Anda di halaman 1dari 36

KETERBUKAAN INFORMASI DALAM RANGKA PENINGKATAN LAYANAN PUBLIK

Freddy H. Tulung Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik


KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI JAKARTA, OKTOBER 2012

MENGAPA HARUS TERBUKA ?

Menguatnya isu : Demokratisasi Pengakuan akan HAM Good governance & clean government Globalisasi & perdagangan bebas (tuntutan kemampuan berkompetisi)

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INISIATIF PEMERINTAHAN TERBUKA


(Memorandum Transparency and Open Government, January, 21, 2009)

KOMITMEN
KEMAUAN UNTUK TERBUKA BERANI BERTANGGUNG JAWAB MENDORONG PARTISIPASI TEKNOLOGI DAN INOVASI

TANTANGAN
PENINGKATAN LAYANAN PUBLIK BERKEMBANGNYA INTEGRITAS PUBLIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PUBLIK PENCIPTAAN KOMUNITAS YANG LEBIH AMAN BERKEMBANGNYA AKUNTABILITAS LEMBAGA

PRINSIP UTAMA
TRANSPARANSI PARTISIPASI AKUNTABILITAS

PEMERINTAHAN

TERBUKA
(OPEN GOVERNMENT)

Memperkuat Demokrasi serta Pemerintahan yang efisien dan efektif

KRITERIA MINIMUM
TRANSPARANSI FISKAL

AKSES INFORMASI
AKSES TERHADAP INFORMASI KEKAYAAN PEJABAT PUBLIK PERAN SERTA AKTIF WARGA (CITIZEN ENGAGEMENT)

http://transparansi.ukp.go.id/pemerintahan-terbuka-di-amerika.html http://transparansi.ukp.go.id/citizen-driven-government.html

Komitmen Presiden
KOMINFO

mengenai Pemerintahan Terbuka

Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik meniscayakan apa yang dilaksanakan oleh pemerintah, publik memiliki hak untuk mengetahuinya. Inilah ciri-ciri dari open government yang menjadi salah satu nilai dalam negara demokrasi.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET PARIPURNA KANTOR PRESIDEN, 7 JULI 2011

Informasi dan Demokratisasi


KETERSEDIAAN & PENYEBARAN INFORMASI

MASYARAKAT TAHU HAK & KEWAJIBAN

PARTISIPASI PUBLIK

AKUNTABILITAS PENYELENGGAR A NEGARA

PENGUKURAN INDIKATOR DEMOKRASI DI RI MELALUI TRANSPARANSI PerludilengkapidenganindikatorMakro yang bisamenunjukkan IndekKeterbukaanInformasiPublik yang dapatdihitungberapakontribusipada GDP

INFORMASI DAN DEMOKRATISASI

Indonesia menjadi co-chair Komite Pengarah OGP bersama Inggris periode September 2012 September 2014

Informasi Publik Prioritas Dibuka untuk Masyarakat


KOMINFO KARAKTERISTIK INFORMASI PRIORITAS DIBUKA JENIS DATA YANG DIBUTUHKAN MASYARAKAT

1. Terkait dengan kebutuhan dasar masyarakat 2. Mengurangi potensi terjadinya korupsi 3. Sering dikeluhkan masyarakat 4. Terkait Prioritas Nasional

1. Data APBN (termasuk realisasi)


2. Data Rencana Kegiatan APBD (data s.d tingkat kelurahan)

3. Data berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat (contoh : Raskin & BOS)
4. Jenis, mekanisme, waktu dan biaya layanan publik 5. Media bagi masyarakat menyampaikan kritik dan masukan

APA IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN PEMERINTAHAN ?

> Dorongan bagi Pemerintah untuk :

- Menciptakan transparansi , - Peningkatan partisipasi masyarakat, - Peningkatan daya tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat,

- Meminimalisir diskriminasi terhadap stakeholder, - Mengurangi in-efisiensi yang terjadi.

10

BAGAIMANA MENCAPAINYA >>>


1 Memberi ruang bagi sinergi antara aktor dan lembaga pemerintah dengan non pemerintah (sipil dan mekanisme pasar) 2 3 Menciptakan Pemerintahan yang Bebas dari praktek KKN dan berorientasi pada kepentingan publik

Mengarahkan tujuan pada kesejahteraan seluruh masyarakat (efisiensi, keadilan dan daya tanggap)

Dengan mewujudkan: TRANSPARANSI, PENEGAKAN HUKUM DAN AKUNTABILITAS PUBLIK

11

REGULASI PENDUKUNG PEMERINTAHAN TERBUKA

UU No. 40/1998 tentang Pers. UU No 32 /2002 tentang Penyiaran. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

UU No. 9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). UU No. 37/2008 Tentang Ombudsman. UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik. UU No. 43/2009 tentang Kearsipan

KENDALA PELAKSANAAN REGULASI


REGULASI YANG TUMPANG TINDIH POLA PIKIR (MINDSET) YANG BELUM MENDUKUNG KULTUR KETERBUKAAN BELUM BERKEMBANG TIDAK ADANYA ATURAN PELAKSANAAN

No
1.

Undang-Undang
UU No. 40/1998 tentang Pers.

Keterangan
Pasal 4 Ayat (3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, mempero1eh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Pasal 5 huruf f Penyiaran diarahkan untuk: f. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup;

2.

UU No 32 /2002 tentang Penyiaran.

3.

UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.

Pasal 3 Ayat (1) Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan efisien, ekonomis, efektif transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Pasal 23 Ayat (2) Pengelolaan keuangan daerah: dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan. Pasal 2 (1) Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik (2) Informasi publik yang dikecualikan bersifat terbatas

4.

UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5.

UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Partisipasi
No
1.

Undang-Undang
UU No. 9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

Keterangan
Pasal 2 ayat (1) Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggungjawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Pasal 4 huruf c: Tujuan pengaturan tentang kemerdaakaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah: c. mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kretifitas setiap warga negara sebagai perrwujudan hak dan tanggungjawab dalam kehidupan berdemokrasi

2.

Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 96 (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. rapat dengar pendapat umum; b. kunjungan kerja; c. sosialisasi; dan/atau d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.

No Undang-Undang
1. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

Keterangan
Pasal 11 ayat (1) Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat. Pasal 16 ayat (2) Musrenbang Jangka Menengah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dan mengikutsertakan masyarakat.

2.

UU No. 37/2008 Tentang Ombudsman.

Pasal 23 ayat (1) dan (2) Setiap warga negara Indonesia atau penduduk berhak menyampaikan Laporan kepada Ombudsman, tanpa dipungut biaya atau imbalan dalam bentuk apapun

3.

UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik.

Pasal 18 Masyarakat berhak: a. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan; b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan; c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan; d. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan; e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standard pelayanan; f. memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelaya nan; g. mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara dan ombudsman; h. mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina penyelenggara dan ombudsman; dan i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.

4.

UU No, 43/2009 tentang Kearsipan

Pasal 3 Penyelenggaraan kearsipan bertujuan untuk: b. menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah

UU NO. 14 TAHUN 2008 KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK


Disahkan pada tanggal 30 April 2008 dan berlaku 2 tahun kemudian Menjamin hak untuk mengetahui rencana kebijakan publik, proses dan alasan pengambilan keputusan publik

Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan

Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik

PERINSIP2 KETERBUKAAN DALAM UU KIP


1. Prinsip Keterbukaan dengan sistim MALE (Maximum Access Limited Exemption).
Sebelumnya seluruh informasi yang dimiliki oleh instansi pemerintah/lembaga negara adalah milik pemerintah/negara kecuali yang dibuka ke publik, dengan berlakunya UU ini berubah menjadi informasi publik yang dimiliki oleh pemerintah/negara adalah milik publik kecuali yang ditutup atau dirahasiakan.

2. Prinsip Kemudahan Akses Informasi (access to information)


Sebelumnya akses informasi sangat terbatas/tertutup, dengan UU ini setiap orang berhak mendapatkan akses informasi yang utuh, akurat, dan mutakhir baik secara pasif (pejabat publik menyediakan informasi tanpa diminta oleh pemohon) yang disebut dengan people right to know; maupun secaraaktif (pejabat publik wajib menyediakan dan memberikan informasi apabila ada permintaan) yang disebut obligation to tell.
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

18

2 KETERBUKAAN DALAM UU KIP PERINSIP Filosofi UU KIP

3. Prinsip Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan maupun pembentukan perundang-undangan merupakan salah satu aspek dari pilar demokrasi.

4. Prinsip Keadilan
Dengan memiliki hak akses informasi maupun hak akses partisipasi maka masyarakat mendapatkan akses keadilan.

5. Prinsip Pro aktif


Badan publik secara pro aktif wajib menyediakan, mengumumkan, menerbitkan informasi publik yang dimiliki, tanpa harus diminta terlebih dahulu, apabila kewajiban-kewajiban tersebut tidak diindahkan maka akan dikenakan sanksi pidana maupun denda.

6. Prinsip Kemudahan
Mekanisme mendapatkan informasi publik yang diatur oleh UU ini bagi pemohon informasi disusun dengan memperhatikan prinsip kemudahan.

7. Prinsip Kerahasiaan yang tidak permanen


Dalam menetapkan informasi yang dirahasiakan maka harus didahului dengan uji konsekuensi bahaya dengan mempertimbangkan bahwa menutup informasi tersebut adalah lebih baik bagi negara daripada membukanya dan Informasi yang dirahasiakan tersebut tidak bersifat permanen.

