=
(3.4)
dimana :
K : Permeabilitas, mD.
Q : Laju alir, ml/s.
: Viscositas, cp.
L : Panjang sampel, cm.
A : Luas permukaan sampel, cm
2
.
oP : Perbedaan tekanan, psi.
Harga permeabilitas maksimum yang direkomendasikan oleh API adalah
tidak lebih dari 0,1 mD. Permeabilitas semen erat kaitannya dengan kekuatan
semen. Harga permeabilitas yang kecil akan menyebabkan harga strength yang
besar begitupun sebaliknya.
3.6.8. Kualitas Perforasi
Semen yang keras atau dengan kata lain semen yang mempunyai strength
besar tidak baik diperforasi karena semen akan hancur. Sehingga dianjurkan untuk
melakukan perforasi di saat semen belum keras betul.
J ika semen yang diperforasi pecah atau hancur maka pada daerah batas
minyak dengan air atau batas minyak dengan gas akan terproduksikan fluida yang
tidak diharapkan yang umum adalah cepat terproduksinya air. Agar semen tidak
mempunyai strength awal yang tinggi dapat ditambahkan addives yang sesuai.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.6.9. Pengaruh Tekanan dan Temperatur Tinggi
Meningkatnya tekanan dan temperatur di atas kondisi tekanan atmosfer
akan menghasilkan penurunan thickening time terhadap sebagian semen sumur
minyak. Meningkatnya tekanan di bawah kondisi isothermal akan meningkatkan
compressive strength. Pengaruh peningkatan temperatur akan semakin
mempersulit keadaan. Compressive strength sebagian besar semen akan
meningkatkan kerapatan sampai mencapai tempertur kristis, biasanya antara
200
0
F sampai 240
0
F. Di atas harga ini maka compressive strength akan menurun.
Pengaruh temperatur dan tekanan terhadap sifat semen dapat dilihat Tabel III-12.
Tabel I II -12
Pengaruh Temperatur dan Tekanan Terhadap Sifat Semen.
2)
Well-Depth API
Casing Cementing
Conditions
*
Temperatur Pumpability Time
*
Static
Cementing
Portland
Cement Water
5.2 gal/sk
SlowSet
Cement Water
4.5 gal/sk
2.000 ft
4.000 ft
6.000 ft
8.000 ft
10.000 ft
12.000 ft
14.000 ft
110
0
F
140
0
F
170
0
F
200
0
F
230
0
F
260
0
F
290
0
F
91
0
F
10.3
0
F
11.3
0
F
125
0
F
144
0
F
172
0
F
206
0
F
6 : 00 +
6 : 12
3 : 22
2 : 07
1 : 34
1 : 07
1 : 00
-
-
-
6 : 00 +
4 : 09
2 : 55
2 : 15
*
API Testing Code RP-10 B.
3.6.10. Daya Tahan Korosi
Adakalanya formasi mengandung cairan-cairan yang merusak sifat semen
seperti Na
2
SO
4
, MgSO
4
dan MgCl
2
. Hal ini menyebabkan semen akan lunak bila
kena cairan tersebut. Hal ini mengakibatkan semen tidak berfungsi dalam hal
menahan cairan formasi menuju casing, sehingga casing akan berkarat. Untuk
menghindari pelunakan semen karena hal tersebut maka dipilih semen yang tahan
terhadap cairan-cairan tersebut. Cairan garam sulfat ataupun MgCl
2
tidak
melunakkan semen untuk temperatur dangkal. Melunaknya semen dikarenakan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
cairan garam tersebut bereaksi dengan lime dan senyawa alumina. Karena itu
Tricalcium Aluminate di dalam semen tidak boleh lebih dari 3 %.
3.7. Perencanaan Pekerjaan Primary Cementing
3.7.1. Fluida Dalam Sumur
Fluida dalam sumur, baik berupa air maupun lumpur yang digunakan pada
waktu pekerjaan pemboran. Hal ini sangat penting karena apabila lubang sumur
masih ada fluida yang tidak diinginkan maka akan dapat mengganggu kesuksesan
dalam penyemenan.
3.7.2. Desain Bubur Semen
Dalam mendesain bubur semen untuk operasi penyemenan ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan.
3.7.2.1. Suhu dan Tekanan
Dalam melaksanakan operasi penyemenan, pengaruh suhu dan tekanan
harus diperhatikan. Sebab suhu dan tekanan akan mempengaruhi terhadap
penempatan dan thickening time dari pada bubur semen. Tekanan penyemenan
juga akan menpengaruhi bubur semen.
Suhu yang dijumpai dalam penyemenan dapat tinggi dikarenakan sumur
belum dilakukan sirkulasi dengan air ataupun lumpur yang menyebabkan
terjadinya penurunan suhu dasar sumur. Perlu diketahui bahwa bubur semen harus
tetap dalam keadaan cair dalam waktu yang cukup lama. J adi tidak hanya untuk
ditempatkan dengan tepat tetapi juga untuk mencapai tekanan dan pengeluaran
bubur semen yang berlebihan.
3.7.2.2. J enis Semen
Sebagian besar semen API klas A, G atau H digunakan dalam operasi
penyemenan. Semen klasA digunakan untuk kondisi sumur sampai kedalaman
6000 ft sedangkan klas G ini digunakan untuk kondisi sumur sampai kedalaman
800 ft dan suhu statik dasar lubang tidak melebihi 170
0
F.
Untuk sumur lebih dalam klas G atau H ini dapat ditambahkan dengan
additive-additive tertentu yang disesuaikan dengan kondisi formasi, sehingga
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
bubur semen dapat digunakan untuk pekerjaan primary cementing berdasarkan
waktu yang diperlukan bubur semen untuk operasi penyemenan di samping
memberikan penutupan yang baik.
3.7.2.3. Kontrol Filtrasi
Filtrasi sangat penting dalam pendesainan semen untuk pekerjaan primary
cementing. Bila semen di desak masuk terhadap media permeabel maka
perbedaan tekanan akan memaksa air dari dalam solid semen membentuk filter
cake. Cake ini akan lunak dan dapat dikeluarkan dengan jetting tetapi cake ini
tidak dapat dipompakan. Ketebalan filter cake tergantung pad permeabilitas cake
tersebut atau permeabilitas formasi, sifat fluid loss bubur semen, perbedaan
tekanan squeeze dan waktu pemompan.
