Alpha, Beta
Automatic Transaxle
1. Pembukaan
1.1 Umum
Transmisi otomatis Alpha, Beta dipasang pada kendaraan yang menggunakan mesin alpha
atau beta. Yang mana transmisi jenis ini digunakan untuk kendaraan kecil seperti Getz, Accent,
Cerato dan lainnya. Diproduksi dan dimodifikasi dari seri ‘ KM ‘ oleh jepang sehingga sistim
pengontrol dan susunan mekanisnya tidak berbeda dengan A/T alpha dan beta. Transmisi
otomatis Alpha, Beta mempunyai kesamaan struktur mekanis dan hydraulic, electronic control
system. Hanya saja maximum input torque untuk otomatis transmisinya berbeda karena alpha
dan beta engine mempunyai perbedaan torque dan power pada mesinnya. Pada buku manual
training ini, yang akan dijelaskan hanya pengembangan transmisi otomatis alpha sebagai
contoh yang dipakai pada kendaraan saat ini.
Transmisi otomatis pertama kali dipakai pada Hyundai Scoupe dengan nama ‘SLC(Sports
Looking Car)’ dan dengan kode ‘A4AF1’. Berikut ini adalah aturan yang harus dipahami
untuk bisa mengerti kode pada otomatis transmisi
Transmisi otomatis alpha advanced (A4AF3) dan beta advanced (A4BF2) sudah dipakai pada
Hyundai Accent dan Coupe sejak 1999.
1.2 Spesifikasi
Item Keterangan
Model code A4AF3 (Advanced alpha), A4BF2 (Advanced beta)
A/T Type Electronically controlled 4-speed FF type
T/C Type 3Elements, 2Phases, 1Stage
Exterior
2. Mechanical System
2.1 Components [Section View]
Fungsi Komponen
Front clutch bekerja pada gigi percepatan 3 posisi D dan R. Saat bekerja, reverse sun gear
dari planetary gear berputar.
Power flow:
Input shaft Rear clutch retainer Front clutch Kick-down drum Reverse sun gear
Long pinion Ring gear Transfer driven gear
Front clutch
Membongkar
Snap ring
- Pemeriksaan
- Pengecekan Endplay
Rear clutch bekerja pada gigi percepatan 1 ~ 3 pada posisi D/2/L. Saat bekerja, forward sun
gear dari planetary gear berputar.
Power flow:
Input shaft Rear clutch retainer Rear clutch Rear clutch hub Forward sun gear
Short pinion Ring gear Transfer driven gear
Rear clutch
Clutch disc
Rear clutch piston
D-ring
Clutch reaction
plate
Wave Clutch
spring plate
Return
spring
D-ring
Seal ring
* Return spring berubah menjadi ‘Coil spring dari tipe plate menjadi tipe spring sejak advanced
alpha dan beta automatic transaxle. (A4AF3, A4BF2)
Pengecekan Endplay
End clutch bekerja pada gigi percepatan 4 (Sesungguhnya, end clutch sudah mulai bekerja
mulai dari gigi percepatan 3. ini hanya untuk menghaluskan perpindahan ke gigi percepatan
4 ). Saat bekerja, planetary carrier berputar.
Power flow:
Input shaft End clutch retainer End clutch End clutch hub End clutch shaft
Planetary carrier Ring gear Transfer driven gear
End clutch
Memeriksa Endplay
D-ring
Return spring
* Return spring berubah menjadi ‘Coil spring dari tipe plate menjadi tipe spring sejak advanced
alpha dan beta automatic transaxle. (A4AF3, A4BF2)
End clutch tersusun oleh kick-down brake band, drum, servo piston dan servo switch.
Bekerja pada saat gigi percepatan ke 2 & 4. Saat bekerja, reverse sun gear dari planetary
gear diam.
Power flow:
Tipe kick down brake adalah tipe band ; yang terdiri dari kickdown band, drum, kickdown servo,
switch dan anchor. Disaat tekanan yang kedua terjadi di sisi chamber kickdowm servo cylinder,
piston kickdown dan rod bergerak kekiri, tightening the brake band to hold the kickdown drum.
As a result, the reverse sun gear (interlocked with the kickdown drum) is held. This brake
functions during 2nd gear and during overdrive.
Kickdown servo switch mendeteksi posisi kickdown piston tepat sebelum brake diaktifkan, dan
mengirimkan signal ke transaxle control module. Dengan menggunakan signal ini, transaxle
control module mengontrol kedua 2nd pressure sebelum, dan selama pengoperasian brake.
Pada langkah initial control atau hingga tepat sebelum kickdown brake diaktifkan, tekanan
kedua yang lebih besar disuplai ke kickdown servo
To TCM
sehingga kickdown piston con bergerak cepat
untuk mendapatkan respon yang cepat bahwa
kondisi kickdown sudah terdeteksi. Pada langkah
kontrol kedua atau ketika brake diaplikasikan, 2nd
pressure diatur pada optimum level sehingga band
mengencang pada drum sesuai dengan
kekencangan yang pantas untuk mendapatkan Kickdown
Adjust servo S/W
kickdown yang baik. rod
Kickdown
A4 A3 A2 A1
Service Point
Catatan: Penyetelan Kickdown servo
1. Bersihkan sekitar kickdown adjusting screw dari
semua kotoran dan material yang terkontaminasi
yang menempel.
2. Kendurkan lock nut.
3. Kendurkan dan kencangkan adjust screw dua kali
dengan kunci moment 5Nm (3.6lb.ft).
4. Kendurkan lagi adjust screw 3 hingga 3-1/3 putaran.
5. Kencangkan lock nut sesuai dengan pengencangannya. Lock nut : 15-25Nm (150-
250kg.cm, 11-18lb.ft)
Sebelum melakukan pemasangan, oleskan sealant (DC780) di tengah bagian adjust screw.
Low & Reverse brake bekerja pada gigi 1 posisi L dan R. Saat bekerja, planetary carier
diam
Power flow:
- Service point
B2 actuation point
moved
Rear side
Return spring
Brake plate
Center support
Hydraulic pressure
Low-reverse brake adalah tipe multiple disc yang tersusun oleh center support, disc plates dan
piston. Pengereman dilakukan pada saat gigi percepatan 1 posisi L atau Mundur. Menahan
carier pada planetary gearing set. Sehingga, shafts dari long dan short pinions tertahan..
One-way clutch adalah bertipe sprag dan tidak termasuk diantara pinion carrier dan center
support. Pada 1st gear (D atau 2 range), long pinion berputar searah jarum jam. One way
clutch akan Menghambat gaya kecenderungan carrier untuk berputaran searah dengan
putaran tersebut. Hasilnya, long pinion meneruskan gaya tersebut ke annulus gear. Carrier,
yang berpasangan dengan one-way clutch outer race, akan berputar bebas searah jarum jam.
Pada kondisi engine braking saat annulus gear berputar pertama kali, carrier berputar searah
jarum jam dengan bebas dan, karenaitu, pengaruh engine braking tidak diperoleh.
