Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) memegang peranan strategis karena merupakan sumber asupan gizi penting bagi anak sekolah. PJAS sering dikonsumsi oleh anak sekolah. Sebanyak 48% responden memiliki frekuensi jajan sering/selalu yaitu 4 kali per Minggu, sedangkan 51% siswa kadang-kadang jajan dalam seminggu. Hanya 1% siswa yang tidak pernah jajan. (Monitoring dan verifikasi profil PJAS Nasional, 2008) Hasil sebuah survei di Bogor menunjukkan PJAS menyumbang 36% kebutuhan energi anak sekolah Namun, PJAS memiliki potensi masalah: (1) Keseimbangan gizi; (2) Penambahan bahan berbahaya, bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas amannya, serta (3) kontaminan kimia dan mikroba patogen. Selain itu, sering didapati Buruknya Praktek Penyajian PJAS
2
197
159
163
50 43 34 26
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Pencanangan Gerakan Nasional Menuju Pangan Jajanan yang Aman, Bermutu dan Bergizi oleh Wapres RI, 31 Januari 2011
PEMBERDAYAAN KKEMANDIRIAN KOMUNITAS SEKOLAH JAMINAN KEAMANAN, MUTU, DAN GIZI PJAS
4
TANTANGAN PENGAWASAN
Keterbatasan
PJAS
Implementasi
Pengawasan (Sampling dan Pengujian) serta tindak lanjutnya
Pembinaan (pelatihan, penyuluhan, pemberdayaan) komunitas sekolah, kegiatan KIE (talkshow, pameran, dsb)
Program PJAS Lainnya (Penyebaran Rapid Test Kit untuk pengawasan mandiri, Penyebaran BTP, dsb)
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
KITA DI SINI
Sampling di Kabupaten/Kota
30 SD/ MI/ sederajat : 15 SD/ MI/ sederajat yang akan diberikan Bimbingan Teknis 15 SD/MI lainnya ditentukan sedemikian rupa sehingga mewakili (representative).
Balai POM
15 SD/MI/ sederajat yang merupakan SD/MI/ sederajat terpilih yang akan diberikan Bimbingan Teknis (Bimtek) Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah.
SASARAN
Sasaran sarana distribusi pangan meliputi kantin sekolah dan penjaja di sekitar SD/ sederajat.
Sasaran SD/sederajat di ibukota Propinsi dan 1-2 SD/sederajat di wilayah Kabupaten/Kota
WAKTU/FREKUENSI SAMPLING
Sampling dilakukan secara serentak oleh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia sebanyak 2 (dua) tahap yaitu : Tahap 1 dilakukan pada bulan Februari Maret, dan dilaporkan paling lambat tanggal 15 Mei 2012 Tahap 2 dilakukan pada bulan September-Oktober, dan dilaporkan paling lambat tanggal 5 Desember 2012.
KRITERIA SAMPLING
PJAS yang sering dan diduga mengandung bahan tambahan yang dilarang digunakan pada pangan, BTP berlebih dan atau tercemar.
Sebagai tindak lanjut kasus/masal ah dari suatu PJAS yang terbukti TMS berdasarkan hasil sampling tahun sebelumnya.
PJAS yang produsennya berada di wilayah kerja BB/BPOM di ibukota propinsi dan 1 -2 di Kabupaten/K ota.
Pewarna yang dilarang (Rhodamin B, Methanyl Yellow) Es (es mambo, lolipop, Pewarna yang dilarang es lilin, es teler, es (Rhodamin B, cendol, es campur, es Methanyl Yellow) cincau, es kelapa, es teh dan sejenisnya) Mie (disajikan/siap Pewarna yang dilarang (Methanyl Yellow), dikonsumsi) Formalin, Boraks Jeli, agar-agar atau produk gel lainnya
Pemanis buatan (siklamat, sakarin) Cemaran mikroba (MPN , S. aureus) Pengawet (benzoat, sorbat) Pemanis buatan (siklamat, sakarin) Cemaran mikroba : , APM Koliform, APM E. coli, Salmonella sp, S. aureus, dan . Formalin Cemaran mikroba (MPN E. coli, S. aureus)
No
5
Jenis PJAS
Parameter Uji Kuantitatif Formalin Cemaran mikroba : , APM Koliform, APM E. coli, Salmonella sp, S. aureus, C. perfringens. Pemanis buatan (siklamat, sakarin) (untuk yang rasa manis) Benzoat Formalin Nitrit (khusus untuk Sosis Sapi) Cemaran logam berat (Pb) Cemaran mikroba (, MPN E. coli, Staphylococcus aureus) Pengawet (benzoat, sorbat) Pemanis buatan (siklamat, sakarin) Cemaran mikroba (MPN E. Coli, S. aureus)
Kudapan (makanan gorengan seperti bakwan, tahu isi, cilok, sosis, ayam goreng, batagor,lumpia, pempek, model, tekwan, sate kikil, lontong dan sejenisnya)
SAMPEL
Jumlah sampel untuk masing-masing jenis/merek harus memenuhi kebutuhan untuk pengujian. Disampling dan disimpan dalam waktu sekurangkurangnya 1 (satu) tahun atau sama dengan waktu kedaluwarsa produk yang bersangkutan.
Harus ada sampel pertinggal (retain sample) kecuali sampel yang mempunyai masa simpan kurang dari 7 (tujuh) hari.
TINDAK LANJUT
Jika produk PJAS TMS, maka Balai Besar/Balai POM melakukan tindakan intervensi yaitu:
Bekerja sama dengan pihak sekolah khususnya tim Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk meningkatkan kesadaran para guru, orang tua murid, murid dan pedagang sekitar sekolah yang bersangkutan terhadap keamanan pangan
Bekerja sama dengan dinas terkait untuk melakukan pembinaan kepada pedagang yang bersangkutan. Bekerja sama dengan dinas terkait untuk melakukan
penelusuran kepada pengolah/pembuat pangan dan selanjutnya melakukan pembinaan kepada pengolah/pembuat pangan yang bersangkutan.
Pengujian harus dilakukan terhadap semua parameter uji yang ditetapkan untuk masing-masing jenis PJAS. Jika tidak dilakukan pengujian terhadap parameter yang ditetapkan, harus dilaporkan/diberikan catatan mengapa pengujian parameter tersebut tidak dilakukan pada laporan hasil pengujian PJAS Jika ditemukan PJAS selain dari 7 (tujuh) jenis PJAS di atas, maka parameter yang diuji mengacu pada parameter uji jenis pangan yang paling mendekati SD/MI/sederajat yang tidak diberikan bimtek tidak dilakukan pengujian mikroorganisme)
KETERANGAN : Penyebab TMS antara lain karena mengandung bahan berbahaya, bahan tambahan pangan berlebih dan atau cemaran mikroba Penggunaan bahan berbahaya : tahun 2009 (12 %), tahun 2010 (18%) dan tahun 2011 (6,96%), tahun 2012 (9%) Penggunaan BTP berlebih : tahun 2009 (21%), tahun 2010 (23%), dan tahun 2011(20,45%), tahun 2012 (24%) Cemaran mikroba : tahun 2009 (67%), tahun 2010 (59%), dan tahun 2011 (69,71%), tahun 2012 (66%)
N Pelanggaran = 2669
Keterangan : 1. Permasalahan cemaran mikroba melebihi batas maksimal masih menjadi kendala PJAS yang TMS 2. Terjadi kenaikan penyalahgunaan bahan berbahaya dari 6,96% pada tahun 2011, menjadi 9% pada tahun 2012
- BB/BPOM yang menguji dengan hasil MS adalah Bandung - BB/BPOM yang tidak menguji mikrobiologi Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Aceh, Pangkal Pinang, Kep. Riau, dan Gorontalo - Cemaran
MPN Coliform Melebihi Batas Maksimal ALT Melebihi Batas Maksimal Angka Kapang Khamir Melebihi Batas Maksimal E. Coli Melebihi Batas Maksimal S. aureus positif Salmonella positif C.Perfringens Positif Total
78 86
226 211
163
21 4 25 17 3 1 646 2 1
8
29 31 1 458
3
1 13
1
14 3
127
12 2 1 383
2 191
34
29
31
Dari hasil pengujian PJAS, daerah Jawa Tengah dan Kalimantan Barat adalah daerah dengan hasil uji pemanis dan pengawet buatan melebihi batas maksimal utamanya karena penggunaan pemanis buatan siklamat. Musim kemarau yang terjadi saat pelaksanaan sampling meningkatkan permintaan terhadap produk es serta minuman berwarna yang menjadi penyebab utama penggunaan BTP Pemanis buatan melebihi batas maksimal
5 Besar
Kemandirian dalam pengawasan PJAS seharusnya berada di tangan Pemerintah Daerah sesuai dengan amanat yang tertuang di PP 28/2004
Transfer pengetahuan serta sharing lesson learned dari kegiatan BPOM akan membantu Pemda menyusun program pengawasan PJAS yang Lebih Efektif Keberlanjutan Program PJAS tergantung pada komitmen yang dibangun oleh tiap stakeholder
PENUTUP
Masalah keamanan pangan utamanya PJAS sangat kompleks, diperlukan kerjasama antar pemangku kepentingan guna mewujudkan pangan yang aman, bermutu dan bergizi bagi masyarakat, yaitu pemerintah sebagai pengawas; Badan POM terus menerus berupaya melakukan pengawasan pangan, namun tidak bisa sebagai single player, perlu kerjasama sinergis antar stakeholder sepanjang rantai pangan dari hulu hingga hilir (form farm to table) secara terintegrasi dalam mewujudkan keamanan PJAS di Indonesia. Perlu dukungan infrastruktur yang kuat untuk menjangkau daerah-daerah yang jauh, disertai dengan kompetensi petugas yang memadai Transfer pengetahuan dan sharing pengalaman kepada Pemda untuk terlibat aktif dan menyeluruh dalam pengawasan PJAS, diharapkan nantinya, tiap daerah dapat menyusun sendiri prioritas program PJAS yang spesifik lokasi.
Bahan Diskusi
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Jl. Percetakan Negara 23, Jakarta Pusat Telp.: 021- 4241781 Fax 021- 4253856 Email: inspeksipangan@pom.go.id