Anda di halaman 1dari 3

Action Research menunjang Pengembangan Karir

LANGKAH-LANGKAH ACTION RESEARCH Ada lima langkah utama (dari satu siklus) dalam pelaksanaan action research, yaitu (1) identifikasi masalah, (2) analisis masalah, (3) perumusan hipotesis, (4) eksperimentasi dan aksi, dan (5) evaluasi. Langkah 1: Identifikasi Masalah Pengenalan masalah merupakan langkah penting dalam action research. Jika masalah yang dikaji tidak datang dari pihak praktisi, sulit untuk menjamin keterlibatan mereka secara penuh dalam penelitian. Pengenalan masalah bukan sekedar pengungkapan pernyataan perhatian dari praktisi; pernyataan mereka mungkin baru sebagian dari perhatian mereka terhadap tugas-tugas keseharian dan masalah-masalah yang nyata di dalamnya. Tidak jarang praktisi kurang mampu mengenali dan menyatakan masalah nyata yang mereka hadapi. Titik berangkat pengenalan masalah bisa dari kondisi praktek pembelajaran masyarakat yang diteliti: apakah program pembelajaran berjalan lancar? apakah tujuan program tercapai dengan memuaskan? Bisa pula pengenalan masalah itu berangkat dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi pelaksana dalam melaksanakan program pembelajaran; misalnya kesulitan pamong belajar dalam merancang dan memantau program, kesulitan tutor/fasilitator dalam melaksanakan program, kesulitan warga belajar (WB) dalam mengikuti program pembelajaran, atau kesulitan satuan tugas PLS dalam mengelola program, dan sebagainya. Pengenalan masalah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain konsultasi individual, pengamatan di lapangan, atau diskusi kelompok. Konsultasi individual adalah kegiatan wawancara antara peneliti dengan praktisi (pamong, tutor, fasilitator, satuan tugas atau satgas) tentang kondisi atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi di dalam pelaksanaan tugas. Dengan pegamatan kancah peneliti dapat melihat langsung bagaimana program pembelajaran itu dilaksanakan oleh praktisi, kemudian mereka bersama-sama mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Diskusi kelompok bisa dilakukan misalnya dalam pertemuan antar beberapa praktisi bersama peneliti dan mengiventarisasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Beberapa pertanyaan yang bisa menjadi pembuka untuk pengidentifikasian masalah antara lain apa masalah yang anda hadapi?, Apa kesulitan-kesulitan yang anda jumpai dalam pelaksanaan program pembelajaran?, Hal -hal apakah yang ingin anda ubah (perbaiki) dalam pelaksanaan pembelajaran?. Pertanyaan -pertanyaan ini akan membantu memfokuskan perhatian. Langkah 2: analisis masalah Pernyataan-pernyataan awal masalah belum tentu merupakan hal yang penting untuk diteliti. Agar proses penelitian itu tidak sia-sia, masalah yang akan diteliti harus memenuhi tiga kreteria: (1) masalah itu penting bagi orang yang mengajukan dan juga penting untuk pengembangan pembelajaran, (2) masalah itu terjangkau pemecahannya, dan (3) perumusan masalah menampakkan beberapa hal pokok yang merupakan faktor-faktor penyebabnya. Analisis masalah mencakup beberapa kegiatan, tergantung pada tingkat kesulitan yang tampak dalam perumusan masalah: menganalisis penyebab dan dampak-dampak masalah, memeriksa asumsi-asumsi (teori-teori) yang berkaitan dengan masalah dan pemecahannya, mempelajari data hasil-hasil penelitian yang ada, atau mengamankan beberapa data awal yang diperoleh untuk memperjelas masalah atau mengubah perspektif praktisi terhadap masalah yang senyatanya dihadapi.

