Anda di halaman 1dari 24

mMRAghneakl

Home Privacy Policy About Me Daftar Isi Contact Me Sumbang Makalah Tukaran Link

Browse Home Akhlak , filsafat pendidikan islam , pemikiran , Pendidikan Moral Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim

Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim


Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim BAB I PENDAHULUAN kata-kata seperti etika, etis,dan moral tidak terdengar dalam ruang kuliah saja dan tidak menjadi monopoli kaum cendekiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung hal-hal seperti itu. Memang benar, dalam obrolan dipasar atau ditengah penumpang-penumpang opelet kata-kata itu jarang sekali muncul. Tapi jika membuka surat kabar atau majalah, hampir setiap hari kita menemui kata-kata tersebut. Apalagi bila dikaitkan dengan penegasan Rasulullah SAW; bahwa kehadirannya dimuka bumi ini missi utamanya adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Perkembangan pemikiran manusia selalu menarik untuk dikaji. Manusia yang berfikir adalah manusia yang dinamis. Karena determinasi naturalistic yang membawa manusia kepada puncak posisi sebagai makhluk Tuhan adalah kemampuannya untuk berfikir itu. Berfikir adalah sebuah aktivitas awal yang menggerakkan seluruh aktivitas kemanusiaan. Para filosof adalah manusia-manusia pilihan yang mengabdikan dirinya pada pergulatan keilmuan dan pemikiran yang tiada henti. Walaupun pandangan sinis sering diarahkan kepada kaum filosof sebagai kelompok yang hanya duduk dikursi dan menteorikan dunia hayalan, tetapi kehadiran para filosof telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan didunia ini. Setidaknya mereka mampu mengabstraksikan realitas yang dia lihat utamanya dalam konsep-konsepnya tentang etika. BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Etika Islam Etika adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia. Atau dengan kata lain, cabang filsafat yang mempelajari tentang baik dan buruk. Untuk menyebut etika, biasanya ditemukan banyak istilah lain : moral, norma dan etiket. [1] Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah etika pun bersal dari Yunani kuno. Kata Yunani ethos merupakan bentuk tunggal yang bisa memiliki banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha yang berarti: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika dalam filsafat. Dalam sejarahnya, Aristoteles (384-322 SM) sudah menggunakan istilah ini yang dirujuk kepada filsafat moral. Istilah lainya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah moral. Kata moral dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hatinurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.[2] Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan di pelbagai wacana etika. Akhirakhir ini istilah etika mulai digunakan secara bergantian dengan filsafat moral sebab dalam banyak hal, filsafat moral juga mengkaji secara cermat prinsip-prinsip etika.[3] Ketika dihubungkan dengan Islam, selalu muncul pertanyaan mendasar, adakah sesungguhnya yang disebut sebagai etika Islam itu?. Menurut abdul Haq Anshari dalam Islamic Ethics: Concepts and Prospects meyakini bahwa sesungguhnya Etika Islam sebagai sebuah disiplin ilmu atau subyek keilmuan yang mandiri tidak pernah ada pada hari ini. Menurutnya kita tidak pernah menjumpai karya-karya yang mendefinisikan konsepnya, menggambarkan isu-isunya dan mendiskusikan pemaslahannya. Apa yang kita temukan justru diskusi yang dilakukan oleh berbagai kalangan penulis, dari kelompok filosof, teolog, ahli hukum Islam, sufi dan teoretesi ekonomi dan politik dibidang mereka masing-masing tentang berbagai isu, baik yang merupakan bagian dari keilmuan mereka atau relevan dengan etika Islam.[4] B. Konsep Etika Menurut Para Filosof Muslim Al-Kindi Dalam hal ini etika Al-Kindi berhubungan erat dengan definisi mengenai filsafat atau cita filsafat.[5] Filsafat adalah upaya meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan manusia[6]. Yang dimaksud dengan definisi ini ialah agar manusia memiliki keutamaan yang sempurna, juga diberi definisi yaitu sebagai latihan untuk mati. Yang dimaksud ialah mematikan hawa nafsu, dengan jalan mematikan hawa nafsu itu untuk memperoleh keutamaan.[7] Kenikmatan hidup lahiriah adalah keburukan. Bekerja untuk memperoleh kenikmatan lahiriah berarti meningggalkan penggunaan akal. Pertanyaan yang dapat diajukan ialah bagaimana cara untuk menjadi manusia yang

memiliki keutamaan yang sempurna itu. Bagaimana cara untuk mematikan hawa nafsu agar dapat mencapai keutamaan itu. Jawaban pertanyaan ini ialah : keahuilah keutamaan itu dan bertingkah lakulah sesuai tuntutan keutamaan itu. Al-Kindi berpendapat bahwa keutamaan manusia tidak lain adalah budi pekerti manusiawi yang terpuji. Keutamaan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian. Pertama merupakan asas dalam jiwa, tetapai bukan asas yang negatif, yaitu pengetahuan dan perbuatan (ilmu dan amal). Hal ini dibagi lagi menjadi tiga : Kebijaksanaan (hikmah) yaitu keutamaan daya fikir; bersifat teoritik yaitu mengetahu segala sesuatu yang bersifat universal secara hakiki; bersifat praktis yaitu menggunakan kenyataan yang wajib dipergunakan. Keberanian (nadjah) ialah keutamaan daya gairah (ghadabiyah; passiote), yang merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang memandang ringan kepada kematian untuk mencapai sesuatu yang harus dicapai dan menolak yang harus ditolak. Kesucian (iffah) adalah memperoleh sesuatu yang memang harus diperoleh guna mendidik dan memelihara badan serta menahan diri yang tidak diperlukan untuk itu.

Kedua keutamaan-keutamaan manusia tidak terdapat dalam jiwa, tetapai erupakan hasil dan buah dari tiga macam keutamaan tersebut. Dan ketiga hasil keadaan lurus tiga macam keutamaan itu tercermin dalam keadilan. Penistaan yang merupakn padanannya adalah penganiayaan.[8] Al-Razi Filsafat etika Al-Razi terdapat hanya dalam karyanya : a. Al-tibb al-ruhani b. Al- Shirat al-Falsafiyyah Al-Razi berpendapat bahwa : Seorang dalam hidup ini harus moderat, maksudnya dalam hidup ini kita jangan terlalu zuhud tetapi jangan pula terlalu tamak[9] Tidak terlalu menyendiri Tidak terlalu mengumbar hawa nafsu tetapi jangan pula membunuh nafsu.

Untuk mencapai tujuan tersebut ia membuat dua buah batas dalam hidup ini : a. Batas tertinggi Batas tertinggi ialah menjauhi kesenangan yang hanya dapat diperoleh dengan jalan menyakiti orang lain ataupun bertentangan dengan rasio. b. Batas terendah Batas terendah ialah menemukan atau memakan sesuatu yang tidak membahayakan atau menyebabkan penyakit dan memakai pakaian sekedar untuk menutup tubuh, dan diantara batas itu orang dapat hidup tanpa keterlayakan.[10] Filsafat etika al-Razi yang lain adalah :

a. Al-Razi juga berkata bahwa manusia harus mengendalikan hawa nafsunya; ia mengemukakan perbedaan-perbedaan yang dikemukakan perbedaan-perbedaan yang dikemukakan oleh Plato tentang-tentang aspek jiwa : b. Al-Razi juga berkata bahwa manusia harus mengendalikan hawa nafsunya; ia mengemukakan perbedaan yang dikemukakan oleh tentang-tentang aspek jiwa : 1. Nalar 2. Lingkungan 3. Hasrat dan menunjukkan bagaimana keadilan mesti mengatasi semua itu. c. Al-Razi mengenali dusta, dusta adalah hal yang buruk d. Tamak adalah suatu keadaan yang sangat buruk yang dapat menimbulkan rasa saki dan bencana. Mabuk menyebabkan malapetaka dan sakitnya jiwa dan raga dan sebagainya. [11] Dan keempat pendapat tersebut tercakup dalam Risalah etika Al-Razi yang cukup terkenal, Obat Pencahar Rohani (Spiritual Phisic).[12] Al-Farabi Konsep etika yang ditawarkan Al-Farabi dan menjadi salah satu hal penting dalam karyakaryanya, berkaitan erat dengan pembicaraan tentang jiwa dan politik.[13] Begitu juga erat kaitanya dengan persoalan etika ini adalah persoalan kebahagiaan. Didalam kitab Attanbih fi sabili al-Saadah dan Tanshil al-Saadah, Al-Farabi menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah pencapaian kesempurnaan akhir bagi manusia,[14] al-Farabi juga menekankan empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diahirat bagi bangsa-bangsa dan setiap warga negara, yakni : Keutamaan teoritis, yaitu prinsip-prinsip pengetahuan yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan asalnya, juga yang diperleh dengan kontemplasi, penelitian dan melalui belajar. Keutamaan pemikiran, adalah yang memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam tujuan. Termasuk dalm hal ini, kemampuan membuat aturan-aturan, karena itu disebut keutamaan pemikiran budaya (fadhail fikriyah madaniyyah). Keutamaan akhlak, bertujuan mencari kebaikan. Jenis keutamaan ini berada dibawah dan menjadi syarat keutamaan pemikiran, kedua jenis keutamaan tersebut, terjadi dengan tabiatnya dan bisa juga terjadi dengan kehendak sebagai penyemprna tabiat atau watak manusia. Keytamaan amalia, diperoleh dengan dua cara yaitu pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan merangsang.[15] Ikhwan al-Safa`

Adapun tentang moral etika, ikhwan al-Safa bersifat rasionalistis. Untuk itu suatu tindakan harus berlangsung bebas merdeka. Dalam mencapai tingkat moral dimaksud, seseorang harus melepaskan diri dari ketergantungan kepada materi. Harus memupuk rasa cinta untuk bisa sampai pada eksatase. Percaya tanpa usaha, mengetahui tanpa

berbuat adalah sia-sia. Kesabaran dan ketabahan, kelembutan, kasih saying dan keadilan. Rasa syukur, mengutamakan kebajikan, gemar berkorban untuk orang lain kesemuanya harus menjadi karakteristik pribadi. Sebaliknya, bahasa kasar, kemunafikan, penipuan, kezaliman dan kepalsuan harus dikikis habis sehingga timbul kesucian perasaan, kecintaan yangmembara sesama manusia, dan keramahan terhadap alam dan binatang liar sekalipun. Jiwa yang telah dibersihkan akan mampu menerima bentuk-bentuk cahaya spiritual dan entitas-entitas yang bercahaya. Semakin suci jiwa dan tidak terbelenggu oleh ikatan jasmani, semakin dapat memahami makna dasar yang tersembunyi dalam kitab suci dan kessuainya dengan data pengetahuan rasional dalm filsafat. Sebaliknya, selama jiwa terperosok dalam daya pikat tubuh dan oleh keinginan-keinginan dan kesenangankesenanganya, ia tidak dapt mengetahui makna kitab suci dan ia tidak akan dapat beranjak kepad bola-bolalangit dan secara langsungmerenungkan apa yang ada disana. [16] Ibnu Maskawaih Ibnu maskawai adalah seorang moralis yang terkenal. Sehingga dia mendapat julukan sebagai bapak etika Islam, Maskawaih dikenakl juga sebgai guru ketiga (Al-Mutaalim alTsalis), setelah al-Farabi yang digelari guru kedua. Sedangkan yang dipandang sebagai guru pertama adalah aristoteles. Teorinya tentang etika secara rinci ditulis dalam kitab Tahdzb al-Akhlaq wa al-Araq (pendidikan budi dan pembersihan watak). Maskawai membagi kitabnya itu menjadi tujuh bagian. Bagian pertama membicaraka perihal jiwa yang merupakan dasar pembahasan akhlaq. Bagian kedua membicarakan manusia dalam hubunganya dengan akhlak. Bagian ketiga membicarakan perihal kebajikan dan kebahagiaan yang merupakan inti pembahasan tentang akhlak. Bagian keempat membicarakan perihal keadilan. Bagian kelima membicarakan perihal cinta dan persahabatan. Bagian keenam dan ketujuh membicarakan perihal pengobatan penyakit-penyakit jiwa. Teori etika Maskawaih bersumber pada filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran dyariat Islam, dan pengalaman pribadi.[17] Filsafat etika Maskawaih ini selalu mendapat perhatian utama. Keistimewaan yang menarik dalam tulisanya ialah pembahasan yang didasarkan pada ajaran Islam (Al-Quran dan Hadits) dan dikombinasikan dengan pemikiran yang lain sebagai pelengkap, seperti filsafat Yunani Kuno dan pemikiran Persia. Dimaksud dengan pelengkap ialah sumber lain baru diambilnya apabila sejalan dengan ajaran Islam dan sebaliknya ia tolak, jika tidak demikian.[18] Akhlak, menurut Maskawaih, ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsure, yakni unsure watak naluriah dan unsure lewat kebiasaan dan latihan.[19] Berdasarkan ide diatas, secara tidak langsung Ibnu Maskawaih menolak pandangan orang-orang Yunani yang mengatakan bahwa akhlak manusia tidak dapat berubah. Bagi Ibnu Maskawaih akhlak yang tercela bisa berubah menjadi akhlak yang terpuji dengan jalan pendidikan (Tarbiyah al-Akhlak) dan latihan-latihan. Pemikiran seperti ini jelas sejalan dengan ajaran Islam karena kandungan ajaran Islam secara eksplisittelah mengisyaratkan kearah ini dan pada hakikatnya syariat agama bertujuan untuk

mengokohkan dan memperbaiki akhlak manusia. Kebenaran ini jelas tidak dapat dibantah, sedangkan akhlak atau sifat binatang saja bisa berubah dariliar menjadi jinak, apalagi akhlak manusia.[20] Masalah pokok yang dibicarakan dalam kajian tentang akhlak adalah kebaikan (al-khair), kebahagiaan (al-saadah) dan keutamaan (al-fadhilah). Menurut Ibnu Maskawaih, kebaikan adalah suatu keadaan dimana kita sampai kepada batas akhir dan kesempurnaan wujud. Kebaikan adakalanya umum dan adakalanya khusus. Diatas semua kebaikan itu terdapat kebaikan mutlak yang identik dengan wujud tertinggi. Mengenai pengertian kebahagiaan telah dibicarakan oleh pemikir-pemikir Yunani yang pokoknya terdapat dua versi, pandangan pertama dari Plato dan yang kedua oleh Aristoteles. Ibnu Maskawaih tampil diantaara dua pendapat tersebut. Menurutnya, karena pada diri manusia ada dua unsure, yaitu jiwa dan badan, maka kebahagiaan itu meliputi keduanya. Kebahagiaan itu ada dua tingkat. Pertama ada manusia yang terikat dengan hal-hal yang bersifat benda dan mendapat kebahagiaan dengannya, namun ia tetap rindu akan kebahagiaan jiwa, lalu berusaha memperolehnya. Kedua, manusia yang melepaskan diri dari keterikatanya kepada benda dan memperoleh kebahagiaannya lewat jiwa. Tentang keutamaan, Ibnu Maskawaih berpendapat bhwa asas semua keutamaan adalah cinta kepada semua manusia. Tanpa cinta yang demikian, suatu masyarakat tidak mungkin ditegakkan.[21] Al-Ghozali Filsafat etika al-Ghozali secara sekaligus dapat kita lihat pada teori tasawufnya dalam bukunya Ihya Ulumuddin. Dengan kata lain, filsafat etika al-Ghazali adalah teori tasawufnya. Mengenai tujuan pkok dari etika al-Ghazali kita temukan pada semboyan tasawuf yang terkenal : al-Takhalluq bi-Akhlaqillah ala taqothil Basyathiyyah, atau pada semboyannya yang lain, al-Shifatir-Rahman ala Taqhathil Basyathiyah. Maksud semboyan itu adalh agar manusia sejauh kesanggupannya meniru-niru perangai dan sifat-sifat ketuhanan seperti pengasih, penyayang, pengampun dan sifat-sifat yang disukai Tuhan,sabar jujur, takwa, zuhud, ihlas beragama dan sebagainya. Dalam Ihya Ulmuddin itu, al-Ghazali mengupas rahasia-rahasia ibadat dari tasawuf dengan mendalam sekali. Misalnyadalam mengupas soal at-thaharah ia tidak hanya mengupas soal kebersihan badan lahir saja, tetapi juga kebersihan rohani. Al-Ghazali melihat sumber kebaikan manusia itu terletak pada kebersihan rohaninya dan rasa akrabnya terhadap Tuhan. Sesuai dengan prinsip Islam, al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat memelihara dan menyebarkan rahmat (kebaikan) bagi sekalian alam. Al-ghazali juga mengakui bahwa kebaikan tersebur dimana-mana, juga dalam materi. Hanya pemakaiannya yang disedeeer hanakan, yaitu kurangi nafsu dan jangan berlebihan. Bagaimana cara bertaqarrub kepada Allh itu, al-Ghazali memberikan beberapa cara latihan yang langsung mempengaruhi rohani. Diantaranya yang terpenting ialah muraqabah, yakni merasa diawasi terus oleh Tuhan, dan al-mahasabah, yakni senantiasa mengoreksi diri sendiri. Menurut al-Ghazali, kesenangan itu ada dua tingkatan, yaitu kepuasan dan kebahagiaan. Kepuasan adalah apabila kita mengetahui kebenaran sesuatu. Bertambah banyak

