Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

( Studi Deskriptif di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis )

Oleh : SODIRIN NIM. 82321112113 Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH CIAMIS 2013

PENGARUH KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU
( Studi Deskriptif di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis ) Oleh : SODIRIN NIM. 82321112113 Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN
Artikel ini disetujui untuk dimuat dalam e-jurnal Oleh : Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

RUNALAN, Drs., M.Si. NIP. 131687155

Ciamis,

PENGARUH KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU
(Studi Deskriptif di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis). ABSTRAK Kegiatan kelompok kerja guru walaupun pelaksanaannya cukup efektif masih terdapat kendala yang harus mendapat pembinaan secara terus menerus hal ini dikarenakan masih banyak KKG yang belum menunjukkan peningkatan kinerja yang berarti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa besar pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Gurudi SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive analytic dan verivicatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Sample dalam penelitian ini berjumlah 74 orang. Untuk memilih guru yang dijadikan sampel (responden) dari masing-masing sekolah digunakan teknik sistematik sampling. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh kegiatan kelompok kerja guru terhadap kinerja mengajar guru sebesar 35.3 %, hal ini dibuktikan oleh besarnya pengaruh antara variabel (X1) terhadap (Y) yang dihitung dengan koefesien korelasi adalah 0.594 atau (rX1Y= 0.353). Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel (X1) terhadap (Y) diperoleh hasil sebesar 35.3 %,.2) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru sebesar 10,5 %. hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh antara variabel (X2) terhadap (Y) yang dihitung dengan koefesien korelasi adalah 0.325 atau (rX2Y= 0.105). Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel (X2) terhadap (Y) diperoleh hasil sebesar 10,5 %.3) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dengan demikian maka kedua variabel tersebut merupakan indikator yang mempengaruhi peningkatan kinerja mengajar guru hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik diperoleh bahwa Fhitung 29,501 > Ftabel 1.701, maka signifikan dengan kata lain hipotesis yang penulis ajukan yaitu terdapat pengaruh kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah secara simultan terhadap kinerja mengajar guru di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis, dapat diterima karena telah teruji kebenarannya. Kata kunci : KKG, Supervisi Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru

Latar Belakang Penelitian Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya pengembangan profesional guru, merupakan usaha mempersiapkan guru agar memiliki berbagai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan memberikan rasa percaya diri untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai petugas profesional.Pengembangan atau peningkatan kemampuan profesional harus bertolak pada kebutuhan atau permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru, agar bermakna. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 ayat (b) mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pernyataan undang-undang di atas pada intinya mempersyaratkan guru untuk memiliki: (i) kualifikasi akademik minimum S1 atau D-IV;(ii) kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) sertifikat pendidik. Undang-undang ini diharapkan memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya secara berkelanjutan melalui pelatihan, penelitian, penulisan karya ilmiah, dan kegiatan profesional lainnya. Kegiatan tersebut sangat dimungkinkan dilaksanakan di Kelompok Kerja Guru (KKG), mengingat wadah ini dijadikan sebagai tempat melakukan pertemuan bagi guru-guru sekolah dasar yang ada di suatu gugus persekolahan. Berkaitan dengan peran forum pertemuan guru di KKG yang sangat strategis untuk peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru, maka pemberdayaan KKG merupakan hal mendesak yang harus segera dilakukan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen KKG. Dengan lebih terstrukturnya kegiatan guru yang dilakukan di KKG diharapkan dapat diperhitungkan ekuivalensinya dengan satuan kredit semester (sks) bagi guru yang akan melanjutkan ke jenjang S1 atau pemberian angka kredit bagi guru untuk mengajukan kenaikan kepangkatan. Berdasarkan hal tersebut, penyelenggaraan KKG perlu direvitalisasi agar pelaksanaan kegiatan lebih terstruktur. Berkenaan dengan hal tersebut Ditjen PMPTK melalui Direktorat Profesi Pendidik mengembangkan panduan penyelenggaraan KKG yakni sebagai berikut: 1. Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP, 2. Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan KKG dan MGMP, dan 3. Prosedur Operasional Standar Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di KKG. Baedhowi (2009:7) mengungkapkan tujuan dilakukannya revitalisasi kegiatan di KKG adalahsebagai berikut:

