Anda di halaman 1dari 35

Tugas makalah nutrisi ikan

HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG JANGKRIK

Oleh:

KELOMPOK 7
M. Yusuf Akbar Diana Meritasari Faricha RN Myrna Budi R Fajar Nur Cahya Nur Hidayati Robi Rahmad Hari P Yesi Megayana Nienda Paramita 060710139p 060710148p 060710172p 060710283p 060710296p 060710312p 060710390p 060710394p 060710404p

PRODI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2009

http://fpk.unair.ac.id

Page 1

DAFTAR ISI

Halaman judul Kata pengantar ............................................................................................... Daftar isi ......................................................................................................... Bab I pendahuluan ......................................................................................... I.1 latar belakang ................................................................................. I.2 manfaat ........................................................................................... I.3 tujuan .............................................................................................. Bab II Tinjauan pustaka ................................................................................. i ii 1 1 5 5 6

Bab III Materi dan Metode ............................................................................ 11 Bab IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 22 Bab V Penutup ............................................................................................... 32 V.1 kesimpulan .................................................................................... 32 V.2 saran .............................................................................................. 33 Daftar pustaka ............................................................................................... 34

http://fpk.unair.ac.id

Page 2

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan Rahmat serta Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah nutrisi ikan , yang berjudul HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG JANGKRIKyang mana di dalamnya akan dibahas tentang adanya perbedaan tentang hasil dari pustaka dan anlisis pada laboratorium pakan ternak di FKH.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak agustono, selaku PJMK mata kuliah nutrisi ikan dan Ibu mirni lamid selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah nutrisi ikan serta dukungan dari beberapa pihak dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Penyusun menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih menyimpan banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan adanya saran guna penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan yang berarti bagi semua pihak.

Surabaya, januari 2010

Penyusun

http://fpk.unair.ac.id

Page 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang Pakan merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menunjang aspek budidaya dalam suatu keberhasilan usaha budidaya. Pakan ini terdiri dari beberapa campuran bahan pakan yang nantinya akan menghasilkan suatu pakan yang digunakan untuk konsumsi bagi ikan. Pakan ini mempunyai berbagai sumber baik vitamin maupun mineral yang ada atau terkandung dalam pakan tersebut.Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam budidaya, pakan harus dilihat dalam kandungan gizi dan nutrisi yang digunakan dalam pertumbuhan ikan. Konversi pakan yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi pembudidaya, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan yang merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan ini menghabiskan sekitar 50% dari biaya produksi budidaya. Formula pakan yang terkandung di dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan gizi pakan yang dibutuhkan untuk budidaya ikan, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Akan tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan dikarenakan banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan setelah penyerapan di dalam pencernaan ikan Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs) yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan karena sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut tergantung pada: kandungan bahan gizinya; kecernaannya (digestibility) dan daya serap (bioavailability) ikan; tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun; tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif murah. Umumnya bahan baku yang digunakan untuk pakan terbuat dari tumbuhan dan mineral. Ada juga yang berasal dari limbah atau produk sampingan.Bahan tersebut dapat di datangkan dari sekitar atau luar area budidaya. Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, harus diperhatikan beberapa factor bahan baku untuk pakan, yaitu ketersedian, harga yang wajar dan kandungan gizi yang cukup. Pakan ikan buatan yang diberikan di kategorikan menjadi:

http://fpk.unair.ac.id

Page 4

1. Pakan alami, merupakan kelompok pakan yang berasal dari hewan yang berukuran renik sampai ukuran beberapa centimeter yang di kultur atau dikumpulkan dari alam; contohnya adalah Artemia, Daphnis dan Cacing Sutra. Pakan alami ini dapat juga berasal dari tumbuhan, misalnya fitoplankton dan daun talas 2. Pakan lembek, merupakan cincangan ikan-ikan rucah dan cumi-cumi yang langsung diberikan kepada ikan. Daya tahan pakan lembek ini 2 3 hari dalam lemari pendingin. 3. Pakan kering lengkap, merupakan pakan berbentuk pelet, flake dan crumble dengan kadar air rendah sehingga daya tahannya bisa 3 4 bulan dan kandungan gizinya cukup lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang akan dikupas lebih mendalam. Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Banyak sekali bahan baku nabati yang dapat diberikan kepada unggas, bahan baku nabati inilah, yang menyebabkan harga pakan menjadi dapat ditekan. Dari sekian banyak bahan baku nabati, 70 75% merupakan biji-bijian dan hasil olahannya, 15 25% limbah industri makanan, dan sisanya hijauan sebagaimana layaknya bahan pakan yang berasal dari biji-bijian, bahan pakan nabati ini sebagian besar merupakan sumber energi yang baik, tetapi karena asalnya dari tumbuhan, kadar serat kasarnya tinggi. Sebagai sumber vitamin, beberapa bahan berbentuk bijian. Bahan pakan ikan sebaiknya memiliki kandungan nutrisi yang seimbang, seperti : SUMBER PROTEIN. Kebutuhan protein untuk ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran ikan, temperatur air, rata-rata pemberian pakan (feeding rate), ketersediaan dan kandungan gizi pakan, keseluruhan kandungan energi yang dapat dicerna oleh ikan dan mutu protein tersebut. Mutu protein tergantung pada kuantitas dan kualitas asam amino esensial yang terkandung di dalamnya serta daya serapnya (bioavailability).Protein yang dicerna oleh ikan digunakan sebagai sumber energi untuk pembaruan/mengganti jaringan yang rusak dan pertumbuhan ikan. Oleh karena pemakaian protein pakan akan sangat berguna jika semua protein tersebut digunakan untuk pertumbuhan atau perbaikan jaringan dan dapat dikatabolisme sebagai energi. SUMBER LEMAK. Lemak merupakan senyawa organik yang penting untuk penyusunan membran sel pada tanaman, hewan dan mikroba.Lemak merupakan senyawa tidak larut air

