait AEC 2015.
6

4/16/2013

II

Komitmen Indonesia pada Trade in Goods Produk Tekstil di ASEAN

1. CEPT AFTA / ATIGA Common Effective Preferential Tariff (CEPT) ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) efektif mulai tahun 1993 Sejak 2010, CEPT AFTA digantikan oleh ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement) 5 kategori produk: Inclusion List (IL), Sensitive List (SL), Highly Sensitive List (HSL), Temporary Exclusion List (TEL), General Exception List (GEL)

4/16/2013

2. Modalitas
IL terdiri atas Fast Track (FT) dan Normal Track (NT) - FT, tarif 20% -> 0-5% pada 1998 - FT, tarif > 20% -> 0-5% pada 2000 - NT, tarif 20% -> 0-5% pada 2000 - NT, tarif > 20% -> 20% pada 1998, 0-5% pada 2003 TEL menjadi IL dalam 5 tahap tahunan, mulai 1996 hingga 2000 - TEL, tarif 20% -> 0-5% pada 2003 - TEL, tarif > 20% -> 20% pada 1998, 0-5% pada 2003 SL dan HSL akan menjadi IL sesuai jadwal - ASEAN-6: tarif -> 0-5% pada 2010 - SL merupakan sebagian dari produk kategori Unprocessed Agricultural Products - HSL untuk Indonesia : beras dan gula GEL tidak dikenakan penurunan atau penghapusan tarif, tapi terkait dengan AEC GEL pun telah disepakati akan menjadi IL. - GEL Indonesia: 96 pos tarif (ex: minuman beralkohol, narkotika, senjata, amunisi)

Selain kelima kategori di atas, dlm skema AFTA juga terdapat 12 sektor PIS (Priority Integration Sector) dengan ketentuan liberalsiasi pada tahun 2007 untuk ASEAN-6 dan 2012 9 untuk CLMV.

2. Modalitas (cont.)

ASEAN mengelompokkan kembali jadwal liberalisasi produk menjadi beberapa schedule ketika ATIGA ditetapkan pada 2009.
Schedule Jadwal liberalisasi 2009: tarif 0% untuk 80% produk A 2010: tarif 0% untuk 100% produk PIS 2012: tarif 0% D 2010: tarif 0-5% H stay still

Jadwal Liberalisasi Produk.


Tahun Penghapusan Tarif IL 60% pos tarif 80% pos tarif 100% pos tarif ASEAN-6 2003 2007 2010 Vietnam 2006 2010 2015 Laos dan Myanmar 2008 2012 2015 Cambodia 2010 2015* Catatan: * fleksibilitas hingga 2018 Negara ASEAN

10

4/16/2013

3. Komitmen Indonesia Pada tahun 2009, komitmen Indonesia dalam skema CEPT AFTA adalah sebagai berikut
Kategori IL TEL GEL SL/HSL Total Tarif Jumlah Pos Tarif Persentase (AHTN 2007) Jumlah Pos Tarif 8632 96 9 8737 0% 6900 79,94% > 0 - 5% 1725 19,98% > 5% 7 0,08% (AHTN 2007) Total 8632 100%

11

3. Komitmen Indonesia (cont.)

Komitmen Indonesia dalam AFTA (ATIGA)


Distribusi Pos Tarif Industri di ATIGA (2015)
TA MS MR MINTEM MAK KIMHIL KIMDAS IMDL IET IATD HHP 0 HHP 0% MFN 448 0 200 IATD 763 0 400 IET 854 0 600 IMDL 1040 0 800 KIMDAS 941 12 KIMHIL 761 0 1000 MAK 439 0 1200 MINTEM 190 50 1400 MR 90 28 Total 8594 1600 MS 1279 0

(AHTN 2012)

1800 TA 1699 0

12

4/16/2013

4. Cakupan Produk Tekstil Dalam HS 2007, pos tarif tekstil dan produk tekstil (TPT) = 1019 pos tarif dari HS 50 63
Komoditas Serat Benang Kain Lembaran Pakaian Jadi Barang Jadi Permadani Total Jumlah HS 62 133 348 311 130 35 1019 Persentase 6,08% 13,05% 34,15% 30,52% 12,76% 3,43% 100,00%

Dalam HS 2012, pos tarif Tekstil (TA) = 1699 pos tarif HS 4143, 50-68, 71, 90-97
13