OWC
Service point
Checking method :
O.W.C wear or Forward drive Planetary carrier Replace
1 Drive is possible at "L"
damaged impossible rotates reverse O.W.C
range
Planetary gear set yang dipakai pada transaxle ini terdari satu forward sun gear, satu reverse
sun gear, satu short pinion, satu carrier untuk menopang pinion dan annulus gear. Reverse
sun gear dihubungkan ke front clutch retainer melalui kickdown drum, sedangkan forward sun
gear dihubungkan ke rear clutch hub.
Carrier dibuat dalam satu kesatuan dengan brake hub yang ada pada low reverse dan outer
race yang ada pada one-way clutch. Carrier dihubungkan ke end clutch via melalui end clutch
shaft.
Annulus gear dimana output flange dihubungkan, menyalurkan tenaga penggerak (driving
force) ke transfer drive gear yang dipasang pada output flange. Dan parking sprag dipasang
pada bagian luar annulus gear.
Planetary gear tipe ravigneaux terdiri dari dua sun gears, yang masing-masing saling
Parking sprag
Short pinion
Planetary carrier
Annulus gear
bertautan dengan dari dua planetary pinion gears dengan single carrier, dan single annulus
gear yang bertautan dengan satu set pinions. Kedua sun gear tersebut disebut dengan
forward dan reverse sun gears. Agar gear tersebut bisa bekerja, maka dipasang power input
pada kedua sun gear ini. Power dikeluarkan melalui annulus gear yang mempunyai parking
sprag pada bagian luarnya. Ada bermacam elemen penahan yang dipasang di dalam gear
set.
1) Pada poin dasar C, arah putaran FSG dan RSG adalah berlawanan.
juga AG dan RSG arahnya berlawanan.
2) Jarak dari titik C
Jarak A - C: rasio gigi forward sun gear.
Jarak A - B: rasio gigi annulus gear.
Jarak A - D: ratio gigi reverse sun gear.
3) Jika garis putus posisinya diatas garis A-D, itu artinya arah putarannya ke depan. Jika ada
dibawah, artinya arah putarannya ke belakang. Dan jika posisinya ada digaris A-D,
artinya dalam keadaan berhenti.
4) Poin B, annulus gear artinya putaran output.
A B C D
(FSG) (AG) (Carrier) (RSG)
1/74 1/34
1/26
A’
1/74 1/34
1/26
X : 1 = 1/26 : 1/74
X=2.846
X
1
1/74
1/26
2nd Gear
2nd gear operating elements: R/C (FSG), K/D (RSG)
A’
B’
1/74 1/34
1/26
X : (1/26+1/34) = 1 : (1/74+1/34)
X=1.581
X
1
1/74
1/26 1/34
B’
C’
1/74 1/34
1/26
1 : (1/74+1/34) = X : 1/34
X=0.685
1 X
1/74
1/26 1/34
Reverse Gear
Reverse gear operating elements: F/C (RSG), L&R brake (Carrier)
D’
A(FSG)
B(AG) C(Carrier)
B’
1/74 1/34
1/26
1) Poin C harus ditempatkan di garis A-D, karena L&R brake mengunci Carrier.
2) RSG berputar sebanyak jarak dari D ke D’.
3) Pada saat tersebut AG berputar sebanyak jarak dari B ke B’.
4) Menggunakan persamaan segitiga,
1 : 1/74 = X : 1/34
X=2.177
1 1/74
1/26 1/34
Pada saat shaft berada di posisi range “P”, maka parking pawl akan mengait dengan parking
sprag yang ada pada bagian luar annulus gear untuk mengencangkan output shaft, agar roda
tidak berputar. Dengan kata lain, ketika select lever ditempatkan di posisi range “P”, maka
detent plate dan parking sprag rod akan bergerak dengan arah sesuai dengan anak panah,
menyebabkan cam pada parking sprag rod mendorong parking pawl agar mengait dengan
sprag.
Apabila parking pawl berbenturan dengan bagian kepala sprag, maka hanya rod saja yang
bisa bergerak karena parking pawl tidak bisa bergerak ke depan, dan cam ketika menekan
spring, akan berbenturan dengan parking pawl dan support sehingga kondisinya tertahan. Jika
dalam kondisi ini mobil dijalankan meskipun hanya sedikit, maka roda yang berputar
menyebabkan annulus gear ikut berputar. Selama cam ditekan mengikuti arah panah, maka
parking pawl akan didorong begitu sprag sejajar lurus dengan parking sprag untuk mengait
dengan sprag.
Dengan ini, mekanisme parking akan menahan kendaraan agar tidak dapat bergerak pada
saat mobil dalam keadaan diam atau idling.
Forward and/or
Parking sprag locks the
Calking due to reverse drive Replace parking
1 annulus gear due to
cam broken impossible sprag rod
drifted cam
intermmittently
O/D First • •
O/D S/W Second • •
D S/W OFF
ON Third • • •
Fourth • •
First • •
2
Second • •
L First • •
Untuk semua kondisi perpindahan gigi, transaxle menggunakan certain holding unit. Untuk
mengetahui elemen holding mana yang sedang dipakai dan bagaimana mereka terkoneksi di
dalam transaxle, kita bisa menelusuri power flow untuk masing-masing perpindahan gigi di
dalam transaxle. Satu set pinions, short pinions, bertautan dengan reverse sun gear.
Satu set lainnya adalah long pinions, bertautan dengan kedua forward sun gear dan annulus
gear. Kedua set pinions juga bertautan dengan pasangan lainnya. Pinion carrier dibuat dalam
satu kesatuan dengan low reverse brake hub dan outer race yang ada pada one-way clutch.
Power dimasukkan juga pada kedua sun gears. Reverse sun gear dihubungkan ke front clutch
retainer melalui kick-down drum. Forward sun gear dihubungkan ke rear clutch hub. Sehingga
dengan mengaitkan front atau rear clutch, power diarahkan ke reverse sun gear atau forward
sun gear. Ketika kedua front dan rear clutches bertautan, maka gear set akan terkunci, dan
power lewat melalui transaxle. Power dikeluarkan melalui annulus gear, yang mempunyai
parking sprag pada bagian luarnya dan dihubungkan ke output flange.
1st Gear (“D” and “2” range) Operating elements: Rear Clutch, One-Way Clutch
Kerja rear clutch adalah memutar forward sun gear searah jarum jam.
Putaran forward sun gear menggerakkan ring gear (annulus gear) melalui pinion gears.
Pada saat tersebut, planetary carrier mencoba untuk bergerak ke arah kebalikan dari
jarum jam dikarenakan panjangnya pinion. Namun one-way clutch menahan putaran
carrier ke arah jarum jam, seluruh power disalurkan ke ring gear (annulus gear).
Sebaliknya, power dari ring gear (annulus gear) disalurkan kembali ke planetary carrier.
Pada saat tersebut carrier berputar kearah jarum jam mengakibatkan power hilang. Engine
brake tidak bekerja.