STAKEHOLDER UU KIP
UU KIP

Badan Publik

Warga Negara

1. PPID 2. SOP Pelayanan Informasi

Awareness Masyarakat Terhadap UU KIP

Implementasi UU KIP
Pelaksanaan UU KIP ditandai: 1. Penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dilingkungan Badan Publik 2. Pembentukan Komisi Informasi Pusat 3. Pembentukan Komisi Informasi Provinsi 4. Jumlah permohonan informasi publik dari masyarakat

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

21

LIMA KEWAJIBAN BADAN PUBLIK DALAM IMPLEMENTASI UU KIP


1. Menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan 2. 3. 4.
Dokumentasi (PPID). Menyusun daftar informasi publik. Melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan. Membuat Standar Operasional Prosedur SOP pelayanan informasi. Mengalokasikan anggaran pelayanan informasi publik.

5.

FILOSOFI UU NO.14/2008 TENTANG KIP


a. Hak memperoleh informasi merupakan Hak Asasi Manusia dan dijamin konstitusi (Pasal 28 F UUD 1945); b.Mewujudkan penyelenggaraan negara yang transparan dan tatakelola pemerintahan yang baik (good governance); c. Mendukung penyelenggaraan negara yang demokratis berdasarkan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

KOMINFO

PENGATURAN POKOK UU KIP

1. Setiap badan publik wajib menjamin keterbukaan

informasi publik 2. Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik. 3. Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, dan tidak mutlak, tidak permanen 4. Setiap informasi publik harus dapat diperoleh dengan cepat, tepat, biaya ringan, dan cara sederhana 5. informasi publik bersifat proaktif 6. Informasi harus bersifat utuh, akurat, dan dapat dipercaya 7. Penyelesaian sengketa secara cepat, murah, kompeten, dan independen 8. Ancaman pidana bagi penghambat informasi

Kondisi di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah


No Lembaga Jumlah Telah Menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Persentase (%)

1 2 3 4 5

Kementerian
Lembaga Negara/Lembaga Setingkat Menteri/LNS/LPP Provinsi Kabupaten Kota TOTAL

34
129 33 399 98 693

33
34 16 65 22 170

97,06%
26,36% 48,48% 16,29% 22,45% 24,53%

Badan POM telah menunjuk PPID sejak 22 Agustus 2011

*Data Ditjen IKP per tanggal 10 Okt 2012

PERJALANAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI INDONESIA

1998

2005

2008

2010
29 PPID:
7 PPID Kementerian 10 PPID Lembaga 5 PPID Provinsi 5 PPID Kabupaten 2 PPID Kota

2011
113 PPID:
22 PPID Kementerian 29 PPID Lembaga 12 PPID Provinsi 40 PPID Kabupaten 10 PPID Kota

2012
170 PPID:

303PPID Kementerian 34 PPID Lembaga 16 PPID Provinsi 65 PPID Kabupaten 22 PPID Kota

Sumber: LaporanPerkembanganPenujukkan PPID Kementerian, Lembaga Negara Tingkat Pusatdan Daerah DitjenInformasi, 10 Oktober 2012

PEMBENTUKAN KOMISI INFORMASI PROVINSI (18 PROVINSI)


KOMINFO
DalamProses

15. Aceh
18. Sumatera Utara

1. Sumatera Utara 2. Kalimantan Barat

1. Kepulauan Riau

11. Gorontalo
16.Kalimantan

14. Sulawesi Utara

9. Sumatera Selatan

Timur

2. Lampung

10. Kalimantan Tengah 12. Sulawesi Selatan


3. JawaTengah 4. JawaTimur 5. JawaBarat

17. Bali

6. Banten
7. DI Yogyakarta 8. DKI Jakarta

13. Nusa Tenggara Barat

Kendala : 1. Political will 2. Anggaran 3. Kelembagaan 4. SDM 5. Sarana/prasarana

Sumber: Komisi Informasi Pusat, Oktober 2012

KOMINFO

Jumlah Sengketa yang Masuk ke Komisi Informasi Pusatperkara hingga


akhir tahun 2011
Ajudikasi berjalan 7% Mediasi Selesai 11% Ajudikasi selesai 6% ditolak/ dicabut 31%

495 perkara

Mediasi berjalan 24%

Pemeriksaan Pendahuluan 21%

Dari 343 pengaduan yang layak sengketa 24,8% telah seleai ditangani sedangkan 75,2% masih dalam proses.

