Anda di halaman 1dari 8

1.

Agresi Definisi : suatu perilaku yang disengaja yang bertujuan untuk merugikan orang lain maupun menimbulkan rasa sakit pada orang lain.

Menurut Berkowitz (1993), terdapat dua jenis agresi, yaitu hostile aggression dan instrumental aggression. Hostile aggression adalah tindakan agresi yang berasal dari perasaan marah dan bertujuan menimbulkan sakit serta luka. Instrumental aggression adalah agresi yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan lain, bukan sekedar untuk menyebabkan rasa sakit.

Bisa dari Turunan (karena setiap manusia punya naluri) dan Dari lingkungan Stimulus agresif: objek yang diasosiasikan dengan respon agresif, misalnya pistol, yang keberadaannya dapat meningkatkan kemungkinan agresi. Katarsis: Gagasan bahwa meniup uap panas -- dengan melakukan tindakan agresif, menonton orang lain berperilaku agresif, atau berfantasi berperilaku agresif -- dapat mengurangi tumpukan energi agresif dan oleh karenanya mengurangi kemungkinan perilaku agresif lebih lanjut

2. Social loafing Definisi : adalah berkurangnya motivasi dan usaha saat individu bekerja secara kolektif didalam kelompok jika dibandingkan dengan ketika ia bekerja secara individual atau bekerja sebagai koaktor independen. (Karau dan

Williams, 1993). Cara mengurangi : meningkatkan suatu komitmen Membuat hasil akhir terindentifikasi secara individual

3. Konstruksi sosial Didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

4. Teori Segitiga Cinta a. Intimacy

Merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini

menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati dan mempercayai pasangan yang dicintai. Seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai karena masing-masing individu merasa saling

membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup di sisinya.

b. Passion Merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Adanya passion ini

menyebabkan dinamika kehidupan cinta antara dua individu yang berbeda jenis kelamin karena merasa bergairah secara seksual terhadap pasangan hidupnya. Kebutuhan seksual merupakan salah satu unsur terpenting untuk mempertahankan kelangsungan keutuhan cinta. Namun, bila dicermati secara mendalam, passion meliputi sentuhan fisik, membelai rambut, berpegangan tangan, merangkul, memeluk, mencium, atau hubungan seksual.

c. Commitment Merupakan dorongan kognitif yang mendorong individu tetap

mempertahankan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya. Komitmen yang sejati ialah komitmen yang berasal dari dalam diri yang tidak akan pernah pudar/luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan, godaan, ataupun ujian berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan, godaan, atau hambatan justru akan menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cinta terhadap pasangan hidupnya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai pasangan hidupnya. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.

5. Ajzen dan Fishbein Teori of planned behavior, jadi katanya attitude, norm social, dan kemampuan untuk mengontrol akan menentukan niat seseorang yang akan mengarahkan ke suatu tingkah laku.

Teori of reasoned action : Teori Perilaku Berlasan, selanjutnya TRA, dikembangkan & disempurnakan olej Ajzen (1985) dgn Teori Perilaku Terencara (Theory of Planned Behavior / TPB)/ TRA memiliki tiga asumsi dasar, yaitu: (1) Manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal; (2) Manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada; dan (3) Secara ekspilist maupun implisit, manusia memerhitungkan implikasi tindakan mereka. TRA mengatakan bahwa sikap manusia memengaruhi perilaku melalui satu proses pengambilan keputusan (decision making) yang teliti dan beralasan. Proses pengambilan keputusan ini terbatas pada 3 hal, yaitu : (1) Perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap umu, tetapi juga sikap spesifik terhadap sesuatu (attitude toward behavior) (2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh normanorma subjektif (subjective norms) (3) Sikap terhadap perilaku bersama dengan norma-norma subjektif akan membentuk suatu niat perilaku (Behavioral Intention) untuk berperilaku tertentu.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) ada 2 faktor yang menentukan niat berperilaku, yakni sikap individual terhadap perilaku (attitude toward) dan norma subjektif (subjective norms). Sikap terhadap perilaku sebagai faktor personal, dipengaruhi olej sejumlah keyakinan individual akan akibat jika melakukan perilaku tersebut (behavioral beliefs) dan dipertimbangkan

berdasarkan sejumlah penilaian individu akan hasil yang iperolehnya jika ia melakukan perilaku tersebut (outcome evaluation). Norma subjektif sebagai faktor sosial dipengaruhi oleh sejumlah persepsi atau keyakinan individu akan harapan sosial atau pihak lain agar ia melakukan perilaku tersebut (normative beliefs) dan dipertimbangkan berdasarkan motivasi individu yang bersangkutan untuk mematuhi harapan-harapan yang dirasakannya dari pihak lain (motivation to comply)