1st Gear (“L” range) Operating elements: Rear Clutch, Low & Reverse Brake
Pada range gear “L” 1st , rear clutch dan low & reverse brake bertautan.
Seluruh power disalurkan ke ring gear (annulus gear) melalui pinion gears.
Dalam kondisi tersebut power disalurkan dari ring gear kembali ke planetary carrier. carrier
tidak bisa berputar lagi, dan engine brake tidak bekerja.
Pada gear 2nd rear clutch dan kick down brake bertautan.
Kerja rear clutch adalah memutar forward sun gear searah jarum jam.
Putaran forward sun gear menggerakkan ring gear melalui pinion gears.
Pada saat tersebut, reverse sun gear dikunci oleh kick down brake.
Long pinion gear berputar mengelilingi sun gear. Kecepatan ring gear (annulus gear) lebih
cepat dari 1st gear.
Pada gigi ke 3rd front clutch dan rear clutch bertautan. End clutch bertautan hanya untuk
persiapan ke gigi 4th dengan tujuan mengurangi gejala kejutan pada saat perpindahan gigi
dari 3-4. namun end clutch tidak menyalurkan power pada gear 3rd .
Forward sun gear dan reverse sun gear berputar dengan arah yang sama. Pada saat
tersebut, short pinion gear dan long pinion gear terkunci, planetary gear set berputar dalam
satu kesatuan unit.
Pada gear 4th , end clutch dan kick down brake bertautan.
Pada saat tersebut, reverse sun gear dikunci oleh kick down brake dan long pinion gear
berputar mengelilingi reverse sun gear. Kecepatan ring gear (annulus gear) lebih cepat
sebanyak reverse sung gear dibandingkan dengan kecepatan gear 3rd gear.
- “R” range
Planetary carrier dikunci oleh low & reverse brake. Putaran reverse sun gear memutar long
pinion gears dengan arah kebalikan dari jarum jam. Dan ring gear (annulus gear) yang
bertemu dengan long pinion gears berputar sebaliknya.
Dalam kondisi tersebut power disalurkan dari ring gear kembali ke planetary carrier. Dan
tidak bisa berputar lagi, engine brake tidak bekerja.
Pilih pola perpindahan posisi transaxle secara manual yang biasa dipilih oleh. Transaxle ini
menyediakan 6 posisi: P-R-N-D-2-L. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari
masing-masing posisi.
P-Parking
(1) Setiap elemen tidak bekerja sama sekali. Karena itulah output mesin tidak disalurkan ke
output shaft.
(2) Output shaft dikunci oleh mekanisme alat ini. Karena itulah mobil tidak bergerak ke ke
depan maupun ke belakang.
(3) Mesin bisa dihidupkan.
R-Reverse
N-Neutral
(1) Output mesin tidak disalurkan ke output shaft sama seperti pada posisi “P”.
(2) Mesin dapat dihidupkan.
D-Drive
(1) “D” Perpindahan gigi secara otomatis antara gigi 1 dan 4 mengikuti accelerator pedal yang
ditekan ke bawah (i.e. throttle opening) dan kecepatan kendaraan. Namun dengan catatan,
khusus untuk bisa masuk ke gigi 4th, overdrive control switch harus dalam ke adaan ON.
Perpindahan gigi secara otomatis (ke atas atau ke bawah) dilakukan berdasarkan pola
perpindahan gigi.
(2) Driving-off (kendaraan diam) selalu dilakukan pada gigi 1st.
(3) Kickdown mengacu pada perpindahan gigi ke bawah yang dilakukan ketika accelerator
pedal ditekan namun bebannya melebihi titik down shift. Fungsi ini berguna pada saat
pengemudi melakukan aksekekerasi mendahului mobil di depannya.
(4) Engine brake tidak berfungsi ketika posisi perpindahan ada di gigi 1st.
(5) Pada saat mobil diberhentikan, gigi tertahan di posisi gigi 2 untuk mengurangi kecepatan
laju merayap dan juga getaran.
2-Second
(1) “2” perpindahan gigi secara otomatis antara gigi 1 dan 2. Artinya perpindahan giginya
tidak bisa sampai ke gigi 3.
(2) Driving-off (keadaan diam) dilakukan pada gigi ke 1.
(3) Penurunan gigi ke gigi 2 atau 3 dilakukan dengan memilih range “2” ketika mobil sedang
melaju di gigi 3 dan 4, sehingga mencapai kecepatan mobil lebih rendah dari angka yang
telah di set.
(4) Sama seperti range “D”, engine brake tidak bekerja ketika perpindahan ada di gigi ke 1.
L-Lock Up
(1) Ketika “L” (Lock up) melakukan penurunan gigi dari 2 ke 1, maka gigi tidak bisa dinaikkan
dari gigi ke 1 ke 2, 3. kemampuan ini disebut dengan “1st gear holding” atau penguncian
pada gigi ke 1.
(2) Driving-off dilakukan pada gigi ke 1. Fungsi engine brake bisa dilakukan dikarenakan
posisinya ada di gigi ke 1.
(3) Dengan memilih range “L” ketika mobil sedang melaju di range “D” atau “2”, penurunan gigi
dari gigi ke 4 ke gigi 3, gigi 3 ke gigi 2 dan gigi 2 ke gigi 1 dilakukan pada saat kecepatan
kendaraannya sudah mencapai batasan yang telah diset untuk masing-masing posisi gigi.
celcius.
(5) Setelah mesin dihidupkan dan kendaran bergerak melaju, transaxle control module akan
terus memperbaiki performanya agar perpindahan giginya menjadi halus.
1. Hydraulic control system terdiri dari satu oil pump untuk menghasilkan tekanan hidrolis
untuk A/T. Oil pump ini juga mempunyai katup dan solenoid valves untuk mengontrol
tekanan hidrolis atau switch saluran oli. Katup dan solenoid valves ini dipasang di
dalam valve body.
2. Agar perpindahan giginya halus, tekanan rear clutch dikontrol secara terpisah,
perpindahan gigi loncat dari gigi 4th 2nd bisa dilakukan dan line pressure pada gigi
3rd/4th dikurangi.
3. Terdapat 6 solenoid valves yang dipasang pada valve body. 2 diantaranya adalah tipe
duty-controlled dan sisanya adalah ON/OFF.
Tipe Duty control: Pressure control solenoid valve A/B, Damper clutch control
solenoid valve
ON/OFF type: Shift control solenoid valve A/B/C
Fail-safe valve dipasang untuk mengantisifasi ada jika terjadi kesalahan mekanis seperti katup
macet, untuk mencegah jangan sampai terjadi interlock (satu sama lain tidak mengait). Line
pressure diatur pada kecepatan gigi 4 untuk meningkatkan efisiensi tenaga transmisi. Fungsi
ini dilakukan oleh High-low pressure valve dan regulator valve.