API filter loss dari semen dasar berkisar antara 600 2500 cc dalam
30 menit tetapi kenyataannya dehidrasi terjadi demikian cepat sehingga sukar
untuk mengukurnya. Filter loss dapat diperkecil sampai 25 100 cc dalam
30 menit yaitu dengan cara menambahkan bentonite dan menyebar agent-agent
atau polymer-polymer.
Tabel I II -13
Perbandingan Bubur Semen Filtration Loss, Permeabilitas
Filter Cake dan Waktu Membentuk Filter Cake.
4)
API Filtration Loss Pada
1000 psi (cc/30 menit)
Permeabilitas Filter Cake Pada
1000 psi (md)
Waktu Membentuk
Cake 2-in menit
1200
300
100
50
5.00
0.54
0.09
0.009
0.2
3.4
30.0
100.0
3.7.3. Volume Bubur Semen
Kualitas bubur semen yang digunakan dalam operasi penyemenan dapat
berkisar dari beberapa sak sampai ratusan sak. Volume rata-rata berkisar 100
200 sak. Namum demikian jumlah semen yang tertentu akan tergantung dari
tujuan operasi penyemenan. Volume bubur semen untuk keperluan penyemenan
tidak dapat dikontrol dengan tepat sehingga untuk menentukan jumlah sak semen
yang akan dipakai adalah berdasarkan pengalaman daerah tersebut.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.7.4. Tekanan Pemompaan
Pemilihan tekanan pemompaan dalam operasi penyemenan sangat penting
karena tekanan pemompaan akan menentukan pola aliran dalam proses
pendorongan bubur semen ke dalam sumur, apakah berbentuk laminar ataukah
turbulent.
3.7.5. Waktu Pemompaan
Waktu pemompaan yang cukup adalah waktu yang dihendaki agar sisa
semen dapat dikeluarkan dari sumur. Penentuan waktu pemompaan lebih dari
1.5 jam cenderung memboroskan biaya pemboran apabila waktu tersebut hanya
digunakan untuk mendapatkan strength semen cepat terbentuk.
3.7.6. Kekuatan Semen
Kekuatan semen menunjukkan besarnya gaya yang dapat ditahan oleh
ikatan semen. Gaya-gaya yang bekerja pada ikatan semen tersebut terdiri dari
gaya horisontal dan vertikal.
Kekuatan semen akan terbentuk ketika semen mulai hidrasi dan kekuatan
semen tersebut terus meningkat untuk beberapa waktu, kemudian kekuatan ini
akan konstan. Bertambahnya tekanan dan suhu akan mengakibatkan kenaikkan
kekuatan semen, tetapi pada suhu di atas 230
0
F, kekuatan semen akan menurun.
Besarnya penurunan kekuatan semen ini tergantung dari komposisi semen itu
sendiri.
Pada semen dasar dan semen lainnya adalah semakin besar suhu dan
semakin lama curing time-nya (waktu semen didiamkan) maka compressive
strength dari semen semakin kuat tetapi apabila ditambah retarder, compressive
strength akan menurun kekuatannya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.8. Teknik Penyemenan Liner Produksi
3.8.1. Tujuan Penyemenan Liner Produksi
Untuk sumur-sumur yang dalam sering digunakan liner sebagai pengganti
casing. Liner ini di pasang dengan cara menggantungkannya pada casing
sebelumnya. Tujuan pemasangan liner ini adalah untuk penghematan casing di
samping itu untuk mengurangi beban menara bor.
Gambar 3.2. memperlihatkan pemasangan casing liner. Pemakaian liner
produksi ini bertujuan :
a. Menutup zona open hole di bawah intermediate casing dari guguran formasi.
b. Lebih ekonomis bila dibanding dengan pemakaian production casing biasa.
Gambar 3.2.
Casing Liner.
9)
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Production liner di pasang dari trayek casing sebelumnya sampai pada
kedalaman terakhir dan berfungsi sebagai casing produksi, dimana biasanya
overlap antara liner dengan casing sebelumnya ini sekitar 150 meter. Overlap
antara liner dengan casing sebelumnya ini, ditentukan dengan melihat pada
kekuatan (kekompakan) formasi atau batuannya.
3.8.2. Peralatan Penyemenan Liner Produksi
3.8.2.1. Peralatan di Permukaan
Peralatan di permukaan yang diperlukan dalam penyemenan liner
produksi, terdiri dari :
1. Cemnting Unit
Cementing unit merupakan suatu unit pompa yang berguna untuk
memompakan bubur semen dan lumpur pendorong dalam proses penyemenan.
Pada dasarnya cementing unit merupakan kumpulan dari berbagai peralatan
yang diperlukan dalam proses penyemenan yaitu :
a. Pump Skid
Pump skid merupakan pompa yang berfungsi untuk memompakan bubur
semen dan lumpur pendorong. Di samping itu pompa ini juga digunakan
untuk menekan bubur semen agar masuk ke dalam formasi melalui lubang
perforasi. Tekanan yang digunakan untuk memasukkan bubur semen
tersebut disebut tekanan squeeze.
b. J et Mixer
J et mixer berfungsi untuk mencampur semen kering dengan air sehingga
mengahsilkan bubur semen yang homogen.
c. Mixing Tub
Mixing tub adalah suatu alat yang berfungsi untuk menampung bubur
semen yang telah dihasilkan oleh jet mixer, bubur semen yang tertampung
selanjutnya dihisap oleh pump skid untuk diteruskan ke dalam sumur.
d. Bulk Cement
Bulk cement adalah suatu alat yang berfungsi untuk menyimpan atau
menampung semen kering.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.3
Cementing Unit.
5)
2. Flow Line
Flow line merupakan rangkaian pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur
semen atau sebagai media untuk mengalirkan fluida pendorong dari cementing
unit ke cementing head.
