Anda di halaman 1dari 8

UJI VIABILITAS BENIH (Laporan praktikum silvika)

Oleh Nur haryanto 1214151041

FAKULTAS PERTANIAN UN IVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu. Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian informal secara sederhana di persemaian.

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benihbenih yang berukuran sangat kecil, bahkan teknik pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk memudahkan dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran agak besar seperti sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) yang digunakan dalam praktikum. A. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum uji viabilitas benih adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. Agar mahasiswa mengetahui cara-cara uji viabilitas benih Agar mahasiswa mapu melakukan uji viabilitas benih pohon Agar mahasiswa mampu menganalisis hasil uji viabilitas benih pohon hutan

II TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai strukturstruktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme (Suresha et al., 2007). Perubahan katabolik terus berlangsung sejalan dengan semakin tuanya benih dan kemampuan benih untuk berkecambah juga menurun. Penurunan daya kecambah yang terukur, tidak segera terjadi setelah kemasakan tercapai. Pada kondisi penyimpanan yang menguntungkan, awal kemunduran mungkin terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan, macam benih, serta kondisi penyimpanan sebelumnya. Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih dan di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan (Kuswanto, 1997).

Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akanmenyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir yanga me nyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih, memerlukan kon disi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tanam an tergantung pada upaya pemecahan dormansinya. Vigor benih dapat menjadi infor masi penting untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal d -an sub optimal (Shankar, 2006). Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisio- logis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisi

ologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen (Al-Karaki, 2002).

A. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji viabilitas benih ini yaitu bahan yang digunakan meliputi benih lamtoro, air biasa,dan kertas saring. Sedangkan alat yang digunakan meliputi lembar kerja, pisau / cutter, loupe, gelas plastik, timbangan dan seed blower. B. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum uji viabilitas benih adalah sebagi berikut. 1. Uji viabiltas berdasarkan berat. a. Mengambil 1 gram benih lamtoro sebagai sampel b. Hitung jumlah benih sebelum diuji c. Masukan benih kedalam gelas, kemudian diberi air dengan volume lebih kurang 2 kali volume yang direndam d. Sisihkan benih yang tertampung dari benih yang tenggelem / melayang, masingmasing ditarunh pada kertas saring

e. Amati morfus benih yang tenggelam / melayang, catat perbedaan- perbedaan secara fisik yang tampak f. Hitung jumlah benih yang tenggelam / melayang. Kemudian nyatakan berapa persen benih yang viabilitasnta jelek 2. Uji viabilitas berdasarkan kondisi endospermnya a. Mengambil 10 butir benih lamtorosebagai sampel untuk uji viabilitasnya b. Selanjunya benih dibelah longitudinal atau sejajar bidang yang pipih c. Lalu diamati kondisi endosperm masing-masing benih d. Hitung berapa jumlahbenih yang endospermnya bagus, nyatakan dalam persen terhadap jumlah benih sampel

B. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Adapun hasil praktikum uji viabilitas benih dari pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. no Benih pohon Cara uji viabilitas Jumlah benih yang diuji viabilita snya

Lamtoro (laucaena leucocephla)

Berat

20

Baik Butir 19

% 95%

Jelek Butir 1

% 5%

Kondisi endpan

10

60%

40%

B. Pembahasan

Suresha, N.L., H.C. Balachandra, H. Shivanna, 2007. Effect of seed size on germination viability andseedling biomass in Sapindus emerginatus (Linn). Karnataka Journal of Agricultural. Science 20(2):326-327.

Shankar, U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early seedling growth in Hollong (Dipterocarpus macrocarpus vesque). New Forests 31(2):305320.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogjakarta.

Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake, germination and growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.

Anda mungkin juga menyukai