5. Komitmen Sektor Tekstil


Tahun 2004 1234 pos tarif sektor tekstil dalam AHTN 2004 termasuk dalam Inclusion List ATIGA dan diliberalisasi mengikuti jadwal NT (0-5% pada 2003) Tahun 2009 (ATIGA) 1019 pos tarif sektor tekstil dalam AHTN 2007 telah masuk dalam Inclusion List ATIGA dan diliberalisasi mengikuti schedule A (seluruhnya menjadi 0% pada 2010) Tahun 2012 1699 pos tarif sektor tekstil dalam AHTN 2012 termasuk dalam Inclusion List ATIGA dan diliberalisasi mengikuti schedule A sebanyak 73,98% merupakan PIS

14

4/16/2013

6. Liberalisasi Produk Subsektor Tekstil dalam skema CEPT-AFTA / ATIGA (2004-2012)


1800 1600 1400 1200 Jumlah Pos Tarif 1000 50% 800 40% 600 400 200 0 5% 2,50% 0% 5% 2,50% 0% 30% 20% 10% 0% 100% 90%

Note: 2004-2006 menggunakan AHTN 2004 2007-2011 menggunakan AHTN 2007 2012 menggunakan AHTN2012

80% 70% 60% Persentase Pos Tarif

2004 470 2 771 37,81% 0,16% 62,03%

2005 376 2 865 30,25% 0,16% 69,59%

2006 376 2 865 30,25% 0,16% 69,59%

2007 291 2 724 28,61% 0,20% 71,19%

2008 291 2 724 28,61% 0,20% 71,19%

2009 4 0 1015 0,39% 0,00% 99,61%

2010 0 0 1019 0,00% 0,00% 100,00%

2011 0 0 1019 0,00% 0,00% 100,00%

2012 0 0 1699 0,00% 0,00% 100,00%

Sumber: Dit.ITA Kemenperin, PPKIUI Kemenperin, BTBMI (diolah)

15

III

Perkembangan Perdagangan Internasional ASEAN

4/16/2013

1. ASEAN Facts & Figures

Sumber: ASEAN Secretariat

17

2. ASEAN Trade World & Intra-Regional


Trade With World Country
Exports
Brunei Darussalam

Trade With ASEAN


Exports Share to World 13,92% 12,42% 20,69% 54,96% 24,56% 48,74% 17,97% 31,15% 31,56% 14,16% Imports Share to World

Imports

12.362,3 6.710,6 203.496,7 1.746,5 228.179,1 8.119,2 48.042,2 409.443,5 228.820,7 95.365,6

2.460,0 6.133,6 177.435,6 2.209,4 187.542,8 6.805,9 63.709,4 365.709,1 230.083,6 104.216,5

1.721,1 833,7 42.098,9 959,8 56.049,7 3.957,4 8.635,3 127.544,5 72.226,6 13.504,8

1.191,1 2.170,1 57.254,3 1.570,5 52.090,0 3.250,3 15.040,3 78.126,4 39.224,2 20.793,2

48,42% 35,38% 32,27% 71,08% 27,77% 47,76% 23,61% 21,36% 17,05% 19,95%

Cambodia Indonesia Lao PDR Malaysia Myanmar Philippines Singapore Thailand Vietnam

Sumber: ASEAN Secretariat

Pada Tabel diatas terlihat bahwa mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non-ASEAN. Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya dimanfaatkan.

18

4/16/2013

Exports
Brunei
Japan 45.2% South Korea 15.9% Australia 11.4%

Cambodia Indonesia
US 39.5% Japan 16.6%

Lao PDR

Malaysia

Myanmar Philippines Singapore


Thailand 36.7%, China 18.8% Japan 18.5%

Thailand

Vietnam
US 18%

Thailand 33%, China 13.1%, Singapore 12.7%, Japan 11.5%,

Malaysia 12.2% China 12%

Canada 8.2% China 11.3% Germany 7.8% UK 7.5%

China 23.4% Vietnam 13.4%

US 14.8%

Hong Kong 11% Japan 10.5%

China 11%

Singapore 9.1%

India 14.1%

China 12.7%

China 10.4%

US 9.6% Hong Kong 7.2% Malaysia 5.4%

Japan 11% Germany 3.7%

Indonesia 8.1%

US 8.1% South Korea 8.1%

US 8.3%,

Japan 6.6%

Singapore 8.9% Indonesia 10.4%

India 5.7%

Vietnam 6%

Thailand 5.1%,

Hong Kong 7.7% US 5.4% South Korea 4.6%

China 4.4%

Japan 4.3% India 6.6%

Hong Kong 4.5%,

Japan 4.5%

Singapore 5%

Malaysia 5.4%

India 4.1%

Indonesia 4.4%

Source : CIA World Factbook

Pasar tujuan ekspor Negara-negara ASEAN didominasi oleh negara-negara Asia Timur seperti China, Korea dan Jepang serta negara-negara ekonomi utama seperti Amerika Serikat dan India serta beberapa negara-negara Eropa.
19