3. Cementing Head
a. Liner Cementing Head
Merupakan ujung dari flow line yang mempunyai fungsi untuk
memasukkan bubur semen ke dalam sumur.
b. Plug Dropping Head
Merupakan tempat top plug yang akan diluncurkan untuk mendorong
bubur semen dan juga tempat memasukkan bola besi untuk pengesetan
hydraulic liner hanger (Gambar 3.4).
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.4.
Plug Dropping Head.
3)
3.8.2.2. Peralatan Bawah Permukaan
1. Liner Hanger
Tempat menggantungkan liner yang diset pada casing sebelumnya. Liner
hanger mempunyai dua tipe yaitu diset secara mechanical dan hydraulic.
2. Female Plug (Liner Wiper Plug)
Plug yang diset pada ujung tubing/drill pipe yang terletak dalam liner.
3. Male Plug (Drill Pipe Wiper Plug)
Plug yang berfungsi untuk mendorong bubur semen melalui tubing/drill pipe
yang telah ditempatkan pada plug dropping head.
4. Landing Collar
Tempat untuk mendaratnya setting ball untuk keperluan pengesetan hydraulic
hanger dan juga tempat pendukung plug.
5. DSCC (Dual Stage Cementing Collar)
Digunakan pada penyemenan bertahap / bertingkat, sebagai tempat keluarnya
semen dari casing ke annulus setelah tahap pertama dan sebelumnya.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
6. Float Shoe
Peralatan yang terletak paling ujung dari rangkaian liner. Float shoe
dilengkapi dengan valve yang berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran
balik bubur semen dari annulus ke dalam liner (Gambar 3.5).
7. Float Collar
Adalah Collar yang mempunyai valve yang berfungsi untuk mencegah aliran
balik bubur semen dari annulus ke dalam liner bila folat shoe tidak berfungsi
sempurna (Gambar 3.5).
Gambar 3.5.
Float Equipment.
3)
8. Scratcher
Digunakan untuk membersihkan dinding lubang bor dari mud cake sehingga
semen akan melekat dengan baik pada formasi.
9. Centrallizer
Digunakan untuk menempatkan liner agar berada di tengah-tengah lubang bor
sehingga akan didapatkan cincin semen yang merata.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.6.
Centralizer.
3)
3.8.3. Operasi Penyemenan Liner Produksi
Untuk pelaksanaan penyemenan liner produksi setelah liner hanger diset
pada intermediate casing adalah sebagai berikut :
1. Adakan sirkulasi terlebih dahulu dengan lumpur untk membersihkan kotoran
yang masih ada, kemudian pompakan spacer dan selanjutnya bubur semen
sebanyak yang diperlukan (Gambar 3.7a.).
2. Masukkan male plug ke dalam drill pipe melalui plug dropping head untuk
mendorong bubur semen (Gambar 3.7b.).
3. Pompakan lumpur pendorong hingga male plug bertemu dengan female plug
yang telah diset pada ujung setting tool (Gambar 3.7d.).
4. Gerakan male dan female plug yang turun ke bawah akan berhenti pada float
collar. Setting tool dan rangkaian drill pipe kemudian diangkat ke permukaan
(Gambar 3.7d dan e).
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.7. memperlihatkan pekerjaan penyemenan liner produksi.
Gambar 3.7.
Liner Cementing J ob.
3)
Rangkaian liner seperti yang disebutkan di atas, dimasukkan ke dalam
lubang bor dengan perantaraan setting tool yang disambung pada ujung rangkaian
drill pipe (Gambar 3.8). Pada ujung setting tool ini dilengkapi dengan female plug
yang berlubang.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.8.
Liner Setting Tool.
3)
3.9. Hidrolika Penyemenan
Sifat atau pola aliran suspensi semen yang diterapkan delam operasi
penyemenan primer merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan
penyemenan. Suspensi semen dan lumpur pemboran merupakan fluida non-
Newtonian, yaitu fluida yang tidak bersifat adanya perbandingan tetap antara
shear stress dan shear rate yang umumnya dianggap sebagai fluida bingham
plastic. Fluida yang termasuk bingham plastic adalah fluida yang untuk terjadinya
aliran harus ada minimum shear stress yang melebihi suatu harga minimum
Ty (yield point). Setelah yield point dilampaui maka penambahan shear sterss
lebih lanjut akan menghasilkan shear rate yang sebanding dengan p (plastic
viscositas) dari bingham plastic.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Fluida non-Newtonian, dimana sifat rheologinya dapat diukur dengan
Fann VG Meter. Seperti juga halnya pada lumpur, bubur semen juga mempunyai
tiga macam pola aliran, yaitu : Plug flow, Laminer flow dan Turbulent flow.
3.9.1. Aliran Plug
Aliran dimana gesekan (shear) terjadi di dekat dinding pipa dan di tengah-
tengah aliran terdapat suatu aliran tanpa gesekan seperti suatu sumbat. Pada aliran
plug ini (Gambar 3.9) kecepatan aliran di annulus tidak melebihi 90 ft/menit.
Gambar 3.9.
Pola Aliran Plug.
5)
Pada aliran ini baik sekali digunakan terhadap lubang washout atau daerah
bahaya kehancuran formasi dimana pola aliran turbulent tidak dapat digunakan
karena dikawatirkan akan terjadi pecah formasi. Apabila kecepatan aliran di
annulus melebihi 90 ft/menit, dapat terjadi perembesan atau by pass suspensi
semen ke lumpur terutama di daerah washout sehingga semen dapat mengalami
kontaminasi. Kemungkinan lain aliran beralih ke pola aliran laminer yang tidak
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
dikehendaki. Kecepatan pompa maksimum yang diijinkan supaya kecepatan
suspensi semen di annulus tidak melebihi 90 ft/menit dapat dihitung dengan
persamaan :
( )
2 2
0874 . 0 dc dh Q = .. (3-5)
dimana :
Q : Laju pemompaan maksimum, bbl/menit (BPM).
dh : Diameter lubang bor, in.
dc : Diameter casing, in.
Sedangkan kecepatan aliran fluida di annulus ditentukan dengan
persamaan :
( )
fps
dc dh
Q
V ,
15 . 17
2 2
=
(3-6)
sedangkan laju pemompaan aliran plug yang didasarkan atas bilangan
reynold (Nre) =2000, didapatkan dari persamaan :
( )
( ) | |
2 2 2
8 . 92
92 . 15
dc dh Ty p p
dc dh
Qp + +
+
=
(3-7)
dimana :
V : Kecepatan aliran di annulus, fps.
Qp : Laju pemompaan aliran plug, bpm.
: Berat jenis fluida, ppg.
p : Viscositas plastic, cps.
Ty : Yield point, lb/100 sqft.
Besar bilanga Reynold (Nre) menurut bingham plastic :
( ) ( ) p V dc dh N / 5 . 296 Re = ... (3-8)
3.9.2. Aliran Laminer
Aliran laminer adalah gerak aliran fluida yang teratur dan arahnya sejajar
dengan aliran atau dinding pada Gambar 3.10).
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.10.
Pola Aliran Laminer.
5)
Pada aliran laminer distribusi kecepatan berbentuk parabola, dimana
kecepatan maksimum di tengah-tengah dan kecepatan minimum pada dinding
pipa atau lubang. J adi karena distribusi kecepatan aliran laminer dimana
kecepatan pada dinding nol dan semakin ke tengah semakin besar menyebabkan
semen melampaui lumpur (lumpur tertinggal di dalam semen) sehingga akan
mempengaruhi kualitas ikatan semen. Hal ini tidak diingingkan dalam operasi
penyemenan. Pada aliran laminer berlaku 90 <V <Vc dan Nre <3000 dimana V
adalah kecepatan fluida dan Vc adalah kecepatan kritis.
3.9.3. Aliran Turbulent
Pola aliran turbulent lebih efektif mengikis lumpur yang melekat pada
dinding lubang maupun pada casing yang akan di semen. Pada aliran turbulent
fluida bergerak dengan kecepatan besar (V >Vc) dan partikel fluida bergerak
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
pada garis-garis yang tak teratur sehingga terdapat aliran berputar (pusaran
Eddie current) ke semua arah. Gesekan yang terjadi juga tidak teratur, Nre >3000
(Gambar 3.11).
Gambar 3.11.
Pola Aliran Turbulent.
5)
3.9.3.1. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran harus cukup besar untu memungkinkan tercapainya atau
terlampauinya kecepatan kritsi (vc) yang dihitung dengan persamaan :
( )
( ) dc dh
Ty dc dh p p
Vc
+ +
=
2 2
20 . 8 62 . 1 62 . 1
(3-9)
Untuk mendapatkan laju pemompaan kritis pada aliran turbulent (pump rate
yang diperlukan untuk memperoleh aliran turbulent) didasarkan atas bilangan
Reynold (Nre) =3000 dengan persamaan :
( )
( )
(
+ +
= Ty dc dh p p
dc dh
Qc
2 2
20 . 8
62 . 10
(3-10)
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.9.3.2. Waktu Persentuhan (Contact Time)
Waktu persentuhan atau contact time adalah lamanya suatu titik tertentu dalam
annulus berhubungan dengan suspensi semen yang didorong dengan aliran
turbulent. Contact time ini dapat dihitung dengan persamaan :
Qc Vt t / = . (3-11)
dimana :
t : Waktu persentuhan, menit.
Vt : Volume suspensi semen, bbl.
Qc : Laju pemompaan kristis aliran turbulent, BPM.
Banyak faktor yang mempengaruhi aliran fluida di annulus pada saat
pendorongan suspensi semen seperti : tidak sentrisnya casing pada lubang bor
(terutama pada deviated hole), mud cake pada dinding lubang maupun pada
casing. Stand Off adalah faktor menyandarnya casing pada dinding lubang yang
mengakibatkan letak casing tidak sentris di tengah-tengah lubang bor sebagai
prosentase Stand Off yang ditunjukkan dengan persamaan :
( )
( ) re rw
Wn
Off d S
=
100
% tan
. (3-12)
dimana :
Wn : J arak terdekat antara casing dinding lubang, in.
rw : J ari-jari lubang bor, in.
re : J ari-jari casing, in.
Kolom lumpur yang berkontaminasi terhadap semen akan mengakibatkan
ikatan semen kurang baik, juga akan menyebabkan terjadinya chanelling sehingga
terjadi hubungan vertikal antara lapisan produksi dengan lapisan di atas atau di
bawahnya.
3.10. Perhitungan Penyemenan
3.10.1. Perhitungan Volume Annulus
Volume annulus dihitung untuk menentukan jumlah semen yang
diperlukan operasi penyemenan. Perhitungan ini juga diperlukan untuk
menentukan total waktu yang diperlukan untuk mencampur dan memompakan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
semen, serta mendorong ke annulus. Untuk perhitungan ini juga diperlukan
caliper log untuk menyesuaikan volume semen dengan ukuran lubang yang
sebenarnya. Dari perhitungan tersebut berarti diperlukan sejumlah volume
tambahan (excess) dari perhitungan yang berdasarkan ukuran bit. Setelah itu
biasanya volume ditambah 10 15% (berdasarkan pengalaman lapangan) untuk
mengisi daerah-daerah kritis, juga kemungkinan pembesaran lubang karena cabut
rangkaian bor.
3.10.2. Perhitungan Densitas, Yierld dan Air Pencampur
Densitas Suspensi atau slurry semen dan yield dihitung sebagai berikut :
lb semen +lb air +lb additives
Densitas = -------------------------------------------- ... (3-13)
gal semen +gal air +gal addives
Dalam perhitungan pembuatan bubur semen (slurry) dianggap bahwa :
a. Seluruh konsentrasi additives kecuali garam, prosentasenya berdasarkan prosen
berat semen. Sedangkan additives garam berdasarkan prosen berat air
b. Additives seperti retarder, metasilicate, garam, dispersant, CaCl
2
dan lain
sebagainya yang prosentasenya lebih kecil dari 5 % dianggap tidak
berpengaruh dalam perhitungan.
c. Additives seperti barite, silicate sand, hematite, bentonite, gilsonite dan garam
dengan prosentase lebih dari 5 % dimasukkan dalam perhitungan.
Untuk perhitungan yield bubur semen adalah sebagai berikut :
gal semen +gal water +gal additves
Yield slurry = ------------------------------------------------- ... (3-14)
7.48 cuft/gal
Perhitungan total volume air sangat penting, yaitu untuk mencampur semen,
sebagai spacer dan preflush, air cadangan dalam tangki serta air untuk
displacement.
3.10.3. Perhitungan Fill Up Dan Volume Pendorong Bubur Semen
Perhitungan fill up adalah tinggi kolom semen yang harus diisikan di
annulus. Agar penentuan bubur semen yang diperlukan lebih teliti maka
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
sebelumnya diadakan survey caliper log. Dari volume yield yang telah dihitung
maka dapat ditentukan banyaknya sak semen yang dibutuhkan yaitu :
Volume yang diperlukan (cuft)
- Sak semen = ----------------------------------------- ... (3-15)
Yield semen (cuft/sak)
- Volume air = Total sak semen Air yang dibutuhkan ... (3-16)
- Volume pendorong (bbl) = Volume drill pipe + Voleme liner ... (3-17)
3.10.4. Tekanan Pendorong Untuk Plug
Tekanan pompa yang diperlukan untuk mendorong plug berbeda dengan
tekanan hidrostatik fluida dalam annulus dan pipa. Berdasarkan laju pemompaan,
tambahan tekanan pompa yang diperlukan untuk mengatasi beban gesek yang
terjadi. Tekanan dihitung untuk menentukan tipe pompa yang diperlukan untuk
menyakinkan cementing head cukup mendapat daya dorong dan tidak terjadi
bahaya bursting casing.
3.10.5. Perhitungan Tekanan
1. Tekanan Hidrostatik
P
h
=0.052 x densitas (ppg) x kedalaman (ft) . (3-18)
2. Tekanan Rekah formasi
D
P
v
v
D
P
D
S
F +
|
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
=
1
. (3-19)
D F P
fr
= .. (3-20)
dimana :
F : Gradient rekah formasi, psi/ft.
S : Overburden stress, psi.
V : Poisson ratios.
F : Tekanan formasi, psi.
D : Kedalaman, ft.
P
fr
: Tekanan rekah formasi, psi.
3. Tekanan Permukaan Maksimum Yang Diijinkan (MASP) :
( ) SF P D G MSAP
h f
= . (3-21)
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
dimana :
G
f
: Gradient rekah formasi, psi.
D : Kedalaman, ft.
P
h
: Tekanan hidrostatik fluida, pdi.
SF : Safety factor.
4. Volume bubur semen yang dibutuhkan untuk mengisi tinggi kolom semen di
dalam casing :
V L Volume = . (3-22)
dimana :
L : Panjang kolom casing yang akan disemen, ft.
V : Kapasitas lubang, cuft/ft.
5. Tinggi balance kolom semen sebelum pengangkatan tubing :
volume bubur semen (cuft)
H (ft) = --------------------------------------------------------------- (3.23)
volume annulus (cuft/ft) +volume tubing (cuft/ft)
3.11. Analisa Kualitas Hasil Operasi Penyemenan
3.11.1. Logging Yang Digunakan
Setelah pelaksanaan penyemenan selesai maka untuk mengetahui
keberhasilan operasi penyemenan perlu dilakukan analisa untuk mengetahui
kualitas hasil pelaksanaan penyemenan dengan menggunakan kombinasi dari
peralatan Cement Bond Log (CBL) dan Variable Density Log (VDL). Dari
kombinasi peralatan tersebut, analisa kualitas hasil penyemenan dapat dilakukan
secara kualitatip maupun kuantitatip.
3.11.2. Prinsip Dasar Pengukuran CBL, VDL dan CET
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi sifat akustik dari casing
yang tersemen terutama adalah kualitas ikatan antara semen dengan casing.
Apabila kualitas ikatan semen tersebut baik, maka gelombang akustik yang
merambat sepanjang casing akan menjadi lemah akibat dari hilangnya energi di
sekitar daerah yang tersemen tersebut.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.11.2.1. Cement Bond Log
Peralatan Cement Bond Log (CBL) adalah suatu log yang bekerja
berdasarkan cepat rambat gelombang suara sebagai prinsip dasarnya. Dalam hal
ini transmitter mengirimkan signal akustik yang telah diketahui bentuknya,
kemudian dicatat responnya oleh masing-masing receiver setelah melewati casing,
semen dan formasi yang tersemen.
Gambar 3.12.
Perangkat CBL VDL.
11)
Pada dasarnya peralatan ini terdiri dari dua bagian utama yaitu peralatan
akustik dan elektronik. Peralatan akustuk ini terdiri dari sebuah transmiter dan
sebuah receiver. Peralatan CBL akan mengukur amplitudo dari signal-signal
gelombang akustik. Prinsip kerja dari peralatan CBL adalah pencatatan terhadap
terjadinya pengurangan gelombang suara yang terukur antara transmitter dan
receiver. Receiver ini biasanya diletakkan 3 ft dari transmitter. Amplitudo akan
maksimum pada formasi yang tidak tersemen dan amplitudo minimum terjadi
pada casing yang tersemen dengan baik pada formasi.
Pada umumnya gelombang akustik merambat sepanjang casing dan yang
pertama kali diterima oleh receiver 3 ft akan menggambarkan bentuk tiga puncak
gelombang, yang masing-masing diberi label E1, E2 dan E3. Apabila terdapat
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
ikatan semen yang baik antara semen dengan casing, maka amplitudo E1, E2 dan
E3 akan mengecil seperti terlihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13
Skema Bentuk Sinyal di Receiver pada CBL.
12)
Besarnya amplitudo berbanding terbalik dengan besarnya laju peredaman sinyal
(attenuation rate, db/ft). apabila ikatan yang baik antara semen dengan casing,
maka laju peredaman sinyal tergantung pada kekuatan kompresi semen dan
persentase circumference bonded.
Cement Bond Log (CBL) mengukur dua parameter yaitu :
- Transit time yaitu waktu yang diperlukan E1 untuk mencapai receiver.
- Amplitudo.
a. Pengukuran Transit Time
Pada saat pulsa akustik dipancarkan maka pencatat waktu elektronik mulai
menghitung waktu yang diperlukan E1 untuk mencapai penerima. Dengan
mengatur detection level, maka E1 akan terdeteksi sewaktu mencapai penerima
dan pencatat waktu berhenti menghitung. Pada CBL terlihat bahwa transit time
terlihat selalu merupakan garis lurus dan membentuk huruf (dilihat dari sisi kiri).
Disetiap casing collar, kecuali pada good bond atau eccentering tool akan
merupakan garis bergelombang. Apabila terdapat ikatan yang baik antara semen,
maka pengukuran ini memperlihatkan dua karakteristik khusus yaitu terbentuknya
stretching atau cycle skkiping.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Stretching adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan transit time kecil
(kurang dari 15 us) akibat adanya ikatan semen yang baik. Sedangkan cycle
skipping adalah suatu keadaan dimana peningkatan transit time yang terjadi cukup
besar (lebih dari 15 us) akibat adanya ikatan semen yang sangat baik.
Tabel I I I -14.
CBL I nterpretation Guide.
12)
Casing
Size
WT
Travel
Time
u-sec
Free Pipe
Signal
Class H Cement
Interval For
Isolation
3000 Psi 100
% Cement
60% Bond
Cut-off
4
9.5
11.6
13.5
254
81 mV
0.2 mV
0.6 mV
1.0 mV
2.3 mV
4.6 mV
7.9 mV
5 ft
5
15.0
18.0
21.0
258
76 mV
0.9 mV
2.2 mV
3.6 mV
5.5 mV
10.0 mV
15.0 mV
5 feet
5
15.5
17.0
20.0
23.0
269
72 mV
0.7 mV
1.0 mV
2.1 mV
3.5 mV
4.8 mV
6.0 mV
9.0 mV
13.0 mV
6 feet
7
23.0
26.0
29.0
32.0
35.0
38.0
40.0
289
62 mV
1.0 mV
1.7 mV
2.4 mV
3.3 mV
4.0 mV
5.0 mV
6.0 mV
5.5 mV
7.5 mV
9.3 mV
13.0 mV
14.0 mV
15 mV
17.0 mV
11 feet
7 5/8
26.4
29.7
33.7
39.0
302
59 mV
1.1 mV
1.8 mV
2.6 mV
3.5 mV
5.5 mV
7.5 mV
10.0 mV
13.0 mV
12 feet
9 5/8
40.0
43.5
47.0
53.5
332
51 mV
1.8 mV
2.2 mV
2.7 mV
4.0 mV
6.8 mV
8.5 mV
9.0 mV
12.0 mV
15 feet
10
40.5
45.5
48.0
51.0
54.0
55.5
352
48 mV
1.2 mV
1.8 mV
2.1 mV
2.5 mV
2.7 mV
2.8 mV
5.1 mV
6.5 mV
7.6 mV
8.0 mV
8.4 mV
8.8 mV
18 feet
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
b. Pengukuran Amplitudo
Untuk mengatur amplitudo maka elektronik gate yang terdapat pada alat
CBL akan terbuka untuk beberapa saat dan sinyal terbesar yang diterimanya akan
terekam. Besarnya harga amplitudo untuk kondisi free pipe atau good bond
tergantung pada ukuran casing serta berat nominalnya.
c. Eccentering Effect Pada CBL
Pengaruh alat CBL yang tidak terpusat di tengah lubang akan
menyebabkan tersebarnya sinyal di receiver sehingga menghasilkan pembacaan
amplitudo yang invalid. Pada Gambar 3.14 memperlihakan pengaruh eccentering
terhadap sinyal akustik di receiver.
Gambar 3.14.
Pengaruh Eccentering Terhadap Sinyal Akustik di Receiver.
12)
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa jika alat CBL tidak terletak
di tengah lubang maka akan menyebabkan terjadinya dua hal, yaitu : transit time
menurun dan amplitudo E1 menurun (1/2 accentering dapat menyebabkan
penurunan amplitudo E1 lebih dari 50%).
Sedangkan Gambar 3.15, memperlihatkan pengaruh eccentering pada log
CBL. Pada kurva tersebut terlihat bahwa pada eccentering penurunan amplitudo
selalu disertai dengan penurunan kurva transit time.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 3.15
Pengaruh Eccentering Pada CBL.
12)
Peralatan CBL harus diletakkan ditengah-tengah lubang bor (dalam
casing) sehingga pengukuran akan lebih akurat. Peralatan CBL secara umum
digunakan untuk :
a. Menentukan puncak kedalaman semen.
b. Menentukan kualitas ikatan antara semen dengan casing.
c. Memeriksa kembali keefektifan penginjeksian semen.
d. Mengevaluasi beberapa teknik penyemenan yang berbeda.
3.11.2.2. Variable Density Log (VDL)
Peralatan Variable Density Log (VDL) mempunyai receiver yang biasanya
diletakkan sejauh 5 ft dari transmitter. VDL ini mengevaluasi ikatan antara semen
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
dengan formasi dan semen dengan casing. VDL mencatat amplitudo gelombang
suara dan biasanya berpasangan dengan CBL. Pencatatan dilakukan pada receiver
yang terletak 5 ft dari sonic transmitter. Perubahan amplitudo dari gelombang
suara menunjukkan variasi dari penembusan yang terekam pada log. Warna gelap
atau terang dan bergelombang menunjukkan evaluasi dari VDL. Dalam casing
yang tersemen ada empat kemungkinan gelombang yang terekam dari transmitter
ke receiver yaitu :
a. Di sepanjang casing.
b. Disepanjang semen di belakang casing.
c. Melewati formasi.
d. Melewati lumpur.
Gambar 16.
Prinsip Dasar VDL.
12)
Identitas bentuk sinyal yang diperlihatkan oleh VDL adalah :
- Casing arrival ditunjukkan oleh bentuk strip yang beraturan.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
- Formation arrival ditunjukkan oleh bentuk strip yang beraturan.
