Anda di halaman 1dari 12

Penyebab splenomegali Pembesaran limpa merupakan temuan patologi yang umum dan penting.

Pembesaran pada pulpa merah terjadi karena adanya peningkatan jumlah sel-sel fagosit dan atau peningkatan jumlah sel darah. Pada infeksi yang bersifat kronis, hiperplasia jaringan limfoid dapat ditemukan. Terdapat 5 penyebab terjadinya pembesaran limpa (splenomegali), yaitu: 1. Infeksi Pada kasus infeksi bakterial yang bersifat akut, ukuran limpa sedikit membesar. Pembesaran terjadi akibat peradangan yang menyebabkan peningkatan infiltrasi sel-sel fagosit dan sel-sel neutrofil. Jaringan atau sel-sel yang mati akan dicerna oleh enzim, sehingga konsistensi menjadi lembek, apabila disayat mengeluarkan cairan berwarna merah, bidang sayatan menunjukkan warna merah merata. Permukaan limpa masih lembut dan terlihat keriput. Peradangan dapat meluas sampai dengan kapsula limpa yang disebut sebagai perisplenitis dengan atau tanpa disertai abses. Pada infeksi kronis non-pyogenik, pembesaran yang terjadi melebihi ukuran limpa pada infeksi akut. Konsistensi mengeras, bidang sayatan memperlihatkan adanya lymphoid aggregates, pulpa merah banyak mengandung sel-sel fagosit yang didominasi oleh sel plasma. 2. Gangguan Sirkulasi Gangguan sirkulasi dapat menyebabkan kongesti buluh darah pada limpa. Keadaan kongesti limpa ini dapat disebabkan oleh 2 kondisi utama, yaitu gagal jantung kongestif (CHF/ Congestive Heart Failure) dan sirosis hati (Hepatic Cirrhosis). Kondisi gagal jantung (dilatasi) menyebabkan kongesti umum/sistemik buluh darah balik, terutama vena porta hepatika dan vena splenik. Keadaan ini mengakibatkan tekanan hidrostatik vena meningkat dan mengakibatkan terjadinya pembesaran limpa. Pada kondisi sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga menyebabkan pembesaran limpa. Pembesaran limpa yang diakibatkan oleh sirosis hati ini dapat disertai penebalan lokal pada kapsula. 3. Degenerasi dan Storage Disease Lesio tipe ini jarang ditemukan. Contohnya: Amiloidosis, Lipid Storage Disease dan kelainan glycogen storage. 4. Neoplasma/tumor Dapat bersifat primer dan sekunder. Pada kondisi primer, sel-sel onkogenik limpa secara primer tumbuh menjadi sel tumor. Kondisi sekunder pada umumnya terjadi karena pengaruh pada saat penyebaran (metastatik) sel tumor limfoma dan leukemia. 5. Kelainan Sel Darah Pembesaran limpa akibat kelainan darah dapat disebabkan oleh produksi sel-sel darah abnormal (contohnya pada kasus anemia hemolitika yaitu idiopathic trombositopenia), pada leukemia dan limfoma, serta pada gagal sumsum tulang kronis karena fibrosis atau infiltrasi sekunder sel tumor.

Different ulcer diseases appear in different sites of the gastrointestinal tract and in the same way management varies in spite the fact that certain symptoms may present itself in the same manner. Ulcer or Peptic Ulcer Disease (PUD) is defined as erosion in the gastric mucosa that is clinically manifested by hyperacidity and severe upper abdominal pain. PUD is often associated with the presence of Helicobacter Pylori, a bacterium that lives in the acidic environment of the stomach; or the chronic use of medications like aspirin and NSAIDs (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) and the lack or too much of food affects the secretion of gastric juices in the stomach. Of the four classifications of PUD, the most common is duodenal ulcer followed by gastric ulcer. To differentiate the two ulcers, take a look at the symptoms they present: 1. Both ulcers are characterized by abdominal, usually epigastric pain; the difference is that gastric ulcer presents pain that radiates to the left where the stomach is located while duodenal pain radiates to the right where the duodenum is located. 2. Food intake relieves duodenal ulcer while gastric ulcers are aggravated by it. 3. Both ulcers present a feeling of being bloated and abdominal fullness. 4. Gastric ulcer is often associated with lack of food, that is why it has been tagged as the poor mans ulcer, while duodenal ulcer as the executives ulcer who is well nourished but with high levels of gastric juices related to stress.

