Anda di halaman 1dari 7

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal dalam bentuk respon perilaku seperti tidak dapat duduk tenang, bicara banyak sering meremas-remas tangan,sedangkan respon kognitif biasanya individu akan kesulitan berkonsentrasi, lapang persepsi menyempit dan respon yang lain seperti secara fisiologis nadi cepat, tekanan darah naik, sering nafas pendek. Respon individu terhadap kecemasan tidak sama meskipun ada faktor pencetus yang sama Rentang respon sehat sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif-maladaptif. Pada kecemasan kita mengenal empat tingkat kecemasan,yaitu cemas

ringan,cemas sedang,cemas berat dan panik. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.Cemas seperti ini sering dirasakan individu saat menunggu bis. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lebih selektive dalam memusatkan perhatian. Cemas sedang biasa terjadi dan dirasakan saat menghadapi soal-soal ujian. Pada cemas berat, fokus pada hal yang lebih detail dan spesifik, lahan persepsi mulai menyempit, kecemasan seperti ini 1

biasanya dirasakan individu saat melihat kecelakaan. Dan rentang respon yang paling maladaptif adalah panik, individu mulai kehilangan kontrol dan mengalami disorganisasi dari kepribadian (Frisch and Frisch,2002). Ada dua faktor yang dapat menjelaskan bagaimana cemas itu terjadi,yaitu faktor pendukung (predisposisi) dan faktor pencetus

(presipitasi). Untuk faktor predisposisi ada teori perilaku yang menjelaskan bahwa cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan (Stuart-Sundeen,1998). Sepanjang kehidupan, orang-orang akan senantiasa menghadapi perubahan dan kebutuhan dalam banyak hal, dan reaksi kecemasan bersumber dari respon individu terhadap situasi yang stressfull. Gangguan kecemasan, merupakan penyakit psikologis, dan mempengaruhi kira-kira 15 % dari populasi secara umum sepanjang kehidupan (Otong, 1995). Adanya perubahan status dalam diri mahasiswa dari remaja beranjak ke dewasa, maka akan bertambah juga tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapan ini. Banyak hal baru yang akan ditemui oleh mahasiswa di dunia kampus, baik yang menyangkut masalah akademik seperti perkuliahan, maupun non akademik seperti bersosialisasi

(Paryati.S,2004). Pada kondisi seperti ini, pola hidup yang tidak tepat akan membawa mahasiswa pada tingkat kejenuhan, kemalasan, kecemasan dan

kebosanan dalam belajar. Akibatnya mahasiswa akan mengalami masalah dengan prestasi belajar di kampus. Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indeks prestasi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan sebagainya (Saifuddin Azwar, 2004). Penilaian terhadap prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi, merupakan akumulasi dari nilai UTS, UAS dan tugas-tugas individu maupun kelompok. Sedangkan prosentase untuk nilai UAS adalah sekitar 50 % dari akumulasi nilai-nilai di atas. Sedangkan untuk sistem penilaian yang digunakan di Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang, 90% dari mata kuliah yang ada menggunakan sistem penilaian PAP (Penilaian Acuan Patokan) , di mana penilaian lebih ditujukan kepada program penguasaan bahan pembelajaran, bukan pada kedudukan mahasiswa di kelasnya. Salah satu konsep yang pernah dirumuskan oleh para ahli mengatakan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, salah satu faktor internalnya adalah psikologis (Azwar, 2004). Momentum yang paling kritis dan paling mencemaskan di kalangan mahasiswa adalah saat menghadapi ujian. Kecemasan, kesibukan belajar mulai meningkat, sebaliknya istirahat dan perilaku santai mulai menurun. Ketegangan psikologis, seperti rasa cemas, was-was mulai muncul dan rasa percaya diri semakin berkurang (Sudjana, 2005). Hal ini cenderung dialami oleh mahasiswa di manapun mahasiswa itu kuliah, berhadapan dengan ujian selalu menjadi situasi yang stresfull bagi mahasiswa. Demikian juga yang terjadi di Program D3 keperawatan

Universitas Muhammadiyah Malang, sebelum ujian mahasiswa selalu bertanya kisi-kisi soal, apa saja yang keluar, berapa jumlah soal ujiannya, bagaimana bentuk soal ujiannya, essay atau multiple. Dan mahasiswa relatif senang jika soal yang diberikan dalam bentuk multiple, mahasiswa selalu komentar dan berharap agar soal ujiannya jangan essay. Dan pada saat ujian mahasiswa selalu berebut tempat duduk untuk memilih tempat yang strategis, bagi mahasiswa, duduk dekat mahasiswa yang pintar bisa membantu dalam mengerjakan soal-soal ujian. Untuk sistem pengawasan pada saat ujian akhir semester ini berlangsung tidak begitu ketat, pengawas ujian cenderung percaya kepada mahasiswa, dan menganggap mahasiswa akan jujur dalam mengerjakan soal ujian. Akan tetapi jika pengawas ujian menemukan hal-hal yang mencurigakan, maka pengawas akan memperketat pengawasannya dan melakukan penggledahan kepada semua mahasiswa. Dan dari data evaluasi belajar didapatkan ada penurunan yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.Angkatan 2002 untuk semester I ratarata prestasi belajar yang diperoleh adalah 2,63, sedangkan angkatan 2003 untuk semester I adalah 2,51, dan angkatan 2004 untuk semester I adalah 2,38. Demikian halnya dengan semester lainnya. Oleh karena itu, dari beberapa hal di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prestasi Belajar pada mahasiswa Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pada mahasiswa Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum : Mengetahui adakah hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat 3 Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. 1.3.2 Tujuan khusus: 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat III sesudah menghadapi Ujian Akhir Semester 5 (UAS) 2. Mengidentifikasi prestasi belajar (Indeks Prestasi) pada mahasiswa tingkat III setelah menempuh ujian akhir semester 5. 3. Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat III.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi bidang keperawatan Sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama lingkup keperawatan jiwa, khususnya keperawatan jiwa remaja dengan kecemasan. b. Bagi Bidang pendidikan keperawatan

Sebagai

dasar dalam

pelaksanaan

bimbingan

konseling

terhadap

mahasiswa-mahasiswa yang bermasalah dalam prestasi belajar. c. Bagi Mahasiswa Sebagai bahan masukan dan upaya untuk menata kembali bagaimana teknik belajar yang efektif agar terjadi peningkatan dalam prestasi belajar. d. Bagi peneliti Sebagai dasar untuk menentukan intervensi berikutnya dalam

mengembangkan asuhan keperawatan jiwa gangguan kecemasan pada mahasiswa. e. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan masukan untuk mencari korelasi berikutnya terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Dan mencari perbedaan tingkat kecemasan terhadap tiap mata kuliah.

Anda mungkin juga menyukai