Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN AREA LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN METODE ELECTRE
(Studi Kasus : Kabupaten Bangkalan)

OLEH : MIFTAHOL ARIFIN 07.04.111.00096

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO BANGKALAN 2013

I.

Judul : INFORMASI PEMILIHAN AIR AREA LAHAN DENGAN UNTUK METODE SUMBER BERSIH

SISTEM ELECTRE

PENGEMBANGAN

(Studi Kasus : Kabupaten Bangkalan) II. Abstrak :

Kondisi keterbatasan sumber daya air di Kabupaten Bangkalan saat ini dapat menjadi kendala dalam pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah yang terjadi di Kabupaten Bangkalan sebagai akibat dari selesainya proyek pembangunan Jembatan Suramadu akan berdampak pada perubahan guna lahan dan peningkatan kebutuhan sumber daya air bersih karena perkembangan penduduk dan kegiatan social-ekonomi yang akan bermunculan. Atas dasar tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk meninjau tata guna lahan yang ada dengan mempertimbangkan keseimbangan sumber daya air sebagai salah satu masukan dalam unsur penyusunan rencana tata ruang di Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pemilihan area paling sesuai untuk menetapkan lahan guna kepentingan pengembangan sumber air bersih. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode electre sebagai langkah mencari lahan paling sesuai untuk dijadikan sebuah pengembangan sumber air bersih. Kata Kunci : Electre, tata ruang. III. Latar Belakang Kabupaten Bangkalan adalah kabupaten yang terletak disebelah barat dari pulau Madura yang merupakan salah satu pintu masuk yang paling dekat untuk lalu lintas dan lain sebagainya antara Pulau Jawa dengan Pulau Madura. Dengan selesainya proyek pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Madura dan Pulau Jawa diharapkan dapat memajukan potensi pembangunan yang ada di Pulau Madura menjadi semakin pesat. Akan tetapi, dengan pesatnya pembangunan yang ada di Pulau Madura dengan selesainya Jembatan Suramadu harus juga didukung dengan berbagai potensi lain yang ada di Pulau Madura

tersebut antara lain masalah pengembangan air bersih, agar semua penduduk yang menetap di Kabupaten Bangkalan tidak terlalu khawatir dengan terjadinya perkembangan industri yang semakin akibat dari telah di bangunkannya jembatan Suramadu. Jika dilihat dari letaknya, air dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah yang mana jumlah dan keberadaannya dapat kita lihat dan teliti dengan mudah karena air permukaan terletak di atas tanah, seperti contohnya sungai, sumber mata air. Sedangkan air tanah karena letaknya berada di dalam tanah maka jumlah dan potensinya perlu dilakukan pengamatan yang lebih teliti untuk bisa kita pergunakan sebaik mungkin. Pemerintah telah lama mengembangkan potensi air tanah yang ada di pulau Madura khususnya di kabupaten Bangkalan dengan membuat sumur bor untuk mengairi sawah dan air minum melalui proyek pengembangan air tanah wilayah Jawa Timur. Akan tetapi, setelah selesainya proyek pembangunan jembatan Suramadu, dikhawatirkan nantinya akan mengancam keberadaan dan ketersediaan sumber air bersih yang ada, oleh karena itu harus di upayakan untuk meneliti lahan paling sesuai yang nantinya sangat berguna untuk dikembangkan dalam pembangunan sumber air bersih. Dalam memilih lahan yang nantinya akan digunakan untuk pengembangan sumber air bersih dibutuhkan beberapa parameter agar nantinya bisa menghasilkan sebuah lahan yang benar-benar bermanfaat dalam jangka yang sangat panjang, parameter yang di butuhkan antara lain tingkat ketinggian daerah tersebut, tingkat kecondongan lerengnya, tingkat populasi, kepadatan penduduk, timbulnya hujan, material-material yang ada dan yang di gunakan dalam pembangunan nantinya, dan juga tidak lupa area lahan yang akan digunakan dalam pembangunan sumber air bersih Potensi tersebut perlu dikembangkan lebih maksimal lagi untuk menunjang sektor industri dan sektor lainya yang kini sudah berkembang semakin pesat dari tahun-tahun sebelumnya dikarenakan dari dampak selesainya pembangunan jembatan Suramadu. Akan tetapi, pembangunan pengembangan air tanah tersebut

jangan sampai berlebihan sehingga akan menimbulkan masalah yang lain antara lain intrusi air laut. IV. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuat perumusan masalah yang ada sehingga masalah yang akan diteliti akan jelas dan penelitian hanya fokus pada masalah-masalah tersebut. Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan yaitu: 1. Bagaimana pola data persediaan air bersih dan kondisi lahan yang ada di Kabupaten Bangkalan? 2. Bagaimana pengguna dapat mengetahui lokasi lahan yang potensial untuk dikembangkan di kabupaten Bangkalan? 3. Bagaimana membuat aplikasi yang user friendly dan membantu memberikan solusi pada setiap penggunanya? V. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pola data persediaan sumber air bersih dan kondisi lahan yang ada di Kabupaten Bangkalan. 2. Mampu memanfaatkan google maps sebagai sarana yang membantu sistem untuk dapat menampilkan peta lokasi tanaman setiap kecamatan di kabupten Bangkalan. 3. Mampu mengolah data dari berbagai sumber, termasuk informasi langsung yang didapat dari user yang akan dijadikan acuan pada pemberian informasi. VI. Batasan Masalah Mengingat adanya keterbatasan waktu, maka penulis membatasi masalahmasalah yang dibahas dalam laporan ini dengan harapan tidak akan terjadi penyimpangan dari tujuan awal dan permasalahan yang hendak akan di bahas, yaitu:

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bangkalan. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada tiap-tiap kecamatan sebagai parameter. 3. Penelitian berdasarkan data 1 tahun terakhir (2012). 4. Metode peramalan yang digunakan adalah metode Electre. VII. Kajian Pustaka 7.1 Penelitian Sebelumnya Selection of Most Appropriate Area to Establish Soil Damp for the Purpose of Sustainable Development of Water Resources Using TOPSIS and ELECTRE Methods (A Case Study: Zarand-Saveh Watershed) Nowadays, shortage and decrease in fresh water is approximately under increased all over the world. Based on the statistics published by FAO (Food and Agriculture organization), need for fresh water has almost become double per 21 years, while useful water resources have been reduced by half in relation to 30 years ago. It seems that useful water resources will become one fourth up to 2025 than useful water resources in 1960. Meanwhile, danger of various pollutions for water resources frequently increased the value and importance of them. Due to mentioned cases, if water resources arent managed in better way, the life of human being will be threatened by the shortage of water. Thus, it is necessary to acquire the exact and up to date information about the condition of water resources and prediction of their situation in future in order to achieve optimum management for water resources. 7.2 Metode Electre Metode ELECTRE adalah salah satu metode analisis keputusan multikriteria yang berasal dari Eropa pada pertengahan tahun 1960-an. ELECTRE singkatan: Elimination and Choice Translation Reality[2]. Metode ini menjadi lebih dikenal luas ketika paper B. Roy muncul di sebuah jurnal riset operasi Prancis. Ada dua bagian utama pada aplikasi ELECTRE :

1) Membangun satu atau hubungan beberapa outranking, yang bertujuan untuk membandingkan secara komprehensif setiap pasangan tindakan. 2) Prosedur eksploitasi yang menguraikan rekomendasi yang diperoleh pada tahap pertama. Sifat rekomendasi tergantung pada masalah yang sedang ditangani: pemilihan, perangkingan atau penyortiran[3]. Metode ini digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan criteria dieliminasi, dan alternative yang sesuai dapat dihasilkan. Jadi, Electre digunakan untuk kasus yang mempunyai banyak alternative dengan sedikit criteria. Suatu alternatif dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingankan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang tersisa (Kusumadewi dkk, 2006). 7.3 Sistem Informasi Geografis (SIG) Definisi Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) sangatlah beragam, karena memang defenisi SIG selalu berkembang, bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa definisi SIG[4]. Kang-Tsung Chang (2002), mendefinisikan SIG sebagai : is an a computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic data. Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sitem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi Arronoff (1989). Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan

teknologi yang diperlukan yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi Gistut (1994) Burrough (1986), mendefinisikan SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Secara umum pengertian SIG sebagai berikut : Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis[5]. 7.4 Tahap-tahap ELECTRE Terdapat beberapa langkah pada metode electre, sebagai berikut: 1. Normalisasi matrik keputusan Dalam tahap ini semua atribut diubah ke nilai yang comparable. Dapat dilakukan dengan rumus :

Dimana:

I : banyak alternative J : banyak kriteria

Sehingga didapat :

2. Pembobotan matriks yang telah dinormalisasi

Dilakukan dengan mengalikan tiap kolom dalam matrik R dengan bobot untuk tiap kriteria yang sesuai, yang mana bobot tersebut ditentukan oleh pengguna. Rumusnya adalah V = W x R. 3. Menentukan concordance dan discordance set Untuk setiap pasang alternative k,l (k,l = 1,2,3,..,m;k l) maka kumpulan kriteria j dibagi menjadi dua subset yaitu concordance dan discordance. Concordance : Ckl = {j, ykl >= ylj } untuk j = 1,2,3,.,n Discordance : Dkl = {j, ykl < ylj } untuk j = 1,2,3,.,n 4. Menghitung matrik concordance dan discordance Untuk menentukan matrik concordance maka dilakukan penjumlahan dari bobot-bobot yang termasuk dalam subset concordance :

1, qj = pj 1, Cj (a, b)= 0, gj (b) - gj (a) - qj (a) pj and qj pj pj - qj Sehingga didapat matrik concordance

if gj (b) - gj (a) = qj and if gj (b) - gj (a) qj if gj (b) - gj (a) pj qj gj (b) - gj

Sedangkan untuk mendapatkan matrik discordance dilakukan dengan rumus :

Sehingga matrik discordance yang didapat adalah :

5. Menentukan matrik dominan concordance dan discordance a. Concordance Matrik dominan concordance didapat dengan membandingan nilai tiap-tiap matrik concordance dengan nilai threshold

Dengan nilai threshold ( c ) :

Dan nilai F dari tiap elemen matrik concordance didapat dengan :

b. Discordance Dan nilai matrik dominan pada matrik discordance juga didapat dengan bantuan nilai threshold :

Dan nilai G untuk tiap elemen matrik discordance didapat dengan :

6. Menentukan agregate dominance Menentukan matrik agregate dominance dengan mengalikan matrik F dan G. rumusnya sebagai berikut :

7. Eliminasi alternative yang less favorable Matrik E/e menunjukan urutan alternative yang memenuhi kriteria. Yaitu bila ekl bernilai 1 maka menunjukan alternatif Ak merupakan pilihan yang lebih baik daripada alternative Al. 8. Mencari pseudo criteria g(ai) indifferent g(ak) g(ai) weakly preffered g(ak) aiQak g(ai) preffered g(ak) ai P ak 9. Mencari concordance kriteria dan concordance global. gj(ak) - gj(ai)<_qj [gj(ak) > cj(ai,ak) qj[gj(ai)] < gj(ak) - gj(ai) <_pi[gj(ak)] Pj <gj(ak)-gj(ai) > cj(ai,ak) 10. Menentukan Outranking = Final Ranking Ranking Matrix[6]. a) A P+ B = A lebih baik/preferet dari pada B. b) A R B = A tidak dapat dibandingkan dengan B c) A I B = A indifferent/ tidak memihak dengan B d) A P- B = A lebih buruk dari B Final Graph =1 = 0 <cj(ai,ak)<1 =0 => p(g(ak))< g (ai)- g (ak) => q(g(ai))<g(ai)-g(ak)) => aiI ak g(g(ak))<g(ai)-g(ak))

VII. Rancangan Sistem 1. Flowchart Skema Electre

Skema GIS

2. Use Case

VIII. Jadwal Pelaksanaan


Kegiatan Persiapan Pengumpulan Data Pengolahan Data Uji Coba Penyusunan Laporan Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Bulan ke 4 Bulan ke 5 Bulan ke 6

IX.

Daftar Pustaka
1. Ramesht, M.H. Alireza Arab, A. Hamideh Beigi. 2012. Selection of Most

Appropriate Area to Establish Soil Damp for the Purpose of Sustainable Development of Water Resources Using TOPSIS and ELECTRE Methods (A Case Study: Zarand-Saveh Watershed). Iran:Isfahan University.
2. Anita Devi, S. Sulis Janu, H. Yoppy Mirza Maulana. Sistem Pendukung

Keputusan

Pembelian

Barang

Menggunakan

Metode

Electre.

Surabaya:STIKOM 3. Kusdiantoro. 2012. Analisis Usability Website Akademik Di Indonesia Menggunakan Metode Promethee, Vikor, Dan Electree. Tugas Akhir 4. Staff pengajar. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. Yogyakarta:STMIK AMIKOM 5. Manjela Eko Hartoyo, G. Yuli Nugroho. Ario Bhirowo. Bilaludin Khalil. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis (Sig) Tingkat Dasar. Balikpapan:Tropenbos International Indonesia Programme 6. Christos Giannoulis, Alessio Ishizaka. 2010. A Web-based Decision Support System with ELECTRE III for a Personalised Ranking of British Universities. Portsmouth:University of Portsmouth

Anda mungkin juga menyukai