Sistem Digestivus Pendahuluan Sistem Digestivus atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus. 1. Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Pencernaan Proses pencernaan melibatkan berbagai organ di dalam tubuh dari mulut sampai anus. Organorgan tersebut kemudian membentuk system saluran cerna. 1. Mulut dan Esofagus Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke

dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung. Proses kimia dan fisiologi di dalam mulut Air liur menghaluskan makanan dan menjadikannya lebih mudah ditelan. Air liur mengandung enzim, yaitu ptialin dan amilase liur. Enzim ini menghidrolisiskan kanji menjadi maltosa Lidah membuat gumpalan makanan menjadi bolus dan mendorongnya ke arah faring. Sewaktu menelan, lidah mendorong makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus. Langitlangit(Laring) menghalangi makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak melalui esofagus secara peristaltik. 2. Esofagus(kerongkongan) Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltic. 3. Gaster(lambung) Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 4 bagian yaitu kardia, fundus, corpus(badan) dan pilorus. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida (HCl), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. 4. Duodenum, jejunum dan ileum Dari Gaster makanan disalurkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa centi pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus terdapat pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu

melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik. Pada usus kecil, menghasilkan enzim: a. Erepsin (peptidase) yang menghidrolisis peptida menjadi asid(asam) amino b. Maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa c. Sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa d. Laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa 5. Hepar, Pancreas dan Vesica velea 1. Hepar Hepar merupakan organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang mempunyai banyak pembuluh darah kecil-kecil(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah dalam 2 cara: bakteri dan partikel asing lain diserap dari usus dan dibuang, berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Proses tersebut berlangsung dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati. Digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu. 2. Vesica velea Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus communis. Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan. Empedu memiliki 2 fungsi penting: membantu pencernaan dan penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut: - Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.

- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya. - Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan. - Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh. - Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu. Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di colon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. 3. Pancreas Terdiri dari 2 jaringan dasar: o asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan. o Pulau pankreas, menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum. Colon(usus besar) Usus besar terdiri dari: colon asendens (kanan), colon transversum, colon desendens (kiri) dancolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. 6. Rectum dan Anus Rectum merupakan ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon desendens. Jika colon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup. 2. Mekanisme Sistem Pencernaan Karbohidrat Sebelum karbohidrat dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka karbohidrat harus dipecah menjadi persenyawaan yang lebih sederhana (monosakarida) untuk dapat melewati

dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Absorpsi Karbohidrat dalam Usus Halus Karbohidrat diserap usus halus dalam bentuk monosakarida. Karbohidrat diserap melalui mekanisme pompa yang membutuhkan energi (ATP) dan perlu bantuan carrier ion Na (transporting agent). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan karbohidrat: 1. Hormon insulin yang akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel. Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan , akibatnya akan mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati. 2. Tiamin (vit B1), piridoksin, asam panthotenat, hormon tiroksin berperan besar dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat. Protein Absorpsi Protein dalam Usus Halus Sebagian besar protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino, proses ini terjadi sebagian besar dalam jejenum. Asam amino (transport aktif) melewati sel epitel pada villi. Asam amino keluar dari sel epitel (difusi) kapiler darah. Penyerapan sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan dipeptida dan tripeptida sel epitel (transport aktif). Sebagian besar dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel epitel (difusi) kapiler darah dalam villi. Asam amino dari kapiler diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatica. Asam amino dibebaskan oleh sel hati jantung seluruh tubuh melalui aliran darah. Lipid Pencernaan Sebagian besar pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus. Langkah pertama, proses pengolahan asam lemak netral (trigliserida) yang terdapat melimpah pada makanan oleh garam-garam empedu. Garam-garam empedu memecah globula lemak ke dalam bentuk droplet-droplet yang berdiameter 1 m. Droplet bercampur dengan garam empedu membentuk gumpalan yang disebut micelles. Langkah kedua, enzim yang disekresi oleh getah pankreas yaitu pancreatic lipase menghidrolisis setiap molekul lemak menjadi asam lemak dan monogliserida yang merupakan produk akhir pencernaan lemak. Absorpsi Lipids dalam Usus Halus Absorpsi lipids terutama terjadi dalam jejenum (bagian tengah usus halus). Lipids diabsorpsi oleh usus halus dalam bentuk monogliserida, asam lemak rantai pendek dan asam lemak rantai panjang. 3. Gangguan Sistem Digestivus Banyak faktor penyebab gangguan pada istem pencernaan, antara lain pola makanan yang salah, infeksi bakteri, atau karena adanya kelainan pada alat pencernaan makanan. Beberapa gangguan tersebut antara lain sbb. 1). Karies

Terjadi dalam rongga mulut pada gigi yang tidak terawat. Karies terjadi karena adanya penumpukan sisa makanan pada gigi yang difermentasikan oleh bakteri menyebabkan lubang pada gigi. 2). Sariawan Diawali dengan timbulnya luka kecil dalam rongga mulut. Bil tidak segera disembuhkan, sariawan dapat mengganggu pencernaan makanan di dalam mulut. Pencegahannya dilakuakan dengan mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang cukup. 3). Apendisitis Yaitu terjadi peradangan bagian apendiks ( umbai cacing ) karena infeksi bakteri. 4). Diare Disebabkan oleh protozoa atau bakteri, sehingga terjadi gangguan penyerapan air di usus besar. Akibatnya, ampas makanan yang dikeluarkan berwujud cair. 5). Enteritis Peradangan pada usus halus atau usus atau usus besar karena infeksi oleh bakteri. 6). Konstipasi atau sembelit Gejalanaya sulit buang air besar karena penyerapan air di kolon terlalu banyak 7). Ulkus ( radang lambung ) Peradangan pada dinding lambung akibat produksi asam lambung lebih banyak dari jumlah makanan yang masuk atau karena infeksi oleh bakteri. 8). Parotitis ( gondong ) Peradangan pada kelenjar parotis karena infeksi virus. 9). Kanker lambung Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan, merokok, dan sering mengkonsumsi makanan berbahan pengawet. 10). Kolitis ( radang usus besar ) Gejalanya berupa diare, kram perut, atau konstipasi, bahkan dapat terjadi luka atau pendarahan di usus. 4. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik mempunyai 4 tahap pemeriksaan, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Inspeksi. Pada pemeriksaan ini hanya untuk melihat kulit (warna, lesi, dan sikatrik), bentuk abdomen (cembung, cekung, rata), dsb. Palpasi. Pada pemeriksaan ini, pasien diminta untuk menekuk lutut membentuk sudut 45-60 derajat agar otot abdomen teregang sehingga memudahkan pemeriksaan. Selanjutnya, dilakukan palpasi hepar, lien, ginjal dan pemeriksaan asites untuk mengetahui apakah ada kelainan dan rasa nyeri pada abdomen pasien.