1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, seperti penyusunan dan pengembangan silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), menyusun bahan ajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), membahas materi esensial yang sulit dipahami, strategi/metode/ pendekatan/media pembelajaran, sumber belajar, kriteria ketuntasan minimal, pembelajaran remedial, soal tes untuk berbagai kebutuhan, menganalisis hasil belajar, menyusun program dan pengayaan, dan membahas berbagai permasalahan serta mencari alternatif solusinya; 2. Memberi kesempatan kepada guru untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif bagi guru; 4. Memberdayakan dan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas guru di sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran sesuai dengan standar; 5. Mengubah budaya kerja dan mengembangkan profesionalisme guru dalam upaya menjamin mutu pendidikan; 6. Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik dalam rangka mewujudkan pelayanan pendidikan yang berkualitas; 7. Mengembangkan kegiatan mentoring dari guru senior kepada guru junior; dan 8. Meningkatkan kesadaran guru terhadap permasalahan pembelajaran di kelas yang selama ini tidak disadari dan tidak terdokumentasi dengan baik. Delapan tujuan revitalisasi kegiatan KKG di atas sebagai acuan dan panduan dijadikan pegangan bagi KKG agar aktivitas yang dilaksanakan dapat lebih terarah dan dapat dijadikan wahana bagi pengembangan profesionalisme guru yang mandiri, dan berkelanjutan. Secara teoritis dan fungsi Kelompok Kerja Guru merupakan wadah dalam pembinaan profesional guru yang dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi, bertukar fikiran dan berbagi pengalaman, melaksanakan berbagai demonstrasi, atraksi dan simulasi dalam pembelajaran. Di dalam wadah ini para guru dapat membahas permasalahan dari mereka dan untuk mereka. Kelompok Kerja Guru sebagai suatu forum atau wadah profesional guru (kelas/mata pelajaran) yang berada pada suatu wilayah gugus sekolah yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru dari semua sekolah. KKG adalah suatu organisasi non struktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain. Fatah (1996:28) mengemukakan bahwa : Kelompok kerja guru sebagai wadah meningkatkan kreatifitas guru, membantu guru mengembangkan topik, memperoleh sumbangan gagasan dari guru lain, sumber informasi, wadah komunikasi, bengkel kerja yang berguna, merupakan laboratorium tempat

percobaan guru, tempat pembinaan kekeluargaan, dan merupakan pusat perpustakaan bagi guru. Kemudian Satori (2006:2) menyatakan bahwa KKG adalah: Wadah kerjasama yang dapat mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai satu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari dibidang supervisi dalam upaya memperbaiki pengajaran. Kamil, (2007: 112) menyatakan Learning in group is generally the most effective means for bringing about change in attitude and behavior. Teori tersebut memberikan arahan bahwa dengan berkelompok kreativitas dan aktivitas anggota akan semakin berproduktif, karena dengan berkelompok berarti tingkat interaksi guru sebagai anggota kelompok juga ikut meningkat karena terjadi saling belajar. Namun secara empiris, kegiatan kelompok kerja guru walaupun pelaksanaannya cukup efektif masih terdapat kendala yang harus mendapat pembinaan secara terus menerus. Baedhowi (2009:2) menyatakan masih banyak KKG yang belum menunjukkan peningkatan kinerja yang berarti. Di beberapa daerah peningkatan kinerja KKG cukup menggembirakan, namun di sebagian besar daerah lainnya masih memprihatinkan. Kegiatan KKG yang dirasakan masih belum efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diantaranya sebagai berikut: 1. Masih kurangnya rasa tanggung jawab dan mengelola dari pembina teknis, para pengelola dan anggota KKG/gugus, sehingga kurang penduli dalam melakukan terobosan terhadap pemberdayaan kegiatan kelompok, 2. Penyusunan program KKG kurang jelas dan kurang terprogram, 3. Penerimaan dan penggunaan dana stimulan kurang transparan, 4. Tingkat kebersamaan diantara guru dirasakan kurang, 5. Waktu pelaksanaan kegiatan relatif terbatas/sempit, 6. Pembentukan pengurus KKG kurang memperhatikan azas demokrasi, 7. Penyusunan program tidak berdasarkan analisis kebutuhan anggota sehingga kegiatan kurang relevan dan menimbulkan kejenuhan, 8. Pelaksanaan kegiatan masih bersifat menjalankan proyek/program pemerintah dan komando dari pembina teknis, intensitas daninisiatif belum dirasakan. 9. Latar belakang pendidikan guru menjadi kendala tarhadap tercapainya sasaran program, sehingga anggota dan pengurus belum maksimal dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan tersebut sangat dirasakan bukan hanya oleh anggota (guru) itu sendiri, akan tetapi oleh para pembina teknis dan pihak-pihak terkait lainnya. Secara teoritis upaya perubahan prilaku guru melalui kegiatan kelompok kerja guru merupakan pendekatan yang paling efektif dan terarah dalam mengembangkan diri yang sekaligus berdampak bagi kinerja mengajar guru.