Oil pump menghasilkan tekanan untuk mensuplai oli ke torque converter sebagai pelumas
untuk komponen yang bergesekan pada planetary gear set dan overrunning clutch, dsb.., dan
untuk mengaktifkan sistem kontrol hidrolis. Tipe pump yang dipakai adalah inner-teeth
engaging trochoid. Pompa ini akan selalu menghasilkan tekanan oli pada saat mesin berputar
selama drive gear digerakkan oleh 2 pawl (pengalit) yang ada pada pump drive hub yang
dipasang pada bagian tengah torque converter shell.
Service point
Gunanya adalah untuk mengatur waktu pengisian R/C dengan cara merubah volume
pengisian dari valve body ke R/C. alat ini agak berbeda dibandingkan dengan 4 accumulator
yang ada di dalam valve body model F4A42. Pada rear clucth ini, accumulator mempunyai
filter saluran rendah yang berfungsi untuk mengontrol tekanan yang diatur dari masing-masing
PCV.
Fungsi:
Bentuk rancangan manual valve ini sudah berubah sehingga pemeriksaan jumlah oli tidak
hanya pada posisi shift lever di range "N" namun juga bisa di range "P". End clutch valve
dikontrol oleh solenoid valve elektronik (SCSV-C). Penyesuaian line pressure dilakukan
melalui regulating valve. Jadi meskipun solenoid valve mengalami kesalahan atau malfungsi,
maka failsafe valve akan menahan gigi diposisi ke 3.
- Letak Check Ball & Stopper plate (upper valve body : 4 steel balls dan 1 spring)
- Letak Check Ball & Stopper plate (Lower valve body: 2 steel balls and 1 spring)
- Upper Valve Body (A4BF1, 2 / A4BF1)
Torque converter
control valve
Regulator valve
2-3/4-3 shift
valve
Damper clutch
control valve
Reducing valve
Adjusting screw
Stopper
N-R control/accumulator valve
KM176-5
KM175-5
KM175-6
F4A33
KM176-5
KM175-5
KM175-6
F4A33
A4AF1
A4AF1
- A4AF1
CB1
EX
Manual Valve
* Range D/2/L :
Tekanan oli dikirim ke pressure control valve dan regulated pressure dari pressure control
valve yang diberikan ke shift control valve dan PCV-B.
To torque converter
To shift control valve
Regulator valve
Ex To pressure
control valve
Manual valve
Oil pump
Ex Ex PRND2L
Oil filter
* Range N : Line pressure dikirim ke control switch valve dan Hi-Lo pressure valve.
Tekanan oli tidak diberikan ke shift control valve
Regulator Valve
Katup ini mengatur line pressure yang dihasilkan oleh oil pump. Katup bekerja mengikuti
kondisi jalu kendaraan.
Ketika manual valve dipindahkan ke posisi range “R”, maka port no 4 yang semula terbuka
akan tertutup. Sebagai gantinya port no 9 akan terbuka. Dengan cara ini line pressure
diarahkan ke regulator valve land 4#. begitu tekanan ini bekerja pada area yang seimbang
atau sama antara diameter D4 pada land #4 dan diameter D5 pada land #5, maka gaya yang
menekan regulator valve ke arah kiri sedikit agak lemah jika dibandingkan dengan gaya yang
dihasilkan ketika diberikan ke bagian katup lainnya. Karena itulah tekanan yang lebih tinggi
yang telah disebutkan tersebut untuk range maju, diperlukan untuk membuka port no 2.
Tekanan yang lebih tinggi tersebut kemudian dipakai untuk menggerakkan elemen range ke
belakang. Cara kerja regulator valve yang digerakkan oleh tekanan yang lebih tinggi adalah
sama seperti cara kerja untuk rage gigi maju yang telah dijelaskan sebelumnya.
Katup ini fungsinya adalah menjaga tekanan torque converter dan tekanan pelumas pada
tingkatan yang tetap. Karena apabila tekanan regulator valve terlalu tinggi, maka tekanan di
dalam chamber (B) akan naik sehingga dapat mengalahkan gaya pegas; atau torque converter
control valve terdesak ke kiri. Gerakan katup ke arah kiri akan membuka port no 2, sehingga
melalui lubang port ini pelumas akan kembali ke sisi hisap pompa. Akibatnya takanannya
(line pressure) akan turun. Jika line pressure turun, maka tekanan chamber (B) juga akan
turun, dan katup akan kembali pindah ke arah kanan oleh gaya pegas dan kemudian menutup
port no 2. Siklus kerja yang telah disebutkan diatas adalah untuk menjamin agar tekanan di
dalam torque converter tetap di level yang konstan.
Regulator valve
Ex
9
To manual valve
Ex
Service Point
Ex
To DCCSV
Ex
To oil cooler From reducing valve
To rear clutch
#2
#3
Ex
9 4 5
#1 #4
N-D Control valve
Ex Ex 1 PRND2L
Manual valve
Pressure Control valve
Ex
N-R Control valve
Reducing Valve
Reducing valve dipasang dibagian bawah valve body; fungsinya adalah untuk menghasilkan
tekanan secara konstan yang selalu lebih rendah dari line pressure. Dengan tekanan ini
yang sama seperti sumber tekanan hidrolis, tekanan pengatur (control pressure) dihasilkan
oleh pressure control solenoid valve, yang kemudian menghaktifkan activating the pressure
control valve.
Reducing valve
Adjusting
screw
Ex
Ex 10
1 23 5 Pressure Control valve
23
Ex
Line pressure N-R Control valve
Shift control
solenoid valve “A”
TCM
4th pressure
Shift control
solenoid valve “B”
#1
Plug Ex
#2 Plug
Line pressure menjalankan shift control valve yang kerjanya diatur oleh dua shift control
solenoid valves (dimana fungsi switch ON dan OFF mengikuti perpindahan gear melalui
transaxle control module), dan shift control valve diaktifkan berdasarkan perpindahan gigi,
kemudian mengalirkan oli.
Hubungan antara shifting gear dan switch ON-OFF pada shift control solenoid valve “A” dan
“B” adalah sebagai berikut.
1st gear ON ON
Shift control solenoid valve “A” mengatur line pressure yang menjalankan plug, sedangkan
solenoid valve “B” mengatur tekanan yang menangani shift control valve #1 land ke arah kiri.
Begitu diameter land #1 lebih besar daru land #2, maka arah pergerakan shift control solenoid
valve yang diakibatkan oleh pemberikan tekanan diantara land ini adalah ke arah kiri.
Jika tekanan juga diarahkan ke ujung kiri land #1 melalui port no 5b, tekanan yang menangani
arah kanan akan dibatalkan oleh tekanan ini dan kemudian shift control valve didesak ke
kanan oleh tekanan yang diberikan ke land #2.
SA Pressure
Ex Ex PRND2L
Manual valve
Pressure Control valve
Service Point
Ex Ex PRND2L
Manual valve
1
Pressure Control valve
0
Pressure Control
O Solenoid valve
Ex
Ex Transaxle
23b Control
Ex Module
Reducing pressure
sistem hydraulic control ini sudah menggunakan fungsi “fail safe feature” yaitu untuk
mencegah perpindahan gigi ke posisi mundur pada saat mobil melaju ke depan yang
dilakukan oleh pengemudi tanpa disengaja. Fungsi ini aktif apabila laju kendaraan minimal 7
km/jam.
