JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012
PENGUKURAN TEKNIK
1.1 Definisi Mengukur adalah membandingkan parameter pada objek / benda yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan. Sedangkan pengukuran adalah suatu proses untuk mendapatkan nilai / informasi (misalnya panjang 1m, massa 1kg, dan sebagainya) dari benda yang diukur setelah membandingkannya dengan besaran standar. Dimana besaran standar tersebut harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut : Dapat didefinisikan secara fisik Jelas dan tidak berubah terhadap waktu Dapat digunakan sebagai pembanding, dimana saja di dunia ini
Besaran standar merupakan salah satu atau gabungan dari besaran besaran dasar ( besaran turunan). Dibawah ini contoh dari besaran dasar :
Semua besaran yang bukan merupakan besaran dasar sesuai tabel diatas adalah besaran turunan. Contoh dari besaran turunan :
Namun pada kondisi tertentu, ada juga satuan satuan selain SI yang diterima untuk digunakan bersama dengan satuan SI karena sering digunakan pada bidang bidang tertentu. .
Tabel 1.3 Satuan satuan selain SI yang digunakan pada bidang tertentu
Untuk menyingkat penulisan angka hasil pengukuran, biasanya digunakan nama depan ( prefiks ) yang khusus dibuat untuk mengawali nama satuan standar.
Tabel 1.4 Prefiks satuan SI Macam standar satuan : Standar Internasional ( International standard ) Standar yang ditetapkan oleh persetujuan international sebagai dasar untuk menetapkan suatu harga atau besaran. Contoh : ISO (InternationalOrganization for Standardization ) Standar Nasional ( National standard ) Standar yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah sebagai dasar untuk menetapkan harga atau besaran dalam suatu negara. Contoh : 1. ANSI (Amerika), 2.DIN (Belanda), 3.JIS (Jepang), 4.SNI(Indonesia),dll
1.2 Instrumen Pengukuran Untuk memperoleh pengukuran secara menyeluruh (persiapan, pelaksanaan, dan analisis) dapat diandalkan keberhasilannya maka perlu memperhatikan instrumen / prinsip pengukuran yang dibagi dalam 3 bagian berikut ini.
Bagian input adalah bagian dari alat ukur yang membaca atau merasakan serta mencari informasi dari besaran yang dikehendaki dari objek pengukuran. Bagian ini sering pula dikenal sebagai sensor atau transmitter. Bagian proses adalah bagian dari alat ukur yang berfungsi sebagai pengolah informasi yang didapat dari sensor, kemudian dijadikan informasi baru yang lebih mempunyai arti atau makna. Selanjutnya bagian output adalah bagian dari alat ukur yang bertugas menyajikan hasil pengukuran yang dikeluarkan oleh bagian pemroses dalam bentuk informasi yang mudah dimengerti untuk keperluan selanjutnya.
1.3 Jenis jenis Pengukuran a. Berdasarkan obyek benda ukurnya: 1. Linier. 2. Sudut atau Kemiringan. 3. Kedataran. 4. Profil. b. Berdasarkan prinsip kerjanya: Mekanik, elektrik, optic, pneumatic, gabungan c. Berdasarkan sifatnya: Alat Ukur Langsung Mempunyai skala, hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala. Contoh: jangka sorong, mikrometer Alat Ukur Pembanding (Komparator) Mempunyai skala, lebih cermat, daerah pengukuran terbatas. Digunakan sebagai pembanding. Contoh: jam ukur Alat Ukur Standar Menunjukkan/memberikan ukuran standar (jarak diantara dua muka ukur). Mempunyai tanda/angka/skala. Digunakan bersamasama dengan komparator. Contoh: blok ukur, blok sudut 5. Ulir. 6. Roda gigi. 7. Penyetelan Posisi. 8. Kekasaran Permukaan.
Alat Ukur Batas Menunjukkan apakah objek ukur (Bagian dari benda ukur/produk) masih didalam daerah toleransi. Untuk produksi massal. Contoh: caliber, mal ukur
Alat Ukur Bantu Memegang peranan dalam proses pengukuran. Contoh: meja rata, dudukan pemindah
d. Berdasarkan cara pengukurannya Pengukuran langsung : umum, karena nilai pengukuran langsung bisa dibaca
Gambar 1.2 Pengukuran langsung Pengukuran tak langsung : sulit, sehingga butuh kecermatan
a = dengan alat ukur standar b = dengan alat ukur bantu c = selisih L dan M diukur oleh komparator
Pengukuran dengan kaliber : digunakan untuk pengukuran produk massal sehingga membuat efisien pengecekan geometri produk.
Not go
go
Gambar 1.4 Pengukuran dengan kaliber Go dan not go menunjukkan apakah lubang sesuai dengan besar caliber atau tidak. Pengukuran dengan bentuk standar : digunakan untuk bentuk bentuk yang sulit
Gambar 1.5 Pengukuran menggunakan profil proyektor Pemeriksaannya dilakukan secara perbandingan dengan bentuk standar ( profil proyektor ) 1.4 Rantai Kalibrasi Kalibrasi pada dasarnya serupa dengan pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Dalam kalibrasi yang diukur adalah objek ukur yang diketahui harga sebenarnya yang menjadi acuan kalibrasi. Harga sebenarnya adalah harga yang dianggap benar dalam kaitannya dengan tingkat kebenaran yang diperlukan oleh alat ukur
yang dikalibrasi. Jika suatu prosedur kalibrasi dianggap sebagai suatu mata rantai, rantai kalibrasi akan mencakup sebagai berikut: Tingkat 1: Kalibrasi alat ukur kerja dengan memakai acuan alat ukur standar kerja.
pabrik
Tingkat 2: Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan memakai acuan alat ukur standar.