Melihat pentingnya profesionalisasi bagi pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu guru, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru antara lain melalui pelatihan, penulisan karya tulis ilmiah, pembentukan Kelompok Kerja Guru (KKG). Namun berbagai upaya tersebut sepertinya masih kurang memberikan kontribusi pada pengembangan kualitas guru. Berdasarkan tuntutan kebijakan yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mengamanatkan Guru untuk : (i) memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4. (ii) memiliki kompetensi sebagai agen pembelajar yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. (iii) memiliki sertifikat pendidik. Dalam rangka mengimplementasikan Undang-Undang tersebut di atas pemerintah mengupayakan kembali kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas dan kinerja guru. Pengembangan wadah-wadah kegiatan guru pada dasarnya bertujuan menanggapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa menuntut penyesuaian dan pengembangan profesional guru, untuk mendukung kualitas dan kinerja guru serta peningkatan penguasaan materi pembelajaran dan keterampilan mengajar di kelas. Melalui wadah ini para guru berkomunikasi, berkonsultasi, dan saling berbagi informasi serta pengalaman. Sementara pada pelaksanaannya tersebut masih banyak menghadapi permasalahan, Oleh sebab itu dilatarbelakangi dari adanya kelompok kerja atau forum yang dirasa keberadaannya belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi guru, maka program memanfaatkan keberadaan KKG dalam pelaksanaannya. Berbagai kendala yang dihadapi oleh guru dalam usaha menciptakan kelompok kerja yang aktif dan efektif yaitu : 1. Manajemen kelompok kerja masih perlu ditingkatkan kualitasnya dalam upaya optimalisasi intensifikasi pembinaan kegiatan kelompok kerja. 2. Program-program kegiatan kelompok kerja masih kurang sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesionalitas guru. 3. Dana pendukung operasional belum memadai dan kurang dimanfaatkan secara tepat. 4. Bervariasinya perhatian dan kontribusi pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan terhadap program dan kegiatan kelompok kerja. Kemampuan kinerja mengajar guru sangat diperlukan, karena guru adalah orang yang terdepan dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Selain peranan KKG sebagai wadah pembinaan profesional guru yang Dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru, terdapat aspek lain yang mendukung pemberdayaan profesional guru dalam terwujudnya kinerja mengajar guru, yaitu peranan kepala sekolah sebagai pembina teknis. Kepala sekolah sebagai Pimpinan dalam satuan pendidikan memegang peranan yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam lingkup satuan jenjang persekolahan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai manajer pendidikan, kepala

sekolah memiliki tanggungjawab ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi yang berhubungan dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik, yang berupa aspek akademis bukan masalah fisik material semata dan melaksanakan supervisi atau pengawasan dalam kelembagaan pendidikan yang diidentikkan dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan pada berbagai peristiwa dan kegiatan. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh kepala sekolah satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu pengamatan secara intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan kelembagaan pendidikan dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Satori (2006:3) bahwa supervisi dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Lebih lanjut, Satori menjelaskan bahwa fungsi supervisi pendidikan adalah meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara-cara mengajar yang lebih baik pula. Mengacu pada pemikiran diatas, maka supervisi kepala sekolah berupa pengawasan profesional tentu diarahkan pada upaya untuk meningkatkan proses dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan menetralisir kesenjangan, mengidentifikasi serta menemukan peluang-peluang yang dapat diciptakan guna meningkatkan mutu pendidikan dalam satuan pendidikan secara menyeluruh. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive analytic dan verivicatif. Penelitian descriptive adalah suatu metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada objek yang diteliti, untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga pada akhimya dihasilkan suatu kesimpulan. Sedangkan penelitian verivicatif adalah suatu metode yang dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan dari statistik. Mengingat sifat penelitian ini adalah descriptive dan verificatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode descriptive dan explanatory. Tipe penyelidikan yang dilakukan adalah causalities karena menerangkan suatu pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Adapun time horizon adalah cross sectional, karena penelitian ini dilakukan pada waktu tertentu. Unit analyses dari penelitian ini adalah guru di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis, tahun 2012. Pembahasan Setelah peneliti melakukan penelitian ada beberapa hasil penemuan diantaranya : 1. Pengaruh kegiatan kelompok kerja guru terhadap kinerja mengajar guru Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung terlaksananya proses belajar mengajar yang baik dan kondusif adalah dengan cara menyediakan guru

yang berkualitas dan profesional. Sebagai tenaga yang profesional, guru diharapkan tidak hanya memiliki kualifikasi akademik, namun harus juga memiliki kompetensi dan sertifikasi yang memenuhi persyaratan. Undangundang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 mengamanatkan, bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip, antara lain memiliki kualifikasi akademik, latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya dan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan bidang tugas tersebut. Pada pasal 9 dinyatakan bahwa kualifikasi sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi jenjang S1 atau D4. Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan usahausaha untuk mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan (sekolah-sekolah). Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah tumbuhnya kemampuan setiap kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuannya, wawasan berfikirnya, sikap terhadap pekerjaannya dan keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan. Suatu program pembinaan tenaga kependidikan biasanya diselenggarakan atas asumsi adanya berbagai kekurangan dilihat dari tuntutan organisasi, atau karena adanya kehendak dan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang di kalangan tenaga kependidikan itu sendiri. Menurut Syaefuddin dan Permana (2005:67) terdapat beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga kependidikan ini, yaitu : a. Pembinaan tenaga kependidikan patut dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelenggara pendidikan. b. Pembinaan tenaga kependidikan berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing. c. Pembinaan tenaga kependidikan dilaksanakan untuk mendorong meningkatkan kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan atau sistem sekolah, dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan, kesejahteraan dan insentif sebagai imbalannya guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomi maupun kebutuhan sosial-psikologis. d. Pembinaan tenaga kependidikan dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan / posisi, baik karena kebutuhan-kebutuhan praktis yang bersifat mendesak maupun karena kebutuhan-kebutuhan yang berorientasikan terhadap lowongan jabatan/ posisi dimasa yang akan datang. e. Pembinaan tenaga kependidikan sebenarnya dirancang untuk memenuhi tuntutan partumbuhan dalam jabatan, pengembangan

profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan. f. Khusus menyangkut dan jenjang karir tenaga kependidikan disesuaikan dengan kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri. Meskipun demikian, dapat saja perjalanan karir seseorang menempuh penugasan yang silih berganti antara struktural dan fungsional hingga ke puncak karirnya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa cara yang lebih populer dalam membina dan mengembangkan tenaga kependidikan dilakukan melalui penataran (inservice training) dan ditujukan kepada guruguru, baik dalam rangka penyegaran (refreshing) maupun dalam rangka peningkatan kemampuan mereka (up-grading). Sebenarnya pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan ini dilakukan pula untuk tenaga-tenaga kependidikan lainnya (bukan hanya guru-guru) melalui berbagai cara. Cara-cara ini bisa dilakukan sendiri-sendiri (self propelling growth) atau bersama-sama (collaborative effort), misalnya mengi- kuti kegiatan atau kesempatan ; preservice training, on the job training, seminar, workshop, diskusi panel, rapatrapat, simposium, konprensi dan sebagainya. Diketahui bahwa kecakapan guru sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan perkembangan dan pembaharuan pendidikan, seperti yang di kemukakan oleh Supriadi (2005:78) yaitu: Pengembangan KKG di latar belakangi oleh pertama; kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa unjuk kerja guru dalam melaksanakan KBM sangat bervariasi dan kualifikasi pendidikannya pun beraneka ragam, untuk mengatasi keadaan ini wadah-wadah kelompok kerja guru seperti KKG /PKG yang telah dirintis sejak tahun 1979/1980, perlu diberdayakan kembali untuk merespon perkembangan IPTEK yang senantiasa menunrut penyesuaian dan pengembangan profesional guru. Kedua; Kepmenpan No. 26/1989 mengenai Kenaikan Pangkat dan angka kredit bagi jabatan fungsional guru menuntut guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan mencapai prestasi yang setinggitingginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah serta ikut mengabdikan dirinya dalam masyarakat. KKG merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada di sekolah dasar Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka KKG merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain. Kelompok kerja guru (KKG ) di sekolah dasar adalah wadah kegiatan guru mata pelajaran pada jenjang di sekolah dasar untuk memecahkan segala permasalahan dan hambatan yang terjadi di lapangan serta menyempurnakan