Jika selector lever dipindahkan ke posisi “R”, maka transaxle control module akan
menjalankan pressure control solenoid valve untuk melepas tekanan reduksi. Begitu tekanan
reduksinya turun, maka N-D control valve akan begerak ke kanan karena desakan gaya pegas.
Kemudian menutup port no 9 dan melepas tekanan pada saluran 16. Pada saat saluran 16
dilepaskan, maka check ball akan terdesak manjauh dari bukaan kanan port, kemudian
menutup line pressure. Akibatnya low-reverse brake akan dilepas. Meskipun dalam
kondisi ini front clutch berpautan, transaxle tidak dapat menyalurkan tenaga putar ke ke gigi
mundur, kecuali bila low-reverse brake dijalankan. Karena itulah, ketika transaxle ditempatkan
dalam kondisi diatas, itu sama seperti pada pada posisi neutral.
1-2Shift Valve
katup ini dijalankan oleh line pressure yang telah diatur oleh shift control valve untuk merubah
aliran line pressure flow ketika dilakukan perpindahan gigi antara gigi ke satu dan ke dua.
Juga berfungsi untuk mengatur saluran tekanan hidrolis yang dikirim ke low-reverse brake
ketika ada di range R (reverse).
Kecepatan Pertama
To Low-reverse
brake
16 10
Ex
2nd
Ex
5a pressure 1-2 shift valve
SCSV “B” ON
5b 5b
5a 5b 5a
Ex
From pressure
control valve
Shift control valve Ex
Line pressure
Kecepatan kedua
2-3/4-3 Shift Valve
Rear clutch
2-3/4-
exhaust 3 shift
valve valve
1 11
SCSV “A” 7
From N-D
5a control valve
1 10
5a 6 Ex
Ex
1-2 shift
SCSV “B” valve
5 5b
b
5a 5 5a
Ex b
From pressure
Shift control valve control valve
Ex
To kickdown
servo apply side
17 11
SCSV “A”
OFF 5a
Rear clutch 16 10
exhaust valve Ex
2nd pressure
E 5a 1-2 shift
x
valve
SCSV “B” ON
5b 5b
5a 5 5a
b
Ex
From pressure
control valve
Shift control valve Ex
Line
pressure
Service Point
To Low-reverse brake
Valve with
orifice Valve with
orifice
To rear clutch
via rear clutch
exhaust valve
1-2 shift
valve
Manual
valve
Line pressure Ex Ex
Jika accelerator pedal ditekan langsung setelah select lever dipindah dari “N” ke “L”, maka rear
clutch langsung akan berpautan dan mobil akan bergerak di gigi ke 1st. Berkat adanya
pengaturan rangkaian hidrolis maka tekanan hidrolis secara aktual akan diarahkan ke rear
clutch dan low-reverse brake, juga pembagian berapa besarnya peluas yang harus disalurkan
ke mereka. Dampaknya adalah pertautan clutch bisa terlambat apabila temperatur
pelumasnya tinggi. Untuk mencegah hal tersebut, ada satu katup khusus yang dipasang di
dalam low-reverse brake circuit. Katup ini mempunyai orifice yang akan menahan aliran
pelumas pada saat tekanan diarahkan ke low-reverse brake, namun akan menutup aliran
apabila low-reverse brake dilepas, juga berguna untuk memperlancar pelepasan brake.
To S/R
side
2-3/4-3 shift
valve
To shift control
solenoid Line pressure Ex Plug
valve-A from 1-2 shift
valve End clutch valve
To shift control
solenoid
valve-B 2nd pressure
3rd pressure
4th pressure
Shift control
valve
Line pressure Ex
End clutch valve mengontrol waktu kapan saatnya tekanan hidrolis dikirim ke end clutch.
Service Point
Shift Control Solenoid Valve A, B, C (Advanced Alpha, Beta A/T – A4AF3, A4BF2)
Line pressure yang mengatur shift control valve dikontrol oleh dua shift control solenoid valves
(switch ON dan OFF mengikuti perpindahan gigi oleh perintah transaxle control module), dan
katup shift control diaktifkan menurut perpindahan gigi, dilanjutkan dengan mengalirkan dan
mematikan saluran oli.
Hubungan antara shifting gear dan switch ON-OFF pada shift control solenoid valve “A”,”B”
dan “C” adalah sebagai berikut.
Pressure control valve A, B mengatur tekanan yang disuplai ke setiap clutch dibawah kontrol
dari pressure control solenoid valve A, B gunanya adalah untuk menghilangkan kejutan saat
perpindahan gigi.
* In 2nd gear
- SCSV-C tetap dalam keadaan OFF begitu juga pada gear 2nd. Tekanan E/C dari shift
control valve dihadang di E/C valve selama proses perpindahan gigi dari gear 2nd ke 3rd
berlangsung.
- Tekanan SA disuplai dari shift valve 1-2, namun tekanan front clutch dan SR juga di suplai
dari shift valve 2-3/4-3, sehingga kedua tekanan SR dan SA akan dihentikan.
* In 3rd gear
- Tekanan E/C disuplai dari shift valve 1-2 di CSV setelah perpindahan gigi dari 2nd ke 3rd
selesai dilakukan. Tekanan SA disuplai dari control valve, namun tekanan front clutch dan
SR juga disuplai dari shift valve 2-3/4-3, sehingga kdua tekanan SR dan SA akan
dimatikan.
* Elemen kerja
4th. - • •
2nd. • - •
* Kontrol
Hanya meloncat gigi dari 4•2 (SCSV-C ON) ketika melepas tekanan E/C clutch, dia
dikontrol oleh duty yang ada pada PCSV-A hanya untuk loncatan perpindahan 4•2 .
(3) Berlanjut meneruskan ke SA: dari (SCV) ke SA melalui (CSV)
* Shift control solenoid valve (SCSV) OFF: Tekanan dari shift control valve dimatikan ketika
SCSV-C dalam keadaan OFF.
* Shift control solenoid valve (SCSV) ON : Ketika SCSV-C dalam keadaan ON, yaitu pada
kecepatan gear 3rd, 4th, katup ini memindahkan line pressure ke regulator valve untuk
dikurangi sekitar (6.6 ~ 7.1) kgf/cm2.
- Failsafe Valve
[Normal]
[Failsafe]
Mudah dalam membuat kontrol logic dan shifting data komposisinya menyatu dengan EMS
Kualitas perpindahannya stabil oleh kontrol tegangan sesuai dengan momen mesin.
Mudah dikalibrasi (data terkanan untuk shifting disusun dengan pemetaan)
Ketahanan dan perpindahan giginya halus dikarenakan adanya kontrol reduksi momen
mesin secara efektif.
Konsumsi bahan bakar lebih hemat berkat diperluasnya fungsi kerja damper clutch
Pemangkasan biaya (PCM menyatu)
The pulse generator “A” detects the speed of the end clutch retainer. The speed signal is used
for damper clutch control, hydraulic pressure control and incorrect gear detection by PCM.
