Anda di halaman 1dari 41

PRODUK FERMENTASI (KEFIR, YAKULT, ALKOHOL)

D iajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Alat Mesin Pertanian

Disusun oleh: Bangun Ambar Ekowati Gina Rosgina Hetty Restika S Julaeha Nopiyani Rinaldi Pranata S Yudi Prawita Yulian Arthia P 1006572 1000774 1000497 1003097 1000077 1005222 1000822

Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2012

PRODUK FERMENTASI

Fermentasi adalah proses yang menghasilkan berbagai produk baik secara aerob maupun anaerob dengan melibatkan aktivitas mikroba atau ekstraknya secara terkontrol. Fermentasi dapat menambah keane-karagaman pangan dan menghasilkan produk dengan cita rasa, aroma, serta tekstur yang khas, selain itu juga dapat memperpanjang masa simpan produk (Halin dan Evancho, 1992). Produk fermentasi diantaranya kefit, yakult, dan alkohol. Kami mengambil produk tersebut karena kami telah melakukan kunjungan ke masing-masing industri pembuatan produk.

A. Kefir Kefir merupakan salah satu produk fermentasi susu yang memiliki kekentalan seperti krim serta mempunyai rasa asam dan beralkohol. Kefir dibuat dari susu sapi, susu kambing atau susu domba yang ditambahkan starter kefir berupa granula kefir atau biji kefir (Kosikowski dan Mistry, 1982; Bottazi, 1983 dalam Metanggui, 2002). Menurut Hidayat dkk (2006), starter kefir terdiri dari BAL dan khamir yang berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur kefir. Usaha kefir ini tidak dimulai sebagai suatu usaha yang serius, melainkan dimulai karena adanya kebutuhan dari pendirinya untuk menjaga kesehatan sendiri. Setelah mengetahui secara lebih mendalam mengenai khasiat kefir, maka kemudian kefir diperkenalkan kepada rekan-rekannya. Pengenalan ini dimulai untuk menanggulangi gangguan pencernaan (khususnya maag), maka kemudian diperkenakan kepada penderita penyakit lainnya, khususnya penyakit dalam. Walaupun usaha ini belum diselenggarakan dalam skala besar dan pengolahan sendiri belum terlalu fokus untuk mengembangkannya, tetapi dalam waktu sepuluh tahun ini telah banyak penderita berbagai penyakit yang merasakan keampuhan kefir.

Jenis-jenis kefir yang diproduksi di sini yaitu 1. Kefir PRIMA (Kefir P) Kefir ini beraroma asam sedang, merupakan penjaga kesehatan dan kebugaran dengan gizi yang lengkap. Cocok untuk bayi sampai orang lanjut usia. Dapat mencegah gestational diabetes pada ibu hamil (penyebab bayi terlalu besar, sehingga menyulitkan kelahiran). 2. Kefir MEDIKA (Kefir M) Kefir Medika mempunyai aroma dan rasa asam yang lebih kuat. Di Rusia digunakan untuk pengobatan tuberculosis, karena mempunyai efek antibiotika yang kuat. Juga dipakai untuk mengobati kulit yang terbakar matahari (sunburn), dan beberapa jenis infeksi kulit, seperti eksim, kutu air dan sejenisnya. 3. KEFIR BENING (W) Kefir Bening terbuat dari whey yang terbentuk saat proses pembuatan Kefir. Kefir ini dikenal di Indonesia sebagai obat diabetes. Kefir ini juga digunakan dalam pembuatan asinan (sauerkraut) dan pengganti cuka dapur yang aman terhadap iritasi lambung. 4. KEFIR SOYA (S) Kefir soya terbuat dari 70% susu kedelai dan 30% susu sapi. Kefir ini mengandung lesitin yang berguna untuk memperbaiki kondisi pembuluh darah koroner di jantung. Direkomendasikan juga untuk yang membutuhkan keseluruhan manfaat susu dan kedelai yaitu diabetes, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi serta yang kurang suka aroma susu. 5. KEFIR OPTIMA (O) Kefir ini merupakan hasil fermentasi susu dengan menggunakan kefir prima sebagai starter. Hasilnya juga tidak dipisahkan antara bagian yang putih/padatan tidak larut dengan kefir beningnya. Kefir ini sangat proktis untuk dibuat sendiri karen anyaris tidak memrlukan peralatan apapun dalam pembuatannya. Cukup satu bagian kefir prima dengan 7 sampai 10 bagian susu murni maka dalam 2x 24 jam semuanya sudah menjadi kefir optima.

Untuk 300 cc kefir siap minum berharga Rp10.000,00 dan 1 liter berharga Rp30.000,00. Kefir ini diproduksi bila ada yang memesan. Maka produksi rumah kefir per minggunya memerlukan 120 liter susu. Susu yang didapatkan dari petani sekitar dengan harga Rp5.000,00 pel liter. Susu ini masih asli tanpa proses pengawetan, tanpa proses pasteurisasi.

1.