Imports
Brunei
Singapore 27.4%,

Cambodia Indonesia
Thailand 24.6%, Vietnam 20.6%, China 14.8%,

Lao PDR
Thailand 65.2%,

Malaysia
China 13.2%, Singapore 12.8%,

Myanmar Philippines Singapore Thailand


China 38.8%, Japan 10.8%

Vietnam

Malaysia 10.7% Japan 18.4% China 22% South Korea 13.2% Japan 10.4%

India 15.4%,

Singapore 14.6%, China 11.1%,

Thailand 22.6% US 10.8%

US 10.7%

China 13.4%

China 12.8%, South Korea 10.1%, Malaysia 9.4%,

China 19.9%, Japan 11%, Singapore 7.8%, South Korea 7.3%,

Vietnam 6.5% Japan 11.4%,

Singapore 9.7% China 10.1% South Korea 5.4% Malaysia 4.5%

China 10.4%

UAE 6.3%

US 9.7%, Indonesia 6.1%, Thailand 6%, South Korea 4%

Singapore 8.1% Japan 7.2% South Korea 7.3% Thailand 5.8% Saudi Arabia 5.4% Malaysia 4.4% South Korea 5.9% Taiwan 5.9%

US 5.9% Malaysia 5.4%

Taiwan 8.6%

Hong Kong 6% US 6.1%,

Thailand 6.4%

Germany 7.9%

Thailand 5.9%,

Japan 4.1%

South Korea Singapore 6.4% 4%

Malaysia 5.9%

Source : CIA World Factbook

Fenomena yang sama juga terjadi pada pasar asal produk impor negara-negara ASEAN dimana mitra utama impor negara-negara tersebut masih didominasi oleh negara-negara Asia Timur dan Amerika Serikat serta beberapa negara Eropa. AEC menjadi penting dalam rangkan mendorong peningkatan perdagangan intraregional ASEAN.

20

10

4/16/2013

4. Perdagangan Indonesia-ASEAN pada Produk Tekstil


Nilai : USD

Kinerja Perdagangan Tekstil Aneka 2012


350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 0 Ekspor Impor 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%

Kinerja Perdagangan Tekstil Aneka 2012

Impor Ekspor

Sumber : PUSDATIN diolah

90% perdagangan produk tekstil aneka Indonesia di ASEAN terjadi dengan Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Defisit untuk produk tekstil aneka terjadi dengan Cambodia, Thailand, dan Vietnam

21

Countries Brunei Darussalam Cambodia Indonesia Lao PDR Malaysia Myanmar Philippines Singapore Thailand Vietnam EU, ASEAN, Japan

Major Investors

China, Republic of Korea, ASEAN, USA, EU Japan, Hongkong, Taiwan, UK, Singapore ASEAN, China, Japan, France, India Japan, Netherlands, Australia, USA, Singapore UK, Thailand, Singapore USA, Japan, Republic of Korea, Germany, France US, EU, Japan Japan, China, Republic of Korea Germany, France USA, Japan, Taiwan, Hongkong, Republic of Korea

Source : ASEAN Your Gateway to Economic Community

Seperti halnya perdagangan, pada sisi investasi juga terlihat bahwa sumber-sumber investasi utama pada negara-negara anggota ASEAN bukanlah berasal dari internal regional ASEAN. Jepang merupakan investor utama negara-negara anggota ASEAN.
22

11

4/16/2013

IV

Daya Saing dan Tantangan menuju 2015

1. Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report 2011-2012
Country Singapore Japan Hong Kong SAR Taiwan Malaysia Korea China Thailand Indonesia India Vietnam Philipinnes Cambodia 2012 2 9 11 13 21 24 26 39 46 56 65 75 97 2011 3 6 11 13 26 22 27 38 44 51 59 83 105 + + +
24

Change + -

Peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Report 2011-2012 masih berada di bawah negaranegara ekonomi utama di ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Singapura.

Sumber: Global Competitiveness Report 2011-2012

12

4/16/2013

2. Peringkat Trade Performance Index (Current Index) Negara-Negara ASEAN Vs. Indonesia 2010
INDONESIA Jumlah Produk Unggul Indonesia Terhadap Negara ASEAN

SITC Rev. 3

Fresh food

Process ed food

Wood products

Textiles

Chemicals

Leather products

Basic manufact ures

Non-electronic machinery

Rank of Current Index (Indonesia) Brunei Malaysia Thailand Phillipines Singapore Vietnam Cambodia Myanmar Laos Indonesia Unggul Atas Negara ASEAN

36 Menang (175) Menang (64) Kalah (9) Menang (99) Kalah (32) Kalah (12) Menang (154) Menang (66) Menang (120)
6

31 Kalah (18) Kalah (12) Menang (87) Kalah (8) Menang (83) Menang (123) Menang (141) Menang (152)
5

9 Kalah (5) Menang (18) Menang (88) Menang (49) Menang (79) Menang (132) Menang (68) Menang (85)
7

16 Kalah (13) Kalah (5) Menang (73) Menang (31) Menang (38) Menang (124) Menang (131) 5

40 Menang (92) Kalah (22) Kalah (12) Menang (77) Kalah (2) Menang (67) Menang (133) Menang (153) Menang (143)
6

12 Menang (35) Kalah (5) Menang (96) Menang (24) Kalah (2) Menang (48) Menang (95) Menang (88)
6

63 Menang (125) Kalah (36) Kalah (40) Menang (80) Kalah (31) Kalah (51) Menang (134) Menang (149) Menang (110)
5

69 Menang (127) Kalah (36) Kalah (32) Menang (77) Kalah (15) Menang (72) Menang (123) Menang (150) Menang (134)
6

9 4 2 12 5 9 11 14 12

25

2. Peringkat Trade Performance Index (Current Index) Negara-Negara ASEAN Vs. Indonesia 2010
INDONESIA Jumlah Produk Unggul Indonesia Terhadap Negara ASEAN

SITC Rev. 3

IT & Consumer electronics

Electronic components

Transport equipment

Clothing

Miscellaneou s manufacturi ng

Minerals

Rank of Current Index (Indonesia) Brunei Malaysia Thailand Phillipines Singapore Vietnam Cambodia Myanmar Laos Indonesia Unggul Atas Negara ASEAN

29 Menang (86) Kalah (1) Kalah (14) Kalah (26) Kalah (4) Kalah (23) Menang (130) 2

47 Menang (99) Kalah (43) Kalah (38) Kalah (23) Kalah (9) Menang (67) Menang (132) Menang (118) 4

41 Kalah (32) Kalah (9) Menang (62) Kalah (18) Menang (67) Menang (69) Menang (142) Menang (121) 5

22 Menang (103) Menang (34) Kalah (17) Menang (47) Menang (26) Kalah (8) Menang (32) Menang (51) Menang (44) 7

26 Menang (131) Kalah (7) Kalah (15) Menang (49) Kalah (3) Menang (34) Menang (85) Menang (132) Menang (108) 6

7 Menang (32) Menang (9) Menang (78) Menang (96) Menang (55) Menang (88) Menang (125) Menang (113) 8 9 4 2 12 5 9 11 14 12

26

13

4/16/2013

3. Produk-produk Unggulan Indonesia terhadap ASEAN


Terhadap Negara Brunei Produk-produk Indonesia yang Unggul (SITC rev. 3) berdasarkan TPI tahun 2010 Produk-produk Indonesia yang Unggul (SITC rev. 3) dalam hal Tren peningkatan TPI 2006 - 2010 Fresh food, chemicals, basic manufctures, non-electronic machinery, IT & consumer Fresh food, chemicals, basic manufactures, non-electronic machinery, electronics, electronic components, clothing, miscellaneous manufacturing dan IT & consumer electronics, electronic components, clothing dan minerals. minerals. Fresh food, processed food, wood products, textiles, chemicals, basic manufactures, IT & consumer electronics, electronic components, transport equipment, clothing, miscellaneous manufacturing dan minerals. Fresh food, processed food, wood products, textiles, chemicals, leather products, basic manufactures, non-electronic machinery, IT & consumer electronics, electronic components, transport equipment, clothing dan miscellaneous manufacturing.

