Anda di halaman 1dari 26

BATUK DARAH

DR. Mei Budi Prasetyo Sp.P Ka SMF Paru RSUD Nganjuk

PENDAHULUAN

Batuk darah merupakan pengalaman yang menakutan bagi penderita serta digolongkan keadaan gawat paru, oleh karena dapat mengakibatkan kematian yang mendadak sebagai akibat sufokasi/ asfiksia yang dikarenakan sumbatan saluran nafas oleh bekuan darah.

BATASAN

Batuk darah adalah batuk yang disertai darah, yang berasal dari saluran nafas distal dari glottis.

ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, batuk darah dibagi menjadi : 1. Batuk darah IDIOPATIK : Yaitu batuk darah yang tidak dapat ditentukan penyakit dasarnya, walau telah dilakukan pelbagai pemeriksaan sesuai fasilitas yang ada. Frekuensi : 0,5 58%, tergantung fasilitas Pria : 2x lebih banyak dari wanita Umumnya pada usia > 30 thn Beberapa teori penyebab a.l :

Ulserasi mukosa bagian distal yang tak tercapai fob Bronki ektasi yang terbatas Infark paru yang kecil 2. Batuk darah SEKUNDER: Yaitu batuk darah yang diketahui penyakit dasarnya. Penyakit dasarnya dapat dari : Paru : a.l. tuberkulosa, karsinoma, bronki- ektasi, pneumoni, jamur, pnemokoniosis, ankylostomiasis. Diluar paru : a.l. mitral stenosis, gagal jantung, kelainan pembekuan darah, menses vikariensis.

Penelitian di UPF Paru RSUD Dr. Soetomo, mendapatkan bahwa lebih dari 90% kasus batuk darah, mempunyai etiologi salah dari 4 penyakit berikut, yaitu : Tuberkulosa paru Karsinoma bronkogenik Bronki- ektasi Mitral stenosis

Bahkan perkiraan penyebab batuk darah dapat lebih dipersempit lagi dengan mempertimbangkan usia penderita

< 20 thn 1. Mitral stenosis 2. Bronki- ektasi 3. TB paru

20 40 thn 1. TB paru 2. Bronki-ektasi 3. Mitral stenosis

> 40 thn 1. TB paru 2. Karsinoma br. 3. Bronki- ektasi

PATOGENESA
TUBERKULOSA : Batuk darah dapat terjadi oleh : ulserasi mukosa bronkus Gangguan mekanisme pembekuan darah serta peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, akibat toksemi Anastomosis antara p. darah sistemik (a. bronkialis) dan pulmonal Pecahnya aneurisma Rasmussen Diperkirakan 20% kasus tuberkulosa paru pernah mengalami batuk darah dalam perjalanan penyakitnya.

KARSINOMA BRONKOGENIK : Perdarahan disebabkan oleh karena terjadinya erosi pada permukaan tumor dalam lumen bronkus. 9,5 50 % kasus karsinoma bronkogenik pernah mengalami batuk darah BRONKI EKTASI : Batuk darah dapat terjadi oleh karena : Mukosa bronkus mengalami radang dan trauma batuk, sehingga mengakibatkan pecahnya p. darah pada jaringan granulasi Anastomosis p. darah sistemik dan pulmonal Aneurisma di dinding bagian bronkus yang ektasi

44,6 % mengalami batuk darah ( Pursel )

MITRAL STENOSIS : Terjadinya batuk darah pada M.S. dapat menunjukkan berat ringannya derajat stenosisnya, dengan patogenesa : Diapodesis, dimana tekanan a. pulmonalis yang meningkat mengakibatkan eritrosit masuk ke alveoli Varices dipermukaan bronkus Anastomosis p. darah sistemik dan pilmonal

DERAJAT BATUK DARAH

Berdasarkan pada jumlah darah yang dibatukkan, batuk darah dapat dibagi atas : (pembagian dari Pursel) derajat 1. : bloodstreak derajat 2. : 1- 30 ml derajat 3. : 30 150 ml derajat 4. : 150 500 ml masssive : > 500 ml

Pembagian lain adalah dari Johnson : single hemoptysis : perdarahan berlangsung < 7 hari repeated hemoptysis : perdarahan berlangsung > 7 hari, bisa diselingi interval 2-3 hari frank hemoptysis : bila yang dibatukkan darah melulu, tanpa dahak

PENATALAKSANAAN

KONFIRMASI batuk darah Mempertahankan jalan nafas tetap terbuka (airway PATENCY) Mencegah perluasan INFEKSI Mengatasi EKSANGUINAS

Ad. 1. KONFIRMASI Langkah pertama apabila menghadapi penderita dengan keluhan batuk darah adalah mengkonfirmasi apakah benar terjadi BATUK DARAH ataukah MUNTAH DARAH, dan terkadang perlu dibedakan pula dari EPISTASIS yang hebat. Berhubung pada batuk darah, dimana sebagian darah tertelan, penderita akan merasa mual oleh karena rasa anyir dari darah, kemudian memuntahkan darah yang tadinya tertelan.