Penangan Bahan Baku Bahan baku kefir yaitu susu. Susu merupakan salah satu hasil produk hasil

ternak yang komponennya sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Susu sebagai bahan pangan dapat berasal dari binatang baik dari golongan ruminansia seperti sapi, kambing, kerbau atau non ruminansia seperti kuda. Susu mengandung zat gizi yang tinggi, mudah untuk dicerna tetapi bersifat sangat mudah mengalami kerusakan (perishable food). Mudah rusaknya susu terutama oleh adanya aktivitas mikroorganisme perusak yang mendegrasi unsur gizi pada susu dikarenakan susu segar mengandung berbagai komponen yang diperlukan bagi tumbuh kembangnya mikroorganisme perusak, seperti kadar airnya yang tinggi, mempunyai kisaran pH yang sesuai bagi perkembengan mikrorganisme perusak dan kaya akan unsur-unsur nutrisi yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya cara penanganan dan pengolahan yang baik agar dapat diperoleh produk-produk olahan yang tetap terjaga kualitasnya, tahan lama dan dapat diterima oleh masyarakat. Pada prinsipnya usaha untuk memperpanjang masa simpan susu segar hanya dapat digunakan untuk membatasi atau menghambat pertumbuhan mikrorganisme perusak sehingga usaha tersebut tetap mempunyai keterbatasan dalam mempertahankan kualitas susu segar. Proses penanganan dan hal-hal yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas susu segar adalah sebagai berikut : 1. Kondisi tenaga kerja pemerah susu harus dalam keadaan sehat, karena tenaga kerja yang sakit akan menjadi sumber kontaminsi pada susu segar. Demikian juga sapi yang diperah, sapi yang terkena serangan penyakit seperti mastitis susunya harus dipisahkan dan proses pemerahan dilakukan pada akhir proses pemerahan.

2. Sebelum proses pemerahan sapi dan kandang dibersihkan, sehingga tidak menjadi sumber kontaminan pada susu. 3. Semua peralatan pada proses pemerahan maupun proses berikutnya harus dalam keadaan yang bersih. 4. Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan sampai susu tersebut berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama jika keadaan ventilasi kandang tidak baik. 5. Air susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih dan bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Segera setalah selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain penyaring harus dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut hendak dipakai kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu. 6. Susu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 4 C7 C selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya kuman yang terdapat didalam air susu. Bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan tersebut dilakukan dengan menggunakan balokes, dalam hal ini milk can yang telah berisi susu dimasukkan kedalam bak yang berisi es balok dan ditutup rapat. Jika peternakan tidak mempunyai alat pendingin, susu harus dibawa ke cooling unit atau KUD yang mempunyai alat pendingin dalam waktu tidak lebih dari 2,5 jam sesudah pemerahan. Bila tidak dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam maka dianjurkan menambahkan H2O2 (HidrogenPeroksida) dengan kepekatan 35% sebanyak 2 cc untuk setiap liter air susu. Dengan perlakuan demikian air susu dapat tahan selama 24 jam di daerah tropis. Tanpa perlakuan penanganan, susu tidak dapat disimpan lebih dari 12 jam. Berdasarkan uji reduktase, penambahan H2O2 0,06%, air susu dapat disimpan selama 48 jam, sedangkan berdasarkan uji alkohol, susu dapat disimpan selama 24 jam. Susu masak dan susu kukus dapat disimpan selama 24 jam berdasarkan uji reduktase dan 12 jam berdasarkan uji alkohol (Ernawati, et al., 1986).
o o

Ernawati (1991) menyatakan hasil penelitiannya tentang pengaruh tata laksanan pemerahan terhadap kualitas susu kambing, sebagaiberikut: Tata laksana pemerahan yang baik akan menghasilkan susu dengan jumlah mikroorganisme patogen yang lebih sedikit (3,86%) dibandingkan dengan tata laksana yang kurang baik. Selain itu dikatakan bahwa tata laksana pemerahan tidak berpengaruh terhadap komposisi, keasaman dan pH susu kambing. 2. Peralatan Penanganan Susu Segar Air susu yang diperah dari ambing sapi yang sehat dan dilaksanakan dengan manajemen kesehatan pemerahan yang benar (Good Milking Practices), akan menghasilkan susu yang memenuhi kaidah halal, aman, utuh dan sehat. Adalah tugas para peternak dan para petugas yang menangani pengumpulan, pengiriman susu segar, cooling center dan transportasi susu segar untuk menjaga agar seminimal mungkin terjadi kontaminasi mikroba dari luar kedalam susu yang pada akhirnya dapat berakibat turunnya kualitas susu atau kerusakan susu (milk deterioration) Pelaksanan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices) memerlukan peralatan penanganan yang baik dan benar sesuai tempat tahapan penanganan susu dilakukan. Peralatan penanganan susu tersebut antara lain : 1. Peralatan di tempat pemerahan a. Ember Susu

Fungsi : sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu

b. SaringanSusu / Strainer

Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan (rambut, selephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-bena rbersih. Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu

c. Milk Can

Fungsi : sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil pemerahan, untuk segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center) maupun ke Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2 jam dari proses pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium, berpenutup rapat dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter. Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu

d. MesinPemerahSusu

Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah ke dalam penampung melalui unit perah. Pemerahan dengan mesin perah akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlahs api dan kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi. Spesifikasi : Pada dasarnya semua mesin pemerah susu terdiri atas : 1) PompaVakum 2) Pulsator 3) Milk claw 4) Sedotanputing (Teat cup) 5) Wadahsusu (Bucket)

Dikenal 3 (tiga) macam model mesin perah susu, yaitu : 1) Portable Milking Machine Milking

Type ini semua peralatan mesin perah (Pompa vakum s/d Bucket) ditaruh diatas Troley dan didorong ke sapi yang akan di perah. Jumlah dan Volume bucket bervariasi, ada yang single bucket (25 lt, 30 lt) ada yang double bucket. Demikian pula jumlah teat cup (cluster) ada yang single ada pula yang double.

2) Bucket Milking Machine

Pompa Vakum terpisah dan dihubungkan di titik-titik tertentu dengan bucket melalui pipa vakum sepanjang lorong kandang. Bucket, Pulsator serta teat cup mendatangi tiap sapi yang akan diperah dan menyambung pulsator dengan pipa vakum.

3) Flat Barn dan Herringbone Milking Machine

Milking machine type ini sekelompok sapi digiring ke tempat pemerahan (milking parlour) dengan alunan music tertentu. Posisi sapi pada waktu diperah secara berbaris miring (herringbone) atau tegak lurus (flat barn). Biasanya susu hasil pemerahan serentak ini langsung dipompakan ke tangki cooling unit.

2. Peralatan di Tempat Pengumpulan (TPS) a. Transfer tank

Fungsi : Sebagai wadah menampung dan membawa susu segar dari para peternak ke Pusat Pendinginan Susu. Spesifikasi Alat : 1) Material :Satinless steel 304, single wall 2) Top manhole diameter 500 mm 3) Ledder; Saddle t = 4 mm

4) Outlet : 2 : witg Butterfly valve 5) Kapasitas : 500 1.000 lt

b. Cooling Unit

Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan susu segar dalam kondisi dingin (4-7 oC), tertutup, dan tidak tembus cahaya. Alat ini dilengkapi dengan termostat, display suhu susu di dalam cooling unit, pengaduk, tombol operasi alat. Spesifikasi : Material cooling unit seluruhnya terbuat dari stainless steel sheet type AISI 304. Dinding diunsulasi dengan lapisan polyurethane (PU) dan dilengkapi dengan agitator berkecepatan rendah serta thermometer.

3.

Bahan Penunjang Bahan penunjang pembuatan kefir yaitu stater kefir. Menurut Hidayat dkk

(2006), starter kefir terdiri dari BAL dan khamir yang berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur kefir.

Gambar Kefir Grain

Granula kefir merupakan starter yang digunakan dalam fermentasi kefir yang terdiri dari campuran BAL dan khamir. Namun pemeliharaan granula kefir ini sangat sulit, karena terdiri dari berbagai jenis mikroba dan setiap jenis mikrobamemiliki sifat fisiologi dan biokimia yang berbeda baik itu BAL maupun khamir, sehingga sulit untuk menjaga agar viabilitas dan aktivitas mikroba yang terdapat di dalam granula kefir tetap stabil dan dapat dipelihara dalam jangka waktu lama. Miklofora yang digunakan begitu banyak pada kefir. Terdapat sekitar 60 mikroflora yang ditemukan pada kefir, inilah daftarnya: LACTOBACILLI Lactobacillus acidophilus (Ini Lb. helveticus subsp. lactis Lb. hilgardii Lb. brevis [Possibly now Lb. kefiri] Lb. helveticus Lb. casei subsp. casei Lb. kefiri Lb. casei subsp. rhamnosus Lb. kefiranofaciens subsp. kefirgranum Lb. paracasei subsp. paracasei Lb. kefiranofaciens subsp.

terdapat pula pada Yoghurt)

kefiranofaciens Lb. fermentum Lb. parakefiri Lb. cellobiosus Lb. delbrueckii subsp. Bulgaricus Lb. delbrueckii subsp. lactis Lb. fructivorans Lb. plantarum

STREPTOCOCCI/LACTOCOCCI Streptococcus thermophilus

ACETOBACTER

(ini Acetobacter aceti Acetobacter rasens

terdapat pada Yoghurt) St. paracitrovorus^ Lactococcus lactis subsp. lactis Lc. lactis subsp. lactis biovar.

diacetylactis Lc. lactis subsp. cremoris Enterococcus durans Leuconostoc mesenteroides subsp. cremoris Leuc. mesenteroides subsp.

mesenteroides Leuc. dextranicum ^

YEASTS Dekkera anomala t/ Brettanomyces Kluyv. lodderae anomalus a Saccharomyces cerevisiae # Kluyveromyces marxianus t/ Candida kefyr a# Pichia fermentans t/ C. firmetaria a Yarrowia lipolytica t/ C. lipolytica a Debaryomyces hansenii t/ C. famata a# Deb. [Schwanniomyces] occidentalis Issatchenkia orientalis t/ C. krusei a Galactomyces geotrichum t/ Sacc. subsp. torulopsis holmii C. inconspicua C. maris Cryptococcus humicolus Kluyveromyces lactis var. lactis # Kluyv. bulgaricus Sacc. pastorianus Sacc. humaticus Sacc. unisporus C. friedrichii Sacc. exiguus C. rancens Sacc. turicensis sp. nov C. tenuis Torulaspora delbrueckii t C. humilis * Zygosaccharomyces rouxii

Geotrichum candidum a

Tabel 1 Daftar Mikroflora

Units Count of Microbes in Gram Stained The Means Range Kefir Grains Bacilli 66, 62-69% Bacilli [single cells, pair, chains] Streptococci 16, 11- 12% Streptococci [pair, chains] Yeast 18, 16- 20% [11] Yeast [single cells]

Evolution Sequence among Genus Groups during Kefir Culture Cycle Lactococci > Lactobacilli > Leuconostoc > Yeast > Acetobacter Microbial Composition of Kefir at End of Fermentation [colony forming units/ml] ** Lactococci : 1,000,000,000 Leuconostocs : 100,000,000 Lactobacilli : 5,000,000 Yeast : 1,000,000 Acetobacter : 100,000 Nanung Danar Dono, S.Pt., MP. Sekretaris Eksekutif LPPOM MUI DIY Tabel 2 Intensitas Mikroflora

4.

Proses Produksi Bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan kefir ini yaitu

1.

Susu yang didapat langsung dari petani terdekat. Susu yang digunakan sebanyak 2 liter.

2.