Kegiatan analisis masalah dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, seminar, atau lokakarya. Dalam kegiatan ini peneliti bisa mengundang ahli lain untuk memberikan pandangan-pandangan yang bisa memperjelas dan mempertajam masalah penelitian. Langkah 3: perumusan hipotesis Hipotesis di sini pada hakikatnya adalah alternatif-alternatif pemecahan masalah. Kejelasan dan ketajaman rumusan masalah akan mempermudah perumusan hipotesis penelitian. Selanjutnya rumusan hipotesis ini akan mengarahkan kegiatan penelitian, yaitu menjadi dasar untuk menentukan data apa saja yang nanti harus dikumpulkan, dan apa yang perlu mendapat perhatian dalam menginterpretasikannya. Dalam action reseach sering digunakan istilah perencanaan daripada hipotesis. Jika action research ini diterapkan pada kegiatan pengembangan model pembelajaran atau pengembangan media pembelajaran, maka pada fase ini peneliti menentukan model pembelajaran atau media pembe lajaran baru yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi (ditemukan), dan selanjutnya mengembangkannya sebagai suatu prototipe yang siap untuk diujicobakan. Langkah 4: eksperimentasi dan tindakan Jika hipotesis sudah dirumuskan maka peneliti bisa merancang eksperimentasi dan melaksanakannya. Eksperimentasi yang dimaksud di sini ialah tindakan-tindakan pemecahan masalah sesuai dengan rumusan hipotesis. Pada hakikatnya langkah ini merupakan ujicoba prototipe model baru pembelajaran yang te lah dirancang sebagai pemecahan masalah. Di dalam merancang eksperimentasi, perlu direncanakan langkah-langkahnya secara cermat, sehingga semua unsurunsur pentingnya dapat dikendalikan. Sebagian dari langkah-langkah itu mungkin berupa peningkatan kemampuan praktisi, dengan misalnya melatihnya keterampilan-keterampilan baru atau memberikan prinsip-prinsip baru yang relevan. Di dalam pelaksanaan eksperimen, lebih-lebih bila itu menerapkan inovasi, perlu dipertimbangkan dan diperhatikan faktor-faktor psikologis. Setiap inovasi pasti mengandung resiko, dan orang cenderung untuk menghindari resiko, karena ia tidak ingin gagal. Sesuatu yang baru seringkali ada kesulitan-kesulitan pada awal penggunaannya, sehingga penggunanya tidak jarang melakukan beberapa kesalahan yang bisa berakibat pada kegagalan program. Karena itu dalam eksperimentasi perlu ada bimbingan atau pendampingan bagi praktisi agar ia merasa aman di dalam menjalankan eksperimen. Kadang-kadang kita mendengar orang mengatakan saya tak tertarik dengan pemecahan masalah itu; sebetulnya dia mungkin tidak merasa aman dengan keterampilan -keterampilan baru yang dipersyaratkan dalam eksperimen tersebut. Langkah 5: evaluasi Evaluasi seringkali merupakan titik lemah eksperimentasi tindakan. Metode baru, bahan ajar baru, atau paket belajar baru banyak dicobakan tanpa diketahui dengan jelas apa hasil nyatanya. Salah satu bagian penting dari evaluasi adalah menjaga catatan-catatan baik perubahan-perubahan yang terjadi pada warga belajar (sebagai hasil belajar mereka) dan prosedur-prosedur serta bahan-bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam eksperimen-eksperimen tentang program pembelajaran biasanya prosedur, metode, dan bahan-bahan diteliti dengan cermat, tetapi keberhasilan eksperimen hanya bisa dinilai dari keefektifannya mencapai tujuan pembelajaran, yakni perubahan-perubahan pada warga belajar.

Kegiatan evaluasi adalah untuk menilai apakah hipotesis atau prototipe tindakan (model baru pembelajaran) yang dirancang betul-betul dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini, peneliti menghimpun data penerapan model pembelajaran baru tersebut. Data tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan apakah model baru tersebut efektif ataukah tidak, atau seberapa efektif model baru tersebut memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai