Kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai,berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih ke-abu2an,permukaan licin,agak bening karena mengandung banyak cairan. Etiologi : 1.Peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus. 2.Gangguan keseimbangan vasomotor 3.Peningkatan cairan interstitial dan edem mukosa hidung. (4).Perhatikan faktor alergi
Diagnosis : Keluhan utama : hidung tersumbat, menetap, tidak hilang timbul, makin lama makin berat, terasa ada massa didalam hidung. Sukar membuang ingus Gangguan penciuman Gejala sekunder : bila sudah ada kelainan di organ sekitar post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, nasolalia, telinga rasa penuh dll. Polip yang masif sering menyebabkan deformitas hidung luar.
Pemeriksaan: Rinoskopi anterior, bisa dibantu dengan rontgen atau CT scan untuk Sinusitis. Biopsi dilakukan bila massa unilateral pada usia lanjut,makroskopis menyerupai keganasan atau pada rontgen ada erosi tulang. Terapi : Medikamentosa : utk polip yang kecil yaitu dengan kortikosteroid sistemik dosis tinggi dalam waktu singkat: dapat juga kortikosteroid intra nasal atau kombinasi keduanya.Hati2 dg KI dan efek samping Antibiotika kalau ada infeksi. Operasi : Polipektomi, BESF/FESS
KELAINAN SEPTUM
DEVIASI SEPTUM NASI : Pada dewasa umumnya septum tidak lurus persis digaris tengah . Etiologi : Trauma: terjadi saat partus,setelah lahir atau pada janin intra uterin. Ketidak seimbangan pertumbuhan tl.rawan septum nasi terus tumbuh meskipun batas superior dan in ferior telah menetap.
Bentuk deformitas : 1.Deviasi : biasanya berbentuk huruf C atau S 2.Dislokasi : bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksila dan masuk kedalam rongga hidung. 3.Penonjolan tulang atau tulang rawan septum
-- Bila deviasi atau krista septum bertemu dan kmd melekat dengan konkha disebut sinekia.
Gejala klinik : Sumbatan hidung unilateral atau bilateral Nyeri kepala dan sekitar mata Hiposmia bila deviasi pada bagian atas septum Deviasi dapat menyumbat ostium sinus,sehingga merupakan faktor predisposisi terjadinya sinusitis. Terapi : Bila tidak ada keluhan atau keluhan ringan maka tidak perlu operasi
HEMATOM SEPTUM Trauma pembuluh darah submukosa pecah darah berkumpul diantara perikondrium dan tulang rawan septum membentuk hematom Bila terjadi fraktur tulang rawan darah masuk ke sisi lain. Gejala klinik : Hidung tersumbat,nyeri Pada pemeriksaan terdapat edem uni/bilateral di septum bagian depan,berbentuk bulat,licin,merah. Edem bisa meluas sampai dinding lateral hidung sumbatan total.
Terapi : Drainase harus segera dilakukan mencegah nekrosis tulang rawan: lakukan punksi insisi tampon. Antibiotika Komplikasi : Abses septum nasi Deformitas hidung luar saddle nose ABSES SEPTUM NASI Karena trauma yang seringkali tidak disadari; didahului hematom. Gejala : Sumbatan hidung progresif
Nyeri berat terutama dipuncak hidung Demam dan sakit kepala Pemeriksaan: lebih baik tanpa spekulum hidung. Terapi : Kasus darurat karena komplikasi dapat berat nekrosis tulang rawan septum. Insisi drainase Antibiotik dosis tinggi, analgetik antipiretik Komplikasi : Destruksi tulang rawan septumperforasi septum atau hidung pelana. Intrakranial atau septikemi
ALERGI HIDUNG Rinitis alergi : penyakit inflamasi disebabkan reaksi alergi dengan dilepaskannya mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik pd. penderita atopik yang sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama sebelumnya. Rinitis alergi reaksi hipersensitifitas. Untuk menimbulkan reaksi alergi harus dipenuhi 2 faktor : 1.Sensitifitas terhadap alergen (atopi) heriditer 2.Kontak ulang dengan alergen tersebut
Berdasar cara masuknya, alergen dibagi : 1.Alergen inhalan bersama udara pernafasan 2.Alergen ingestan melalui makanan ke saluran cerna 3.Alergen injektan lewat suntikan/tusukan Berdasar sifat berlangsungnya : 1.Rinitis alergi musiman (seasonal,polinosis) untuk daerah 4 musim 2.Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)
Rinitis alergi perenial : Paling sering Alergen inhalan,terutama pada dewasa. Alergen ingestan,terutama pada anak2, biasanya disertai gejala alegi lain : urtikaria dll. Iritasi faktor non spesifik dpt memperberat gejala, seperti asap rokok, bau merangsang, perubahan cuaca, kelembaban tinggi. Gangguan fungsi perenial lebih ringan dibanding
musiman,tetapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan. Frekwensi Rinitis alergi terbanyak pada anak2 dan dewasa muda.Faktor heriditer sangat berpengaruh Gejala klinik : Bersin berulang lebih 5x setiap berbangkis Rinore encer,banyak Hidung tersumbat, hidung dan mata gatal
Pada anak2 gejala spesifik lain : ada bayangan gelap didaerah bawah mata,karena stasis vena sekunder akibat sumbatan hidung (al lergic shinner) . menggosok-gosok hidung (allergic salute). garis melintang di 1/3 bawah dorsum nasi (allergic crease). Diagnosis : 1.Anamnesa :sangat penting 50% diagnosis 2.Pemeriksaan: RA mukosa edem,basah,pucat/ livide,sekret encer.
Terapi : 1.Paling ideal menghindari kontak dg alergen. 2.Simptomatis : a.medikamentosa : anti histamin,kortikosteroid topikal. b.operatif : bila hipertrofi konka inferior dengan kauterisasi tidak menolong konkotomi. 3.Imuno terapi Komplikasi : 1.Polip hidung 2.Otitis media yang residif, terutama pada anak2. 3.Sinusitis paranasal 2+3 bukan akibat langsung RA ttp krn sumbatan hidungdrenase terganggu
Rinitis vasomotor Ada gangguan fisiologis lapisan mukosa hidung yg disebabkan bertambahnya aktivitas parasimpatis. Etiologi pasti belum ada diduga akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor, krn itu disebut juga vasomotor rinore/catarrh,nasal vasomotor instability,non spesific allergic rhinitis Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vaso motor : 1.obat2an yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis: ergotamin,antihipertensi 2.faktor fisik: iritasi asap rokok,udara dingin dll. 3.faktor endokrin: pubertas,gravid,pil antihamil 4.faktor psikis: cemas,tegang
Gejala klinik: -hidung tersumbat bergantian -rinore serous,mukus,kadang2 agak banyak -jarang disertai bersin -tidak ada gejala gatal dimata Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan : a.Golongan obstruksi (blockers) b.Golongan rinore (sneezers) Prognosis blockers lebih baik dibanding sneezers Pada anamnesa dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor & disingkirkan kemung kinan rinitis alergi
Pemeriksaan : Rinoskopi anterior: gambaran klasik edem mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua (khas), tetapi dapat pula pucat. Permukaan konka licin atau berbenjol, sekret sedi kit mukoid (pada gol.rinore sekret serous,banyak). Terapi : 1.Menghindari penyebab 2.Simptomatis: dekongestan oral,diatermi,kauter, kortikoteroid topikal. 3.Operasi: konkotomi konka inferior. 4.Neuronektomi n.vidianus operasi ini sulit
RHINOSINUSITIS Radang mukosa sinus paranasal. Bila mengenai beberapa sinus multisinusitis Bila mengenai seluruh sinus pansinusitis Etiologi : Penyebab utama dan terpenting dari rinosinusitis adalah obstruksi ostium sinus. Faktor lokal atau sistemik dapat menyebabkan inflamasi atau kondisi yang mengarah obstruksi misalnya :ISPA,alergi,kelainan anatomi,defisiensi imun,paparan bahan iritan dll
Patofisiologi : Edem di kompleks ostiomeatal mukosa yang ber hadapan akan saling bertemu silia tidak bisa ber gerak lendir tidak dapat dialirkan gangguan drainase dan ventilasi silia jadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus jadi lebih kental media yang baik utk tumbuhnya bakteri pyogen.Bila sumbatan terus hipoksia dan retensi lendir infeksi bakteri anaerob. Selanjutnya bisa terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrodi,poli poid atau pembentukan polip dan kista.
Predisposisi : Obstruksi mekanis: deviasi septum,konka hipertrofi ,benda asing,tumor. Rinitis kronis, rinitis alergi obstruksi ostium serta menghasilkan lendir yang banyak media tumbuh nya bakteri. Polusi udara, udara dingin dan keringperubahan mukosa serta kerusakan silia.
Diagnosa : Task force on Rhinosinusitis of The American of Otolaryngology Head and Neck Surgery membagi gejala klinis menjadi 2 : Gejala mayor : Gejala minor : Nyeri daerah muka - sakit kepala Rasa penuh daerah muka - bau Hidung buntu - nyeri gigi Rinore purulen - rasa capai Hiposmia/anosmia - batuk - nyeri, rasa penuh di telinga
Rinosinusitis bila ada 2 gejala mayor atau 2 minor 1 mayor. Pemeriksaan : Rinoskopi anterior: edem dan hiperemi mukosa konka, sekret mukopurulen di meatus medius. X foto Waters: edem mukosa, air fluid level, perselubungan menyeluruh, polip. Transiluminasi bila tidak ada foto Rontgen Terapi : Mengobati infeksi yang ada Mengembalikan fungsi drainase dan venti lasi sinus.
Medikamentosa : -antibiotika -dekongestan,mukolitik,kortikosteroid intranasal, analgesik/antipiretik. Pada Rinosinusitis akut bakteri yang berperan : streptokokus pneumoni, hemofilus influenza dan moraxella catarrhalis. Pada Rinosinusitis kronis: pseudomonas aerogi nosa, stafilokokus aureus, kuman anaerob. Diatermi: mengurangi edem, sekret lebih encer dan menyebabkan vasodilatasi memperbaiki drainase dan ventilase sinus.
Operatif : Untuk sinus maksila irigasi sinus, nasal antrosto mi/naso anthral window dan Caldwell Luc. Sinus etmoid etmoidektomi intra/ekstra nasal Sinus frontalis frontoetmoidektomi intra/ekstra nasal. Sinus sfenoid transnasal sfenoidektomi Anthral lavage/irigasi sinus membuang produk in feksi : jaringan nekrotik, kuman, toksin, debris Dapat melakukan kultur atau sitologi Membantu drainase dan oksigenasi sinus
Komplikasi : Selulitis dan abses orbita Osteomielitis tulang maksila dan frontal Mukokel Loko regional : faringitis,laringitis,otitis media, asma attack,bronkitis Intra kranial: meningitis, abses intrakranial, trombosis sinus kavernosus Pencegahan : Penanganan rinitis (alergi dan infeksi) sedini mungkin Meminimalkan kadar polutan dilingkungan penderita serta koreksi kelainan anatomis