Apabila terdapat ikatan yang baik antar casing dengan semen dan antara semen
dengan formasi, maka depleksi kurva VDL adalah sebagai berikut :
- Casing arrival lemah atau tidak kelihatan.
- Formation arrival kuat.
3.11.2.3. Cement Evaluation Tool (CET)
Untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan yang ada pada CBL VDL
diperlukan Cement Evaluation Tool (CET). J ika CBL mengukur ikatan semen
dengan casing dan formasi maka CET akan mendeteksi adanya microannulus dan
channeling serta mengukur besarnya compressive strength.
CET menggunakan perangkat ultarsonic berfrekuensi tinggi dengan
pemusatan 8 transducer untuk mendeteksi kedelapan bagian azimuth dari casing
dan setiap transducer berlaku sebagai pemancar dan penerima. Dari cement map
yang terdapat pada lajur 3 maka dengan mudah dapat dilihat distribusi semen
yang terdapat di annulus. Bayangan yang terjadi pada cement map sebanding
dengan kekuatan kompresi semen dari putih yang menunjukkan free pipe ke hitam
yang menunjukkan ikatan semen yang baik.
Seperti halnya pada CBL maka peranan posisi alat di dalam lubang sangat
penting. Apalagi transducer menggeser dari pusat lubang, maka pancaran sinar
ultrasonic ke dinding casing menjadi tidak normal (tegak) sehingga sinyal tersebut
dipantulkan kembali menjauhi transducer. Besarnya harga yang dapat diterima
pada sonde eccentering adalah 4 mm untuk casing 7 dan 5 mm untuk casing
9 5/8. Penyimpangan yang lebih besar dari harga yang telah ditentukan akan
mengakibatkan analisa yang invalid (tidak akurat).
3.11.3. Analisa Kualitas Hasil Penyemenan
3.11.3.1. Analisa Kualitas Ikatan Semen Terhadap Casing
Dalam menganalisa kualitas ikatan semen terhadap casing adalah dengan
jalan mengamati karakteristik dari gelombang suara yang melalui casing. Sumber
suara yang berasal dari transmitter melewati lumpur dan casing kemudian
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
diterima oleh receiver. Besar kecilnya gelombang suara yang ditangkap receiver
tergantung pada beberapa faktor antara lain :
a. Besar kecilnya gelombang suara yang dikirim.
b. Diamater dalam casing.
c. J enis fluida di dalam sumur.
d. Ketebalan casing.
e. J umlah semen yang melekat pada casing.
f. Compressive strength dari semern yang melekat pada casing.
Dari keenam faktor tersebut di atas yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas ikatan semen terhadap casing adalah jumlah semen yang
melekat pada casing dan compressive strength semen yang melekat pada casing.
J ika jumlah semen yang melakat pada casing bertambah atau compressive
strengthnya bertambah maka akan terjadi pengurangan signal suara yang diterima
oleh receiver yang disebabkan karena keduanya akan menghalangi penerimaan
signal suara. Maka dapat disimulkan bahwa kualitas ikatan semen terhadap casing
akan bertambah apabila besarnya amplitudo yang diterima semakin kecil.
Terdapat dua metode untuk mengevaluasi kualitas ikatan semen terhadap casing
yaitu :
A. Metode Bond I ndex
Bond Index (BI) secara matematis didefinisikan sebagai berikut :
Attenuasi di zona interest (db/ft)
BI = --------------------------------------------------------------- .. (3.24)
Attenuasi pada zona yang tersemen 100 % (db/ft)
Attenuasi didefinisikan sebagai pengurangan harga dalam decible per-foot (db/ft)
dari signal yang diterima dan diukur dalam millivolt maka harga attenuasi akan
semakin kecil.
Untuk menghitung harga BI dari CBL adalah dengan mengambil harga
minimal dari amplitudo yang terbaca pada log dan harga tersebut dianggap
sebagai harga casing yang tersemen 100 %. Dengan batuan nomogram
Gambar 3.17. Besarnya amplitudo minimal dimasukkan dalam satuan millivolt.
Kemudian tarik miring ke atas sejajar sambil memotong garis vertikal yang
mewakili diameter luar dari casing (OD) yang digunakan. Dari titik tersebut
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
ditarik grais horisontal ke kanan sampai memotong garis tepi dari skala yang
terdapat pada attenuasi dalam satuan db/ft. dan Harga tersebut merupakan
harga BI =1
Gambar 3.17.
CBL I nterpretation Chart.
12)
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Berdasarkan data pengamatan lapangan diputuskan bahwa harga BI =0.6
sudah dapat dikatakan baik atau good bond, untuk memperoleh harga BI =0.6
(good bond cut-off) adalah dengan mengalikan harga attenuasi untuk 100 %
(BI =1) dengan 0.6. Masukkan harga attenuasi dalam db/ft dalam kolom sebelah
kanan dan tarik horisontal ke kiri sampai memotong garis vertikal yang mewakili
OD casing kemudian sejajar dengan gais miring tersebut sampai terbaca harga
millivoltnya.
Harga ini merupakan harga baru yang disebut good bond cuf-off. Apabila
ada harga yang lebih besar dari harga tersebut di atas dikatakan poor bond yaitu
ikatan semen terhadap casing jelak. Sedangkan apabila harganya lebih kecil dari
harga good bond cuf-offnya maka dikatan good bond yang menandakan kualitas
ikatan semen terhadap casing adalah baik.
B. Metode Compressive Strength
Dari analisa lebih jauh menunjukkan bahwa attenuasi rate dari CBL
mempunyai hubungan dengan compressive strength dari semen dan ketebalan
casing. Karena ada hubungan tersebut maka di buat nomogram yang dapat
membantu untuk menentukan harga dari comnpressive strength semen
berdasarkan harga CBL amplitudo dalam millivolt untuk berbagai ukuran casing
yang digunakan.
Dalam menentukan harga compressive strength adalah sebagai berikut :
masukkan harga dari amplitudo CBL dalam millivolt kemudian ikuti garis miring
ke atas sampai memotong garis vertikal yang mewakili dari diameter luar casing
yang digunakan. Setelah itu ditarik horisontal ke arah kanan sampai memotong
diagonal yang mewakili tebal casing. Dari titik tersebut tarik ke bawah secara
vertikal maka akan diperoleh harga compressive strengthnya.
