Anda di halaman 1dari 11

Bab 6 Filter dan Karakterisasi Waktu-Frekuensi

Tujuan Pembelajaran

Peserta dapat mengkarakterisasi lter berdasarkan sifat simultan waktu-frekuensi 1. Peserta dapat menentukan representasi magnituda-fasa dari sistem/lter 2. Peserta dapat memahami sifat lter sebagai pengubah frekuensi secara selektif, serta membedakan lter ideal dan tidak ideal 3. Peserta mengenali lter (CT dan DT) berorde rendah, serta sifat waktu-frekuensi nya.
1 Pendahuluan

Sistem atau medium menyerap energi dari sinyal berdasarkan frekuensinya. Dalam praktek, baik karakterisasi frekuensi maupun karakterisasi domain waktu diperlukan secara bersamaan. Dalam memahami perilaku sistem, ada dua domain yang dipelajari: waktu dan Fourier. Pada domain waktu sistem memproses sinyal secara konvolusi. Pada domain frekuensi, proses dilakukan secara aljabar. Karakteristik waktu-frekuensi dari sebuah sistem menyangkut respons frekuensi (dalam bentuk Bode plot), respons impuls, serta step respons. Tujuan dari bab ini adalah membekali peserta dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan konsep domain frekuensi dan domain waktu secara simultan pada lter praktis (terutama LCCDE orde rendah atau kaskadenya), serta menyadari ketidak-idealan lter. Rencana belajar diperlihatkan pada Tabel 1.

Tab. 1: Rencana Belajar Sub Sesi Materi 4.1 Frekuensi Respons dan Akibat di Domain Waktu 1 Makna Magnituda dan Fasa 2 Fasa Linier 3 Group Delay 4 Filter Ideal dan Filter Praktis 4.2 Sifat Waktu-Frekuensi Filter LCCDE CT Orde Rendah 1 Magnituda CT Orde Satu 2 Fasa CT Orde sat 3 Magnituda CT Orde Dua 4 Fasa CT Orde Dua 4.3 Filter LCCDE CT Orde Tinggi dan DT Orde Rendah 1 CT Orde Tinggi 2 Contoh Kasus Orde Tinggi 3 DT Orde Satu 4 DT Orde Dua

Tujuan 1 1 1 2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3

sehingga besaran |X ( )|2 adalah energy density spectrum pada frekuensi , yang berdampak baik pada energi maupun amplituda sinyal. Maksudnya besar energi pada selang frekuensi yang sangat sempit [, + ] adalah
E ( ) = 1 2 |X ( )| d 2

Hal yang serupa terjadi pada kasus DT. Berbeda dengan resposn magnituda, besaran respons fasa tidak berpengaruh pada energi atau amplituda, tapi memberikan informasi relatif terhadap komponen frekuensi yang lain. Fasa mengubah bentuk gelombang di domain wak2 Representasi Respons Magnituda dan tu, dapat mengganggu integritas sinyal, dan dalam kasus Phasa, dan Pengaruhnya Pada Integritas ekstrim dapat membuat perubahan pada informasi yang Sinyal di Domain Waktu dibawa. Untuk sistem CT dan DT LTI, dengan input x(t), re2.1 Makna Respons Magnituda dan Fasa pons impuls h(t), dan output y (t), berlaku pengaruh reBaik sinyal CT maupun sistem DT memiliki transformasi spons frekuensi H ( ) Fourier yang berbentuk besaran magnituda |X ( )| dan sudut fasa X ( ), menurut Y ( ) = H ( ) X ( ) (2) X ( ) = |X ( )| ej X () (1) |Y ( )| = |H ( )| |X ( )| (3) Y ( ) = H ( ) + X ( ) (4) Dalam kasus CT, besaran magnituda terkait langsung dengan energi, karena Jadi magnituda dari respons frekuensi menjadi faktor pengali (amplikasi) dari magnituda, sedangkan respons 1 2 E= |X ( )| d fasa dijumlahkan pada sudut fasa sinyal. 2 Untuk melihat pengaruh respons fasa pada domain wak 2012 Armein Z R Langi, STEI ITB. v 12.05 alpha tu, perhatikan bahwa pergeseran fasa oleh respons frekuensi

2 Representasi Respons Magnituda dan Phasa, dan Pengaruhnya Pada Integritas Sinyal di Domain Waktu

mengakibatkan sinyal sinusoidal terdelay. Sebagai contoh, sinyal


0 x(t) = cos(t)

y1 (t) t

saat memasuki medium dengan H ( ) = ej akan keluar menjadi sinyal berenergi tetap namun bergeser fasa
y (t) = cos(t )

y2 (t) t

Berapa besar pergeseran waktunya di domain waktu? karena Ternyata sinyal terdelay sejauh t0 =
0 y (t) = cos(t ) = cos( (t )) = x(t )

y (t) t

Jadi meskipun respons fasa tidak mengubah magnituda Waktu tunda ini selain bergantung sistem, ternyata bergantung juga dari frekuensi. Semakin rendah frekuensi, dan energi, tapi respons fasa merusak integritas sinyal. semakin lama waktu tundanya. Hal ini menjadi permasalahan besar, karena sinyal yang memiliki lebih dari satu komponen frekuensi akan mengalami penundaan yang tidak ser- 2.2 Fasa Linier agam di domain waktu. Akibatnya sinyal di domain waktu menjadi terurai (disintegritas). Agar respons fasa bisa menjaga integritas sinyal, maka respons fasa mesti mengakibatkan waktu tunda yang sama Kasus: Sebuah sinyal memiliki dua komponen frekuensi untuk setiap komponen. Ini bisa dicapai bila respons fasa bersifat linier, yakni = t0 . Sebagai contoh, sinyal
x(t) = 0.65 cos(0.75t) + 0.5 cos(1.5t)

memasuki medium H ( ) = ej 0.9 . Gambarlah sinyal outputnya.

x(t) = cos(t)

akan keluar menjadi sinyal


t0 )) = x(t t0 )

t x1 (t)

y (t) = cos(t ) = cos( (t


Kasus:

t x2 (t)

Sinyal x(t) yang sama memiliki dua komponen frekuensi

x(t) = 0.65 cos(0.75t) + 0.5 cos(1.5t)

t x(t)

memasuki medium berfasa linier H ( ) = ej 0.9 . Gambarlah sinyal outputnya. Jawab:

Jawab:
y (t) y (t) 0.65 cos(0.75t 0.9 ) + 0.5 cos(1.5t 0.9 ) 6 3 = 0.65 cos(0.75 (t )) + 0.5 cos(1.5 (t )) 5 5 = = = = 0.65 cos(0.75t 0.9 0.75 ) +0.5 cos(1.5t 0.9 1.5 ) 0.65 cos(0.75 (t 0.9)) + 0.5 cos(1.5 (t 0.9)) x(t 0.9)

yang sudah tidak lagi menyerupai x(t), meskipun komponen penyusun masih berbentuk sama.

yang tetap menyerupai x(t) namun tertunda sejauh 0.9.

2 Representasi Respons Magnituda dan Phasa, dan Pengaruhnya Pada Integritas Sinyal di Domain Waktu

2.4

Filter Ideal dan Filter Praktis


Kasus Ideal

y1 (t) 0 t

2.4.1

Lowpass lter ideal CT memiliki spektrum:


H ( ) = 1, | | c 0, | | > c

y2 (t) t

(7)

H ( )

1
y (t) 0 c t stopband passband c stopband

Sedangkan untuk sistem DT, lowpass ideal memiliki spektrum periodik (dengan periode 2 ) Hal yang sama terjadi pada sinyal DT. Bila sistem memiliki fase linier 1, | | c H ( ) = (8) jn0 0, c < | | < H ( ) = e (5) maka input x[n] akan keluar menjadi y [n] = x[n n0 ]. H ( ) Fasa seperti ini disebut fasa linier karena apabila re1 spons fasa di gambar, ia akan berbentuk garis lurus, dengan kemiringan (slope) sebesar waktu gesernya. Dalam konteks = t0 ini, semua komponen sinyal akan terdelay dengan waktu delay yang sama, yaitu t0 . c 2
H ( ) H ( ) = t0 stopband
c

0 passband

stopband

Untuk Fase Linier, lowpass ideal memiliki spektrum


|H ( )| = 1 0 1, | | c 0, c < | | < , | | c 0, c < | | < |H ( )|

(9) (10)

H ( ) =

t0

1
c

2.3 Group Delay

0 H ( )

Dalam praktek, kondisi fasa linier itu jarang terjadi. Tapi kita bisa mengestimasi delay pada frekuensi tertentu 1 dengan mengestimasi gars linier yang bersinggungan dengan kurva respons fasa di frekuensi 1 tersebut, yakni
H ( )|=1 c

1
c

dalam daerah sempit sekitar frekuensi 1 kelompok sinyal di situ akan mengalami delay bersama sebesar
d = H ( ) d

Kasus:

(6)
=1

cari response impuls untuk Lowpass CT Ideal Jawab:


h(t) = 1 2
c

Besaran ini disebut group delay, yaitu delay dalam detik yang terjadi pada sekelompok sinyal berfrekuensi sekitar 1 .

ejt d =
c

sin c t t

2 Representasi Respons Magnituda dan Phasa, dan Pengaruhnya Pada Integritas Sinyal di Domain Waktu

h(t)
c

2.4.2

Kasus Tidak Ideal

Ada tradeo antara domain waktu dan domain frekuensi.1+


1
2 c

|H ( )| t 1 + 1 1 1 1

0
Kasus:

cari response impuls untuk Lowpass DT Ideal

Jawab:
1 h[n] = 2
c

ejn d =
c

sin c n n

2 stopband

p h[n]
c

s transisi

passband

Contoh lter tidak ideal: Butterworth, Eliptics.

2 c

2.4.3

Log Magnitude dan Bode Plots

Skala logaritma membantu kita untk melihat lebih detail bagian-bagian yang sering tersembunyi dalam skala biasa. Selanjutnya, dalam skala logaritma perkalian magnituda dapat diekspresikan sebagai penjumlahan. Kasus: cari response impuls untuk Lowpass CT Ideal fase linier
0
c

Jawab:
1 h(t) = 2
c

log |Y ( )| = log |H ( )| + log |X ( )| ej ejt d = sin c (t ) (t )

(11)

h(t)
c

Dalam kasus CT, kita mengenal Bode plot, yakni plot dari Energi dan plot fasa dari respons frekuensi. Sumbu x dari kedua plot ini adalah log10 . Sumbu y dari plot energi adalah dalam satuan desibel, yakni
10 log10 |H ( )| = 20 log10 |H ( )|
2

0
Kasus:

Untuk h(t) real, Bode plot hanya digambarkan pada sumbu positif. Selain karena |H ( )| genap, dan H ( ) ganjil, tetapi juga supaya log10 tidak perlu dihitung pada frekuensi negatif.
20 log10 |H ( )|

Cari step respons dari lter ideal CT .


10 dB h ( ) d

Jawab: Step respons


s(t) =
t

0 dB 10 dB 20 dB

Kasus:

Cari step respons dari lter ideal CT .

Jawab: Step respons


n

s[n] =
k=

h [k ] 0.1 1 10 100 1000

3 Sifat Waktu-Frekuensi Filter LCCDE CT

H ( )
2

Bagaimana sifat T-F lter nya? Bagaimana gambar Bode plotnya ? Jawab: Dari persamaan ini diperoleh respons frekuensi
H ( ) = 1 = j + 1 1 ( ) + 1
2 1 1

0 2

+ j

(13) (14) (15)

|H ( )| =

0.1

10

100

1000

H ( ) = arctan ( )

Untuk kasus DT, sumbu x tidak perlu diskala log10 , karena rentang frekuensi dibatasi [, ].
20 log10 |H ( )| 10 dB 0 dB 10 dB 20 dB 0 0.2 0.4 0.6 0.8

Maka kita bisa melihat kemampuan lter ini menembuskan impuls dan unit step dengan mendapatkan respons impuls dan respons step, masing-masing sebagai
h (t) = h(t)
1 1 e

1 t e u (t)

(16)

s(t) = h(t) u (t) = 1 e u (t) s(t) 1 1 e1


t

(17)

H ( )
2

0 2

Bode plot dari magnituda dapat diestimasi dengan melihat bahwa


20 log10 |H ( )| = 10 log10 ( ) + 1 0.2 0.4 0.6 0.8
2

(18)

Untuk kasus

maka ( )2 0, dan (dalam dB)

Bode plot ini digunakan untuk mempelajari dan mendasain berbagai lter. Filter yang termasuk paling mudah untuk diwujudkan adalah lter LCCDE. Sebagaimana diketahui lter LCCDE dibedakan menurut orde nya. Namun karena sifat linearitasnya, maka lter berorde tinggi dapat dibangun melalui kasakade orde yang lebih rendah. Untuk itu berikut ini kita mempelajari lter LCCDE orde satu dan orde dua. Filter orde lebih tinggi dapat dibangun dengan kasakade orde satu dan orde dua.
3 3.1
Kasus:

20 log10 |H ( )| 0

Dalam Bode-plot persamaan ini adalah garis lurus mendatar yang memotong sumbu y pada 0dB. 2 1 Untuk kasus , maka term ( ) menjadi lebih dominan dari 1, dan (dalam dB)
20 log10 |H ( )| 20 log10 ( )

Sifat Waktu-Frekuensi Filter LCCDE CT Magnituda CT Orde Satu

= 20 log10 ( ) 20 log10 ( )

Perhatikan sebuah sistem LCCDE CT orde satu


d y (t) + y (t) = x (t) dt

(12)

Dalam Bode plot persamaan ini adalah sebuah garis lurus yang menurun dengan kemiringan -20dB tiap dekade (garis log10 ( )). 1 Kedua garis Bode Plot ini bertemu pada titik = . Di titik cuto ini

3 Sifat Waktu-Frekuensi Filter LCCDE CT

1 |H ( )| = 2

Maka kurva fasa Bode plot adalah


1 0.1 0, 1 1 H ( ) 4 [ + 1] 0.1 < < 10 1 2, 10 3dB
4

sehingga
20 log10 |H ( )|

Titik cut-o ini disebut juga titik 3dB. Berbekal ketiga informasi ini, maka kita dapat mengsketsa Bode plot ini dengan akurasi cukup memadai. Maka kurva magnituda Bode plot memiliki garis asimtotik
< 0, 20 log10 |H ( )| 3 = 20 log10 ( ) 20 log10 ( ) , > 20 log10 |H 1 ( )| 20 dB 0 dB 20 dB 40 dB
101 100 101 102 103 104 1 1 1

H 1 ( )

0 4 2

101

100

101

102

103

104

Di sini kita melihat hubungan waktu dengan frekuensi. Semakin kecil , semakin cepat h(t) mencapai nilai nol, semakin cepat s(t) mencapai titik steady state, tapi titik cuto di domain frekuensi menjadi semakin jauh.
3.3
Kasus:

Magnituda Orde Dua CT

Carilah sifat domain frekuensi dan waktu dari sebuah sistem orde dua
d2 d 2 2 y (t) = n x (t) y (t) + 2n y (t) + n dt2 dt

(19)

3.2

Fasa CT Orde Satu

Fasa lter ini juga dapat diestimasi menurut


H ( ) = arctan ( )

Jawab: Dari transformasi Fourier, diketahui sistem ini memiliki respons frekuensi
2 n 2 (j ) + 2n (j ) + n 2

H ( )

Untuk kasus

, kita peroleh
arctan (0) = 0

Sekarang kita cari respons impulsnya melalui inverse transform


2 n (j c1 ) (j c2 )

H ( )

Untuk kasus

, kita peroleh
arctan () =
1

H ( ) 2

H ( )

Khusus untuk titik cutof =


H ( ) =

, kita peroleh

dimana dengan memecahkan persamaan kuadrat diperoleh


c1 = n + n c2 = n n 2 1 2 1

arctan (1) = 4

Perhatikan bahwa untuk rentang sekitar titik cuto ini 1 1 [0.1 , 10 ], kita bisa mengestimasi respons fasa dengan sebuah garis lurus yang melalui titik cutof ini, serta bernilai 0 dan 2 pada masing-masing tepi dengan persamaan garis
H ( ) = [ + 1] 4

Bila = 1, maka kita peroleh


M M (j c1 ) (j c2 )

H ( )

3 Sifat Waktu-Frekuensi Filter LCCDE CT

M=

n 2 2 1 40 dB 0 dB 40 dB 80 dB

20 log10 |H ( )|

Sehingga respons impuls adalah


h(t) = M ec1 t ec2 t u(t)

Bila = 1, maka impuls respons menjadi lebih sederhana


2 n t h(t) = n te u(t)

Bode plot dari magnituda diperoleh dari


H ( ) = 1
n

100 n 101 n 101 n

102 n 103 n

104 n

1
2

+ j 2

Pengaruh muncul secara maksimal saat


max = n 1 2 2

dengan kuadrat magnituda


|H ( )| = 1
n 2

1
2 2

+ 4 2

pada saat itu magnituda memiliki nilai


|H (max )| = 1 2 1 2 2

Sehingga kita dapatkan


20 log |H ( )| = 10 log 1 n
2 2

+ 4 2

Puncak ini terkait dengan kualitas lter, yang sebut quality Q, yang untuk sistem orde dua didenisikan sebagai
Q= 1 2

Dalam kasus ga

n , semua term

0, sehing3.4

Fasa CT Orde Dua

20 log |H ( )| = 10 log (1) = 0

Sedangkan fasanya diperoleh


4

Sebaliknya dalam kasus paling dominan sehingga

n , term

menjadi

2 H ( ) = arctan 1

n n 2

(20)

20 log |H ( )| = =

10 log 1 2
4

Dalam2kasus
+ 4
2

n , kita peroleh H ( ) arctan 0 = 0

10 log

n 40 log + 40 log n

Sebaliknya bila n , kita lihat bahwa penyebut cenderung dominan menuju , sehingga seluruh pecahan cenderung 0, dan

H ( ) arctan 0 = Jadi dalam kasus ini, magnituda sistem turun 40 dB per dekade. Untuk daerah cuto, = n Pada titik cuto, = n , H ( ) = arctan = 20 log |H ( )| = 20 log (2 )

Sehingga magnituda dari Bode plot adalah


n 0, 20 log |H ( )| 20 log (2 ) , = n 40 log + 40 log n , n

Dengan cara estimasi garis mirip dengan kasus orde satu, kita dapatkan kurva fasa Bode plot
0, H ( ) 2 log10 , 0.1n
n

+ 1 , 0.1n < < 10n 10n

4 LCCDE CT Orde Tinggi dan DT orde rendah

H ( )
2

Kemudian fasa nya adalah sama dengan H2 ( ), yakni


0, 10
log10 n

0 2

H ( )

+ 1 , 10 < < 1000 1000

, H ( )
2

100 n 101 n
4

102 n 101 n 103 n

104 n

0 2

LCCDE CT Orde Tinggi dan DT orde rendah

4.1

CT Orde Tinggi

LCCDE orde tinggi memiliki bentuk respons frekuensi yang rasional. Oleh sebab itu Respons frekeunsi tersebut dapat direpresentasikan pecahan, di mana pembilang maupun penyebut adalah sebagai kaskade dari bentuk standar orde satu dan orde dua, masing-masing
H1 ( ) = 1 + j

101
4.2
Kasus:

102

103

104

105

106

Contoh Kasus

Estimasikan bode plot bila respons frekuensi


H ( ) = 100(1 + j ) (10 + j )(100 + j )

dan
H2 ( ) = 1 + 2
Kasus:

j n

j n

Jawab: Kita dapat melihat kasus ini sebagai kaskade dari empat system orde satu
H ( ) = = 1 1 1 (1 + j ) 1 1 10 (1 + 10 j ) (1 + 100 j ) H 1 ( ) H 2 ( ) H 3 ( ) H 4 ( )
1 1 j ) (1+ 10

Gambarkan Bode-plot dari sistem dengan respons frekuensi


H ( ) = 2 104 (j ) + 100j + 104
2

Jawab:

Dari observasi langsung di amati bahwa 2 H2 ( ) , dimana n = 100 dan = 0.5. Maka disimpulkan bahwa
H ( ) = 20 log |H ( )| = 20 log10 2 20 log |H2 ( )| 6, 40 log + 86, 100 100

1 di mana H 1 ( ) = 10 , H 2 ( ) = 1 , dan H 4 ( ) = (1 + j ). (1+ 1 j )


100

, H 3 ( ) =

Maka untuk H 1 ( ) =

1 10

kita peroleh

20 log10 |H ( )| = 20 log10 101 = 20

dan
H ( ) = 0 20 log10 |H 1 ( )| 10 dB 0 dB 10 dB 20 dB

20 log |H ( )| 20 log10 |H ( )| 40 dB 0 dB 40 dB 80 dB 101

102

103

104

105

106

0.1 1 10 100 1000 10000

4 LCCDE CT Orde Tinggi dan DT orde rendah

Fasa:
H 1 ( )
4

Untuk H 3 ( ) =

1 1 (1+ 100 j )

kita peroleh

= 100

0 4 2 0.1 1
1 1 (1+ 10 j )

< 100 0, 20 log10 |H ( )| 3 = 100 20 log10 ( ) + 40, > 100

dan
1 0, 1 H ( ) 4 100 + 1 , 1 < < 100 2, 100 20 log10 |H 3 ( )| 10 dB 0 dB 10 dB 20 dB 1 0, 1 H ( ) 4 10 + 1 , 1 < < 100 2, 100 20 log10 |H 2 ( )| 0.1 1 10 100 1000 10000

10

100

1000 10000
1

Untuk H 2 ( ) =

kita peroleh

= 10

< 10 0, 20 log10 |H ( )| 3 = 10 20 log10 ( ) + 20, > 10

dan

Fasa:
H 3 ( )
4

10 dB 0 dB 10 dB 20 dB 0.1 1 10 100 1000 10000

0 4 2 0.1 1 10 100 1000 10000


1

Fasa:
H 2 ( )
4

Untuk H 4 ( ) = (1 + j ) kita peroleh

=1

0 4 2 0.1 1 10 100 1000 10000

<1 0, 20 log10 |H ( )| +3 =1 +20 log10 ( ) 20, > 1

dan
0, 1 + 1] , 1 < < 100 100

H ( )

4 [ 1 2,

4 LCCDE CT Orde Tinggi dan DT orde rendah

10

20 log10 |H 4 ( )| 30 dB 20 dB 10 dB 0 dB 0.1 1 10 100 1000 10000


4

H ( )

0 4 2 0.1
4.3

10

100

1000 10000

DT Orde Satu

Fasa:

Mirip dengan kasus CT, sistem DT juga datang dari LCCDE, sehingga bentuk respons frekuensi adalah pecahan dari polinomial. Kemudian karakteristik waktu-frekuensi dapat diperoleh dari kaskade orde satu dan orde dua.
H 4 ( )
Kasus

3 4 2 4

Cari karakteristik waktu-frekuensi dari sistem orde satu untuk |a| < 1:
y [n] ay [n 1] = x [n]

Jawab: Dari persamaan LCCDE kita langsung peroleh respons frekuensi


H ( ) = 1 1 aej

0.1

10

100

1000 10000

Maka respons impuls dan step respons nya masingmasing adalah


h [n] = an u [n]

Maka Bode plot magnituda adalah:

s[n] = h[n] u[n] =

1 an+1 u[n] 1a

20 log10 |H ( )| 10 dB 0 dB 10 dB 20 dB 30 dB 0.1 1 10 100 1000 10000

Dalam kasus ini |a| menentukan laju respons impuls untuk menjadi 0. Bila |a| 1 maka respons impuls akan bertahan lama sebelum mencapai 0. Bila a < 0, maka respons impuls akan berosilasi antara nilai positif dan negatif. Untuk memplot respons magnituda nya, maka kita dapatkan
H ( ) = 1 1 a cos + ja sin

maka
|H ( )| =
2

1+

a2

1 2a cos2

20 log |H ( )| = log10 1 + a2 2a cos2

sedangkan sudut fasanya Sedangkan sudutnya:


H ( ) = arctan a sin 1 a cos

5 Soal Tambahan

11

4.4
Kasus:

DT Orde Dua

Soal Tambahan

Sebuah sistem DT orde dua berbentuk


y [n] 2r cos y [n 1] + r2 y [n 2] = x [n]

1. Cari frekuensi respons (H (j )) dari sebuah sistem CT LTI yang memiliki Bode plot sebagai berikut
20 log10 |H ( )|

di mana 0 < r < 1 dan 0 . Cari respons frekuensi serta respons impuls. Jawab: respons frekuensi bisa diperoleh langsung dari transfromasi Fourier:
H ( ) = 1 1 2r cos ej + r2 ej 2

Untuk mencari respons impuls, kita analisa


H ( ) = = 1 [1 (rej )ej ][1 A 1 (rej )ej (rej )ej ] B + 1 (re j )ej

-20

-40 0.1 1 10 100 1000

di mana
ej ej A= ; B= 2j sin 2j sin h[n] = rn sin [(n + 1) ] u [n] sin
2 4

H ( )

Jadi respons impuls adalah sebuah osilator dengan peredaman rn . Selanjutnya bila = 0, maka diperoleh kasus khusus
H ( ) = 1 (1 rej )
2

0
4 2

maka respons impulsnya


h [n] = (n + 1) rn u[n]

0.1
Pustaka

10

100 1000

Bila = ,
h [n] = (n + 1) (r) u[n]
n

[OCW]

Pada kedua kasus ini terdapat bilangan real d1 dan d2 di mana |d1 | , |d2 | < 1, sehingga
H ( ) = = 1 [1 d1 d2 ej ] A B + j 1 d1 e 1 d2 ej ej ][1

MIT Opencourseware, http://ocw.mit.edu/ courses/ electrical-engineering-and-computerscience/ 6-003-signals-and-systems-spring2010/

[OpWi97] A. V. Oppenheim and A. S. Willsky (with S Hamid Nawab), Signals & Systems (Second Edition), Prentice-Hall International, 1997. ISBN 0-13-651175-9

maka
n h[n] = [Adn 1 + Bd2 ] u[n]

dimana
A= d1 d2 ; B= d1 d2 d2 d1

Anda mungkin juga menyukai