mengetahui kebenaran itu, bertambah banyak orang merasakan kebahagiaan. Akhirnya, kebahagiaan yang tertinggi itu ialah bila mengetahui kebenaran dari sumber segala kebahagiaan itu sendiri. Itulah yang dinamakan marifatullah, yaitu mengenal adanya Allah tanpa syak sedikit juga dan dengan penyaksian hati yang sangat yakin.[22] Ibnu Bajjah Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan manusiawi. perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan hawa nafsu. Sementara itu, perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasrkan atas petimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur. Sebagi contoh, perbuatan makan bisa dikategorikan perbuatan hewani dan bisa pula menjadi perbuatan manusiawi. Apabila perbuatan makan tersebut dilakukan untuk memenuhhi keinginan hawa nafsu, perbuatan ini jatuh pada perbuatan hewani. Namun, apabila perbuatan makan dilakukan bertujuan untuk memelihara kehidupan dalam dalam mencapai keutamaan hidup, perbuatan tersebut jatuh pada perbuatan manusiawi. Perbedaan antara kedua perbuatan ini tergantung pada motivasi pelakunya, bukan pada perbuatannya. Perbuatan yang bermotifkan hawa nafsu tergolong pada jenis perbuatan hewani dan perbuatan bermotifkan rasio maka dinamakan perbuatan manusiawi. Pandangan Ibnu Bajjah diatas sejalan dengan ajaran Islam. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa manusia yang mendasarkan perbuatanya atas iradah yang merdeka dan akal budi akan dapat mencapai kebahagiaan. Menurut Ibnu Bajjah, apabila perbuatan dilakukan demi memuaskan akal semata, perbuatan ini mirip dengan perbuatan ilahy dari pada perbuatan manusiawi. Secara ringkas Ibbnu Bajjah membagi tujuan perbuatan manusia menjadi tiga tingkat sebagai berikut : Tujuan jasmaniah, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Pada tujuan ini manusia sama derajatnya dengan hewan. Tujuanrohaniah husus, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Tujuan ini akan melahirkan keutamaan akhlaqiyyah dan aqliyyah. Tujuan rohaniah umum (rasio), dilakukan atas dasar kepuasan pemikiran untuk dapat berhubungan dengan Allah. Inilah tingkat manusia yang sempurnadan taraf inilah yang ingin dicapai manusia penyendiri Ibnu Bajjah.[23] Ibnu Thufail

Menurutnya, manusia merupkan suatu perpaduan tubuh, jiwa hewani dan esesnsi nonbendawi, dan dengan demikian menggambarkan binatang, benda angkasa dan Tuhan. Karena itu pendakian jiwanya terletak pada pemuasan ketiga aspek sifatnya, dengan cara meniru tindakan-tindakan hewan, benda-benda angkasa dan Tuhan. Mengenai peniruanya, pertamaterikat untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya akan kebutuhankebutuhan pokok serta menjaganya dari cuaca burukdan binatang buas, dengan satu tujuan yaitu mempertahankan jiwa hewani. Peniruan yang kedua menuntut darinya kebersihan pakaian dan tubuh, kebaikan terhadap obyek-obyek hidup dan tak hidup, pereungan atas esensi Tuhan dan perputaran atas esesnsi Tuhan dan perputaran esensi

orang dalam ekstase. Ibnu Thufail tampaknya percaya bahwa benda-benda angkasa memiliki jiwa hewani dan tenggelam dalam perenungan yang tak habis-habisnya tentang Tuhan. Terahir dia harus melengkapi dirinya dengan sifat-sifat Tuhan, yaitu pengetahuan, kekuasaan, kebijaksanaan, kebebasan dari keinginan jasmaniah dan sebagainya. Melaksanakan kewajiban demi diri sendiri, demi yang lain-lain dan demi Tuhan, secara ringkas merupakan salah satu disiplin jiwa yang esensial. Kewajiban yang terahir adalah suatu ahir diri, dua yang disebut sebelumnya membawa kepada perwujudanya dalam visi akan rahmat Tuhan. Dan visi sekaligus menjadi identik dengan esensi Tuhan.[24] Ibnu Rusyd Mengenai etika Ibnu Rusyd membenarkan teori Plato yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk social yang membutuhkan kerja sama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaan. Dalam merealisasikan kebahagiaan yang merupakan tujuan ahir bagi manusia, diperlukan bantuan agama yang akan meletakkan dasardasarkeuamaan akhlak secara praktis, juga bantuan filsafat yang mengajarkan keutamaan teoritis, untuk itu diperlukan kemampuan perhubungan dengan akal aktif.[25] Nashiruddin At-Thusi Nasir al-Din Abd al-Rahman, gubernur Ismailiyah dan Quhistan, memerintahkan al-Thusi menerjemahkan kitab al-Thaharah (Tahdzib al-Ahlaq) dari bahasa Arab kedalam bahasa Pesia. Namun al-Thusi melihat karya Maskawaih tersebut terbatas pada penggambaran disiplin moral, hal yang berhubungan dengan rumah tangga dan politik tidak disinggung dalam buku tersebut. Padahal, keduanya merupakan aspek yang sangat penting dari Filsafat Praktis, dan karena itu tidak boleh diabaikan. Atas dasar itulah al-Thusi memasukkan persoalan rumah tangga dan politik dalam karyanya, Akhlaq-I Nasiri, dengan menyetir pemikiran al-Farabi dan Ibnu Sina. Jadi karya tersebut tidak sematamata terjemahan dari Tahdzib al-Ahlaq sebagaimana diutarakan dalam encyclopedia of Islam, tetapi lebih bersifat ringkasan dari buku Tahdzib al-Akkhlaq dengan format dan klasifikasi masalah sepenuhnya merupakan karya al-Thusi. Bukunya Akhlaq-I Nashiri mengklasifikasikan pengetahuan kedalam spekulasi dan praktek. Pengetahuan speklatif dibaginya dalam (a) metafisika dan theology, (b) matematika, (c) ilmu-lmu alam, termasuk elemen, ilmu-ilmu transportasi, meteorology, minerologi, botani, zoology, psikogi, pengobatan, astrologi dan agrikultur. Pengetahuan praktis termasuk (a) etika, (b) ekonomi domestik dan (c) politik. Baik dan buruk tidak luput dari perhatian Thusi. Kebaikan datang dari Tuhan, sedangkan yang buruk lahir secara kebetulan dalam perjalanan yang baik. Menurut al-Thusi bahwa kebahagiaan utama adalah tujuan moral utama, yang ditentukan oleh tempat dan kedudukan manusia didalam evolusi kosmik dan diwuudkan lewat kesediannya untuk berdisiplin dan patuh. Al-Thusi juga menempatkan kebajikan (tafadhol) diatas keadilan dan cinta (mahabbah) sebagai sumber alami kesatuan, diatas kebajikan. Bagi al-Thusi, penyakit moral bisa disebabkan oleh salah satu dari tiga sebab, yaitu (1) keberlebihan, (2) keberkurangan dan (3) ketakwajaran akal, kemarahan atau hasrat. Bagi al-Thusi masyarakat berperan. Bagi al-Thusi, masyarakat juga berperan menentukan

kehidupan moral, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk social, bahkan kesmpurnaannya terletak pada tindakannya yang bersifat social kepad sesamanya. Dengan kata lain, ia mendukung konsep cinta dan persahabatan. Lebih luas permasalahan moral, Thusi memasukkan urusan rumah tangga kedalamnya. Thusi mendefinisikan rumah (manzil) sebagai hubungan istimewa antara suami dan istri, orang tua dan anak, tuan dan hamba serta kekayaan dan pemiliknya. Tujuan ilmu rumah tangga adalah mengembangkan system disiplin yang mendorong terciptanya kesejahteraan fisik,social dan mental kelompok. Mengenai disiplin anak-anak, Thusi mengikuti pendapat Maskawaih memulai dengan penanaman moral yang baik lewat pujian, hadiah dan celaan yang halus.[26] Mulla Shadra Agama Islam diturunkan oleh Allh kepada manusia dengan tujuan untuk membimbing meereka memperoleh kebahagiaan tertinggi dengan jalan menciptakan keseimbangan, baik pada tingkat individu maupun social. Hal ini mengandung arti bahwa substansi manusia yan diciptakan oleh dzat Yang Maha Sempurna, harus mengetahuui cara mengaktualisasikan seluruh kemampuannya. Berkaitan dengan kebahagiaan ini, Mulla Shadra menyatakan sangat bergantung kepada kesempurnaan jiwa dalam proses inteleksi (taaqqul). Lebih lanjut Shadra mengatakan bahwa pengetahuan dapat mengalih bentuk orang yang tahu dalam proses trans-subtansi (harka jauhariya)nya menuju kesempurnaan. Menurut prinsip harka jauhariya, substansi wujud didunia inni mengalami transformasi terus menerus dengan menempatkan manusia sebagai pusat domain dunia yang menghubungkan seluruh skala wujud. Berkaitan dengan keadilan (adalah), tidak dapat dipisahkan dengan konsep keseimbangan (Itidal) yang memiliki akar kata yang sama. Bagi Mulla Shadra, kedua konsep itu dikaitkan dengan pucuk kesempurnaan jiwa manusia dan persoalan-persoalan etika didalam filsafat, tasawuf dan syariah[27]. Iqbal Filsafat Iqbql adalah filsafat yang meletakkan kepercayaan kepada manusia yang dilihatnya mempunyai kemungkinan yang tak terbatas, mempunyai kemampuan untuk mengubah dunia dan dirinya sendiri, serta mempunyai kemampuan untuk ikut memperindah dunia. Hal ini dimungkinkan karena manusia merupakan wujud penampakan diri dari Aku Yang Akbar. Manusialah yan dapat mengambil inisiatif menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan alam dan mengerahkan seluruh kekuatannya supaya dapat mempergunakan tenaga-tenaga alam untuk tujuan sendiri. Dengan bersenjatakan pengetahuan, manusia berkenalan dengan aspek kebenaran yang dapat diselidiki. Usaha pikiran mengatasi yang disebabkan oleh alam. Manusia bertahan dengan alam, dan pertalian ini memungkinkan manusia mengawasi tenaga-tenaga alam yang dikerahkan untuk mengambil manfaatnya, bukan dengan nafsu jahathendak menguasainya, melainkan mendatangkan keunugan yang lebih mulia dalam perkembangan rohaniahnya. Untuk tujuan ini, Iqbql berpendapat bahwa persepsi indrawi saja tidak cukup, tetapi harus dilengkapi dengan persepsi lain, yang oleh al-Quran disebut fuad dan qalb.

Dalam hal mencari kebenaran dari suatu pengalaman, Iqbal membagi dua macam cara pembuktian ; pertama, pembbuktian secara akal dan cara kedua pembuktian secara pragmatis. Yang dimaksud pembuktian secara akal adalah penafsiran yang kritis tanpa prasangka tentang pengalaman manusia. Pembuktian secara pragmatis adalah pembbuktian kebenaran dari suatu pengalaman dengan melihat hasilnya. Dalam hal ini pengalaman religius dilihat dari hasilnnya. C. Analisis Tentang Konsep Etika Para Filosof Muslim Dari sini saya dapat menganalisis bahwa, beberapa konsep-konsep etika filosofis muslim mencerminkan pengaruh aliran-aliran filsafat Yunani. Karya-karya tentang moral yang mula-mula ditulis oleh al-Kindi sebagai filosof Muslim pertama, sanagat dipengaruhi oleh Socrates. Pengaruh klasik lainnya bisa juga dilihat dalam karya-karya filosof beraliran Platonis seperti Abu Bakar al-Razi, yang mengikuti pembagian Plato tentang pembagian-pembagian jiwa, dan kalangan Neoplatonis seperti al-Farabi. Sementara pengaruh Aristotelian bisa juga dilihat dari al-Farabi, yang mendiskusikan tentang kejahatan. Didalam karya etika Maskawaih pengaruh Platonis menerima konfirmasi dan dimensi politiknya lebih jauh dimana sebelumnya tak ada, maka pada saat ini mulai tampak. Didalam karya etika Maskawaih, ia mencabangkan tiga bagian kebajikan menjadi kebijaksanaan keberanian, keberanian dan kesederhanaan. Dimensi politik muncul secara penuh dalam tulisan-tulisan Nasir al-Din al-Tusi yang menggambarkan jauh lebih baik mengenai kesatuan organis antara politik dan etila dari pada pendahulunya. Al-ghazali, yang system etikanya mencangkup moralitas filosofis, teologis dan sufi, adalah contoh yang paing representatif dari tipe etika religius. Terahir Mulla Shadra, yang pemikirannya dipenuhi oleh elemen-elemen Ibnu Sna dan al-Ghazali,dapat dianggap sebagai wakil penting pada periode klasik dalam tulisan tentang etika, filsafat dan teologi. Dalam beberapa konsep etika ini banyak para filosof yang menghubungkan etika ini dengan tujuan pencapaian kebahagiaan manusia didunia dan diahirat diantaranya adalah, ada juga yang menghubungkan etika dengan jiwa, baik itu merupakan jiwa hewani, esensi non-bendawi, diantaranya maupun manusiawi. Selain itu masih ada juga yang menghubungkan moral atau etika dengan politik, rumah tangga dan menghubungkannya dengan keutamaan-keutamaan dengan mengerjakan perbuatan yang baik dan terpuji. Download dalam Bentuk DOC Kepada Teman-Teman semua sebelumya saya mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan maupun isi dari Judul Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim ini, Saya secara pribadi hanya berniat untuk memberikan pengetahuan yang bermanfaat dan tidak ada unsur untuk memojokkan, menghina atau yang lain. jika terdapat Unsur yang tidak pantas ditampilkan atau menyinggung sesuatu yang tidak pantas, mohon saya diingatkan agar saya bisa memperbaikinya. Sekali lagi saya mohon maaf dan niat saya hanya untuk kebaikan. Teman-teman Telah Membaca Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim. Semoga dengan membaca Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim Memberikan Manfaat dan Berikan Komentar untuk saran dan kritik melalui email saya di ibrahimstwo0@gmail.com

2 Dapatkan Update Makalah Terbaru Dari Aneka Ragam Makalah! Dengan memasukkan alamat email Anda di bawah ini, maka Anda akan mendapatkan update Makalah terbaru dari Blog ini.

Makalah TerkaitAkhlak, filsafat pendidikan islam, pemikiran, Pendidikan Moral Konsep Etika dan Moral Menurut Para Filosof Muslim Falsafah Metafisika | Kajian Pemikiran Islam Dan Pemikiran Barat Makalah Teori Atom Bohr | Fisika Atom Pendidikan Nilai Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Moral Hukum Pidana Dalam Tindak Pidana Narkotika Implementasi Pendidikan Akhlak Pengertian Budi Pekerti Konsep Akhlak Dalam Islam Peran Guru Dalam Membentuk Akhlak Anak Remaja Dan Tawuran Pemikiran Al Kindi Tentang Filsafat Peserta Didik dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Book Report Filsafat Pendidikan Islam Makalah Konsep Wahdat al-Wujud Ibnu Arabi Ibnu Khaldun | Pemikiran Pendidikan Islam Pola Pikir Sayyid Hosein Nashr

0 Comments

1 Tweets

4 Komentar

Newer Post Older Post Home

Kotak Pencarian Aneka Ragam Makalah


KATEGORI LAINNYA Kumpulan Artikel Biografi Soekarno Biografi Ali Bin Abi Thalib Biografi B.J Habibie Cara Membuat Makalah | Karya Ilmiah Makalah Metode Pendidikan Islam Makalah Ilmu Politik Dan Psikologi Sosial Makalah Musnad Ahmad ibn Hambal

Makalah Hukum Rokok Dan Merokok Makalah Ilmu Maani Al-Hadis Makalah Bentuk Ungkapan Hadis Nabi Muhammad Saw Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah Kritik Sanad Hadis | Ulumul Hadis Proses Memahami Peserta Didik Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap | Buku Hukum Islam Menurut Tokoh Dan Teorinya Perubahan Fungsi Pondok Pesantren Tujuan Dan Sasaran Pendidikan Islam Pengelolaan Kegiatan Di Lembaga Paud Permainan Matematika Pendidikan Islam Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Biografi Al Mawardi Pengertian Budi Pekerti Bahaya Narkoba bagi Remaja Makalah Dampak Negatif Narkoba Makalah Dampak Rokok dan Merokok Asuhan Keperawatan Klien Dengan Trauma Kepala

KATEGORI KESEHATAN

KATEGORI TAFSIR Makalah Peralihan Kekuasaan dalam Kajian Tafsir KATEGORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN Makalah Motivasi Belajar Makalah Kecerdasan Emosional Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Hakikat Belajar Dan Pembelajaran TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME Makalah Desain Sistem Pembelajaran

KATEGORI TEORI PEMBELAJARAN

Pengembangan Desain Pelatihan untuk Organisasi Kepemudaan STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS COOPERATIVE PENGEMBANGAN MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS Makalah Pembelajaran Matematika Kalkulus Differensial Intergral Problema dan Solusi Madrasah Diniyah REVITALISASI MADRASAH DINIYAH NON FORMAL MADRASAH ALIYAH NEGERI Makalah Esensi Manusia dalam Pendidikan Islam Makalah Korupsi Dalam Perspektif Islam Makalah Pendidikan Islam Makalah Konsep Dasar Antropologi Makalah Konsep Pendidikan Islam Makalah pembaharuan desakralisasi simbol kekuasaan Makalah Masyarakat Madani Konsep Organisasi | Administrasi dan Manajemen Dasar Dan Tujuan Pendidikan Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak Konsep Pendidikan Para Nabi (Nabi Ibrahim As) Profesionalisme Guru Profesi dan Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan PENDIDIKAN SENI | MULTI INTELEGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN IMPLIKASI PENDIDIKAN Kondisi Belajar dan Masalah-masalah Belajar Mengenal Kecerdasan Pendidikan Islam Dalam Era Digital Administrasi Pendidikan Management