Kefir Grains 300cc Karena industri rumahan, rumah kefir menggunakan alat yang sederhana

dalam pembuatan kefir ini. Alat yang digunakan yaitu 1. 2. 3. toples kedap udara, saringan, dan mangkok. Dalam proses pembuatan kefir sebagai berikut. 1. Sediakan susu murni kualitas bagus sebanyak satu liter pada temperatur ruangan dan Kefir Grain antara 30-50 cc. Campurkan, aduk pelan-pelan dan disimpan di tempat yang gelap pada suhu kamar dengan sirkulasi udara yang baik.

Gambar Susu dan Kefir Grain 2. Temperatur ideal untuk inokulasi adalah 180-270C dengan variasi suhu sesuai kondisi alami. Setelah 24 jam terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar Terpisahnya padatan dengan cairan

3.

Setelah 36-48 jam, siap dipanen. Aduk pelan-pelan sampai homogen, tetapi Kefir Grain tidak pecah.

Gambar Pengadukan 4. Saring menggunakan saringan dengan lubang sekitar 2 milimeter.

Gambar Penyaringan dengan saringan sekitar 2 milimeter 5. Kefir Grain akan tertinggal di saringan. Biasanya volume Kefir Grain bertambah sekitar 10%-20%.

Gambar Kefir grain tertinggal 6. Hasil akhir kefir siap minum dan Kefir Grain untuk segera digunakan lagi pada susu baru. Kefir yang sudah jadi dapat langsung dikonsumsi atau disimpan dilemari es.

Gambar Kefir siap kemas

Berikut diagram alir pembuatan kefir. Semua tahap dalam pengolahan susu fermentasi dilakukan secara aseptic.

SUSU

PERSIAPAN MEDIA SUSU

PASTEURISASI INOKULASI SUSU PENDINGINAN

PERSIAPAN STARTER

INOKULASI

FERMENTASI

PENYARINGAN

PENGEMASAN

KEFIR

Gambar Diagram Alir Kefir 5. Limbah Kefir Pada produk fermentasi susu ini yaitu kefir tidak memiliki limbah. Karena semua bahan ikut terlarut didalamnya. Terlebih lagi melalui fermentasi kita dapat menghasilkan kefir grains dan dapat digunakan kembali dalam pembuatan kefir. Bila dari segi pengunaan alat-alatnya tentu saja akan terdapat limbah yaitu pada saat pencucian toples dan alat-alat lainnya yang perlu dibersihkan.

B. Yakult Yakult merupakan produk susu fermentasi dengan menggunakan starter tunggal yaitu Lactobacillus casei shirota strain. Yakult memiliki beberapa keunggulan yaitu: terbukti aman untuk dikonsumsi, tahan asam lambung dan cairan empedu, tetap hidup di usus kecil. Keistimewaan Yakult adalah tanpa zat pengawet, tanpa zat pewarna, memiliki satu rasa dan satu warna, dibuat secara hygienis, HACCP. Harga produk yakult adalah Rp 6000,-/pcs yang berisi 5 buah yakult. Harga per biji adalah Rp 1500,- neto 50 ml. Kandungan yakult sebagai berikut.

1. Sejarah Sejarah Yakult diawali lebih dari 70 tahun yang lalu, saat ditemukannya satu jenis bakteri asam laktat yang mempunyai manfaat oleh Dr. Minoru Shirota, seorang dokter dan peneliti di bidang mikrobiologi. Setelah berhasil dikulturkan, bakteri bermanfaat Lactobacillus casei Shirota strain ini, digunakan untuk

meningkatkan kesehatan kita melalui produk Yakult. Untuk menerapkan Shirotaism, dimulai dari Jepang Yakult terus menyebarluaskan manfaat Yakult ke seluruh dunia. Diluar Jepang Yakult mulai diproduksi dan dipasarkan di Taiwan pada tahun 1964, kemudian diikuti dengan hal yang sama di negara-negara lainnya di Asia, Australia dan Eropa. Sampai saat ini jaringan global Yakult berkembang meliputi 27 negara dan dikonsumsi sebanyak 25 juta botol setiap hari.Sejarah peningkatan kesehatan melalui probiotik.Diabad 20 ilmu kedokteran mencatat perkembangan yang penting dengan ditemukannya antibiotik. Tetapi ternyata abad ini juga ditandai dengan masalah-masalah penyakit kanker, jantung dan diabetes. Dengan kata lain bahwa penyakit penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan tetapi lebih melalui perbaikan gaya hidup. Hal ini menjadikan abad 21 sebuah abad dimana pengobatan preventif menjadi fokus perhatian. Melalui penggalian terhadap ilmu pengetahuan, Yakult terus berusaha menemukan cara baru untuk membuat hidup kita lebih sehat dan

berkualitas.Untuk mendukung aktifitas ini pada tahun 1967 telah didirikan lembaga pusat Yakult untuk penelitian mikrobiologi (Yakult Central Institute for Microbiological Research) di Tokyo. Institut ini telah menghasilkan sejumlah penelitian dengan hasil yang memuaskan. Beberapa penelitian juga telah disebarluaskan kepada masyarakat. Pemasaran Yakult di indonesia dimulai dengan didirikannya perusahaan PT. Yakult Indonesia Persada pada tanggal 2 Februari 1990 yang merupakan usaha patungan dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) antara PT. Perkasa Simpati Persada dan Yakult Honsha Co.Ltd. (Jepang).

Secara komersial Yakult mulai diproduksi pada tanggal 1 Januari 1991 dari pabrik di Jl. Kiwi Pekayon Pasar Rebo Jakarta. Pada tahun 1997 lokasi pabrik di Pasar Rebo yang berkapasitas 720.000 botol per hari dipindahkan ke Desa Pesawahan, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat dan kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 1.800.000 botol per hari.

Pada bulan Desember 2001 PT. Yakult Indonesia Persada menjadi PMA murni dengan permodalan dari Yakult Honsha Co. Ltd dan Yakult Management Service Co.Ltd di Jepang. Karena komitmennya terhadap bidang pengobatan preventif, Dr. Minoru Shirota berusaha meneliti pemanfaatan mikroorganisme untuk mencegah penyakit di laboratorium mikrobiologi Kyoto Imperial University, School of Medicine. Pada tahun 1930, usaha keras ini menjadikannya orang pertama di dunia yang berhasil menciptakan strain baru Lactobacillus casei yang unggul, dapat melewati asam lambung dan cairan empedu, mampu mencapai usus dalam keadaan hidup sehingga bermanfaat untuk mencegah gangguan kesehatan. Bakteri ini dinamakan Lactobacillus casei Shirota strain. Meski saat itu ilmu pengobatan preventif kurang menjadi perhatian para ahli kesehatan, tetapi Dr. Shirota selalu menekankan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, beliau juga menyampaikan ide mencegah gangguan pencernaan dan menjaga usus tetap sehat adalah kunci menuju hidup sehat dan panjang umur. Setelah sukses dengan penemuannya, Dr. Shirota menciptakan minuman susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus casei Shirota strain hidup yang dinamakan Yakult. Dr. Shirota bercita-cita agar manfaat Yakult dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia. Karena itu selain dibuat dengan harga terjangkau, sejak tahun 1964 Yakult mulai diproduksi dan dipasarkan di Taiwan, kemudian negara Asia lainnya, Australia dan dipasarkan di Eropa tahun 1990-an. Walaupun awalnya hanya dipandang sebelah mata oleh para ahli di Eropa, tetapi setelah manfaatnya dapat dirasakan, perhatian terhadap Lactobacillus casei Shirota strain meningkat. Istilah probiotikpun menjadi populer terutama setelah media masa tertarik oleh hasil penelitian kerjasama antara Yakult dengan universitas-universitas di Eropa. Sejak saat itu dunia kesehatanpun berpaling ke konsep pencegahan penyakit melalui konsumsi probiotik secara teratur dan peningkatan kesehatan dengan probiotik dilakukan setiap hari oleh 25 juta orang di 27 negara diseluruh dunia.

2. Penanganan Bahan Baku Yakult Produksi asam laktat mayoritas menggunakan gula yang di fermentasi oleh lactic acid bacteria seperti Lactobacillus, yang memiliki high acid tolerance dan bisa direkayasa genetika untuk menghasilkan D-(-) atau L-(+) optical isomers dari asam ini secara selektif. Namun bakteri jenis ini memerlukan medium kompleks yang bisa membuat proses pemurnian (downstream processing) sulit dan mahal. Ditambah, bakteri ini juga tidak mampu mengfermentasi gula pentosa dengan efektif. Solusinya adalah penggunaan bakteri lain jenis Escherichia coli yang telah direkayasa genetika guna produksi asam laktat secara optimum. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan E. coli. Produksioptically pure D-lactic acid dimineral media bisa dilakukan hingga mencapai produktivitas 10.8 mM/hour dengan bahan baku glucose 50 g/l. Selain itu, L-lactic acid diproduksi dengan mengganti gen ldhA E. coli dengan ldhL dari Pediococcus acidilactici yang mampu menghasilkan optically pure L-lactic acid dengan laju 7.18 mM/hour. Sucrose dan mollases juga bisa dipakai dan menghasilkan D-lactic acid dengan yield sampai 97%. Di samping itu, aplikasi growth-based selection technique sukses menghasilkan jenis E. coli yang memproduksi 28.6 mM/hour froD-lactic aciddari 100 g/l sucrose dalam LB medium. Perlu juga diketahui jika genetically modified yeast S. cerevisiae yang membawa enam copy gen bovine L-LDH bisa memproduksi > 1 M L-lactic acid dengan kemurnian 99.9 % optical purity. Sedangkan bahan baku yakult adalah bakteri Lactobacillus casei Shirota strain hidup. Susu bubuk skim, Skimmed milk atau susu skim. Disebut juga susu padat atau bebas lemak. Susu skim merupakan produk samping dari pemisahan butterfat (lemak mentega) dari susu utuh atau susu full cream, sehingga bebas lemak. Dalam bentuk bubuk, susu ini membuang kadar airnya sekitar 91%. Sukrosa dan glukosa, Sukrosa atau glikosa adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman .Glukosa (C6H12O6), suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga. Perisa. Air (H2O)

adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi.Tubuh agar berfungsi dengan baik memerlukan 1 -7 literi air setiap hari. Air merupakan pelarut universal karena dapat melarutkan banyak zat.

3. Proses Produksi Yakult Pembuatan Cyakult adalah dengan cara disterilisasi terlebih dahulu pada suhu 140 selama 3 sampai 4 detik, kemudian ditanamkan Lactobacillus casei C selama dua hari. Nilai gizi(Strain shirota) diinkubasi pada suhu 37 yakult yaitu protein 1,2%, lemak 0,1%, mineral 0,3%, karbohidrat 16,5%, air 81,9%, dan nilai kalori tiap 100 g. Menurut Margawani (1995), Lactobacilllus casei adalah galur unggul yang mudah dan cocok untuk dikembangbiakkan dalam minuman dasar susu. Selain bakteri ini mampu bertahan dari pengaruh asam lambung, juga mampu bertahan dalam cairan empedu sehingga mampu bertahan hidup hingga usus halus.

Diagram alir proses pembuatan Yakult

pelarutan

penampungan

pendinginan

pembibitan

pembuatan botol

distribusi

fermentasi

pengisian

pencampuran

pengepakan

4. Alat dan mesin pada yakult 1. Tangki pelarutan Bahan-bahan utama yaitu susu bubuk skim dan glukosa dicampur dengan air dan ditampung dalam tangki pelarutan.

2. Tangki pembibitan Dalam tangki ini bibit bakteri Lactobacillus Casei Shirota Strain disiapkan dan dikembangbiakkan.

3. Tangki fermentasi Selanjutnya bibit bakteri Lactobacillus Casei Shirota Strain dicampu dengan campuran bahan-bahan di no. 1 diatas dan dimasukkan kedalam tangki fermentasi.

4. Tangki pencampur Hasil proses homogenizer tersebut dicampur dengan sirup dari tangki sirup dan disimpan dalam tangki pencampur.

5. Tangki penampung Kemudian hasil dari proses no. 4 tersebut dicampur dengan air yang sudah di sterilisasi dan ditampung didalam tangki penampung.

6. Mesin pembuat botol Untuk menjaga higienitas dari Yakult, maka proses pembuatan botol dilakukan sendiri oleh Yakult Indonesia.

7. Mesin pengisian Selanjutnya minuman Yakult sudah siap diisi ke dalam botol. Di botol tersebut juga dicetak semua informasi yang ada seperti kandungan nutrisi, tanggal kadaluwarsa, dll.

8. Mesin pengepakan Botol-botol yang sudah terisi untuk selanjutnya dikemas dalam kemasan dimana 1 kemasan ( packing ) terdiri dari 5 botol Yakult.

9. Ruang pendingin Kemasan yang berisi botol Yakult disimpan dalam ruang pendingin untuk menjamin kualitas dari minuman kesehatan Yakult.

C. Alkohol Di Indonesia, pemanfaatan tebu belum dilaksanakan secara maksimal. Tebu kebanyakan dimanfaatkan untuk pembuatan gula karena produksi tebu hanya dilakukan sesuai kebutuhan dan permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan diversifikasi produk dari tebu salah satunya adalah mengolah hasil samping tebu menjadi bioetanol. Salah satu penghasil bioetanol yang dapat digunakan adalah hasil samping dari pengolahan tebu menjadi gula yaitu molase. Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan (Pramana, A.S. D, 2008). Ketersediaan molase di Indonesia cukup banyak. Hal ini berkorelasi dengan luas areal perkebunan tebu yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjenbun, areal tebu seluas 382.354 hektar dengan produksi gula yang dihasilkan sebanyak 2.244.417 ton, molase sebanyak 1,5 juta ton, MSG sebanyak 600 ribu ton, 900 ribu ton untuk bioetanol 95 %, industri minuman dan eksport. Dengan adanya penambahan areal potensial di daerah Merauke dan Sulawesi Tenggara seluas 750 ribu hektar maka areal tersebut mempunyai

produksi potensial sebanyak 62 juta ton tebu dan akan menghasilkan 4,6 juta liter (Anonimb,2010). A. Penanganan bahan baku alkohol a. Pesiapan Bahan Baku

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol antara lain : 1) Molase (kadar gula 50 %) 2) Urea 3) NPK 4) Yeast (Sacharomyces Cereviciae) 5) Air

b.

Pretreatment molases Sebelum digunakan, molases yang di peroleh dari pabrik gula yang

mempunyai kadar 50 % diencerkan dengan aquadest sesuai dengan variabel yang ditentukan. Selanjutnya molases dibersihkan dari kotoran dengan menyaring kemudian menambahkan H2SO4 untuk mendapatkan CaSO4 dan mengontrol pH, setelah di sterilisasi dalam autoclave. pH awal sekitar 5,5 6,5 akan turun menjadi 4,5 5 . Asam sulfat yang digunakan adalah asam sulfat dengan kadar 98% volume dengan kondisi pekat yang memungkinkan yeast dapat tumbuh secara optimum. Penambahan asam sulfat berfungsi untuk pengatur pH agar sesuai dengan pertumbuhan yeast Hal ini ditujukan agar yeast Saccharomyces cereviceae dapat tumbuh secara optimum dan mencegah terjadinya kontaminasi bakteri lain di udara. Selain itu asam sulfat juga berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi hidrolissa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dan sebagai pencegah kontaminasi bakteri lain di udara. Molase yang didapat dari hasil samping pabrik gula biasanya masih terlalu pekat antara 85-90 brix, oleh karena itu perlu diencerkan terlebih dahulu untuk mendapatkan kadar gula yang optimum untuk pertumbuhan yeast (14 brix untuk pembibitan dan 18 brix untuk fermentasi). Jika konsentrasi gula terlalu tinggi akan menghambat aktifitas yeast. Selain itu juga akan mengakibatkan waktu fermentasi lebih lama dan sebagian gula tidak terkonversi sehingga proses fermentasi menjadi tidak ekonomis. Setelah dilakukan pengenceran, molase encer dimasukkan ke dalam fermentor. Catatan : jika kandungan gula pada molase kurang dari 50 % maka penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya.