6. Heuristic Heuristik adalah proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap menjanjikan bagi penemuan pemecahan suatu masalah. Strategi yang bersifat kecenderungan dan masih mengandung kemungkinan gagal. Namun kebanyakan sehari-hari orang banyak menggunakan strategi heuristik. Heuristik bersifat probalistik. Pendekatan heuristik pada ruang permasalahan yang luas. Contohnya: metode kedekatan, pengujian hipotesis, membagi masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, metode pencarian dengan langkah maju atau mundur, analogi atau pencocokan. Catatan terpenting ini merupakan jalan pintas dalam kognisi sosial yang memungkinkan kita mengambil keputusan secara cepat dan menghemat energy.

7. jalan pintas mental a. Representativeness : informasi tidak lengkap representasi ini

mewakili gambaran kelompok simpulan.

b.

Availability : apa yang segera muncul dalam pikiran : kecenderungan

untuk mengasumsi bahwa orang lain berbuat atau berfikir sama dengan kita. Jalan pintas mental dipengaruhi oleh pengalaman yang paling mutahir/ baru saja terjadi ( catatan: bisa terjadi secara otomatis / automatic priming priming yang terjadi sebagai akibat dari tidak disadarinya stimulus yang disebabkan oleh priming oleh individu).

c.

Base Rate Fallacy : jalan pintas mental berdasarkan pada informasi

khusus tentang satu orang atau satu peristiwa saja.

Diskriminasi positif

Memberikan suatu privilege atau hak istimewa kepada kaum atau kelompok ataupun individu yang dianggap lemah.

Prejudice

Prejudice adalah Sikap bermusuhan atau negatif terhadap orang dalam kelompok yang berbeda. Prejudice itu muncul karena adanya stereotype, yaitu menganggap setiap anggota kelompok di kelompok lain memiliki krakteristik yang sama. Stereotype merupakan proses kognitif, yang tidak selalu mengarah ke kerasan. Ygng menyebabkan prejudice: Sosial kognitif cara kita mengolah informasi yang kita dapat. Pengkategorian sosial pengelompokan yang kita buat berdasarkan

karakteristik orang tersebut, nantikan akan terbentuk kelompok kita dan mereka In-group bias Perasaan positif dan perlakuan khusus bagi orangorang yang kita telah didefinisikan sebagai bagian dari dalam kelompok kita dan perasaan negatif dan perlakuan tidak adil bagi orang lain hanya karena kita telah mendefinisikan mereka sebagai anggota kelompok yang berbeda dengan kelompok kita

Out-group homogeneity keyakinan kalo mereka (anggota kelompok lain) semuanya serupa.

Realistic conflict theory sumber daya yang terbatas menyebabkan konflik antar kelompok dan mengakibatkan prasangka dan

diskriminasi.

Racism prejudice yang mendiskriminsi orang-orang berdasarkan ras tertentu atau merendahkan orang dengan ras tertentu

Sexism prejudice yang mendiskriminsi orang-orang berdasarkan jenis kelamin atau merendahkan orang dengan jenis kelamin tertentu

Modern prejudice karena adanya norma toleransi, sekarang orang lebih hati-hati dalam berprasangka. Tapi ada juga, di modern prejudice, prejudice itu lebih halus dan terbuka, kayak contohnya judul Koran kekerasn antara Arab dan Yahudi di Timur Tengah

Cara mengurangi prejudice: Jika ke 2 kelompok memiliki status yang sama Saling berbagi tujuan

10

Eksperimen Asch

Eksperimen ini bertujuan untuk mengukur atau membuktikan suatu tingkat konformitas pada diri seseorang , dilakukan oleh salomon asch.

11

Bystander

adalah sebuah penemuan bahwa seseorang akan kurang memiliki keinginan untuk membantu saat ada pengamat lain di sekelilingnya (Myers, 2010). Penelitian klasik dari Darley dan Latane menyatakan bahwa semakin banyak pengamat (bystander) yang ada di sekeliling seseorang, maka keinginan seseorang untuk membantu akan menurun sehingga terjadi diffusion of responsibility.

12

Bias atribusi

definisi : suatu padangan maupun sebuah pemikiran yang salah atas apa yang telah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai