Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saat ini pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan khusunya bagi generasi muda untuk masa depan . Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang dimulai dari jenjang yang paling rendah sampai tinggi. Dalam pendidikan nilai moral dan sikap juga harus diperhatikan agar dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi banyak remaja yang sudah meninggalkan nilai-nilai tersebut. Para remaja hanya menganggap pendidikan itu sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan dan sesuai dengan prosedur yang telah ada tanpa memperhatikan sudut pandang lain seperti nilai moral dan sikap. Padahal jika para remaja memperhatikan akan nilai, moral dan sikapnya terhadap pendidikan maka akan tercipta karakteristik seorang generasi yang baik. Bahkan para remajapun tidak mengerti apa arti dari nilai, moral dan sikap yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat nanti. Dari sinilah kami mempunyai gagasan mengenai proses pengembangan nilai, moral seta sikap bagi para remaja dalam dunia pendidikan. Tidak hanya untuk memberikan pengertian saja tentang nilai, moral dan sikap, akan tetapi juga memberikan suatu solusi serta pengaplikasian dalam kehidupan khusunya pendidikan. Sehingga remaja benar-benar mengerti akan pentingnya nilai, moral dan sikap dalam pendidikan.

1.2 Tujuan Penulisan Tujuan pembuatan makalah ini antara lain : 1. Memberikan pengetahuan kepada setiap peserta didik khususnya para remaja akan nilai, moral dan sikap terhadap dunia pendidikan. 2. Memberikan solusi kepada remaja agar lebih mengerti dan merubah sikap agar menjadi generasi yang lebih baik di masa depan. 3. Mendidik para remaja agar menjadi generasi muda yang berguna di masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah 1. Mengapa saat ini remaja mulai mengabaikan nilai, moral dan sikap dalam pendidikan? 2. Faktor-faktor apa saja yang bias mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap remaja? 3. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan nilai, moral dan sikap remaja terkait dunia pendidikan?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai, moral dan sikap Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Nilai merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu, Moral merupakan perilaku yang seharusnya dilakukan atau dihindari, dan Sikap adalah kecenderungan individu untuk merespons terhadap suatu objek sebagai perwujudan dari sistem nilai dan moral. Sistem nilai mengarahkan pada pembentukan nilai-nilai moral tertentu yang selanjutnya akan menentukan sikap individu. Hubungan Nilai, Moral, dan Sikap. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. Sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terusmenerus untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu
3

yang sangat penting. Oleh karena itu, sikap setiap orang berbeda baik dari segi kualitas maupun jenisnya. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130). Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998 : 62).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2.2 Karakteristik Nilai, Moral dan Sikap Remaja Karakteristik nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut : a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu yang dapat kita indra adalah kejujuran itu. b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai berharap dan mendapatkan dan diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan. c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar
4

dan

didorong

oleh

nilai

yang

diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan. Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63): 1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan pengetahuan yang dimiliki orang. Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998 : 63): 1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
5

Karakteristik berkaitan dengan NILAI Remaja merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman dalam mencari jati dirinya. Berkaitan dengan MORAL Mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah yang bersifat hipotesis. Berkaitan dengan SIKAP Perubahan sikap begitu mencolok, yaitu dengan sikap menentang nilai dasar hidup orang tua / orang dewasa lainnya. Beberapa Ciri Khas Masa Remaja Perubahan peranan Perubahan dari masa anak ke masa remaja membawa perubahan pada diri seorang individu. Kalau pada masa anak ia berperan sebagai seorang individu yang bertingkah laku dan beraksi yang cenderung selalu bergantung dan dilindungi, maka pada masa remaja ia diharapkan untuk mampu berdiri sendiri dan ia pun berkeinginan mandiri. Akan tetapi sebenarnya ia masih membutuhkan perlindungan dan tempat bergantung dari orang tuanya. Pertentangan antara keinginan untuk bersikap sebagai individu yang mampu berdiri sendiri dengan keinginan untuk tetap bergantung dan dilindungi, akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Akibat konflik ini, dalam diri remaja timbul kegelisahan dan kecemasan yang akan mewarnai sikap dan tingkah lakunya. Ia menjadi mudah sekali tersinggung, marah, kecewa dan putus asa. Daya fantasi yang berlebihan Keterbatasan kemampuan yang ada pada diri remaja menyebabkan ia tidak selalu mampu untuk memenuhi berbagai macam dorongan kebutuhan dirinya. Ikatan kelompok yang kuat Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan segala keinginan dirinya menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam kelompok, segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun sehingga menjadi
6

sesuatu kekuatan yang besar. Remaja akan merasa lebih aman dan terlindungi apabila ia berada di tengah-tengah kelompoknya. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk dapat diakui oleh kelompoknya dengan cara menyamakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada dalam kelompoknya. Rasa setia kawan terjalin dengan erat dan kadang-kadang menjurus ke arah tindakan yang membabi buta. Krisis identitas Tujuan akhir dari suatu perkembangan remaja adalah terbentuknya identitas diri. Dengan terbentuknya identitas diri, seorang individu sudah dapat memberi jawaban terhadap pertanyaan: siapakah, apakah saya mampu dan dimanakah tempat saya berperan. Ia telah dapat memahami dirinya sendiri, kemampuan dan kelamahan dirinya serta peranan dirinya dalam lingkungannya. Sebelum identitas diri terbentuk, pada umumnya akan terjadi suatu krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati krisisnya dan menemukan jatidirinya.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai, Moral dan Sikap Remaja Faktor yang mempengaruhi nilai, moral, dan sikap secara dominan adalah dari faktor lingkungan. Dalam faktor lingkungan mencakup beberapa aspek : Psikologis Sosial Budaya Fisik kebendaan Faktor yang Mempengaruhi. Faktor-Faktor yang mempenagruhi sikap antara lain : 1. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
7

lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat asuhannya. 4. Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor Emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2005). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan

Sikap teman sebaya: berorientasi sekolah atau berorientasi kerja.

Sikap orang tua: menganggap pendidikan sebagai batu loncatan ke arah mobilitasi sosial atau hanya sebagai sebuah kewajiban karena diharuskan oleh hukum.

Nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis. Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran. Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijakan akademis serta disiplin.

Keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Derajat dukungan sosial di antara teman-teman sekelas.

Selain itu ada juga faktor-faktor yang dapat menurunkan moral remaja. Berikut ini beberapa faktor yang dapat menurunkan moral dikalangan para remaja : 1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga ` Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam

aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik. 2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk. 3. Tekanan psikologi yang dialami remaja Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
9

4. Gagal dalam studi/pendidikan Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan halhal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.

5. Peranan Media Massa Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya. 6. Perkembangan teknologi modern Dengan perkembangan teknologi modern saat ini

seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka. Perhatian orang tua memang sangat penting peranannya bagi pembentukkan karakter seorang remaja. karena di masa remaja ini adalah masa dimana kita sedang mencari jati diri. mencari mana yang benar dan mana yang salah. apalagi di dunia yang semakin mengglobal ini, dimana dunia membuat kita begitu sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Bimbingan orang tua dan guru sangat penting sekali untuk mengarahkan ke arah yang positif. dan memberi tahu mana yang sesunguhnya benar dan salah. tanpa bimbingan yang baik, takutnya remaja akan menuju pergaulan yang salah.

10

2.4 Implikasi Nilai, Moral dan Sikap Remaja Dalam Dunia Pendidikan Implikasi dalam Dunia Pendidikan Pendidik harus serius membantu para siswa mempertimbang-kan berbagai konflik moral yang sesungguhnya. Pendidik memikirkan cara pertimbangan yang digunakan dalam menyelesaikan konflik moral. Pendidik harus memahami tingkatan berpikir siswa dan menyesuaikannya dalam berkomunikasi. Pendidik memusatkan perhatian pada proses bernalar siswa Pendidik membantu siswa mengatasi konflik.

2.5 Upaya Perbaikan Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap Remaja Upaya Pengembangan Nilai, Moral, dan Sikap Berawal dari keluarga Lingkungan sekolah misalnya : diskusi moral (merangsang pengembangan kognitif) Kelompok teman sebaya Dalam penelitian Kohlberg dikatakan bahwa anak yang memiliki partisipasi kelompok sebaya yang lebih luas perkembangan moralnya akan lebih cepat. Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, tindakan yang harus dan dapat dilakukan, secara garis besar akan diuraikan di bawah ini: 1. Sikap dan tingkah laku Tujuan dari suatu perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak-kanakan seperti mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri, menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi

11

perhatian, memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan dan hindarkan kritik dan celaan.

2. Emosional Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba

merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Udahakan jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat). 3. Mental intelektual Dalam perkembangannya mental intelektual diharapkan remaja dapat menerima emosionalnya dengan memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan begitu ia dapat membedakan antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan sesungguhnya. Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai macam harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai. 4. Sosial

12

Untuk mencapai tujuan perkembangan, remaja harus belajar bergaul dengan semua orang, baik teman sebaya atau tidak sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan jenis. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan pergaulan saja misalnya suatu kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan penyalahgunaan zat. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya ikatan yang erat dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman, orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita sebagai orang tua dan guru, harus mampu menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik. 5. Pembentukan identitas diri Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya. Orang tua memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu remajanya dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dlam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita. Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut:
13

Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan menghadapinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi material, emosional, intelektual, dan sosial.

Memberikan

kebebasan

dan

keteraturan

serta

secara

bersamaan

pengarahan terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.

Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh kehangatan bagi remaja.

Memberikan penghargaan yang layak terhadap pendapat dan prestasi yang baik.

Memberikan teladan yang baik kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.

Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).

14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dunia remaja merupakan suatu tahap yang kritikal didalam kehidupan manusia, yaitu peralihan dari dunia anak-anak menuju ke dunia dewasa. Di tahapan ini seseorang memulai untuk mencari identitas dan penampilan diri. Berkaitan dengan NILAI Remaja merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman dalam mencari jati dirinya. Berkaitan dengan MORAL Mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah yang bersifat hipotesis. Berkaitan dengan SIKAP Perubahan sikap begitu mencolok, yaitu dengan sikap menentang nilai dasar hidup orang tua / orang dewasa lainnya. Perkembangan nilai, moral, dan sikap remaja ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya sikap teman sebaya, sikap orang tua, nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis, relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran, sikap terhadap guru-guru atau orang lain, keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, derajat dukungan sosial di antara teman-teman sekelas.

15

DAFTAR PUSTAKA http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090603072210AAq2zkr http://www.slideboom.com/presentations/194597/Perkembangan-Nilai,Moral,-dan-Sikap http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/09/04/faktor-faktor-yangmempengaruhi-sikap-remaja-terhadap-pendidikan/

16

Anda mungkin juga menyukai