http://fpk.unair.ac.id

Page 5

tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar (bukan air), seperti eter dan alkohol. Fungsi lemak secara umum adalah: 1. sumber energy metabolism, adenosine triphospat(ATP). Lemak memiliki energy kirakira dua kali lebih tinggi dari energy protein dan karbohidrat. 2. Sumber asam lemak esensial (EFA) yang berperan penting untuk pertumbuhan dan pertahanan. 3. Komponen penting pada membran sel dan subsel. 4. Sumber steroids yang berperan penting terhadap fungsi biologi seperti pemeliharaan sistem membran, transport lipid, dan prekursor hormon steroid. SUMBER KARBOHIDRAT. Karbohidrat merupakan senyawa organik terbesar yang biasa terdapat pada tanaman, seperti : gula sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain yang berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat menggantikan sumber energi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk mengurangi biaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh ikan.Sumber karbohidrat seperti tapioka, terigu, alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakan untuk menjaga stabilitas kandungan air pada pakan ikan dan udang. MIKRONUTRIEN. Banyak komponen lain ditambahkan di dalam formulasi pakan disamping sumber bahan gizi yang utama (protein, lipid, karbohidrat). Di dalam formulasi pakan lengkap, mikronutrien ditambahkan dalam jumlah kecil dalam bentuk campuran vitamin dan mineral karena alasan ekonomi, zat-zat lain juga ditambahkan ke dalam formulasi pakan yang bertujuan untuk menjaga mutu pakan dari kerusakan oleh jamur selama penyimpanan dan menjaga stabilitas air pada pakan. Zat-zat tersebut antara lain: perekat sintetik, antioksidan dan inhibitor jamur. Beberapa zat-zat juga ditambahkan ke dalam pakan untuk membuat ikan agar lebih atraktif seperti figmen dan atraktan. KUALITAS BAHAN BAKU. Untuk memproduksi pakan yang berkualitas diperlukan bahan baku pakan yang juga berkualitas. Bahan-bahan baku tersebut perlu dilindungi selama proses ataupun selama penyimpanan. Beberapa bahan baku juga mengandung zat anti nutrisi yang dapat menghambat pemanfaatan gizi (seperti protein) oleh ikan atau udang. Sebagai contoh:
http://fpk.unair.ac.id Page 6

jenis kacang-kacangan yang mengandung zat penghambat tripsin dan kimortripsin (asam amino) sehingga enzim yang ada didalam ikan tidak dapat menyerap protein. Oleh karena itu, beberapa bahan baku perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam formulasi pakan. sebagian zat anti nutrisi ada yang mudah dihilangkan cukup dengan pemanasan, tetapi ada juga yang sulit dihilangkan dengan pemanasan. Dalam menyiapkan pakan, sasaran utama bukan hanya mencampur bahan-bahan baku tetapi melindungi bahan-bahan baku tersebut selama proses. Seringkali, sebelum bahan-bahan tersebut digunakan, bahan tersebut harus diproses untuk menghilangkan zat-zat yang dapat menghambat pemanfaatangizi (seperti protein) oleh ikan atau udang. Sebagai contoh: jenis kacang-kacangan yang mengandung zat penghambat tripsin dan kimortripsin (asam amino) sehingga enzim yang ada didalam ikan tidak dapat menyerap protein. Oleh karena itu, beberapa bahan baku perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam formulasi pakan. sebagian zat anti nutrisi ada yang mudah dihilangkan cukup dengan pemanasan, tetapi ada juga yang sulit dihilangkan dengan pemanasan. Dalam menyiapkan pakan, sasaran utama bukan hanya mencampur bahan-bahan baku tetapi melindungi bahan-bahan baku tersebut selama proses. Seringkali, sebelum bahanbahan tersebut digunakan, bahan tersebut harus diproses untuk menghilangkan zat-zat yang dapat menghambat pemanfaatan bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Proses tersebut bertujuan agar gizi pakan lebih efektif dimanfaatkan oleh ikan. Penyimpanan pakan juga harus diperhatikan seperti proses penyiapan dan pengolahan, karena mempengaruhi umur simpan dari pakan tersebut.

1.2 Manfaat Memberikan informasi tentang berbagai bahan baku pakan beserta kandungan

gizinya dengan pembuktian menggunakan uji analisis proksimat. Pada kelompok 7 menggunakan bahan pakan tepung jangkrik.

http://fpk.unair.ac.id

Page 7

1.3 Tujuan Untuk mengetahui tentang bahan baku pakan beserta kandungan gizinya dengan pembuktian menggunakan uji analisis proksimat. Pada kelompok 7 menggunakan bahan baku pakan tepung jangkri

http://fpk.unair.ac.id

Page 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEPUNG JANGKRIK

2.1 Klasifikasi Kingdom phyllum kelas genus spesies : : : : : Animalia Chordata insekta Grillus Grillus spp

hewan ini banyak di temui pada daerah persawahan dengan tempat hidupnya berada di tempat-tempat yang tersembunyi. Makanan dari jangkrik ini berupa tumbuhtumbuhan hijau.Pada sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jangkrik mengandung asam amino, omega 3 dan omega 6.Selain itu, jangkrik juga mengandung hormonehormon steroid serta protein kolagen. Sehingga, jangkrik ini dapat digunakan untuk bahan baku industry farmasi dan kosmetik. Selain itu, kandungan dari hormonehormon protein, enzim perencanaan dan enzim untuk katalis metabolisme serta berbagai vitamin yang ada yang hingga saat ini belum terungkap.

2.2 Kandungan Nutrisi Tepung Jangkrik Air , 6,84% Energy, 1,05 Kkal Protein, 60,90%
http://fpk.unair.ac.id Page 9

Lemak, 21,79% Karbohidrat, 0,19% Serat, 5%

Mineral Ca, 0,71% P, 0,03% Na, 0,31% K, 0,68% Mg, 0,05% Fe, 127,32ppm

Asam amino Glutamate, 620% Serin, 4,18% Glysin, 3,54% Treonin, 4,19% Alanin, 3,19% Tyrosin, 8,41% Valin, 5,36% Metionin, 0,79%
http://fpk.unair.ac.id Page 10

Sistein, 46,66% Leusin, 4,99% Lisin, 12,80%

Asam lemak Kaproat, 0,01% Kaprilat, 0,02% Laurat, 0,61% Miristat, 0,31% Miristoleat, 0,10% Palmitat, 9,20% Palmitoleat, 0,082% Margarine, 0,22% Stearat, 40,22% Oleat,9,84% Linoleat, 9,41% Linolenat, 13,23% EPA, 7,00% ARA, 3,33% DHA, 5,20% Lignoserat, 1,22%

http://fpk.unair.ac.id

Page 11

2.3 MANFAAT DAN KANDUNGAN TEPUNG JANGKRIK Jangkrik merupakan hewan serangga yang mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi dari pada serangga yang lain. Selain protein, jangkrik juga mengandung beberapa asam amino baik asam amino 3 dan asam amino 6. Selain itu, juga terdapat enzim dan mineral lainya yang kesemuanya itu digunakan sebagi bahan baku untuk berbagai bidang, misalnya dalam bahan baku pakan ikan, untuk farmasi dan untuk kosmetik. Protein yang terkandung di dalam jangkrik ini sebanyak 60% lebih, dengan komposisi asam amino cukup lengkap.Tetapi penggunaan jangkrik ini belum terbiasa hanya di gunakan sebagai pakan burung dan ikan.Selain protein, asam amino di dalam tubuh jangkrik juga sangat besar.Asam amino digunakan untuk menyusun protein asam amino esensial dan asam amino non esensial.Asam amino ini digunakan sebagai konsumsi untuk manusia juga. Selain protein yang mengandung asam amino juga terdapat protein kolagen.Protein kolagen ini dapat di pergunakan sebagai bahan untuk pembuatan kosmetik pada industry farmasi.Protein kolagen ini digunakan untuk penghambat pada penuaan pada kulit. Tetapi kadar protein kolagen dalam jangkrik ini sangat sedikit jumlahnya. Jangkrik ini juga mengandung EPA dan DHA yang digunakan sebagai asupan untuk otak.Asam amino ini sangat bagus sekali dalam perkembangan sel otak yang mana dapat di gunakan untuk peningkatan kecerdasan terutama bagi manusia. Hormone-hormon penting untuk fungsi reproduksi juga dapat di hasilkan dan juga hormone-hormon protein. Hormone-hormon tersebut bisa digunakan untuk manusia tanpa adanya efek samping, karena jangkrik ini mempunyai struktur kimia sama mirip dengan struktur kimia yang di produksi oleh mamalia seperti manusia.