The pulse generator “B” detects the speed of the transfer driven gear. The speed signal is
used for shift timing, hydraulic pressure control and incorrect gear detection by PCM.
- Service point
- Service point
The inhibitor switch, in addition to the start safety device, also includes a circuit for detection of
the selector lever position, for sending signals to the transaxle control module.
- SCSV-A/B/C (ON/OFF)
- PCSV-A/B (Duty) [Section A-A]
- DCCSV (ON/OFF)
Fungsi
- Damper Clutch Control Solenoid Valve(DCCSV) : Dikontrol oleh PCM. A damper clutch
bekerja oleh DCCSV.
- Shift Control Solenoid Valve-A (SCSV-A) : Dikontrol oleh PCM. Menjalankan gear 1st /
4th .
- Shift Control Solenoid Valve-B (SCSV-B) : Dikontrol oleh PCM. Menjalankan gear 1st /
2nd .
- Shift Control Solenoid Valve-C (SCSV-C) : Dikontrol oleh PCM. Menjalankan gear 3rd / 4th
dan menurunkan line pressure. Mengontrol end clutch.
- Pressure Control Solenoid Valve-A (PCSV-A) : Dikontrol oleh PCM. Mengontrol tekanan
untuk pertautan front clutch, end clutch, kick down brake dan low & reverse brake.
- Pressure Control Solenoid Valve-B (PCSV-B) : Dikontrol oleh PCM. Mengontrol tekanan
untuk pertautan rear clutch.
Keunggulan
Karateristik
Kerja Solenoid
PCM mempunyai beberapa pemetaan data berdasarkan pola perpindahan gigi. Input utama
(primary) untuk waktu perpindaan masing masing pola shifting yang dipakai oleh PCM adalah
throttle position sensor (besarnya sudut TPS adalah itensitas pengemudi pada saat
menjalankan kendaraan) dan PG-B (yang mendeteksi kecepatan output shaft).
Shift pattern mempunyai beberapa shift line untuk setiap gear seperti 1st gear, 2nd gear, 3rd
gear, 4th gear bergitu juga lock-up. Shift line terdiri dari banyak titik yang bertemu dengan sudut
TPS & kecepatan output. Dan faktor lain seperti ATF temperature dan sinyal overdrive juga
dipakai untuk shift control ketika ada informas yang datang, PCM memberikan sinyal on/off ke
shift control solenoid valve “A”,“B”,”C” sesuai dengan urutan perpindahan gigi.
Ketika gigi sedang dipindahkan, tekanan hidrolis dikontrol oleh PCM untk mengurangi gejala
kejutan. PCM mengontrol tekanan yang diberikan ke komponen yang bertautan berdasarkan
duty control yang ada pada pressure control solenoid valve. Nilai duty yang pas untuk tekanan
hidrolis ditentukan oleh momen turbin dari masing-masing kecepatan kendaraan. Momen
turbin dapat diperoleh dari momen mesin.
- Loncatan perpindahan gigi bisa dilakukan pada A/T baru. (4th • 2nd)
- Berkurangnya waktu perpindahan gigi (sekitar 0.6 detik).
Pada saat temperatur ATF mencapai 125 atau lebih, bisa mengakibatkan torque converter
•
menjadi selip. Untuk mengurangi agat torque converter tidak selip dan mencegah agar
temperatur ATF tidak terlalu tinggi, maka PCM merubah shift patterns pada ATF pada saat
temperatur tinggi.
Tekanan hidrolis pada saat berpautan dengan clutch dan manjalankan brake. Tekanan hidrolis
tersebut diatur oleh pressure control valve. Tekanan hidrolis yang bekerja pada pressure
control valve kemudian diatur oleh pressure control solenoid valve yang kerjanya dibawah
pengawasan transaxle control module. PCM mengontrol solenoid valve melalui duty control,
untuk selanjutnya memberikan tekanan hidrolis yang sudah diatur sesuai kebutuhan.
PCM menentukan waktu saat perpindahan gigi (selama perpindahan giginya dilakukan oleh
tekanan hidrolis) berdasarkan perubahan kecepatan turbin. TCU yang ada di dalam PCM
menerima informasi momen mesin dari ECU pada setiap 10 milidetik. Kemudian merubah
momen mesin tersebut ke dalam momen turbin. Berdasarkan momen turbin tersebut maka
duty pada PCSV akan terkontrol dan tekanan olinya akan berubah. Gejala kejutan akan hilang
berkat adanya kontrol momen. Ketika transaxle dalam keadaan dingin, maka tingkat
kekentalan ATF akan tinggi, menyebabkan respon tekanan olinya menjadi lebih rendah. Dalam
kondisi seperti ini, transaxle control module memberikan koreksi untuk tekanan oli dengan
cara merubah control duty yang ada pada pressure control solenoid valve.
PCM mengeluarkan pulsa penggerak pressure control solenoid valve seperti tampak pada
gambar. Pulsa ini menggerakkan pressure control solenoid valve pada frekwensi 35Hz (satu
periode siklus T=28.6 milidetik).
Pergantian tekanan hidrolis diperoleh melalui perubahan durasi pulsa “t”. metode kontrol ini
disebut dengan “duty control” dengan kata lain semakin lama durasi pulsa “t”, maka tekanan
hidrolisnya akan menjadi semakin lambat (gambar C). * Duty: rasio lamanya suplai power “t”
dalam satu siklus waktu T (28.6 milidetik), dinyatakan dalam persentase, dengan rumus
sebagai berikut
Gambar ‘A’ terlihat duty sebesar 50% power yang disuplai ke solenoid valve setengah durasi
(ta) dari satu siklus waktu T. Gambar B terlihat duty sebesar 20% yang disuplai ke solenoid
valve dengan durasi 20% (tb) dari satu siklus waktu T.
Damper clutch dirancang di dalam torque converter fungsinya adalah untuk menghemat bahan
bakar. Sistem damper clutch terdiri dari torque converter dengan damper clutch, bermacam
sensor, satu control module (computer), dan satu oil pressure regulating valve untuk
mengontrol damper clutch.
Cara Kerja
Ketika solenoid valve dimatikan, maka orifice di dalam katup akan menutup dan tekanan pada
ruang D akan naik ke tingkat yang sudah ditetapkan yang diatur oleh reducing valve. Sehingga
mengakibatkan damper clutch control valve bergerak ke kanan, untuk melepas damper clutch.
Reducing valve menstabilkan tekanan hidrolis yang ada di chamber D.
Ketika solenoid valve dihidupkan, orifice di dalam katup akan dilepas dan tekanan pada ruang
D akan turun. Akibatnya, damper clutch control valve akan bergerak ke kiri dan tekanan
hidrolis akan disuplai dari oil pump mendesak damper clutch agar bekerja.