Perkusi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan batas-batas hepar, lien, dan organ abdomen lainnya agar dapat mengetahui apakah ada perbesaran organ atau tidak. Auskultasi. Dalam pemeriksaan ini, kita dapat mendengar bunyi pada abdomen pasien, seperti normoperistaltik, hipoperistaltik, dan hiperperistaltik. Radiologi 1. Rontgen Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan: - suatu penyumbatan - kelumpuhan saluran pencernaan - pola udara abnormal di dalam rongga perut - pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa). 2. Sinar X pada Abdomen Sinar X pada abdomen berguna untuk mendeteksi ukuran, struktur, dan jaringan tubuh yang abnormal. Dalam pemeriksaan ini, prosedur yang harus dijalankan, antara lain: Asupan makanan dan cairan biasa tidak dibatasi. Pakaian dilepaskan dan pasien hanya menggunakan gaun kertas atau kain. Pasien berbaring pada posisi terlentang dengan lengan terlentang di atas meja sinar X yang telah dimiringkan. 3. CT scan abdomen CT abdomen berguna untuk mendiagnosis tumor, obstruksi, kista, hematoma, dan kondisi lainnya yang terjadi pada abdomen. Zat pewarna kontras per IV dapat digunakan unutk meningkatkan visualisasi. Ginjal dan aliran urin mudah terlihat dengan zat kontras. 4. USG Perut USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video. 3. Laboratorium 1. Pemeriksaan Lipase (serum) Nilai normal: Dewasa : 114-286 U/l Anak : 20-136 IU/l Tujuan : mengetahui keberadaan pancreatitis akut atau gangguan pankreatitik lainnya. Prosedur : Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung tertutup merah. Cegah terjadinya hemolisis. Pasien dianjurkan untuk puasa, kecuali tetap diperbolehkan minum air selama 8-12 jam.

2. Pemeriksaan Amilase (serum) Nilai normal: Dewasa : 30-170 U/I Hamil : Sedikit meningkat Anak : tidak dapat dilakukan Tujuan : membantu dalam mendiagnosis pancreatitis akut dan masalah kesehatan lainnya. Prosedur : Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung tertutup merah Pasien dianjurkan tidak makan dalam waktu 1-2 jam sebelum pemeriksaan 3. Pemeriksaan Pepsinogen (serum) Nilai normal: Dewasa : 124-142 ng/ml Tujuan : menentukan penyebab gangguan lambung Prosedur : Pasien harus berpuasa selama 8-12 jam sebelum uji dilakukan. Kumpulkan 5-7 ml vena dalam tabuh tertutup merah 4. Pemeriksaan Urobilinogen (feses) Tujuan : membantu dalam menentukan kerusakan hati. Pada keadaam normal bilirubin tidak ada pada feses, kecuali pada bayi yang baru lahir. Keadaan abnormal jika terjadi diare berat. 5. Pemeriksaan Bilirubin (urine) Tujuan : untuk mendeteksi kelainan pada hati Prosedur : Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman Lakukan uji bilirubin urine dalam 1 jam. Jauhkan urine dari sinar ultraviolet. 6. Pemeriksaan Makroskopis Tinja Jumlah : 100-200gr/ hari Frekuensi : 1-2 kali/hari Warna : Kuning tua atau coklat Konsistensi : berbentuk dan lunak Tidak mengandung lendir, darah, dan pus 7. Pemeriksaan Mikroskopis Tinja Eritrosit : normal ada di dalam feses Leukosit : normal tidak ada Sisa makanan : serat daging, tumbuhan, butir lemak Kristal : normal (calcium oksalat, tripel fosfat), abnormal (hematoidin, kristal Charcoat Leyden) Makrofag : ukuran lebih besar dari leukosit, berinti satu, daya fagositosis 8. Parasentesis Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan. Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius

lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut. 2.2.2.2. Vena Vena porta hepatis bercabang dua menjadi dua cabang terminal yaitu ramus dexter dan sinister yang masuk porta hepatis di belakang arteri. Vena hepatica muncul dari pars posterior hepatis dan bermuara ke dalam vena cava inferior. 4,5,14,15 2.2.2.3. Sirkulasi Darah Melalui Hepar Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteri hepatica (30%) dan vena porta hepatis (70%). Arteri hepatica propia membawa darah yang kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme pencernaan yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal. Darah dari arteria dan vena dialirkan ke vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Vena centralis mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan vena-vena ini meninggalkan pars posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior5,14,15

Anda mungkin juga menyukai