Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Jenazah Kata jenazah diambil dari bahasa Arab ( ) yang berarti tubuh mayat dan kata yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.[1]

B. Sikap Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal Sikap Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal adalah: a. menutup(memejamkan) matanya, b. menutup mulutnya,yaitu dengan mengikat dagu dan kepalanya, c. menutup badannya dengan kain agar auratnya tidak terlihat, d. diperbolehkan menciumnya sebagai tanda berduka cita, e. membayar utangnya, Dari Abu Hurairah,Rasulullah saw. bersabda: Diri orang mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Allah) karena utangnya,hingga utang itu

dibayar.(H.R. at- Tirmidzi) f. memberi tahu keluarga,kerabat,dan teman-temannya agar mereka segera mengurus,mendoakan dan menyhalatkannya, g. tidak melukainya,sebagaimana tidak melukai badan orang yang masih hidup, h. tidak mencelanya. C. Pemandian Jenazah Semua jenazah muslim yang wajib dimandikan kecuali muslim yang mati syahid, yakni yang terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir.

Dalil wajibnya memandikan jenazah ialah hadits Nabi SAW yang berkenaan dengan sahabat yang meninggal karena jatuh dari ontanya: Dari Ibnu Abbas Ia berkata: Tatkala seorang laki-laki jatuh dari kendaraannya lalu ia meninggal, sabda Beliau: Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara (atau dengan sesuatu yang menghilangkan daki seperti sabun). (H.R Bukhari dan Muslim).

Memandikan mayat hukumnya adalah fardhu kifayah atas musilmin lain yang masih hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang mengerjakannya, maka kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi muslimin selebihnya. Karena perintah memandikan mayat itu adalah kepada umumnya kaum muslimin Sedangkan muslim yang mati syahid tidaklah dimandikan walau ia dalam keadaan junub sekalipun, melainkan ia hanya dikafani dengan pakaian yang baik untuk kain kafan, ditambah jika kurang atau dikurangi jika berlebih dari tuntunan sunnah, lalu dimakamkan dengan darahnya tanpa dibasuh sedikitpun juga. Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Raslullah SAW bersabda Janganlah kamu mandikan mereka, karena setiap luka atau setiap tetes darah akan semerbak dengan bau yang wangi pada hari kiamat. Dan beliau menyuruh agar para syuhada dari perang Uhud dikubukan dengan darah mereka tanpa dimandikan dan disembahyangkan. Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan yaitu: 1. a. Orang yang utama memandikan jenazah Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya. b. Untuk mayat perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya. c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan

Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya. d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-

laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.[3] Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:

) ( Artinya: Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air. (H.R Abu Daud dan Baihaqi)[4] 2. a. b. c. d. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah Muslim, berakal, dan baligh Berniat memandikan jenazah Jujur dan sholeh Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya

sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.[5]

3. a. b.

Mayat yang wajib untuk dimandikan Mayat seorang muslim dan bukan kafir Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak

dimandikan c. d. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan Bukan mayat yang mati syahid [6]

4.

Tatacara memandikan jenazah

Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu: a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. b. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup. Air secukupnya. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian. Sarung tangan untuk memandikan. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil. Kain basahan, handuk, dll.[7] Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak

kelihatan. c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

d. e.

Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya

perlahan-lahan. f. g. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok

giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan. h. i. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan

wangi-wangian. j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota

tubuhnya. k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang

wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil. l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajid

dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja. m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur

kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi

kain kafannya. o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung

alkohol.[8]

D. Mengafani Jenazah Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah: 1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat. 2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

3.

Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat

perempuan 5 lapis. 4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain

kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu. 5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.[10]

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut: 1. a. Untuk mayat laki-laki Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas

serta setiap lapisan diberi kapur barus. b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain

kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian. c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin

masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar

sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut. e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau

lima ikatan. f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah

bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.[11]

2. a. b. c. d. e.

Untuk mayat perempuan Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu: a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan

letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. b. c. d. e. f. g. h. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. Pakaikan sarung. Pakaikan baju kurung. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. Pakaikan kerudung. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung

kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam. i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

E. Menyhalati Jenazah a. Syarat-syarat shalat jenazah 1. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani 2. Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyembahyangi,kecuali bila shalat dilakukan di atas kuburan atau shalat gaib. 3. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain,yaitu harus : suci dari hadas dan najis,suci badan tempat dan pakaian,menutup auratnya,dan menghadap kiblat. b. Rukun dan cara mengerjakan shalat jenazah Shalat jenazah tidak dengan ruku dan sujud,tidak dengan adzan dan iqamat. Caranya sebagai berikut. Sesudah berdiri seperti biasanya akan mengerjakan shalat, lalu mengerjakan : F.Menguburkan Jenazah Adapun tata cara menguburkan jenazah adalah: 1. 2. 3. Masukkanlah mayat dari arah kakinya, jika tidak ada kesulitan. Bagi mayat perempuan, ketika menguburkannya disunnahkan ditirai dengan kain. Bagi mayat perempuan yang memasukkannya kedalam kuburan hendaklah

muhrimnya.

4.

Letakkan mayat di lahat dalam posisi miring ke kanan dan mukanya menghadap ke

kiblat. Rapatkan ke dinding kuburan supaya tidak bergeser dan berikan bantalan di bagian belakang dengan gumpalan tanah agar tidak terbalik ke belakang. 5. Letakkan mayat di dalam kuburan dengan membaca doa Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah 6. 7. Lepaskan ikatan kain kafan di bagian kepala dan kaki mayat. Setelah selesai meletakkan mayat di dalam kuburan, terlebih dahulu mayat di tutup

dengan kabin (kepingan-kepingan tanah, papan) barulah di timbun dengan tanah. 8. Disunnahkan sebelum menimbun kuburan meletakkan tiga gengam tanah pada

bagian kepala, pinggang dan kaki.[17] Hal-hal yang dilarang dan dianjurkan melakukannya setelah kuburan ditimbun yaitu: a. b. c. d. e. f. Tinggikan kuburan (20 cm) dari tanah sebagai tanda bahwa itu adalah kuburan. Boleh memberi tanda kuburan dengan batu atau sejenisnya. Membundarkannya lebih baik daripada meratakannya. Haram membuat bangunan diatas kuburan, Makruh duduk dan berdiri di atas kuburan dan haram buang air di atas kuburan. Tidak boleh membangun mesjid di atas kuburan dan membuat jendela khusus ke

arah kuburan.[18] A. Kesimpulan Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah: a. Memandikan

b. Mengkafani c. Menshalatkan

d. Menguburkan Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:

a.

Memperoleh pahala yang besar.

b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim. c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya. d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masingmasing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati. e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

DAFTAR PUSTAKA Rahmani,Haidir Ali.Risalah Tuntunan Shalat Lengkap.Surabaya:Nuriah. Haludi,Khuslan,Abdurrohim Said.2007.Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam 2 untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas. Malang : Tiga Serangkai. Ahjad, Nadjih. 1991. Kitab Janazah. Jakarta: Bulan Bintang Lead,Makky.2008.[Tanpa Alamat Website]. Indoskripsi Penyelenggaraan Jenazah. (9 Mei 2008)

Anda mungkin juga menyukai