Pengemudi kadang kali salah memasukkan shift lever ke posisi range “R” ketika mobil sedang
malaju ke depan, PCM tidak akan mengait “Reverse gear” sampai kondisi dibawah ini
terpenuhi.
a. Tujuan : Mencegah agar gear tidak measuk ke posisi “Reverse” ketika mobil melaju ke
depan atau perpindahan dari D R
b. Kondisi kerja
- D R shift
- Output speed >= 200 rpm
5.1.1 Sensor
2) Input Speed
Failure Detected Conditions Failsafe DTC
* Inhibitor S/W ¡ ÁP,R,N & Output speed > 1000 rpm & D : 3rd gear hold
0717
Engine speed > 3000 rpm 2, L : 2nd gear hold
too low
3) Output speed
Failure Detected Conditions Failsafe DTC
* D,2,L
Open, * 1st gear: TPS > 50% &
D : 3rd gear hold
GND Short, Engine speed > 3000 rpm for 4 seconds or more 0722
2, L : 2nd gear hold
Short * 2nd~4th gear: Input speed > 1500 rpm for 5 seconds or more
- Outputspeed = 0 rpm
4) Inhibitor Switch
Failure Detected Conditions Failsafe DTC
Open / GND
* Engine speed > 600 rpm 0707
Short
Previous signal
Short - No signal detected or Multiple signal for 30 seconds or more 0708
5) Brake Signal
Failure Detected Conditions Failsafe DTC
* Output speed > 900 rpm & ATF Temp. > 60¡ É
& Inhibitor S/W ¡ ÁP,R,N & Engine speed > 600 rpm
No signal
- No GND Short & S/W OFF continues for 2 seconds or more 1709
GND Short from 5 seconds after shifting to 1st or 3rd gear
- No Open circuit & S/W ON continues for 2 seconds or more
from 5 seconds after shifting to 2nd or 4th gear
5.1.2 Actuator
Open, 0750
GND Short, - Circuit open or short for 120ms or more (Circuit continuity) 3rd gear hold 0755
Short 0760
* Damper Clutch OFF & 50¡ É< ATF Temp. < 130¡ É&
TPS > 20% & Output speed > 1000 rpm &
Stuck Engine speed > 0 rpm & Inhibitor S/W ¡ ÁP,R,N range &
DamperClutch inhibited 0742
closed Inhibitor & Input speed normal
- Slip amount = | Engine - Input speed | < 5 rpm for 7 sec. or more
Diagnosis system
Service data
Fungsi diagnosis : Hanya alat scan (Hi-scan) yang dapat mendeteksi DTC.
Fail Safe: Bekerja ketika salah satu dari item fail-safe bekerja lebih dari 4 kali.
Metode penghapusan : otomoatis mendeteksi apabila temperatur ATF mencapai 50 lebih dari
•
200 kali dari inisial yang disimpan di memori, kode kerusakan akan dihapus dengan sendirinya.
Penghapusan secara paksa dapat dilakukan dengan Hi-scan
Memastikan komplain
Langkah pertama dalam prosedur diagnosa adalah memastikan komplainnya. Yang
melibatkan pelanggan untuk mencari tahu kerusakan apa yang dimaksud, dan dalam kondisi
seperti apakah gejala kerusakannya muncul.
Pertama kali, dengarkan dengan seksama keluhan pelanggan dan menganalisa gejalanya
menggunakan lembar kerja. Lembar kerja ini akan memandu anda untuk melakukan prosedur
analisa dengan benar.
Langkah salanjutnya adalah kerusakan yang sudah ditemukan:
Apakah sebelumnya kendaraan ini pernah diserbis? Jika ya, apa yang dikerjakan?
Apakah kendaraan ini pernah mengalami tabrakan?
Apakah kendaraan perawatannya kurang baik atau cara pemakaian yang tidak benar?
Apakah pelanggan ini penah melakukan perawatan sendiri? Jika Ya, apa yang
dikerjakan ?
Perhatikan kondidi kendaraan secara keseluruhan, apakah ada yang janggal. Namun
pernyataan ini harus anda tanyakan atau temukan sebagai bagian dari dia diagnosis. Begitu
anda menemukan penyebab kerusakan, maka anda perlu memprioritaskannya, pilihlah
kemungkinan penyebab yang paling utama, kemudian yang kedua dan seterusnya. Disini
pengalaman dan kejelian berperan dalam melakukan prosedur diagnosa. Setelah anda
mengetahui faktor kemungkinan penyebab yang dominan, maka selanjutkan melakukan
pemeriksaan. Lakukan pemeriksaan yang paling mudah dahulu, terus sampai sumber
kerusakan ditemukan.
Begitu sumber kerusakan ditemukan, segera lakukan perbaikan. Terakhir, evaluasi hasil
kerja kemudian cek kembali. Catat dalam ingatan kita kerusakan pertama yang sudah kita
perbaiki, karena kemungkinan esok bisa muncul kembali. Sebelum memastikan komplain
pelanggan, ada sedikit tes awal sebelum melakukan road tes. Adapun tes tersebut adalah
sebagai berikut ;
Hydraulic check
1) Pemeriksaan saluran oli (oil passage)
Periksa kerusakan berdasarkan gejala yang ada dan kerja actuator. Misalnya: jika ada kejutan
pada gear 3rd. dan reverse gear, maka periksa seluruh saluran oli yang ada pada front clutch.
Apabila pada saluran oli tidak ada sesuatu yang menghalangi, namun kerusakan masih tetap
ada, maka kemungkinan valve body kotor. Bila memang demikian, maka bersihkan valve body
atau bila ada komponen yang rusak, ganti dengan yang baru. Kemudian lakukan tes.
Road test
Road test ini dilakukan untuk memastikan komplain dan untuk mendapatkan kepastian apakah
penyebab kerusakan tersebut. Saat melakukan road test, anda harus berkonsentrasi penuh
terhadap performa transaxle dan bagaimana kerja transaxle tersebut. Akan sangat
membantu jika perhatian anda berfokus pada item berikut:
Jika keluhannya adalah ada pada tekanan hidrolis seperti selip, tersendat, kecepatan
kendaraan berkurang such, maka bisa dilakukan tes tekanan hidrolis untuk memeriksa apakah
tekanannya berkurang. Bilamana ada kebocoran yang cukup parah atau terdengar noise yang
abnormal atau kerusakan lainnya, periksa transaxle apakah perlu dilepas untuk diperbaiki.
(a) Periksa kerja perpindahan gigi ke atas ; 1-2, 2-3 dan 3-O/D, dan poin perpindahan harus
seperti pola perpindahan gigi yang dilakukan secara otomatis. Lakukan pengetesan
keduanya, baik dengan cara normal dan dengan power pattern (perpindahan manual
dengan cara memindahkan posiisi shift lever). Catatan: ketika temperatur ATF adalah 20
•
(b) Periksa apakah ada gejala kejutan dan selip ; dengan cara yang sama, periksa apakah
ada gejala kejutan dan selip pada saat perpindahan gigi naik dari 1•2, 2•3, dan 3•O/D
upshifts.