B. Proses Produksi Alkohol Pembuatan alkohol ini merupakan salah satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah. Alkohol dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes tebu sebelum menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan. Yakni : 1. Pengenceran

Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix 14 tetes tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur. 2. Penyaringan Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi H2SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan agar tetes tebu tidak gagal dalm proses peragian. Karena dalam proses peragian tetes tebu akan diberi bakteri khusus yang dapat menjadikan tetes tebu menjadi atau memiliki kandungan alkohol. 3. Peragian Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke tangki pembibitan dan fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi ragi yang mengandung bakteri (Sacharomyces Cereviceae). Dalam memperbanyak Saccharomyces Cereviseae meggunakan cara kultur dengan medium gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak pisang ambon, agar, tetes tebu/molase sebagai aklimitasi. Peremajaan kultur Saccharomyces Cereviseae dilakukan 1 bulan sekali, dan maksilmal 2 bulan dengan tujuan untuk mengaktifkan kembali fungsi kerja Saccharomyces Cereviseae. Pada tahap pertama, tetes tebu dan kultur yang telah dibuat dimasukkan ke dalam tangki kapasitas 12 L dengan dilakukan penambahan Urea 10 gr, NPK 3 gr, H2SO4 dan di inkubasi selama 24 jam. Tahap kedua,hasil inkubasi dialihkan ke dalam tangki kapasitas 48 L dengan menambah Urea 48 gr, NPK 14,4 gr, H2SO4 dan diinkubasi kembali selama 24 jam. Hasil pada tahap tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki dengan kapasitas 480 L dengan penambahan urea 480 gr, NPK 144 gr, H2SO4 dan diinkubasi selama 24 jam. Hasil inkubasi tahap ketiga dimasukkan ke dalam tangki dengan kapasitas 3010 L dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi selama 24 jam, diinkubasi kembali selama 16 jam, dan akan diperoleh starter Saccharomyces Cereviseae dalam tangki sebanyak 350 L dan kondisi starter masih aerob. Bibit tersebut kemudian dicampurkan ke dalam tangki yang berkapasitas 18000 L dengan penambahan Urea, NPK, dan H2SO4 dan diinkubasi

kembali selama 16 jam dalam kondisi aerob. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki kapasitas 75000 L dan diinkubasi selama 50 jam dalam kondidi anaerob. Reaksi yang terjadi selama proses fermentasi : 1. Sukrosa dihidrolisa menjadi glukosa C12H22O11 + H2O 2C6H12O6 2. Gula reduksi bereaksi sehingga menjadi etanol dan CO2 C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyl blue. 4. Destilasi Tetes tebu yang telah diberi ragi atau difermentasi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi atau penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar alkohol lebih tinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau disebut destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat bertujuan untuk meningkatkan kadar alkohol. Dalam proses destilasi tetes tebu akan masuk ke kolom-kolam yakni : Kolom Maische; Kolom Rectifiser; Kolom Voorloop; Kolom Nachloop. Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0.5 kg/cm2 suhu 120 C. Berikut penjelasan proses yang terjadi pada setiap kolom. a. Kolom Maische Kolom distilasi ini merupakan tahap awal proses pemisahan alkohol. Pada tahap ini tetes tebu masuk ke Kolom Maische. Hasilnya alkohol kasar kadar 45% vinase (stillage) pada bottom product sebagai limbah cair PS Madukismo yang masih bisa digunakan sebagai pupuk cair, biogas, dsb. Alkohol kasar masuk ke kolom Voorloop. b. Kolom Voorloop Alkohol kasar dari kolom Maische masuk ke kolom Voorlop ini. Di dalam kolom ini alkohl akan mengaami destilasi kembali. Hasil berupa 2 alkohol, yaitu :

Alkohol teknis kadar 94% beraldahide ditampung sebagai hasil akhir. Alkohol muda kadar + 25%. Alkohol ini masuk ke Kolom Rektifiser.

c. Kolom Rektifier Di kolom Rektifiser alkohol muda dari kolom voorloop mengalami destilasi kembali. Hasilnya : Alkohol murni (Prima I) kadar min 95% Alkohol Muda mengandung minyak Fusel masuk Kolom

Nachloop(Destilasi selanjutnya). Lutter Waser, air yang bebas alkohol, sebagai penyerap alkohol. Kembali ke kolom vorloop dan sebagian dibuang. d. Kolom Voorloop Voorloop untuk membantu proses penyerapan alkohol.

Alkohol yang telah memiliki kadar yang tinggi tidak lagi mengalami proses destilasi. Sedangkan alkohol yang masih berkadar rendah akan mengalami destilasi pada kolom berikutnya. e. Kolom Nachloop Alkohol muda dari kolom Rektifiser mengalami destilasi di kolom Nachloop. Hasil dari kolom Nachloop: Alkohol teknis kadar 94% sebagai hasil akhir Air yang bebas alkohol dibuang. Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Pada proses ini menghasilkan minyak fusel (amyl alcohol) yan merupakan hasil samping pabrik spirtus, ini biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).

Gambar Diagram Alir Pembuatan Alkohol PS Madukismo

C. Hasil Produksi Alkohol dibedakan atas dasar kualitas: 1. Alkohol teknis : yang masih mengandung aldehid, kadar 94% digunakan untuk membuat spirtus bakar. 2. Alkohol murni : minimal kadar 95% bisa dipakai pada industri farmasi, kosmetik dll. Hasil samping Pemakaian tetes : Minyak Fusel (amyl alcohol) : Rata-rata 1 hari 900 kuintal

Produksi rata-rata : 25.000 liter alkohol/24jam, terdiri dari 90% alkohol murni, 10% alkohol teknis. Rendemen : 27% liter alkohol per kuintal tetes.

D. Alat Mesin yang Digunakan

Pengolahan molase sebelum di fermentasi.

Fermentor ini tertutup dari udara kecuali pipa ventilasi panjang dan sempit, yang memungkinkan karbon dioksida untuk melarikan diri dari fermentor tersebut. Karena ada aliran konstan CO2 melalui pipa, udara luar dicegah memasuki fermentor, yang mengurangi ancaman kontaminasi oleh ragi liar.

Mesin destilasi Model kolom distilasi ekstraktif dipilih berdasarkan asumsi terjadi kesetimbangan fasa uap-cair di setiap tahap dan model termodinamika yang digunakan adalah NRTL (Gil dkk., 2005). Kolom distilasi ekstraktif terdiri dari 20 tahap dan menggunakan 2 umpan: solvent (campuran etilen glikol dan gliserol) serta campuran azeotrop etanol-air, yaitu pada 89%-mol etanol.