Malaysia

Fresh food, leather products, clothing dan minerals.

Thailand

Wood products dan minerals.

Phillipines

Fresh food, processed food, wood products, textiles, chemicals, leather products, Fresh food, wood products, textiles, chemicals, basic manufactures, basic manufactures, non-electronic machinery, transport equipment, miscellaneous non-electronic machinery, electronic components, miscellaneous manufacturing dan minerals. manufacturing dan minerals. Wood products, textiles, leather products, clothing dan minerals. Fresh food, processed food, wood products, textiles, chemicals, basic manufactures, non-electronic machinery, IT & consumer electronics, electronic components, clothing dan miscellaneous manufacturing.

Singapore

Vietnam

Fresh food, textiles, chemicals, leather products, basic manufactures, Processed food, wood products, textiles, chemicals, non-electronic machinery, non-electronic machinery, IT & consumer electronics, electronic electronic components, transport equipment, miscellaneous manufacturing dan components, transport equipment, clothing dan miscellaneous minerals. manufacturing. Fresh food, processed food, wood products, textiles, chemicals, leather products, Textiles, chemicals, basic manufactures, transport equipment dan basic manufactures, non-electronic machinery, transport equipment, clothing dan clothing. miscellaneous manufacturing. Fresh food, processed food, wood products, textiles, chemicals, leather products, basic manufactures, non-electronic machinery, IT & consumer electronics, Fresh food, textiles, leather products, basic manufactures, electronic electronic components, transport equipment, clothing, miscellaneous components, transport equipment, clothing dan minerals. manufacturing dan minerals. Fresh food, processed food, wood products, chemicals, leather products, basic Fresh food, leather products, basic manufactures, non-electronic manufactures, non-electronic machinery, electronic components, transport machinery, clothing dan minerals. equipment, clothing, miscellaneous manufacturing dan minerals. 27

Cambodia

Myanmar

Laos

4. Kesimpulan pada Industri Tekstil Indonesia Daya saing Tekstil Indonesia unggul terhadap Brunei, Philippine, Singapore, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Sedangkan daya saing produk pakaian jadi Indonesia unggul terhadap Brunei, Malaysia, Philippine, Singapore, Kamboja, Myanmar dan Laos. Sehingga secara umum dapat kita simpulkan bahwa industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia relatif siap dalam menghadapi AEC 2015. Dalam rangka meningkatkan daya saing dengan Thailand dan selanjutnya ke depan, progtram revitalisasi permesinan harus dipercepat. Waktu sudah tidak banyak lagi, perlu diingat bahwa negara-negara seperti Vietnam, Myanmar, Kamboja dsb memiliki tenaga kerja dengan upah yang jauh lebih kompetitif dibandingkan Indonesia. Oleh karena itu, kalau kita tidak menyegerakan proses ini kita tidak dapat memanfaatkan pasar ASEAN, namun sebaliknya akan dimanfaatkan.

28

14

4/16/2013

4. Kesimpulan (cont.)

Kebutuhan akan tekstil dan produk tekstil di negara sebesar Indonesia masih akan terus membesar, bahkan untuk negara maju sekalipun mereka masih membutuhkan insutri tersebut. Namun tentunya jenis-jenis produk TPT nya sudah mengarah pada produk yang memiliki nilai tambah tinggi dan memiliki teknologi yang lebih maju dari yang kita miliki saat ini. Sebagai contoh Italy saja mampu mengekspor TPT sebesar USD 39.2 miliar yang terdiri dari USD 16.4 miliar ekspor tekstil dan USD 22.8 miliar ekspor produk tekstil di tahun 2009. Indonesia sebagaimana banyak diramalkan oleh ekonom akan menjadi suatu kekuatan ekonomi besar di dunia (no. 7 tahun 2030). Oleh karena itu, kita perlu mulai masuk ke segmen tekstil baru yang memiliki nilai tambah tinggi seperti misalnya technical textile. Balai Besar Tekstil harus mulai merencanakan ke mana arah dukungan industri tekstil di masa yang akan datang, khususnya untuk membangun kemampuan di bidang industrial materials parts.
29

4. Kesimpulan (cont.)

Sama halnya dengan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil yang kita miliki, tentunya harus menyesuaikan diri dan merencanakan ke arah itu. STTT harus mengupgrade wawasan ke depan, kemampuan para dosen termasuk infrastruktur pengajaran maupun peralatan praktek dan laboratorium agar lulusannya mampu berkiprah secara berarti untuk membangun industri tekstil generasi baru. Indonesia dari jauh hari sudah mempersiapkan diri datangnya AEC 2015, Sejak tahun 2007 Kemenperin telah menggulirkan program Revitalisasi mesin-mesin industri tekstil. Program ini telah dimaksudkan untuk meremajakan mesin tekstil. Sampai saat ini telah berhasil meremajakan mesin-mesin sejumlah 856 bantuan program dengan nilai investasi sebesar RP 9.6 triliun.
30

15

4/16/2013

4. Kesimpulan (cont.)

Namun disayangkan peremajaan mesin-mesin tenun masih kecil padahal persaingan ke depan intinya ada di area ini. Hanya 21 persen dari keseluruhan nilai investasi. Padahal investasi di mesin tenun jauh lebih besar dari jenis investasi lain. BBT harus mampu membantu dan mendorong modifikasi dan produksi mesin tekstil dalam negeri.

31

Plastics Paints Plated sheet Paint, coating Tire cord, airbag cushion fabric, seat coverbelt

Industrial Materials & Parts

Contoh Pengembangan Industri Tekstil Masa Depan

Fashion Garment

EcoTesting Center
RoHS analysis Addictives Plasticizer, flame retardants VOC

Textile for Clothing

Technical Textile
Accelerated Testing Service lifetime prediction Realibility assessment test method

Development/desi gn for new test method Intl Standardization Failure analysis Problem solving

Standardi zation Research Center

Reliability Assessment Center

Sumber: Project Implementation Plan (KOICA FITI, 2013)

32

16

4/16/2013

Langkah-langkah Persiapan Menghadapi AEC 2015

1. Peningkatan Daya Saing


A. Penguatan Struktur Industri

Peningkatan Daya Saing Indonesia

1. Pengembangan Kemampuan Sektor Industri 2. Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base-Load

B.Peningkatan Dukungan Iklim Industri

1.Meningkatkan Daya Saing (Short Term) 2. Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term) 3. Meningkatkan Daya Saing (LongTerm)

34

17

4/16/2013

a. Penguatan Struktur Industri


Pengembangan Kemampuan Industri dalam jangka panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun 2008). Percepatan Pengembangan sektor industri hingga 2015. Industri hilir berbasis agro, migas dan bahan tambang mineral Industri berbasis SDM dan pasar domestik Industri kecil dan menengah Lain-lain

1-Pengembangan Kemampuan Sektor Industri

A. Penguatan Struktur Industri


Peningkatan Enforcement Pengaturan lanjut Pelabuhan Membangun peraturan teknis untuk menghilangkan impor produk tidak standar Meningkatkan compliance produk ke ASEAN Membangun kemampuan market & industrial intelligence Membangun Early Warning System Membangun kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN Membangun produk spesifik Indonesia
35

2-Memanfaatkan Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base-Load

b. Penguatan Daya Dukung Iklim Industri


Menurunkan biaya modal, biaya energy dan biaya manpower serta biaya logistik Ketersediaan bahan baku Biaya logistik Iklim investasi (perijinan, pungli, insentif fiskal, BMDTP)

1-Meningkatkan Daya

Saing (Short-Term)

B. Peningkatan Dukungan Iklim Industri

2-Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term)

Jaminan Pasokan Bahan Baku Pengawasan impor untuk meredam produk illegal Optimalisasi P3DN Menghilangkan gangguan keamanan Peningkatan Faktor Pendukung Industri Membangun kemampuan SDM Industri Membangun R&D industri

3-Meningkatkan Daya Saing (Long-Term)

36

18

4/16/2013

2. Industri yang Dipersiapkan

Untuk Pasar ASEAN (Strategi Ofensif)

Industri Yang Dipersiapkan AEC 2015

Agro Industries (cocoa, rubber and CPO) Fish & fish products Textile & textile products Footwear, leather Furniture Food & Beverage Fertilizer & petrochemical Machinery & parts Basic metal, iron and steel

Untuk Pasar Dalam Negeri (Strategi Defensif)


Source: Bahan Paparan Menteri Perindustrian Panel Diskusi Antisipasi AEC 2015

Automotive Electronics Cement Garment Footwear Food and beverage Furniture

Dengan daya saing yang relatif baik di ASEAN, industri tekstil dan produk tekstil Indonesia disiapkan menjadi sub-sektor yang masuk dalam Strategi ofensif dalam mengisi pasar ASEAN.