proses pembelajaran diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut: (a) Perbedaan penguasaan materi pelajaran, (b) Hal-hal yang menunjang dan berhubungan dengan proses belajar mengajar. Kegiatan KKG ini merupakan sarana peningkatan mutu pendidikan. Melalui wadah KKG para guru bermusyawarah untuk melakukan perbaikan dalam menyempurnakan proses pembelajaran, sehingga hal ini akan mencapai mutu pendidikan. Penyelenggaraan KKG di sekolah dasar merupakan salah saru upaya dalam meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran, dimana pesertanya adalah semua guru di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis. Peningkatan Kompetensi guru tersebut termasuk peningkatan profesional yang meliputi: 1. Penguasaan materi pelajaran terutama dengan genre based yang sesuai dengan kurikulum. 2. Penggunaan media dan model-model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. 3. Cara-cara penilaian yang dilakukan oleh guru untuk ranah kognitif, psikomotor dan afektif. 2. Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan yang dikemukkakan oleh Handoko (2004: 67) yang menyatakan bahwa Perencanaan memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Selanjutnya Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan : (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalahmasalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana. Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan sering juga disebut jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Meskipun keadaan masa depan yang tepat itu sukar diperkirakan, karena banyak faktor di luar penguasaan manusia yang berpengaruh terhadap rencana, tetapi tanpa perencanaan kita akan menyerahkan keadaan pada masa yang akan datang itu kepada kebetulan-kebetulan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu

tertentu (sesuai dengan jangka waktu perencanaan) agar penyelenggaraan system pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, dan relevan dangan kebutuhan pembangunan. Dalam kaitan ini cara-cara menyelenggarakan pendidikan baik yang bersifat formal, nonfornal, maupun informal merupakan kegiatan komplementer di dalam satu system pendidikan yang tunggal. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi Dalam hal ini, Terry (2002:67) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis. Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting dan paling dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana dan pengorganiasian. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasikan tujuan akan dimulai. Pelaksanaan menurut Hasibuan (2002: 45) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan sebagai pembimbing, mengatur dan menggerakan segala kegiatan dan dikerjakan dengan baik dan benar oleh karyawan yang diberi tugas. Pelaksanaan kegiatan senantiasa disesuaikan dengan program, demikian pula halnya dalam dunia pendidikan menurut Hamalik (2005:102) bahwa pelaksanaan tugas-tugas kependidikan dilaksanakan sesuai dengan program, dalam melaksanakan tugas hubungan kerja antar personel baik, harus dapat menggerakan sumber daya organisasi serta pemimpin dapat memberikan motivasi dalam pelaksanaan tugas dilakukan. Dengan demikian program kerja akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan apabila dalam pelaksanaannya dilakukan secara efektif dan efisien serta penuh tanggungjawab berdasarkan kewenangan yang diberikan.

Begitu pula seorang pemimpin hendaknya memberikan dorongan atau motivasi kepada karyawan, sehingga tugas-tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar Nampaklah bahwa keberhasilan perencanaan tidak hanya diletakkan pada kerangka atau formulasi yang baik, tetapi yang terpenting terdapat upayaupaya dalam implementasi melalui pengarahan dan bimbingan agar semua kekuatan diarahkan dan tidak keluar dari usaha mencapai tujuan. Hal yang perlu diperhatikan juga dalam menjalin komunikasi adalah pesan, pendapat atau gagasan dari penyampai atau sumbernya, dapat di respon secara baik oleh penerima informasi Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh Handoko (2002:132) bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan. Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Pengawasan terhadap mutu dalam pendidikan memang menyangkut input, proses dan output, akan tetapi sebenarnya perlu ditelaah kembali dari segi raw input, bahwa sebenarnya mereka yang menjadi pengawas penting dalam pengawasan mutu, yaitu dengan beranjak dari Basic Minimum Competencies yang terukur yang mengembanngkan tingkat pencapaian seorang anak dalam proses kegiatan belajarnya. Input itu terdiri dari input utama yaitu siswa, dan input pendukung yaitu : (1) bahan ajar dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, (2) metodologi yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru, (3) sarana sekolah, (4) dukungan administrasi, (5) sarana dan prasarana dan sumber daya lainnya, dan (6) penciptaan suasana yang

kondusif. Sedangkan prosesnya harus mensinergikan semua komponen dalam interaksi belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup substansi akademik maupun non akademik. Karena itu, pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan dalam penerapan manajemen mutu untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam organiasasi pendidikan dan hasil pengawasan tersebut hendaknya dilakukan perbaikan. Dengan kata lain pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, supervisor dan petugas sekolah lainnya dalam institusi satuan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas nampak khususnya dalam dunia pendidikan berupaya untuk memberikan pelayanan kepada semua customer pendidikan, baik secara internal maupun secara eksternal untuk tercapainya tujuan pendidikan. Untuk itu, dalam pelaksanaannya diperlukan para steakholder terkait yang mempunyai kemampuan atau profesionalitas yang diharapkan, sehingga manajemen mutu dapat dilaksanakan secara efektip dan efisien. Kebijakan pelaksanaan pengelolaan pendidikan dengan menerapkan Manajemen Mutu yang dianggap dapat menjadi jalan keluar dalam meningkatkan kinerja serta profesionalitas kepala sekolah. Karena pendidikan telah dituntut untuk berbenah mengingat masih rendahnya kompetensi sumber daya manusia dalam menghadapi dunia kerja dan terlebih menghadapi globalisasi ekonomi yang menuntut kualifikasi sumber daya manusia yang dapat bersaing dengan SDM negara lain Hasil Penelitian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Indiafachrudi (2003:23) mengemukakan beberapa tujuan supervisi pendidikan, yaitu : 1. Membantu guru melihat dengan lebih jelas tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan khusus sekolah dalam usaha mencapai tujuan. 2. Membantu guru melihat dengan lebih jelas persoalan dan kebutuhan murid/pemuda dan membantu mereka, sedapat mungkin, agar dapat memenuhi kebutuhan itu. 3. Membantu guru mengembangkan kecakapan mengajar yang lebih besar. 4. Membantu guru melihat kesukaran murid belajar dan membantu merencanakan pelajaran yang efektif. 5. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam suatu tim yang efektif, bekerja sama secara inteligent dan saling menghargai untuk mencapai tujuan yang sama. 6. Membantu memberi pengertian kepada masyarakat mengenai program sekolah agar umum dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.

Dari sudut pandang manajemen mutu pendidikan, kepemimpinan pendidikan yang direfleksikan oleh kepala sekolah seyogyanya meliputi kepedulian terhadap usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Dalam hubungan ini mutu pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan satuan pendidikan baik segi teknis maupun pengolahan yang professional yang mendukung proses belajar baik peserta didik sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Pemberian bantuan pelayanan profesional kepada para guru sangat penting artinya bagi peningkatan proses belajar mengajar. Pada kata-kata pelayanan profesional kepada guru-guru tersebut secara implisit perlu dipahami: 1) Ada pihak yang melayani, yaitu yang memberikan pelayanan profesional dan 2) Pihak yang dilayani, yaitu yang menerima pelayanan profesional. Tulisan ini (terutama) akan menyorot peranan dan tugas pihakpertama, yaitu yang memberikan pelayanan profesional kepada guru-guru, yaitu para supervisor pendidikan. Para supervisor pendidikan yang dimaksudkan di sini yaitu para penilik sekolah dan para kepala sekolah. Pertama-tama yang perlu dipahami adalah pengertian pelayanan profesional. Pelayanan profesional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar. 3. Pengaruh Kegiatan kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru Aktivitas atau kinerja guru sangat terkait dengan tugas dan tanggung jawab profesionalnya. Tugas dan tanggung jawab guru adalah sebagai pengajar, pembimbing dan administrator. Selain itu tugas dan tanggung jawab guru mencakup bidang pengajaran, bimbingan, pembinaan hubungan dengan masyarakat, pengembangan kurikulum, dan pengembangan profesi. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memilki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Dalam pengertian sederhana kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Darajat dalam Syah (2004:56) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis.

Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Hal lain yang menjadi faktor yang turut menentukan tugas seorang guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profesional keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktur belajar selain sebagai panutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2001:45), kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi 2. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan intruksional/pembelajaran, menggunakan proses intruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial. 3. Mengelola kelas dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. 4. Menggunakan media/sumber dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan pendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau labolatorium secara baik sesuai dengan kebutuhan 5. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk mengenali potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa

8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar mengajar 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administrasi seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar. Oleh karena itu peningkatan kualifikasi pendidikan guru dan aktivitas guru berperan dalam peningkatan kinerja mengajar guru, Soebagio (2002:37) menyatakan bahwa "pendidikan dan pelatihan adalah pengalaman pembelajaran yang di siapkan organisasai untuk meningkatkan kinerja pegawai". Lebih lanjut Rivai (2003: 34) menyebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pelatihan dan pengembangan adalah sebagai berikut : (1) Penilaian kebutuhan yaitu suatu diagnosa untuk mrnenentukan masalah yang dihadapi dan tantangan dimasa depan yang harus dipenuhi oleh porogram pelatihan dan pengembangan (2) Tujuan pelatihan dan pengembangan harus dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan serta dapat membentuk tingkah laku yang diharapkan (3) Materi program disusun dari estimasi kebutuhan dan tujuan pelatihan (4) Prinsip pembelajaran idealnya, pendidikan dan pengembangan akan lebih efektif jika metode pelatihan disesuaikan dengan sikap pembeljaran peserta dan jenis pekerjaan yang diinginkan Dengan mengacu pada prinsip-prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa KKG merupakan satu bentuk program pelatihan, pembinaan dan pemberdayaan guru yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan keahlian melalui program pelatihan dan pengembangan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kempuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik disekolah. Sehingga dengan meningkatnya kempuan diharapkan akan meningkat pula produktifitas yang dihasilkan. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh kegiatan kelompok kerja guru terhadap kinerja mengajar guru sebesar 35.3 %, hal ini dibuktikan oleh besarnya pengaruh antara variabel (X1) terhadap (Y) yang dihitung dengan koefesien korelasi adalah 0.594 atau (rX1Y= 0.353). Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel (X1) terhadap (Y) diperoleh hasil sebesar 35.3 %,.

(2)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru sebesar 10,5 %. hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh antara variabel (X2) terhadap (Y) yang dihitung dengan koefesien korelasi adalah 0.325 atau (rX2Y= 0.105). Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi (sumbangan) variabel (X2) terhadap (Y) diperoleh hasil sebesar 10,5 %. (3) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dengan demikian maka kedua variabel tersebut merupakan indikator yang mempengaruhi peningkatan kinerja mengajar guru hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik diperoleh bahwa Fhitung 29,501 > Ftabel 1.701, maka signifikan dengan kata lain hipotesis yang penulis ajukan yaitu terdapat pengaruh kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah secara simultan terhadap kinerja mengajar guru di SD Negeri Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis, dapat diterima karena telah teruji kebenarannya Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan serta permasalahanpermasalahan yang ditemukan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, dianatarnya : 1. Peningkatan kegiatan kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah berperan dalam peningkatan kinerja mengajar guru sehingga dalam pelaksanaanya kepala sekolah lebih meningkatkan pelaksanaan kedua variabel tersebut sehingga kinerja mengajar guru meningkat. 2. Sebaiknya kepala sekolah melakukan pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan usaha-usaha untuk mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan (sekolahsekolah) melalui aktivitas di KKG secara rutin. 3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung terlaksananya proses belajar mengajar yang baik dan kondusif adalah dengan cara menyediakan guru yang berkualitas dan profesional. Sebagai tenaga yang profesional, guru diharapkan tidak hanya memiliki kualifikasi akademik, namun harus juga memiliki kompetensi dan sertifikasi yang memenuhi persyaratan. 4. Karena keterbatasan penulis dalam penelitian ini dan mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini maka diharapkan ada peneliti lain yang meneliti tentang permasalahan ini sehingga memberikan masukan-masukan lain yang tidak dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini. Daftar Pustaka Baedhowi, (2009) Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG DAN MGMP. Jakarta: Ditjen Jenderal PMPTK. Djaelani, AR. (1998), Profil Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Bandung: PPS

Djaman (1996), Supervisi Akademik (Teori dan Praktek). Depdikbud Ditjen Dikdasmen: Jakarta Engkoswara (2002). Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga Fattah, N. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Herdiana, D. (2003). Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kinerja Guru. Bandung: SPs UPI Muhtadi, D. (2000), Pengaruh Pembiayaan Kelompok Kerja Guru Terhadap Produktivitas Kerja Guru. Bandung Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Satori, D.(2000). Perencanaan Pembangunan Pendidikan. PembangunanPendidikan. Jakarta: Biro Perencanaan Sasaran

Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Anda mungkin juga menyukai