(c) Matikan O/D switch pada saat yang sama begitu accelerator pedal dilepas. Periksa
apakah transaxle dapat berpindah dari 4th ke 3rd dan kecepatan mesin bertambah.
(d) Periksa apakah ada gejala noise dan bergetar : Jalankan mobil pada range D kemudian
periksa apakah ada gejala noise dan getaran yang tidak normal. Catatan: Pemeriksaan
penyebab suara dan getaran yang abnormal harus dilakukan dengan hati-hati, karena bisa
juga hal itu disebabkan karena tingkat keseimbangan yang kurang pas pada differential,
(f) Periksa apakah ada gejala kejutan atau selip pada saat proses kickdown.
(g) Periksa mekanisme lock-up
Melaju dengan range D, O/D gear, dengan kecepatan stabil (lockup ON) sekitar 60
km/jam.
Secara perlahan tekan accelerator pedal dan periksa apakah putaran mesin tidak
berubah secara drastis.
Jika ada loncatan pada putaran mesin, artinya tidak terjadi lock-up.
Pindahkan Shift lever ke posisi range 2 dan sambil melaju dengan accelerator pedal ditahan
diposisi throttle valve terbuka penuh, tekan salah satu pattern selector kemudian periksa item-
item sebagai berikut:
(a) Periksa kerja upshift
Periksa perpindahan gigi otomatis dari 1-2 apakah berjalan dengan baik sesuai dengan
pola perpindahan gigi otomatis.
(b) Periksa apakah ada suara yang tidak normal pada saat akselerasi dan deselerasi, dan
apakah juga terdapat gejala kejutan pada saat perpindahan gigi otomatis ke atas dan ke
bawah.
Pindahkan Shift lever ke posisi range L range sambil melaju dengan accelerator pedal ditahan
diposisi throttle valve terbuka penuh, tekan salah satu pattern selector kemudian periksa item-
item sebagai berikut:
(a) Tidaka ada perpindahan gigi naik
Pada saat mobil melaju di range L, maka tidak lagi ada perpindahan gigi naik ke gear
2nd.
(b) Periksa apakah ada suara dan getaran yang tidak normal pada saat akselerasi dan
deselerasi.
Tes pada range R
Pindahkan Shift lever ke posisi range R, dan pada saat melakukan starting dengan throttle
valve terbuka penuh, periksa apakah ada gejala kejutan dan selip.
Hentikan mobil pada jalan menanjak (lebih dari 5•) dan setelah shift lever dipindahkan ke
posisi range P, kamudian lepaskan parking brake. Pastikan bahwa mobil tidak bergerak maju
dan mundur.
* Harus 19.6 kPa (2.8psi) atau kurang (ada tekanan oli, namun angkanya tidak standar)
SW-ON: Switch ON overdrive control switch
SW-OFF: Switch OFF overdrive control switch.
1. Keluarkan ATF.
2. Keluarkan oil pan.
3. Lepas oil filter dan oil temperature sensor.
4. Lepas valve body assembly. Manual valve bisa keluar sendiri, sehingga hati-hati jangan
sampai terjatuh.
O-ring
5. Putar adjustment screw yang ada pada regulator valve kemudian setel line pressure
(kickdown brake pressure), sehingga angkanya menjadi standar. Apabila adjustment screw
diputar ke kanan, maka line pressure akan menjadi lebih tinggi; apabila diputar ke kiri,
maka akan menjadi lebih rendah.
Nilai Standar: 870-890kPa (124-126psi, 8.9-9.1kg/cm2)
Tekanan oli akan berubah setiap kali adjustment screw diputar: 38kPa (4.6psi, 0.39kg/cm2)
6. Periksa untuk memastikan apakah O-ring terpasang dibagian permukaan atas valve body;
penenpatannya seperti tampak pada gambar.
7. Ganti solenoid valve connector O-ring dengan yang baru.
8. Pasang valve body assembly ke tempatnya kemudian masukkan solenoid valve connector
ke dalam case, pada saat yang bersamaan, pastikan bagian yang menonjol pada
permukaan connector menghadap seperti tampak pada gambar. Juga hati-hati jangan
sampai lead wire tertarik.
9. Kencangkan baut pengikat valve body assembly (10 buah) sebesar 10-12Nm (100-
120kg.cm, 7.5-8.5lb.ft)
Reducing Valve
Poin perbaikan
Penyetelah tekanan reduksi (reducing
pressure)
1. Keluarkan semua ATF kemudian
lepas oil pan dan oil filter. Valve
body tidak perlu dilepas.
2. Putar adjustment screw yang terdapat
pada lower valve body kemudian
setel agar tekanan reduksinya
mencapai nilai standar. Apabila
adjustment screw diputar ke kanan,
tekanan reduksi akan lebih rendah;
dan bilamana diputar ke kiri, maka tekanan reduksinya akan menjadi lebih tinggi.
Nilai standar: 425±10 kPa (60±1psi, 4.3±1kg/cm2), perubahan tekanan oli untuk setiap kali
putaran adjustment screw adalah : 30 kPa (4.3psi, 0.3kg/cm2)
7) Tempatkan selector lever di posisi “R” dan lakukan stall test dengan cara dan prosedur
yang sama seperti yang telah dijelakan sebelumnya.
Kemungkinan
Problem
Penyebab
- Engine output kurang
Stall speed rendah pada range D dan R
- Stator one-way clutch mengalami malfungsi
- Line pressure terlalu rendah
Stall speed tinggi pada range D - Rear clutch selip
- Overrunning clutch mengalami malfungsi
Periksa apakah ada yang bocor dari transmission. Jika ada kecoboran maka perlu dilakukan
perbaikan atau penggantian seperlunya pada replace O-ring, seal packings, oil seals, plugs
atau komponen lainnya.
Rear cover ass’y and rear cover “O” ring O-rings for
kickdown servo
S/W and servo
Differential
cover and
gasket
3) Periksa kondisi pelumas, jika tercium bau hangus atau warnanya menghitam, segera ganti
dengan yang baru.
4) Ganti minyak transmisi.
a) Lepas drain plug dan keringkan pelumas.
b) Bersihkan drain plug kemudian kencangkan
drain plug dengan gasketnya sebesar
30~35Nm (300~350kg.cm)
c) Dengan mesin dalam keadaan OFF, tambahkan
ATF melalui oil filter tube sekitar 4 liter (4.2
u.s.qts, 3.5 imp.qts).
(d) Hidupkan mesin dan pindahkan shift lever ke
semua posisi dari P ke L kemudian
pindahkan kembali ke posisi P.
(e) Dengan mesin dalam ke adaan idling, periksa
jumlah pelumas. Tambahkan pelumas sampai
level pada dipstick menjapai level COOL.
(f) Periksa jumlah pelumas pada saat suhu
mencapai temperatur normal (70 - 80 ) dan
• •
OK if hot
tambahkan bilamana perlu.
Accelerator cable
Pastikan bahwa throttle valve terbuka dan menutup
mengikuti kerja accelerator pedal. Jika tidak, setel
accelerator cable.
Appendix
Hydraulic Circuit (P range)