Lab metrologi industri
Tingkat 3: Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat ukur standar dengan tingkatan yang lebih tinggi (standar nasional).
Lab metrologi yang berwenang
Tingkat 4: Kalibrasi dengan acuan standar internasional. Dengan menjalankan sistem kalibrasi berantai, setiap alat ukur akan memiliki keterlacakan (ketelusuran) yaitu sampai sejauh mana mata rantai kalibrasi dirangkai.
PERBEDAAN KALIBRASI DAN TERA Kalibrasi dan tera merupakan kegiatan serupa dalam pelaksanaan, tetapi berbeda dalam tujuan. Kalibrasi bertujuan memberikan jaminan bahwa alat yang telah dikalibrasi memiliki sifat ukur yang tertelusur ke standar nasional atau internasional. Sedangkan tera menjamin transaksi yang adil dan menjamin keamanan radiasi.
Beberapa perbedaan kalibrasi dan tera seperti terlihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 1.4 perbedaan tera dan kalibrasi Selain ISO 17025: 2005 juga standar lainnya seperti ISO 9000 series, dan standar yang melibatkan pengendalian peralatan ukur mencantumkan kalibrasi sebagai salah satu persyaratan kompetensi. 1.5 Sifat Umum Alat Ukur Sifat ini muncul karena ketidaksempurnaan dalam proses pembuatannya, sehingga dalam batas batas tertentu alat ukur dianggap cukup baik untuk digunakan dalam pengukuran. Sifat sifatnya antara lain: Kepekaan(sensitivity) Kemampuan alat ukur untuk memonitor perbedaan yang kecil dari harga-harga yang diukur. Kepekaan alat ukur berkaitan erat dari sistem mekanisme pengubahnya.
Gambar 1.6 Kepekaan suatu alat ukur Grafik diatas menjelaskan bahwa dengan area kerja yang sama, alat ukur A memiliki kepekaan yang lebih tinggi dari pada alat ukur B. Readability ( kemudahan pembacaan) Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan harga yang jelas pada skala ukurnya.
Passivity ( kelambatan reaksi ) Jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi perbedaan harga yang kecil.
Histerisis Penyimpangan yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran dari titik terendah ke titik tertinggi dan sebaliknya. ( berlawanan arah )
Shifting ( pergeseran ) Penyimpangan dari harga-harga yang ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan apa-apa. Banyak terjadi pada alat ukur electric yang komponennya sudah tua.
Zero stability ( kestabilan nol ) Jarum penunjuk tidak kembali ke posisi nol setelah benda kerja diambil.
Gambar 1.10 Kestabilan nol Penyebabnya : keausan pada sistem penggerak jarum penunjuk
Floating ( pengambangan ) Posisi jarum penunjuk alat ukur berubah-ubah. Makin peka alat ukur, makin besar kemungkinan terjadinya pengambangan Penyebab pengambangan : kotoran atau getaran
1.6 Penyimpangan penyimpangan Dalam Pengukuran Pada pengukuran mencakup bagian - bagian yaitu benda ukur, alat ukur, pengukur,(operator). Karena ketidaksempurnaan dari masing-masing bagian maka bisa dikatakan bahwa faktor terjadinya kesalahan dalam pengukuran tidak bisa dihindari sehingga ketelitian absolute tidak dapat dihindari. Untuk memudahkan pemahaman hubungan dalam proses penyimpangan, maka dibuatlah bagan sebagai berikut :
Operator/pengukur
Alat ukur
Posisi pengukuran
lingkungan
Gambar 1.11 hubungan proses penyimpangan pengukuran a. Penyimpangan yang bersumber dari alat ukur Alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi, dengan demikian penyimpangan yang merugikan yang biasanya bersumber dari alat ukur bisa dihindari. b. Penyimpangan yang bersumber dari benda ukur Setiap benda elastik akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) apabila ada beban yang beraksi padanya. Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan kontak dari sensor alat ukur (sewaktu mengukur). Untuk itu penjepitan benda ukur harus diperhatikan agar tidak merubah dimensinya sendiri sehingga kesalahan bisa dihindari.
c. Penyimpangan yang bersumber dari posisi pengukuran Karena pengambilan posisi yang salah, garis pengukuran membuat sudut terhadap garis dimensi sehingga terjadi kesalaha sinus
d. Penyimpangan yang bersumber dari pengaruh lingkungan Kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk melakukan pengukuran diantaranya bisa disebabkan karena: Cahaya atau penerangan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan skala. Lingkungan yang kotor dan berdebu dapat menyebabkan kesalahan systematis karena adanya debu yang menempel pada sensor mekanis dan permukaan obyek ukur. Getaran dapat mengganggu kepekaan alat ukur.
Temperatur akan berubah dimensiny. Supaya hasil pengukuran akan selalu sama, maka telah disetujui secara internasional bahwa temperatur standar untuk pengukuran geometris adalah sebesar 20oC.
e. Penyimpangan yang bersumber dari pengukur / operator Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi lingkungan yang dianggap tak berubah dapat menghasilkan pengukuran berbeda. Penyebabnya antara lain: 1. Cara mengukur 2. Pengalaman dan keahlian pengukur 3. Kemampuan dan perangai masing masing pengukur
Alat ukur
Benda ukur
Referensi Rochim,taufik. 2001. Spesifikasi, Metrologi, & Kontrol Kualitas Geometrik. ITB. Bandung Handbook kuliah pengukuran teknik http://xbrasi.wordpress.com/2011/04/12/kalibrasi-dan-metrologi/