http://fpk.unair.ac.id

Page 12

BAB III MATERI DAN METODE

3.1 Analisis Bahan Kering Bebas Air

Prinsip : Bahan kering adalah bahan yang tersisa/tertinggal setelah kandungan air yang terdapat pada sampel (bahan pakan) dihilangkan/diuapkan seluruhnya dengan pemanasan 105C. Alat yang digunakan : Cawan porselen (aluminium), cruss tang, timbangan analitik, oven, exicator yang berisi silica gel. Cara kerja : 1. Cawan porselen/aluminium yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105C selama 1 jam. 2. Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator. Tunggu sampai 10-15 menit, lalu ditimbang (= A gram). 3. Cawan diisi dengan sampel 5 gram (berat cawan + sampel = B gram). Masukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105C selama 1 malam. 4. Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator selama 10-15 menit. Setelah dingin lalu ditimbang (= C gram). 5. Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

C-A Kadar bahan kering bebas air = ------------- x 100 % B-A


http://fpk.unair.ac.id Page 13

Catatan : Selalu pergunakan cruss tang untuk memegang cawan porselen. Jangan dipegang langsung dengan tangan kecuali untuk mencucinya. Jangan sering membuka tutup exicator terutama bila di dalamnya terdapat cawan beserta sampel yang dianalisis. Hal ini untuk menghindari masuknya uap air sehingga hasil analisis menjadi tidak akurat lagi. Usahakan setiap exicator berisi tidak lebih dari 6 buah cawan.

3.2 Kadar Abu

Prinsip : Abu adalah bahan organic hasil sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan yang dibakar/dipanaskan pada suhu 500-600oC selama beberapa waktu. Alat yang digunakan : Cawan porselen Cruss tang Kawat segi tiga Timbangan analitik Oven Exicator Bunsen Tanur listrik

Cara Kerja

1. Cruss dicuci bersih, dibilas dan dikeringkan dalam oven 105oC selama 1 jam
http://fpk.unair.ac.id Page 14

2. Masukan ke dalam exicator selama 10-15 menit kemudian ditimbang ( = A gram ) 3. Cruss diisi dengan sampel seberat 5 gram. Berat cruss + sampel = B gram. Cruss kemudian dibakar dengan api Bunsen sampai tidak lagi berasap 4. Masukan kedalam tanur listrik dengan temperature 550 oC selama 5 jam. Matikan tanur listrik dan biarkan sampel berada didalamnya samapi dingin ( butuh waktu 10 jam ) 5. Keluarkan cruss dari tanur kemudian masukan kedalam exicator selama 10-15 menit, selanjutnya ditimbang (= C Gram ) 6. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus : Kadar Abu C-A ---------BA X 100 % :

Kadar abu berdasarkan bahan kering (BK) bebas air : % KADAR ABU ------------------- X 100% % BK bebas air

Catatan

Abu yang terbentuk dari pembakaran sampel tidak boleh dibuang (tetap disimpan dalam cruss yang tertutup). Abu ini nantinya bisa digunakan sebagai sampel dalam analisis mineral

http://fpk.unair.ac.id

Page 15

3.3 Analisis Protein Kasar Cara : Marcam Steel Prinsip :Asam Sulfat pekat dengan katalisator dapat mancegah ikatan N organik dalam bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2. Ammonium sulfat dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang kemudian disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beakerglas yang berisi H2SO4 0,1 N yang telah diberi indikator. Setelah selesai destilasi, larutan penampung dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna berubah.

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan faktor 6,25 (=100/16) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan faktor 16% (16/100). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandun nitrogen sebanyak 16%.

Bahan kimia yang digunakan : Tablet Kjeldhal, H2SO4 pekat, NaOH 40%, Asam Borat, indikator Metil-merah, Brom cresol green, H2SO4 0,01 N dan aquadest. Alat yang digunakan : Labu Kjeldhal 100cc, pemanas labu Kjeldhal, spatula, timbangan elektrik Sartorius, gelas ukur, labu ukur 250cc, erlenmeyer 100cc dan 1000cc, serta seperangkat alat Murcam Steel. Cara Kerja : 1. Timbang sampel seberat 0,5 gram di atas kertas yang telah diketahui beratnya, kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal. Tambahkan ke dalamnya tablet tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak bagian kemudian 10cc H2SO4 pekat. 2. Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam. Pemanasan baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan menjadi hijau/kuning jernih (butuh waktu 1,5 jam). Biarkan beberapa saat sampai labu menjadi dingin. 3. Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan dengan aquadest sehingga volumenya menjadi 250cc. Tuangkan larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 300cc dan kocoklah sampai homogen.

http://fpk.unair.ac.id

Page 16

4.

Siapkan erlenmeyer 100cc yang diisi dengan 10cc larutan Asam Borat dan 2 tetes indikator metil merah serta 3 tetes Brom cresol green untuk menampung hasil penguapan.

5.

Siapkan alat Marcam Steel. Labu destilasi 2000cc diisi dengan air 1000cc dan diisi dengan beberapa butir batu didih. Taruh erlenmeyer 100cc yang sudah disiapkan tadi pada rangkaian alat Marcam Steel.

6.

Ambil sebanyak 10cc larutan (no.3) dan masukkan ke dalam corong alat Marcam Steel. Tambahkan NaOH 40% sebanyak 5cc.

7.

Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam Steel ke dalam erlenmeyer. Pemanasan dilakukan selama 5 menit terhitung setelah air mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah mencapai 50cc.

8.

Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 0,01 N sampai warna biru muda berubah menjadi hijau jernih. Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sbb :

9.

Protein Kasar =

x 100%

Protein Kasar Berdasar BK =

x 100%

Keterangan : N : Normalitas H2SO4 P : Pengenceran = 0,01 N = 250/10 = 25

Proses Destruksi (Oksidasi)

Perubahan N-protein menjadi ammonium sufat. Sample dipanaskan dengan asam sulfat pekat (H2SO4) dan katalisator dapat memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2.

http://fpk.unair.ac.id

Page 17

Amoniak dalam asam sulfat terdapat dalama bentuk ammonium sulfat.CO2 dan H2O terus menguap.SO2 yang terbentuk adalah hasil reduksi dari asam sulfat, SO2 pun menguap.

N-organik + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2

Destruksi dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih.

Proses Distilasi (Penyulingan)

Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau, labu destruksi didinginkan kemudian dilakukan pengenceran dengan penambahan aquades.Pengenceran dilakukan untuk mengurangi kehebatan reaksi jika larutan ditambha alkali.Larutan daijadikan basa dengan menambahkan NaOH 40%, labu dipasang pada alat penyulingan.Hasil sulingan (uap NH3 dan air) ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam labu elenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)2SO4. Senyawa ini dalam suasana basa akan melepaskan NH3. NH3 yang dilepaskan diikat kembali oleh H2SO4 membentuk ammonium sulfat.Penyulingan dihentikan jika semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu elenmeyer (2/3 bagian cairan dalam labu penyulingan telah menguap).

2NH3 + 2H2SO4 (NH4)2SO4 + H2SO4

Proses Titrasi

Kelebihan H2SO4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan Natrium Hidroksida.Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari ungu ke biru kehijauan. 3.4 ANALISIS LEMAK KASAR CARA I
http://fpk.unair.ac.id Page 18

Prinsip : Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak ( ether, petroleum ether, petroleum benzene, karbon tetra khlorida dsb ). Lemak mengandung C,H dan O. Dalam perbandingan lemak lebih banyak mengandung C dan H daripada O. Lemak memberikan 2,25 kali energy lebih banyak dibanding dengan karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung unsur H lebih banyak daripada unsur O. Bahan kimia yang digunakan : karbon tetra khlorida atau petroleum ether. Alat yang digunakan Labu penyari, labu Soxhlet, pendinggin Refflux, timbangan analitik, oven, exicator, cruss tang, spatula, pembakar Bunsen, statif, gelas ukur, kertas saring, benang, gunting dan kompresor.

Cara 1 1. Timbang sampel sebanyak 1,5 gram (=A gram ) dan bungkus dengan kertas saring bebas lemak. Ikat kuat-kuat dengan benang. 2. Keringkan dalam oven 1050 C selama 3-4 jam. Masukan dalam exicator 10-15 menit kemudian ditimbang (= B gram). 3. Masukan dalam labu soxhlet. Tiap labu bias diisi 4-5 buah sampel. Rangkailah alat ekstrasi Soxhlet dengan lengkap dan taruh di atas penangas air. 4. Tuangkan Karbon tetra khlorida melalui lubang pendingin sampai labu Soxhlet penuh dan cairan tersebut turun ke dalam labu penyaring. Tambahakan lagi sampai labu soxhlet terisi setengahnya. 5. Lakukan ekstraksi selama 4-6 jam atau sampai warna Karbon tetra khlorida kembaliu jernih seperti semula. Matikan penangas air.
http://fpk.unair.ac.id Page 19

6. Tuangkan sisa cairan pelarut yang ada dalam labu soxhlet. Ambil bungkusan sampel menggunakan cruss tang dan masukkan ke dalam oven 105 0 C selama 3-4 jam. 7. Masukan ke dalam exicator selama 10-15 menit kemudian ditimbang (= C gram). 8. Kadar lemak kasar dapat di hitung dengan rumus sbb.

Kadar Lemak Kasar =

B C 100% A

Kadar Lemak kasar Berdasarkan BK =

% LemakKasar 100% % BKBebasAir

ANALISIS LEMAK KASAR CARA II Prinsip, bahan kimia serta alat yang digunakan : sama dengan cara pertama, namun sampel yang digunakan dalam analisis ini adalah sampel yang mempunyai kadar lemak yang tinggi sehingga dikhawatirkan dengan cara I masih banyak lemak yang tidak terlarutkan. Cara Kerja : 1. Labu penyari dicuci bersih, bila ada sisa lemak di dalamnya dapat dibersihkan dengan menggunakan sedikit H2SO4 25% atau HCL 10%. Keringkan dalam oven 105o C selama 1 jam. 2. Masukan labu penyari ke dalam exicator selama 10 15 menit kemudian ditimbang (=A gram). 3. Kertas saring digunting berbentuk bulat dengan garis tengah 5 cm lalu dilipat sebanyak 4 kali sehingga bisa berbentuk kantong kerucut. 4. Timbang sampel 1,5 gram (=B gram) dan masukkan dalam kantong kerucut tadi.

http://fpk.unair.ac.id

Page 20

5. Tutup bagian atas kantong kerucut dengan menggunakan kapas kemudian masukkan kedalam labu Soxhlet. 6. Rangkailah alat ekstraksi Soxhlet kemudian letakkan diatas penangas air. 7. Masukkan Karbon Tetraklorida sebanyak 150 cc ke dalam labu Soxhlet. Alirkan air melalui pendingin Refflux serta panaskan penangas air. Biarkan proses ekstraksi berjalan selama 6 jam. 8. Lepaskan labu penyari dari rangkaian kemudian tiup sisa Karbon Tetraklorida dengan menggunakan kompresor. Masukkan labu penyari ke dalam oven 105oC selama 1 jam dan dinginkan dalam exicator 10 15 menit kemudian ditimbang. Lakukan pengeringan dan pendinginan berulang ulang sampai dicapai berat yang konstan (=C gram). 9. Hitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut :

Kadar lemak = C A x 100% B Kadar lemak berdasar BK = %Kadar lemak x 100% %BK bebas air 3.5 Analisis Serat Kasar Prinsip : Serat kasar adalah semua senyawa organic yang tidak larut dalam perebusan berturut turut dengan menggunakan larutan asam lemah dan basa lemah. Tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan.Penambahan NaOH untuk menguraikan /penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa pakan yang tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan.

Bahan kimia yang digunakan :


http://fpk.unair.ac.id Page 21

1. H2SO4 0,3 N 2. NaOH 1,5 N 3. HCL 0,3 N 4. Aceton , dan 5. H2O panas Alat yang digunakan : Erlenmeyer 300 cc, Erlenmeyer penghisap, corong Buchner, spatula, cawan porselen, gelas ukur, corong, timbangan analitik, oven, penangas air dan kompresor. Cara kerja : 1. Timbang 1 gram sampel ( = A gram ) dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 cc. tambahkan 50 cc H2SO4 0,3 N dan didihkankan di atas penangas air selama 30 menit. 2. Tambahkan 25 cc NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit. 3. Alasi corong Buchner dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya ( = B gram ). Saring larutan dalam Erlenmeyer dengan menggunakan corong Buchner, bilas Erlenmeyer dengan 50 cc air panas dan saring kembali. 4. Masukkan 50 cc NaOH 0,3 N ke dalam corong Buchner dan biarkan selama 1 menit kemudian hisap dengan compressor melalui lubang yang ada pada Erlenmeyer hisap. 5. Bilas residu dalam corong Buchner dengan air panas beberapa kali ( 5 kali ), kemudian tuangkan 5 cc aceton ke dalamnya. Biarkan selama 1 menit lalu hisap dengan compressor. 6. Panaskan cawan porselen selama 1 jam dalam oven 105C, dinginkan dalam exicator 10-15 menit kemudian ditimbang ( = C gram ). Angkat kertas saring yang berisi residu dan letakkan dalam cawan porselen tersebut kemudian dikeringkan dalam oven 105C selama 1,5 jam dan dinginkan dalm exicator selama 30 menit lalu ditimbang ( = D gram ).
http://fpk.unair.ac.id Page 22

7. Masukkan cawan tersebut dalm tanur listrik 550C selama 2 jam. Matikan tanur listrik dan tunggu samai suhu menunjukkan angka 0F, barulah cawan

dikeluarkan dari tanur kemudian masukan dalam exicator selama 15 menit dan ditimbang ( = E gram ). 8. Hitung kadar serat kasar dengan menggunkan rumus :

Kadar serat kasar

Kadar serat kasar berdasarkan BK

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM

TABEL PERBANDINGAN ANTARA HASIL LITERATUR DAN DATA PRAKTIKUM ANALISIS PROKSIMAT DARI BAHAN PAKAN TEPUNG JANGKRIK

BK Bebas Air (%)

Protein Abu (%) Kasar (%) 6,811 9,297

Lemak Kasar (%) 33,444

Serat Kasar (%) 35,986 5,118 BETN(%)

DATA

90,656

http://fpk.unair.ac.id

Page 23

PRAKTIKUM HASIL LITERATUR

93,18

3,24

60,90

21,79

0,12

Keterangan :Semua data yang dicantumkan berdasarkan BK bebas air. Dari data praktikum, dapat disimpulkan bahwa : Bahan organik : 91,836%

Bahan anorganik : 6,811%

Nama bahan pakan ternak : Tepung jangkrik

4.1

Bahan Kering Bebas Air 1. Berat cawan porselen 2. Berat cawan + Sampel 3. Berat sampel

: = = = = = 8,817 gram ( A ) 9,823 gram ( B ) 1,006 gram 9,729 gram ( C ) 90,656 %

4. Berat cawan + sampel ( setelah pengeringan ) 5. Kadar bahan kering bebas air

CA

Bahan Kering Bebas Air

-------- x 100 % B-A


http://fpk.unair.ac.id Page 24

(Berat cawan + sampel setelah pengeringan) (berat cawan) -------------------------------------------------------------------------------------- x 100 % ( berat cawan + sampel ) ( berat cawan )

9,729 8,817 ------------------- x 100 % 9,823 8,817 PEMBAHASAN : =

0,912 -------- x 100 % 1,006 = 90,65%

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data yang terdapat pada literatur. Persentase nilai BK dari hasil praktikum adalah 90,656%, sedangkan dari literatur adalah 93,18%. Perbedaan nilai BK ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis seperti proses pemanasan dimana suhunya tidak kontinu sehingga suhu yang di dapat jauh dari yang di harapkan sehingga sampel tidak kering betul yang mengakibatkan kelembapan pada tepung tidak sepenuhnya kering. Dan penyebab

lainnya adalah penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti, yaitu sampel yang diminta pada buku praktikum adalah kira-kira 0,5g tetapi yang di timabang sebanyak 1g.

4.2

Kadar Abu

: = = = = = = 22,525 gram (A) 23,61 gram (B) 1,085 gram 22,592 gram (C) 6,175 % 6,811 %
Page 25

1. Berat cruss porselen 2. Berat cruss + sampel 3. Berat sampel 4. Berat cruss + sampel (setelah pengabuan) 5. Kadar abu 6. Kadar abu berdasar BK bebas air
http://fpk.unair.ac.id

Hasil hitungan Kadar Abu CA -------- x 100 % BA

( Berat cruss + sampel setelah pengabuan ) berat cruss -------------------------------------------------------------------- x 100 % ( berat cruss + sampel ) berat cruss

22,592 22,525 -------------------- x 100 % 23,61 22,525

0,067 -------- x 100 % 1,085 = 6,175 %

Kadar abu berdasarkan BK bebas air % kadar abu

------------------------- --- x 100 % % BK bebas iar

http://fpk.unair.ac.id

Page 26

6,175 % ----------- x 100 % 90,656% = 6,811 %

PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data yang terdapat pada literatur. Persentase kadar abu dari hasil praktikum adalah 6,175%, dan kadar abu berdasar BK bebas air adalah 6,811 %. Sedangkan pada literatur adalah 3,24%. Perbedaan nilai kadar abu ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis seperti proses pembakaran yang kurang sempurna, karena pada buku petunjuk praktikum disebutkan bahwa waktu pembakaran di tanur listrik yaitu selama 5 jam. Sedangkan pada saat praktikum, pembakaran dilakukan kurang dari 5 jam. Selain itu, kemungkinan penyebab lain dalam hal ini adalah penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti.

4.3

Kadar Protein Kasar 1. Berat sampel 2. Volume titrasi sampel 3. Normalitas NaOH 4. Kadar Nitrogen 5. Kadar Protein Kasar 6. Kadar protein kasar berdasar BK bebas air = = = = = = 0,519 gram 2 0,01 cc N

1,345 % 8,249 % 9,297 %

Hasil Hitungan Kadar nitrogen Hasil titrasi x N x 0,014 x P


http://fpk.unair.ac.id Page 27

------------------------------------ x 100 % Sampel

2 x 0,01 x 0,014 x 25 ---------------------------------- x 100 % 0,519 = 1,34%

Kadar Protein Kasar

Hasil titrasi x N x 0,014 x 6,25 x 25 --------------------------------------------- x 100 % Berat sampel

2 x 0,01 x 0,014 x 6,25 x 25 -------------------------------------- x 100 % 0,519 = 8,429%

Kadar Protein Kasar Bebas Air % Protein Kasar 8,429 % -------------- x 100 % = 9,297 % 90,656 %

---------------------------- x 100 % = % BK bebas air

http://fpk.unair.ac.id

Page 28

PEMBAHASAN : Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data yang terdapat pada literatur. Persentase kadar protein kasar dari hasil praktikum adalah 8,429% dan kadar protein kasar berdasarkan BK bebas air adalah 9,297%. Sedangkan pada literatur adalah 60,90%. Perbedaan kadar protein kasar ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis pada saat praktikum dilaksanakan seperti penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti. Juga dapat disebabkan karena waktu pemanasan labu kjeldahl yang tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Pada saat praktikum dilaksanakan, banyak waktu-waktu pelaksanaan seperti pengeringan, dll. tidak dilakukan sesuai prosedur yang ada karena keterbatasan waktu juga.

4.4

Kadar Lemak 1. Berat sampel 2. Berat cawan porselen 3. Berat labu penyari + lemak ( 1 ) 4. Berat labu penyari + lemak ( 2 ) 5. Kadar lemak = = = = = 1,504 gram ( A ) 2,836 gram 2,541 gram ( B ) 2,085 gram ( C ) 30,319 % 33,444 %

6. Kadar lemak berdasar BK bebas air = Rumus : CA --------- x 100 % B

Kadar lemak = kertas saring bebas lemak(Berat kertas saring+sampel)

http://fpk.unair.ac.id

Page 29

------------------------------------------------------------------------- x100% Berat Sampel 2,541 2,085 = ----------------- x 100 % 1,504

30,319 %

Kadar lemak berdasarkan BK bebas air =

% Lemak kasar --------------------- x 100 % % Bahan Kering

30,319 % = ------------- x 100 % 90,656 % = 33,444 %

PEMBAHASAN : Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data yang terdapat pada literatur. Persentase kadar lemak dari hasil praktikum adalah 30,319% dan
http://fpk.unair.ac.id Page 30

kadar lemak berdasarkan BK bebas air adalah 33,444%. Sedangkan pada literatur adalah 21,79%. Perbedaan kadar lemak ini kemungkinan disebabkan karena pelaksanaan praktikum yang tidak sesuai dengan prosedur, seperti dipersingkatnya waktu pengeringan dalam oven. Seharusnya sampel dikeringkan dalam oven sekitar 3-4 jam, tapi pada saat praktikum dilaksanakan, waktu pengovenan dipersingkat sehingga pengovenan hanya berlangsung kurang dari 3 jam. Kemungkinan juga disebabkan karena waktu ekstraksi yang juga tidak sesuai prosedur seharusnya. Kebanyakan waktu praktikum dipersingkat karena keterbatasan waktu praktikum juga.selain itu juga dapat di mungkinkan dari perbedaan jenis jangkrik yang ditepungkan.

4.5 Kadar Serat Kasar ( berat cawan + reseidu kering ) ( berat cawan + abu ) ( berat kertas saring ) ------------------------------------------------------------------------------------------x100% Berat Sampel

25,139 23,919 1,036 ------------------------------- x 100 % 0,564 = 32,624 %

Kadar serat kasar berdasarkan BK bebas air

% Serat Kasar

32,624%

http://fpk.unair.ac.id

Page 31

------------------- x 100 % % BK

------- x 100% = 90,656 %

35,986 %

PEMBAHASAN : Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data yang terdapat pada literatur. Persentase kadar serat kasar dari hasil praktikum adalah 32,624% dan kadar serat kasar berdasar BK bebas air adalah 35,986%. Sedangkan pada literatur adalah 5%. Perbedaan kadar serat kasar ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis sperti waktu pengovenan yang tidak sesuai prosedur. Juga dapat disebabkan karena waktu pembakaran yang tidak sesuai prosedur sehingga data yang diperoleh tidak akurat.

BETN = BK ( PK + LK + SK + ABU ) = 90,656 ( 9,297 + 33,444 + 35,986 + 6,811 ) = 5,118%

http://fpk.unair.ac.id

Page 32

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pustaka didapatkan data bahwa BK kering 93,18% didapat abu 3,24%, PK 60,90%, LK 21,70%, SK 5%, dan BETN 0,12%. Dari semua data tersebut sangat berbeda nyata dengan hasil analisa proksimat yang telah dilakukan. PK pada perhitungan praktikum diperoleh nilai 9,297% hal ini menunjukkan bahwa fungsi dari tepung jangkrik adalah sebagai sumber protein, karena terdapat beberapa prosdur kerja pada laboratorium sangat terbatas sehingga perbedaan antara hasil dengan pustaka sangat berbeda jauh. Selain prosedur juga dapat diakibatkan dari jenis atau spesiae dari jangkrik tersebut sehingga PK pada pustaka dengan hasil laboratorium berbeda jauh. Pada pustaka persentase LK adalah 21,79% sedangkan pada hasil analisa diperoleh 33,444%. Hal ini menunjukkan bahwa pada analisa sampel telah diekstraksi (lemaknya dibebaskan dahulu) sehingga lemak lebih dari 10%. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai dari SK baik pada pustaka maupun pada hasil analisa proksimat. Dari semua data yang didapat, perbedaan mungkin karena bahan yang digunakan untuk ekstraksi antara bahan pada praktikum dan bahan pada pustaka berbeda sehingga menyebabkan data yang didapat antara pustaka dengan hasil laboratorium berbeda.Selain itu, prosedur kerja analisis dan peralatan yang digunakan serta waktu yang diperlukan selama proses juga dapat mengakibatkan hasil dari pustaka dengan laboratorium berbeda.

5.2 Saran

Pemanasan yang baik sebaiknya dilaksanakan pada suhu 105C 107oC hal ini dikarenakan untuk mendapatkan kering yang sempurna membutuhkan suhu yang konstan dan pemasukan atau pengambilan sampel dengan tepat waktu, sehingga pengeringan secara sempurna dapat dilakukan dan dapat mengasilkan hasil yang lebih akurat.
http://fpk.unair.ac.id Page 33

http://fpk.unair.ac.id

Page 34

DAFTAR PUSTAKA

WWW.Astrik.org// / potensi dan kualitas kandungan jangkrik kalung. www.google.com feed consumption and utilization in female western tarsier in capacity www.google.comFEED OPTIMIZE WITH PROTEIN AND ENERGY PROTEIN LEVEL FOR BROOD STOCK GROWTHof Mystus nigriceps

http://fpk.unair.ac.id

Page 35

Anda mungkin juga menyukai