37

3. Langkah-langkah Lintas Sektoral

Lintas Sektoral

Intensifikasi sosialisasi AEC kepada stakeholder industri Menghidupkan kembali skema insentif untuk indirect export Pemberlakuan antidumping dan safeguard yang lebih efektif Meningkatkan kualitas laboratorium uji dan kompetensi SDM Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Penguatan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Mengembangkan wirausaha baru IKM

Untuk Pasar ASEAN

Strategi Ofensif Telah disusun Kebijakan dan Program

Sektor Industri
Untuk Pasar Domestik

Strategi Defensif

Source: Bahan Paparan Menteri Perindustrian Panel Diskusi Antisipasi AEC 2015

38

19

4/16/2013

4. Program Revitalisasi Mesin Tekstil


Untuk meningkatkan daya saing industri tekstil, Pemerintah melalui Kemenperin sejak tahun 2007 meluncurkan program Revitalisasi Mesin Industri Tekstil

39

4. Realisasi Program (cont.)

40

20

4/16/2013

4. Realisasi Program (cont.)

41

VI

AEC 2015, Apa Isu Selanjutnya?

21

4/16/2013

Setelah AEC 2015?


Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Instruksi Leaders menyelesaikan negosiasi pada akhir 2015 Tahap awal Membentuk WG-TIG, WGTIS & WG-Investment ASEAN Centrality telah disetujui oleh Leaders dari ke-16 16 negara (ASEAN & Mitra Dialog) Kerangka Waktu Negosiasi 2013 3 rounds of meetings (Feb, August & October 2013) ASEAN Caucus + WGs Meetings reported to TNC Modalitas Goods X% eliminasi tarif dalam Y tahun, 1 jadwal untuk semuanya dan volume perdagangan & tarif disusun pada 6 digit level (tetap mempertimbangkan sensitivitas) User friendly ROO co-equal rule, full accumulation & perluasan self certification Services perkembangan signifikan dari ASEAN FTAs yang ada, 1 jadwal untuk seluruh pihak Investment perkembangan signifikan dari ASEAN FTAs yang ada (tetap mempertimbangkan sensitivitas), negative list dengan jadwal tunggal IPR pentingnya sistem hak cipta yang efektif dan user friendly Developing awareness among stakeholders is a must

43

Komitmen ASEAN Member States dan Mitra Dialog (Trade in Goods)


Level of Liberalization by country under the ASEAN+n FTAs ASEAN-Korea ASEAN-China ASEAN-ANZ SGP 100.0% 100.0% 100.0% BRN MLS THA IDN PHI VTN CAM LAO MYA KOR CHN AUS NZ IND JPN 97.8% 93.5% 93.7% 90.3% 97.9% 84.3% 85.5% 85.4% 87.5% 92.2% 94.6% 100.0% 100.0% 74.3% 86.3%
44

ASEAN-India 100.0% 82.6% 79.6% 74.3% 50.4% 75.8% 69.7% 84.1% 77.5% 73.6%

ASEAN-Japan 100.0% 96.4% 92.1% 96.9% 88.7% 96.0% 84.7% 76.0% 84.2% 79.4%

97.9% 93.7% 88.3% 89.0% 86.5% na 86.7% 96.4% 86.9%

98.5% 95.5% 98.8% 93.4% 94.8% 90.9% 86.2% 90.7% 86.1%

22

4/16/2013

Komitmen Indonesia dalam TIG ASEAN & Dialogue Partners


Accumulation of Commitment ACFTA-AKFTA-AANZFTAAJCEP Tariff Lines 6936 7882 3802 Percentage of Total Tariff Lines 69% 78% 38%

ACFTA

AANZFTA

69%

AKFTA

ACFTA-AKFTA-AANZFTA ACFTA-AKFTA-AANZFTAAIFTA

ACJCEP

ACFTA-AKFTA-AANZFTAAIFTA-AJCEP

3599

35%

AIFTA

Kelompok Produk yang sama di seluruh FTAs ASEAN & 45 Mitra Dialog

Terima Kasih

23

Anda mungkin juga menyukai