Apabila harga compressive strengthnya rendah maka ikatan semen
terhadap casing adalah jelak dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kemungkinan tidak adanya semen atau
tidak tersemen, semen yang melekat pada casing tipis, semen tidak penuh, semen
terkontaminasi, kemungkinan adanya channel dan kemungkinan adanya
mikroannulus.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3.11.3.2. Analisa Kualitas Ikatan Semen Terhadap Formasi
Dalam menganalisa kualitas ikatan semen terhadap formasi selain
menggunakan CBL juga digunakan seismic spectogram atau VDL yang terletak
pada bagian kanan dari CBL log. Untuk mengevaluasi ikatan semen terhadap
formasi maka perlu diketahui karakteristik dari CBL VDL yang terdapat pada
casing, fluida dan formasi yaitu :
1. Karakteristik dari casing signal :
a. Waktunya relatif konstan.
b. Pada collar terdapat chevron patterns (seperti w).
c. Signalnya berulang.
d. Waktunya tidak diperkirakan.
2. Karakteristik dari fluid signal :
a. Waktunya relatif konstan.
b. Signalnya berulang.
c. Normally weak signal.
d. Waktunya dapat diperkirakan (200 transmitter receiver spacing).
3. Karakteristik dari formation signal :
a. Menerus secara vertikal.
b. Berubah terhadap waktu.
c. Dibantu dengan open-hole log/sonic dalam menentukan kedalamannya.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Dalam perhitungan digunakan suatu pendekatan dengan asumsi bahwa
bubur semen merupakan power law fluid yang penentuannya sebagai berikut :
2. Tentukan karakteristik aliran dengan menggunakan Fann VG Meter maka akan
didapat hasil pembacaan pada 300 dan 600 RPM.
- Menentukan indeks kelakuan aliran (n) dengan :
Pembacaan 600 RPM
n = 3.23 (log --------------------------------- ) atau
Pembacaan 300 RPM
2 PV + YP
n = 3.23 log ------------------- . (3.9)
PV + YP
- Menentukan indek consistenency fluida (K) :
N (Pembacaan 300 RPM) 1.066
K = --------------------------------------------------- atau
100 (511)
n
N (PV + YP) 1.066
K = --------------------------------------- (3.10)
100 (511)
n
dimana :
N =Range extension faktor dari spring.
3. Menentukan tekanan gesekan/friksi dengan menghitung Reynold Number
(N
Re
) dengan rumus :
- Untuk casing :
(1.86) (V)
2 n
()
N
Re
= ---------------------------- ... (3.11)
K (96/d
i
)
n
- Untuk annulus :
(1.86) (V)
2 n
()
N
Re
= ---------------------------- ... (3.12)
K (96) / (d
w
- d
o
)
n
dimana :
N
Re
=Reynold Number, dimensionless.
Q =Rate fluida, bbl/menit.
=Density dalam casing, ppg.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
d
i
=Diameter dalam casing, in.
d
o
=Diameter luar casing, in.
d
w
=Diameter lubang bor, in.
Tekanan pada setiap titik di lubang bor adalah sama dengan jumlah tekanan
hidrostatik kolom semen ditambah tekanan akibat adanya gesekan (friksi)
yaitu :
P = P
h
+ P
f
.. (3.13)
dimana :
P =Total tekanan pada setiap titik, psi.
P
h
=Tekanan hidrostatik kolom semen, psi
=0.052 L
L =Tinggi kolom fulida, ft.
=Densitas fluida, ppg.
P
f
=Tekanan akibat adanya friksi, psi.
4. Tentukan besarnya Fanning Friction Factor.
5. Tentukan tekanan friksinya (P
f
) dengan rumus :
- Untuk casing :
(11.5) (L) () (Q
2
) (f)
P
fc
= -------------------------------- ... (3.14)
d
i
5
- Untuk annulus :
(11.5) (L) () (Q
2
) (f)
P
fa
= -------------------------------- ... (3.15)
(d
w
d
o
) (d
w
2
d
o
2
)
2
dimana :
P
fc
=Tekanan gesekan di casing, psi.
P
fa
=Tekanan gesekan di annulus, psi.
f =Faktor gesekan, dimensionless.
6. Tentukan tekanan di permukaan dan di dasar sumur dengan memakai
rumus :
P
s
= P
f
+ P
a
P
c
... (3.16)
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
P
B
= P
fa
+ P
a
... (3.17)
dimana :
P
s
=Tekanan pompa di permukaan, psi.
P
B
=Tekanan sirkulasi di dasr sumur, psi.
P
a
=Tekanan hidrostatik total di annulus, psi.
P
c
=Tekanan hidrostatik total di casing, psi.
P
f
=Tekanan gesekan total, psi.
Aliran Turbulent
Teknik pendorongan atau penempatan bubur semen dengan aliran
turbulent adalah sangat efektif. Karena pendesakan bubur semen akan lebih baik
sehingga diperoleh hasil ikatan semen yang baik. Untuk memperoleh aliran
turbulent tersebut maka besarnya rate pompa dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut :
- Tentukan harga n dan K dari bubur semen.
- Tentukan harga N
Re
di atas daerah kristis untuk aliran turbulent, dimana
aliran akan mulai turbulent pada harga N
Re
lebih dari 2100, sedangkan
yang baik sekitar 3000. Rate aliran (Q) minimum agar diperoleh aliran
turbulent, dihitung dahulu kecepatan aliran dengan rumus :
N
Re
K (96/d
i
)
n
V
2-n
= ---------------------- atau
1.86
N
Re
K (96/d
i
)
n
1/(2-N)
V = ------------------------ ... (3.18)
1.86
Kemudian baru dihitung rate aliran (Q) minimum aliran turbulent dengan
rumus sebagai berikut :
V (d
w
2
- d
o
2
)
Q = ---------------------- ... (3.19)
17.157
dimana :
Q =Rate aliran, BPM.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
V =Kecepatan aliran, ft/sec.
d
w
=Diameter lubang sumur, in.
d
o
=Diamater luar casing, in.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)