Solvent masuk pada tahap ke-4, sedangkan umpan azeotrop masuk pada tahap ke-12. Karena pada literatur tidak disebutkan besarnya pressure drop (P) di sepanjang kolom, maka validasi dilakukan dua kali dengan kondisi kolom yang berbeda. Pada validasi pertama, kolom disimulasikan tanpa P di sepanjang kolom, sedangkan pada validasi kedua, kolom disimulasikan dengan adanya P di sepanjang kolom. Asumsi P yang terjadi di sepanjang kolom ekstraktif adalah sebesar 75 mmHg. Asumsi ini didasarkan atas tinjauan pada literatur lain, di mana suatu kolom distilasi dengan 20 tahap memiliki P sebesar 75 mmHg (Cairns and Furzer, 1990).

Daftar Pustaka

Anonim,

2011.

Hasil

Bioetanol

Beberapa

Varietas

Tebu.

http://www.sinartani.com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011. Anonim. 2010. Pembuatan Alkohol. [Online]. Tersedia:

http://madubaru.comyr.com/PS/pembuatan_alkohol.html (2 Mei 2012). Cahyono, E. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Ampas Tebu.

http://www.dokterkimia.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2010. Fabasi, Gemuruh Alam. (2008). Pembuatan Gula di P.G Madukismo. [Online]. Tersedia: http://chemistrysmallvillelover.blogspot.com/ (2 Mei 2012). Fratiwi, dkk. 2008. Fermentasi Kefir dari Susu Kacang-Kacangan. Jurnal VIS VITALIS, Vol. 01 No. 2, Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta . Gil, I.D., Uyazan, A.M., Aguilar, J.L., Rodrguez,, G., Caicedo, L.A., 2005, Simulation of Ethanol Extractive Distillation with A Glycols Mixture as Entrainer. http://www.enpromer2005.eq.ufrj.br/nukleo/pdfs/1141_simulation_of_ethano l_extractive_distillation_with_a_glycols_mixture_as_entrainer.pdf, Februari 2009. Kasriadi, Andang. 2007. Kefir Bandung. [terhibung berkala] 8

http://www.scribd.com/doc/3396480/Kefir-Information-1 [15 Mei 2011] Muntarsih, Tuti Hendrawati, dkk. 2006. Panduan Inspeksi Penataan Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan Susu. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Agroindustri Deputi MENLH Bidang

Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Usmiati, S. 2007. Kefir, Susu Fermentasi dengan Rasa Menyegarkan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Vol.

29, No.2, 2007. Bogor. Yuliana, Agnes. 2007. Kefir. Makalah Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.

Sesi Tanya Jawab

Anisa Dewi Pertanyaan : Terdapat beberapa jenis kefir dan memiliki fungsi masing-masing, Setiap jenis tersebut sama atau tidak proses pembuatan, bahan baku, dan mesinnya? Jawab : Setiap jenis kefir memiliki proses pembuatan, bahan baku, dan mesin yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Seperti halnya lamanya proses fermentasi, takaran kefir grains yang harus diberikan, dan pengambilan produk yang dihasilkan. Perbedaan lamanya proses fermentasi seperti halnya pada fermentasi kefir prima dengan kefir medika akan lebih lama kefir medika dibanding kefir prima. Perbedaan dari takaran kefir grains yang harus diberikan pada kefir medika akan lebih banyak dibanding dengan kefir optima. Lalu perbedaan pengambilan produk yang dihasilkan contohnya pada kefir bening. Pada kefir bening disaring terlebih dahulu dan akan didapatkan kefir grains dan kefir bening. Namun, terdapat perbedaan yang mencolok pada bahan baku yang digunakan untuk kefir soya karena terbuat dari 70% susu kedelai dan 30% susu sapi.

Tania Iqbal Pertanyaan : Bagaimana mesin yang digunakan untuk membuat kefir dalam skala besar? Jawab : Di Indonesia belum ditemukan industri kefir dalam skala besar. Industri kefir tersebut masih dalam skala menengah. Maka, alat-alat yang digunakan cukuplah sederhana. Bila skala mengengah ada alat fermentasi yang disebut dengan bioreaktor yang membantu proses fermentasi.

Gambar Bioreaktor

Firman Ryan Pertanyaan : Mengapa pada saat fermentasi, kefir disimpan dalam tempat yang gelap? Jawab : Karena di dalam kefir terdapat BAL dan ragi yang rentan dengan cahaya sehingga sulit berkembang atau perkembangannya tidak optimal. Terlebih lagi BAL yang mungkin di dalamnya terdapat bakteri yang memang sangat tidak bisa melihat cahaya. Bila perkembangannya tidak optimal maka kefir yang dihasilkan pun tidak optimal. Tidak optimal disini seperti halnya tidak mendapatkan kefir grains yang banyak, keasamannya kurang, kekentalannya pun kurang. Dea Aisyah

Pertanyaan : Serentan apakah bakteri yang terdapat dalam kefir sehingga dalam pengadukannya harus dengan perlahan? Jawab : Di dalam pembuatan kefir ini melibatkan lebih dari 50 bakteri dan terdapat ragi pula. Mereka memiliki sifat fisiologi dan biokimia yang berbeda baik itu BAL maupun khamir, sehingga sulit untuk menjaga agar viabilitas dan aktivitas mikroba yang terdapat di dalam granula kefir tetap stabil. Maka pengadukannya yang dilakukan harus dengan perlahan-lahan.

Anda mungkin juga menyukai