Data Komisi Informasi Pusat, 2011

Permasalahan dan Identifikasi Isu (1)


KOMINFO Aspek Regulasi Kondisi Eksisting Belum ada pedoman penunjukan PPID Belum ada pedoman mekanisme uji konsekuensi informasi yang dikecualikan, sesuai dengan UU KIP pasal 17 a j yang mewajibkan untuk melakukan pemetaan terhadap pasal-pasal UU lain yang berkaitan. Belum semua badan publik menunjuk PPID Belum semua provinsi memiliki KI Provinsi Belum adanya penguatan fungsi kelembagaan PPID Kurangnya dukungan kebijaksaanan pimpinan Persepsi yang salah terhadap sengketa informasi Kekhawatiran penyalahgunaan Identifikasi Isu

Pedoman Tata Cara Penunjukan PPID Pedoman Mekanisme uji konsekuensi

Kelembagaan Kepemimpinan

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Kultur keterbukaan lembaga publik Dukungan pimpinan lembaga publik

Permasalahan dan Identifikasi Isu (2)


KOMINFO

Aspek Infrastruktur Dukungan Stakeholders

Kondisi Eksisting SDM tidak memadai Anggaran yang kurang Kurangnya ketersediaan perangkat layanan informasi Belum ada standar media layanan informasi (website, dll) Koordinasi dan sinergi sosialisasi, edukasi dan advokasi kurang optimal

Identifikasi Isu Sistem layanan informasi Penganggaran operasional Dukungan perangkat Standardisasi layanan informasi

Sinergi dan kolaborasi untuk percepatan implementasi

Budaya

Minimnya kemampuan bertanya dan akses masyarakat terhadap lembaga publik Belum optimalnya layanan informasi publik

Budaya keterbukaan

TEROBOSAN MENGATASI KENDALA........


Dilakukan mapping terhadap badan publik yang belum menunjuk PPID sehingga penanganan advokasi UU KIP bisa dilakukan sesuai dengan karakter masing-masing badan publik. Pelaksanaan sosialisasi lebih inovatif seperti mengundang mahasiswa dan seniman dalam dialog publik dan dialog interaktif. Pelaksanaan sosialisasi dan advokasi serta edukasi perlu menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern melalui perencanaan yang matang dengan pemanfaatan hasil penelitian, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat melalui monitoring dan evaluasi. Terkait dengan itu, perlu dilakukan penelitian terhadap efek pelaksanaan sosialisasi. Pelaksanaan bimbingan teknis/bimtek yang efektif dan berisi solusi praktis untuk memperlengkapi dan meningkatkan kualitas PPID.

PROGRAM KERJA
KOMINFO

Advokasi

Badan Publik yang belum menunjuk PPID

Badan Publik yang telah Bimtek/Workshop menunjuk PPID

Monitoring Sosialisasi
Perumusan Pedoman

Kementerian/Lembaga Provinsi/Kabupaten/Kota
Media Cetak; Online; Tradisional; Penyiaran; Tatap Muka; Luar Ruang

1. BadanPublik 2. Masyarakat

Pedoman Pengelolaan Informasi Publik Secara Nasional

RENCANA AKSI KOMUNIKASI

RENCANA AKSI 1 Menguatkan kelembagaan pengelolaan informasi pada badan publik

Percepatan kegiatan publikasi informasi menyangkut keterbukaan informasi Peningkatan partisipasi masyarakat dalam mendukung

PENANGGUNG INSTANSI TARGET CAPAIAN JAWAB TERKAIT 2 3 4 1. Terbentuknya PPID Kemkominfo 1. UKP4 2. Kemkominfo Badan Publik 2. Terbentuknya KI 3. Kemdagri 4. KI Pusat Provinsi 3. Tersusunnya daftar 5. KI Provinsi informasi publik 4. Tersedianya data dan informasi publik sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Kemkominfo 1. Kemkominfo Terbangun kesadaran akan hak informasi publik 2. KI Pusat pada seluruh masyarakat

TARGET WAKTU 5 1.

ALASAN URGENSI/DAMPAK 6 PPID merupakan ujung tombak pelayanan informasi dan belum terbentuk di mayoritas badan publik Perlunya badan pengimplementasi UU KIP di setiap Provinsi Belum terlaksananya pelayanan dan pendokumentasian informasi yang optimal

2.

3.

Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang UU KIP

Kemkominfo

1. 2. 3. 4. 5.

Kemkominfo Meningkatnya kualitas dan kuntitas Kemdagri KI Pusat permohonan informasi KI Provinsi LSM

Permohonan informasi saat ini lebih banyak bersifat mencari kesalahan

KOMINFO

MANFAAT WORKSHOP
Penurunan Tingkat Kemiskinan

Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia terkait produk-produk yang diawasi Badan POM

Peningkatan Daya Saing Usaha Bagi Sektor Usaha (Terutama Sektor Usaha Kecil dan Menengah)

Perluasan Akses Informasi Terkait Obat dan Makanan (Termasuk Informasi untuk Memfasilitasi Pelaku Usaha yang Diawasi Badan POM)

Peningkatan kualitas layanan informasi di Badan POM

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai