Anda di halaman 1dari 7

I.

Pendahuluan Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) merupakan nama mata kuliah baru yang muncul berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti RI No 30/DIKTI/Kep/2003 yang implementasinya berdasarkan surat edaran Dikti No 1058/D/T/2003. Dirjen Pendidikan Tinggi menetapkan kebijakan memasukkan ISBD dan Ilmu Alamiah Dasar (IAD) ke dalam kelompok MBB (Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat) Visi ISBD adalah berkembangnya manusia sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Misi ISBD adalah memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya. MBB, matakuliah dalam hal ini ISBD sebagai salah satu kelompok matakuliah dalam kurikulum inti yang minimal harus dicapai mahasiswa dalam penyelesaian suatu program studi yang berlaku secara nasional. Matakuliah ini diwajibkan kepada seluruh mahasiswa di seluruh perguruan tinggi tanpa terkecuali mahasiswa Fakultas Kedokteran. Mahasiswa-mahasiswa ini diharapkan mampu menjadi ilmuwan yang professional serta berfikir kritis, kreatif, memiliki apresiasi dan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai sosial dan budaya. Harus diakui bahwa semakin kompleks dan semakin terintegrasinya berbagai bidang kehidupan masyarakat sekarang membuat masalah kesehatan (yang merupakan tanggung jawab bagi seorang dokter) tidak lagi bisa dipisahkan dengan bidang kehidupan lain. Permasalahan kesehatan tidak lagi bisa diselesaikan dengan mengandalkan pendekatan biomedik namun membutuhkan pemahaman lintas disiplin ilmu, kajian yang kompleks akan permasalahan ekonomi, pendidikan, bahkan sosial budaya. Peran dokter yang sedemikian luas di masyarakat tidak lepas dari bekal hidup bermasyarakat dari seorang dokter. Bekal hidup tersebut haruslah dibina sedini mungkin. Oleh karena itu Ilmu Sosial Budaya Dasar diperlukan mahasiswa kedokteran untuk mendidik calon-calon dokter tersebut demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, berkarakter, memiliki moral, etika, dan patuh akan hukum, serta mempelajari budaya masyarakat yang berguna pada saat menjadi dokter kelak.

II. Pembahasan Ilmu sosial budaya dan dasar terdiri dari 2 aspek yaitu aspek sosial dan budaya a. Aspek Sosial Salah satu materi pembelajaran dalam ISBD adalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Boleh saja untuk bersikap individu namun harus ingat bahwa dokter dituntut untuk berhubungan luas dengan masyarakat. Dengan materi ini mahasiswa kedokteran dapat menempatkan posisinya kapan untuk menjadi makhluk individu dan kapan menjadi makhluk sosial. Dalam menjalankan perannya sebagai dokter setiap langkah harus diperhatikan demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya. Di dalam aspek sosial, apabila seorang dokter mau mempelajarinya akan terdapat keuntungan-keuntungan yang didapat khususnya dapat membuat diagnosis banding tentang terjadinya suatu penyakit, misalnya: 1) Usia: dokter dapat mengklasifikasikan penyakit-penyakit tertentu yang banyak terjadi pada usia muda seperti penyakit infeksi, dan usia tua seperti penyakit degeneratif 2) Jenis kelamin: Kanker payudara banyak terjadi pada wanita 3) Pekerjaan: Pekerja mebel memiliki risiko tinggi menderita penyakit akibat kerja seperti pneumokoniasis 4) Sosial ekonomi: Masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah lebih banyak menderita infeksi. Materi pembelajaran ISBD lainnya adalah pendidikan karakter dan manusia, nilai, moral, dan hukum yang penting untuk mahasiswa kedokteran pelajari. Di dalam kehidupan sosial, tenaga kesehatan khususnya dokter juga harus memperhatikan penilaian etis dan moral. Penilaian moral selalu menyangkut perilaku yang disengaja dilakukan seseorang. Apabila perilaku itu dilakukan secara tidak sadar maka ia tidak masuk dalam penilaian moral. Moral yang pengertiannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilai dan

norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Seorang tenaga kesehatan harus memiliki etika dalam menjalankan profesinya agar tercipta keharmonisan antara masyarakat dan tenaga kesehatan. Untuk itulah diperlukan pendidikan etika untuk calon dokter. Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah menjadikan calon dokter lebih manusiawi dan memiliki kematangan itelektual dan emosional. Para pendidik masa lalu memandang perlu tersedianya berbagai pedoman agar anggotanya dapat menjalankan profesinya dengan baik dan benar. Selain nilai-nilai yang muncul di masyarakat, timbul hukum-hukum yang tegas yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Seorang dokter pun tak luput dari jeratan hukum. Untuk itu, apabila dokter bekerja sesuai dengan standar profesi maka otomatis dia akan terhindar dari hukum. Hukum merupakan hal yang penting pada negara Indonesia sekarang ini, untuk itu seorang dokter harus berhati-hati untuk selalu berada dalam batasan aman sehingga ia terhindar dari jeratan hukum. Hal ini hanya dapat diwujudkan apabila telah terbentuk kepribadian dan karakter yang tinggi pada seorang dokter. b. Aspek budaya Di dalam materi ISBD juga terdapat Manusia sebagai makhluk budaya. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah CulturalDeterminism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
3

pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan

perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara trial and error guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman
4

empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern ,tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan menyusui bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh yang baik kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusukan bayinya dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian) bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi. Dalam menghadapi budaya-budaya yang kerap merugikan kesehatan masyarakat, dokter dituntut untuk peka dan bertindak kreatif untuk mencabut akar permasalahan kesehatan yang telah ada. Untuk meningkatkan kepekaan terhadap masyakat inilah dibutuhkan pendidikan sejak dini, yaitu ISBD untuk mahasiswa kedokteran.

III. Penutup Di dalam kehidupan sosial, tenaga kesehatan khususnya dokter harus memperhatikan penilaian etis dan moral. Penilaian moral selalu menyangkut perilaku yang disengaja dilakukan seseorang. Apabila perilaku itu dilakukan secara tidak sadar maka ia tidak masuk dalam penilaian moral. Moral yang pengertiannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Seorang tenaga kesehatan harus memiliki etika dalam menjalankan profesinya agar tercipta keharmonisan antara masyarakat dan tenaga kesehatan. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan. Hal ini tidak lain karena pngertian budaya itu sendiri mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kebiasaan. Setiap aspek dari kebudayaan diatas dapat dapat mempengaruhi budaya kesehatan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung, besar maupun kecil. Indonesia sebagai negara yang tinggi kebhinnekaannya, tentu memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks dari negara yang homogen atau mendekati homogen. Sebagai individu yang berperan dalam kesehatan masyarakat, pemahaman akan budaya masyarakat sangat penting dalam memecahkan permasalahan kesehatan masyarakat. ISBD hadir untuk mempelajari ilmu sosial dan budaya yang merupakan matakuliah yang wajib dipelajari mahasiswa yang berperan menjadikan mahasiswa memiliki karakter dan kepribadian yang baik. Selain itu ISBD juga membuat mahasiswa memahami kehidupan bermasyarakat. Sebagai calon dokter, mahasiswa kedokteran dibina sedini mungkin agar menjadi dokter yang berkarakter dan berkepribadian yang baik dan mampu hidup bermasyarakat, mampu menjadi ilmuwan yang professional serta berfikir kritis, kreatif, memiliki apresiasi dan kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan budaya. Oleh karena itu Ilmu Sosial Budaya Dasar diperlukan mahasiswa kedokteran untuk mendidik calon-calon dokter tersebut demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, berkarakter, memiliki moral, etika, dan patuh akan hukum, serta mempelajari budaya masyarakat yang berguna pada saat menjadi dokter kelak.

DAFTAR PUSTAKA Unit Pengembangan Teknis MPK Universitas Sriwijaya. 2010. Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Ilmu Sosial Budaya Dasar. Palembang: Universitas Sriwijaya Dikti. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No: 44/Dikti/Kep/2006 Abidin, M. Zainal. 2011. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pelayanan Kesehatan. (http://www.masbied.com/2011/09/09/pengaruh-sosial-budaya-terhadappelayanan-kesehatan/, diakses pada 26 Desember 2012) Daldiyono. 2006. Bagaimana Dokter Berpikir & Bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Qibtiyah, dkk.. 2011. Manusia Sebagai Makhluk Budaya. (http://www. diakses

ikma10fkmua.files.wordpress.com/2011/06/isbd-fix-1-selesai.docx/, pada 26 Desember 2012)

Anda mungkin juga menyukai