Sebaliknya muntah darah yang hebat, bisa mengakibatkan penderita terselak darah, dan kemudian membatukkannya. Demikian pula epistasis dimana darah mengalir kebelakang (post nasal drip) darah akan masuk saluran nafas dan dibatukkan keluar sedang bila pada batuk darah penderita mengkatubkan mulutnya, tidak tertutup kemungkinan darah akan menyemprot keluar dari hidung.

BATUK DARAH 1. Anamnestis ada keluhan paru 2. Disertai batuk 3. Berbuih 4. Warna merah, reaksi basa 5. Bercampur dahak

MUNTAH DARAH 1. Tak ada keluhan paru 2. 3. 4. 5. Diesrtai muntah Tidak berbuih Kehitaman, reaksi asam Bercampur sisa makanan

Ad. 2. AIRWAY PATENCY Merupakan komplikasi batuk darah yang paling banyak dan paling cepat menyebabkan kematian penderita. Tindakan untuk membebaskan saluran nafas meliputi : Posisi penderita : penderita dibaringkan dengan kepala lebih rendah dari kaki, kepala agak tengadah dan menoleh kekiri/ kanan. Dengan maksud agar mempermudah keluarnya darah.

Periksa rongga mulut sampai orofarings, keluarkan bekuan darah yang ada, dengan jari tangan ataupun spatel. Bila setelah 2., masih nampak keluar darah, lakukan penyedotan dengan selang yang dimasukkan ke rongga mulut dan farings. (zuigapparatus) Penderita diberi pengertian bahwa penderita tidak menahan batuk, berhubung batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan darah yang ada bebas disaluran nafas. Hanya batuknya tidak boleh terlalu keras.

Ad. 3. Mencegah perluasan INFEKSI Biasanya cukup dengan cara membaringkan penderita seperti ad. 2.1., dengan sedikit miring kesisi yang sakit, agar darah (bersama dahak dan bahan terinfeksi lain) tidak mengalir ke paru yang sehat. Antibiotik diberikan secara rutin, oleh karena biasanya ada luka di mukosa. Pilihan antibiotika sesuai dengan infeksi saluran nafas akut.

Ad. 4. Mengatasi EKSANGUINASI Apabila perdarahan disebabkan pecahnya suatu aneurisma pada dinding kavitas (Aneurisma dari Rasmussen ), maka biasanya tidak banyak yang bisa diperbuat. Transfusi darah diberikan bila hematokrit turun menjadi < 25-30% atau Hb < 10 g% dan perdarahan masih berlangsung. Tindakan diatas tergolong tindakan konservatif.

Bila fasilitas memungkinkan tindakan operatif yang bisa dikerjakan a.l. : bronkoskopi : diagnostik : melihat sumber perdarahan terapi : menyedot keluar gumpalan darah melakukan tamponade

embolisasi : terapi, membutuhkan fasilitas radiologi canggih bedah : terapi, butuh fasilitas bedah toraks. Catatan : Penelitian menunjukkan bahwa pada penderita dengan batuk darah > 600 ml / 16 jam mempunyai mortalitas 55 78 % dengan pengobatan konservatif, sedangkan bila di bedah angka kematiannya 18 23 %.

PROGNOSA
Prognosa tergantung dari penyebab (underlying cause) dari pada batuk darahnya. Sedangkan batuk darah sendiri bisa mengakibatkan kematian oleh karena : sufokasi, vagal refleks maupun eksanguinasi. Catatan : Bagaimana peran KOAGULANSIA ? Penelitian di UPF Paru RSUD Dr. Soetomo, serta penelusuran kepustakaan mendapatkan bahwa lebih dari 90% kasus batuk darah mempunyai faal hemostasis yang normal. Maka pemberian koagulansia secara RUTIN TIDAK dianjurkan.

Bagaimana peran ANTITUSIF ? Sesuai dengan kaidah bahwa batuk merupakan mekanisme refleks / pertahanan tubuh untuk mengeluarkan darah bebas yang ada disaluran nafas, maka sebaiknya refleks ini tidak ditekan, namun dilain pihak batuk yang terlalu keras akan bisa menyebabkan mukosa makin robek, maka dipilih jalan tengah dengan memberikan antitusif dengan dosis ringan, biasanya : tabl. Codein HCL 10 mg t.i.d.

Anda mungkin juga menyukai