KATEGORI MADRASAH

KATEGORI PENDIDIKAN DAN P. ISLAM

KATEGORI PENDIDIKAN MORAL Makalah Etika Bimbingan Islam Makalah Sikap Lemah Lembut Dan Pemaaf Perkembangan Nilai | Moral Dan Sikap Perilaku Agresif Remaja Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela

KATEGORI AGAMA Makalah evolusi agama Makalah istihsan sebagai dalil alternatif dalam hukum islam Muhammad saw pada priode mekkah Keadilan tuhan Pengertian syura dan demokrasi Makalah | aliran-aliran baru Studi kritis pasar modal syariah Sistem pemerintahan abu bakar dan umar bin khattab Perayaan aadhi tiruvizha umat hindu di shri maha kaliammankuil Mazhab zahiri (aliran zahiriyah) Analisa pesan dakwah bercorak seni tarekat sammaniyah Teologi kontemporer Pengertian tarekat Aliran sesat di indonesia Mengenal khawarij-syiah dan murjiah Teologi dalam islam al nurbainin Hak-hak manusia Pengertian studi teologi islam Pengertian deskripsi tarekat Studi teologi islam Qadariyah dan jabariyah | aliran-aliran kalam Pertumbuhan dan perkembangan mu'tazilah

KATEGORI ALIRAN (TEOLOGI)

Perkembangan teologi rasional islam | qadariyah, mutazilah dan syiah Pemikiran modernisasi dalam islam (sunni-syiah)

KATEGORI ALQUR`AN Hukum membaca al-quran tanpa tahu artinya Mukjizat alquran Makna kisah al-quran dalam sejarah Pertanyaan dan jawaban dalam alquran Mukjizat alquran Kisah dalam alquran Pertanyaan dan jawaban - al quran Kodifikasi alquran Keadilan dalam alquran Konsep fitrah dalam al quran Tantangan allah untuk membuat tandingan al-quran Mukjizat al-quran Ilmu tajwid

KATEGORI BIOGRAFI TOKOH DUNIA Sayyid quthub | fi zilal al-qur an Biografi ibnu rusyd dan falsafahnya Sejarah ibnu sina | makalah ibnu sina Usman bin affan Mohammed arkoun dan pemikiran post-modernisme Polemik al-ghazali dan ibnu rusyd | metafisika dan kausalitas Biografi tokoh dunia | pemikiran pendidikan islamBurhanuddin az-zarnuji Perkembangan pemikiran pendidikan islam Al-ghazali Pemikiran | al-qabisi | ibnu sahnun Al-mawardi Biografi al-maturidi | tokoh islam dunia

Tokoh islam dunia | fazlurrahman | rekonstruksi pemikiran islam dan neomodernisme Mulla sadra dan al-hikmah al-muta'aliyah Negara islam modern | biografi tokoh dunia Tokoh islam dunia | biografi ibnu sina Pemikiran ekonomi ibnu khaldun Pemikiran politik ibnu taimiyyah Pemikiran muhammad iqbal | islam dinamis Ibnu rusyd | averroisme Ibnu rusyd dan averroisme Pemikiran seyyed hossein nasr | tradisi islam di tengah modernitas Pandangan al-kindi tentang filsafat agama dan al-nafs Biografi ibnu sina | biografi tokoh dunia | tokoh islam dunia Pendidikan islam menurut ibnu miskawaih Biografi tokoh Al-bani dan pemikirannya KATEGORI EDUCATION Build a Humane Law Sayyid quthub | zilal fi al-quran Riba in the qur'an Essence of moral values Moral education Ethics Reading al-quran the law know without meaning Quran translation Virtue ethics and moral Islamic education in high school Education in indonesia Thematic commentary History of ibn sina Hadith now until after days of friends Tafsir muqarin Tafsir al-isyari

Hadith the prophet and the companions Al-ghazali educational thought Rule-rule textual History and traditions of classification Sunan abi daud and sunan at-tirmidhi Sanad feedback: research basics sanad Imam muslim and shahih muslim Hadits mursal and hadits sunday Distribution by hadith Search hadith maudhu Hadith da'eef Paper of secularism Revitalization of religion Evolution of religion Experimental studies | experiment Ideology and cultural practices Human rights New streams Critical study of islamic capital market Understanding the role of claims of the situation in islamic law Islamic religious education in public schools The problems of authentication about ulumul hadith Non-formal educational status islam Meaning of the story in the history of quran Academic in the tradition of muslim intellectuals Interactive multimedia learning | GSTM Dynamics and development of pesantren History of islam in indonesia History and islamic civilization Modernization of thought in islam (sunni-shiite) Islamic educational thought muhammad abduh

Reality of the universe Innovation in islam Ahmad khan Riba in the quran The riba Anatomy | curriculum design Using multimedia in students learning generic skills Security in learning content management systems Evaluation of the computer in education in-service course The needs and wants of adult learners in e-learning design Security in learning content management systems

KATEGORI EKONOMI Makalah Manajemen Keuangan Sistem Ekonomi Global

KATEGORI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Makalah Berfikir Kefilsafatan Aliran Pembaharuan (Barat-Islam- Nasionalis) Positivisme dan sosial kritis Agama dan sekularisme Islam di andalusia Biografi ibnu rusyd dan falsafahnya Timbulnya pemikiran falsafah Pengertian spirit dan arsitektur islam Polemik al-ghazali dan ibcolor: red;nu rusyd | metafisika dankausalitas Filsafat islam modern Etika | kajian filsafat islam Dimensi mistik dalam islam kebatinan Tokoh islam dunia | fazlurrahman | rekonstruksi pemikiranislam dan neo-

modernisme Al fana | al baqa | al ittihad Al-ghazali versus ibnu rusyd | metafisika Gambaran tentang fiqih lintas agama Etika | kajian filsafat islam dan alquran Kritik al-ghazali terhadap filsafat Hakikat alam semesta Wacana islam liberal Aliran-aliran baru Islam dan pembebasan Revitalisasi agama Evolusi agama Asal mula alam semesta Gerakan pembaharuan islam Book report pendidikan karakter Barat dan al-quran Harun nasution Makalah Etika

KATEGORI FIQIH Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah Mahram Nikah | Kajian Ilmu Piqih Hukum talak-nikah-rujuk Praktek kritik sanad hadis doa berbuka puasa Makalah tentang qiyas Makalah ilmu faraid Pengaruh program penyaluran dana zakat Riba dalam al quran Sejarah pemikiran dan perkembangan fiqih | ushul fikih |islam Riba Talaq dan nikah cina buta

KATEGORI HADIST Makalah Hadis Suap Menyuap Makalah Urgensi Penelitian Hadis Biografi ibnu majah Makalah hadist ahad Makalah hadis dhaif dan permasalahannya Makalah pembagian hadis Pemahaman kontekstual terhadap hadis Telaah tokoh hadist anas bin malik Problematika ulumul hadis, sebuah upaya pencarian metodologi alternatif Sunan abi daud dan sunan at-tirmidzi Kritik sanad: dasar-dasar penelitian sanad Sejarah dan klasifikasi hadis Pembagian hadis menurut kehujjahannya Kaidah-kaidah tekstual ; 1 Al-jarh wa al-tadil Imam muslim and sahih muslim Hadis sesudah zaman sahabat sampai sekarang Hadits mursal dan hadits ahad Nilai hadis menurut kehujjahannya Hadis maudhu Hadits dhaif Kitab rujukan hadits | macam-macam hadis Problematika otentifikasi | ulumul hadis Pemikiran hukum islam di kalangan ahlul hadis Al-ra`yi dan al-hadis Ilmu| hadist| rayu versus hadist Hadis masa rasulullah dan sahabat Takhrij hadis Biografi imam at-tirmizi Imam muslim

Penelitian sanad dan matan Sunan abi dawud dan sunan imam at-tirmizi Sunan abi dawud Abu daud Sunan abi daud-sunan at-timidzi-sunan an-nasai - sunan ibnu majah Abi daud vs at-tirmidzi Pembagian hadis ditinjau dari segi nilainya Sahabat dan adalahnya Al-jar wa al-tadil Praktek penelitian sanad Kritik sanad dan matan Pembagian hadis ditinjau dari segi nilainya Sunan an-nasai dan sunan ibn majah Langkah-langkah praktek kritik sanad Pemahaman kontekstual-hadis Hadist bukhari Hadis ahad Kritik sanad hadis doa berbuka puasa Takhrij-hadist Anas bin malik Al-muwaththa imam malik dan musnad ahmad ibn hanbal Sunan abi daud vs sunan at-tirmidzi

KATEGORI HUKUM Sikap hukum menghadapi perkembangan jaman Perkembangan hukum nasional indonesia Visi syariat islam dari tahun 750-945 Hukum islam dan undang-undang perbankan indonesia Kewenangan peradilan agama di indonesia Sistem pendidikan nasional | perspektif hukum islam

Hak-hak asasi manusia Hukum islam pada undang-undang perbankan indonesia

Popular Posts
Bahaya Narkoba bagi Remaja Makalah Bahaya Narkoba bagi Remaja Makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja ini saya tujukan kepada para remaja, Pelajar at... Manusia Dan Lingkungan Hidup Makalah Manusia Dan Lingkungan Hidup BAB I PENDAHULUAN Alam yang indah dan lestari adalah suatu dambaan umat manusia. Alam yang i... Makalah | Sistem Pemerintahan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Na... Makalah Korupsi dan Pencegahannya Makalah Korupsi dan Pencegahannya 1 Latar Belakang Masalah Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan. Perubahan ... Kondisi Belajar Dan Masalah-Masalah Belajar Makalah Kondisi Belajar Dan Masalah-Masalah Belajar PENDAHULUAN Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Belajar ... Contact Me Testimoni Testimoni adalah tempat untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan masalah yang terjadi, testimoni juga berkaitan d... Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah ( Proses tata cara dalam melaksanakan bahagian fardhu kifayah dalam memandikan jenazah ) Oleh:... Makalah Perkembangan Peserta Didik Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan ... Makalah Pendidikan Etika | Akhlak dan Moral Pengertian etika atau lazimnya disebut etika moral adalah gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan yang ben... Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela Makalah Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela Dalam Hubungan Dengan Kehidupan Berbangsa PENDAHULUAN A. Kata Pengantar Keberhas...

pendidikan Pendidikan Islam sejarah Education hadist Pemikiran Pendidikan Islam Fiqih teori pembelajaran Agama hukum Islam biografi tokoh dunia Indonesia filsafat pendidikan islam Islam Pendidikan Sosial metode penelitian Pendidikan Moral Manajemen Pendidikan hukum pemikiran Makalah Informasi Sejarah Sosial Pendidikan Islam alqur`an Kesehatan penelitian tafsir Biografi Tokoh ushul fiqih Biography Tokoh Ekonomi Aliran (teologi) Akhlak psikologi pendidikan Madrasah Diniyah Biodata Makalah Komputer Politik Artikel sosiologi Makalah Kedokteran Pendidikan Indonesia Tasawuf Zakat Filsafat Ilmu Makalah MateMatika Ibnu Sina Narkoba Alam Semesta penelitian kualitatif Dualisme Pendidikan Makalah Bahasa Tehnik Undang-Undang waris Ahmad Khan Makalah Musik Pondok Pesantren Hukum Jual Beli about me Ajaran Agama Islam Guru HAM Ijtihad Muhammadiyah Nilai-Nilai Keadilan Doa Ilmu Tajwid Manajemen footnote teknologi dan Pendidikan Pendidikan Nasional Template by Blogger templates and This Blog desaigned by ARM | Aneka Ragam Makalah In Google Plus

Terima Kasih Kepada

Anda mungkin juga menyukai