Anda di halaman 1dari 8

TUGAS LANDASAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hardi Suyitno, M.Pd

Disusun Oleh : Septian Adi Purnomo PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN DASAR MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 ( 0103512083)

Strategi untuk memulai pemikiran filosofis


Bagaimana mungkin untuk mengajar siswa untuk berpikir? Neubrand telah menunjukkan bahwa berpikir tidak mudah untuk diajarkan, malah sebaliknya. Pemikiran merupakan tugas yang sangat pribadi dari pembelajar itu sendiri, ya itu adalah tanggung jawabnya . Tetapi guru dapat menyediakan kesempatan dan rangsangan berpikir ( Neubrand 2005) Penelitian Pendidikan matematika telah membuat banyak usaha untuk mengembangkan bahan-bahan dan tugas yang berorientasi pemikiran yang menstimulasi pemikiran pada level matematikawan dan mengerjakan pekerjaan seperti matematikawan . Bahkan untuk pemikiran pada taraf tinggi, mungki memformulasikan tugas-tugas berorientasi pemikiran sebagiamana contoh berikut. Contoh 1: Pangeran Kecil dan Angka Siswa saya yang kelas kelas 5 mengerjakan tugas yang dtunjukkan pada gambar 2. Jelas peranan matematika dalam komunikasi sehari hari dapat dipikirkan lebih dalam oleh siswa yang lebih tinggi kelasnya dan contoh-contoh yang meyakinkan telah diberikan oleh Lengingk. Bagaimanapun jawaban jawaban siswa kelas lima saya membuat saya optimis bahwa peranan tentang peran gambaran kuantitatif dalam masyarakat dapat dan seharusnya diterapkan pada setiap umur.

Pangeran kecil bertanya tanya mengapa orang dewasa menyukai angka. Ketika anda mengatakan kepada mereka bahwa anda telah memilki teman yang baru, mereka tak akan pernah menyatakan banyak hal-hal penting. Mereka tak akan pernah mengatakan kepada anda: Seperti apa suara dia?? Permainan apa yang paling disuka??? Apakah dia megoleksi kupu-kupu??? tidak tapi sebaliknya mereka bertanya :berapa umurn dia?? Berapa banyak saudara laki-lakinya, berapa beratnya?? Berapa banyak penghasilan orang tuanya??. Hanya dari angka tersebut mereka telah belajar tentang dia. Jika anda berkata kepada orang dewasa Saya melihat rumah yang bagus yang terbuat dari batu bata merah dengan geranium pada jendela dan merpati pada atapnya, mereka tidak akan dapat mendapatkan gambaran mengenai rumah itu. Anda seharusnya harus mengatakan kepada meraka: Saya telah melihat rumah yanh harganya US 20.000, maka mereka akan mengatakan Alangkah bagusnya rumah itu (De Saint Exupery 1943, Chapter 4). Pertanyaan 1 Carilah contoh-contoh lain yang mana orang dewasa mengekspresikan sesuatu dengan

angka 2 Apakah anda memilki pendapat mengapa orang dewas sangat menyukai angka angka?? Apa keuntungan dengan mendeskripsikan suatu genomena dengan angka?? 3 Mengapa pangeran kecil sangat kritik terhadap orang dewasa yang mencintai angka?? Apakah anda setuju dengannya?? Mengapa/tidak?? Dapatkah anda bisa menemukan sebuah contoh dimana deskripsi dengan angka adalah suatu masalah??

Jawaban dari para siswa 1 Sebagai contoh di toko anda sendiri, kita dapat mengatakan kedai bunga, tetapi orang dewasa sering mengatakan 7c atau sesuatu yang lainnya 2 Barangkali , karena mereka percaya bahwa itu akan lebih cepat dan mudah atau menjelaskannya lebih jelas. Atau bahwa segala sesuatunya lebih terurut dan anda memilki pandangan yang lebih baik. Atau bahwa segala sesuatunya lebih terstruktur atau bahwa anda dapat belajar lebih baik dengan angka. Barangkali itu hanya karena mereka percaya bahwa mereka dapat mengingatnya lebih baik daripada menuliskannya. 3 Karena dia memilih suara dari kata-kata daripada salah satu angka. Barangkali karena angka terlalu sering digunakan. Atau karena tidak ada angka di negerinya dan mungkin terdengar sangat sangat aneh. Saya setuju dengan pangeran kecil karena saya percaya bahwa kalimat tanpa aangka terdengar lebih baik. Dan saya pikir bahwa mereka terlalu sering digunakan dan tanpa angka itu akan lebih pasti. Tetapi untuk perhitungan dan pembelajaran angka-angka sangat membantu praktis dan cerdas. Saya pikir bahwa untuk beberapa orang angka angak tidak berarti apa-apa dan mereka tak dapat membayangkan apa-apa. Meskipun contoh itu menunjukkan beberapa cara untuk memulai pemikiran pada level tinggi dengan pengaturan belajar yang telah disiapkan, kita harus berhadapan dengan banyak masalah yang mana banyak isu-isu dari pemkiran-pemikiran filosofi yang secara alami jauh dari persoalan dan minat siswa setidaknya pada pandangan pertama. Itu mengapa tidak selalu mudah untuk mengikuti perintah pedagogik yang penting untuk menghubungkan semua pemikiran kepada siswa sebelum pengalaman dan persoalannya. Salahsatu ide penting dalam mengatasi kesulitan ini adalah tidak mengenalkan semua pemikiran filosofis secara terencana di awal muka. Pendekatan yang lebih efektif dan berorientasi siswa adalah untuk mengambil kesempatan yang berubah yang muncul dalam interaksi normal di depan kelas. Misalkan diberikan contoh dari prinsip-prinsip pemikiran yang berubah (cf. Prediger 2004 untuk sebuah argumen yang detail dan contoh-contoh yang lebih jauh).

Contoh : Lissa, Matt, dan Onthologi dari Objek Matematika Ini adalah sebuah pelajaran tentang interpretasi secara geometri dari solusi sistem

persamaan linera dua peubah di kelas 9 (siswa berusia 15 tahun) pertanyaan : apa yang terjadi jika kita mempunyai dua persamaan dari dua gris lurus sejajar?? Lisa: Garis tidak akan berpotongan, sehingga tidak ada sebuah solusi Matt : Tidak, itu berpotongan Lisa : Tidak, keduanya tidak akan berotongan. Mungkin jawaban milikmu tidak sejajar Matt: Itu akan berpotongan meskipun sangat sangat jauh (menggambar sebuah titik potong pada meja di luar kertas )

Setelah mendengarkan sedikit kontroversi ini, guru memediasi kontroversi itu dengan mengadopsi titik sudut pandang dan meminta keduanya apa status ontologi dari garis yang diberikan guru 1: saya mempunyai kesan bahwa anda tidak sedang membicarakan objek yang sama bukan? Sebenarnya apa anda membicarakan tentang apa? Dimana kah mereka berada??

Dengan alat klarifikasi pertanyaan, kedua siswa menyadari bahwa untuk lisa, garis lurus sejajar adalah konstruksi teori dengan sifat yang ideal., sedangkan matt berfokus pada gambar yang tergambar pada selembar kertas. Tidak seperti konstruksi ideal, gambar yang tergambar memiliki eksistensi di dunia nyata dan dengan status ontologi mereka sungguh selalu berpotongan.

Dengan pertimbangan ini, siswa terlibat dalam diskusi tentang kontroversi ontologi yang mana keduanya terkenal dalam filosofi matematika Banyak pertanyaan yang dapat muncul dalam diskusi semacam ini, seperti: 1 Jenis objek apa saja yang dapat kita nyatakan dengan matematika 2 Mana yang membuat kita tertarik 3 Ontologi yang mana yang cocok agar siswa tertarik sejak pertemuan awal dengan persamaan linear Dimulai dari masalah didalam matematika (apakah garis sejajar memiliki titik potong), situasi ini membawa pada pertimbangan ketertarikan filosofi. Situasi ini memberikan kesempatan untuk mendapatkan dinamika pemikiran bahwa pertanyaan ontologi tentang garis asal disini bukan untuk sesuatu yang dipelajari tetapi adalah alat penting untuk mengklarifikasi kontroversi matematika yang terus menerus.

Seperti situasi ini, pemikiran filosofi dapat sering kali dapat membantu untuk mengklarifikasi perbedaan sudut pandang yang berbeda. Pendekatan pemikiran penting lainya adalah melalui perasaan dan pemikiran sendiri. (prediger 2005, dimana ide ini adalah

diuraikan secara intensif). Satu contoh akan menggambarkan ide ini.

Contoh 3: Anne dan Kehilangan akses pribadi terhadap Kalkulus Aljabar

Saat menyelesaikan pertanyaan aljabar di kelas 10, Anne siswa kelas 10 menanyakan kepada saya dalam mood yang frustasi apakah semua transformasi ini harus dikerjakan oleh saya?? Anne memperoleh hasil yang cukup baik dalam bagian teknis tetapi sedang mencari sendiri terhadap aturan dan teknik-teknik jawaban pertama saya dengan contoh-contoh sejenis untuk penerapannya (yangmenunujukkan penggunaan praktis untuk pemecahan masalah) tidak dapat myakinkannya. Sehingga kami melanjutkan diskusi mengapa dia menganggap persamaan transformasi tidak ada hubungannya dengan dia sendiri. Kita dapat mendekati inti dari masalah itu: Ketika saya menyelesaikan persamaan itu, saya seperti sebuah mesin. Saya bahkan tidak perlu mulai berpikir secara nyata. Mengikuti Ide dari Sebuah mesin, Kita dapat menjangkau sebuah tempat yang menarik: Kita menyadari bahwa itu adalah karakteristik yang penting dari transformasi aljabar yang dapat kita kerjakan tanpa berpikir, tanpa banyak interpretasi dari sintaks sintaksnya. Sungguh itu dapat digambarkan secara mekanik. Mereka memiliki aturan yang terpadu dan bebas dari segala macam arti dari konteks yang konkret. Itu mengapa Kramer berbicara tentang mesin simbolik dan menjelaskan perkembangan sejarah sebagai sejarah panjang dan sulit dari penggunaan simbol simbol mekanik, sebuah sejarah yang kita pelajari untuk bertindak sebagai mesin ketika mengoperasikan simbol (Kramer 1988,terjemahan saya). Dalam hal tertentu, dalam kalkulus mekanika adalah manusiawi dan karenanya hampir tidak mungkin ada akses pribadi. Tepatnya ini adalah Karakter namun menawarkan kesempatan yang sangat penting untuk menyalurkan pikiran kita.

Anne dapat mengalami pengalaman pelaksanaan ini secara langsung ketika kita mempertimbangkan kembali sebuah pertanyaan geometri (yang berkaitan tentang perubahan luas) yang telah kita selesaikan dengan persamaan aljabar. Kita mengalami bahwa itu mungkin secara teori mungkin untuk menginterpretasikan semua transformasi aljabar ke dalam konteks geometri, tetapi itu lebih sulit untuk dilakukan. Sekarang dia sudah mulai menilai pelaksanaan startegi dari perluasan berpikirnya. Pada saat yang sama Anne memperoleh kenyamanan yang besar dalam pengetahuan itu yang mana membutuhkan waktu lama dalam sejarah aljabar untuk mengembangkan kalkulus yang sesuai dengan nilai nilai manusia. Satu hal yang tak terduga bagi saya sebagai seorang guru, yaitu frustasi tentang

penyelesaian persamaan aljabar dan pencarian yang masuk akal dan memerlukan perkembangan yang penting dalam situasi ini. Dengan refleksi diri (Apa yang membuat saya tidak suka persamaan transformasi?) Anne datang pada sebuah kesadaran dari ide ide dasar matematika -algoritma- atau bahkan lebih umumnya operasi-operasi dasar yang teratur dan terpadu tanpa interpretasi. Ane telah melakukan sebuah pendekatan pertanyaan penting tentang hubungan antara manusia dan matematika dan bagaimana itu tearncam oleh mekanisasi. (predgier 2004 untuk pertanyaan filosofi) Seperti contoh ini pencarian yang masuk akal dari isi matematika telah sering dibuktikan agar menjadi titik awal yang bagus untuk pemikiran yang dapat (tapi belum tentu) menjadi lebih mendalam secara filosofi. Itu mengapa Fischer telah menggarisbawahi secara berulang peranan negosiasi tentang konstruksi individu yang masuk akal untuk pembelajarn matematika. Yang paling penting adalah prakondisi untuk mengaplikasikan prinsip prinsip yang tergambar dari pemikiran yang berubah ubah adalah kesadaran guru tentang potensi pemikiran yang mendasari pemikiran ini. Jika kesadaran ini tidak terbangun dengan baik, guru akan kehilangan kesempatan untuk mengeksploitasi situasi yang kaya akan pemikiran secara potensial karena mereka tergambar secara singkat dalam dua contoh. Itu mengapa artikel ini tidak ingin berhenti dengan memberikan ide ide tentang bagaimana untuk memulai pemikiran filosofis di dalam kelas. Itu bahkan lebih penting untuk membuat lebih jelas tentang posisi yang mendasari tujuan pendidikan matematika dan pemahaman matematika.

KESIMPULAN Dari artikel diatas penulis mencoba untuk menjelaskan tiga pendekatan dalam usaha menanamkan pemikiran filosofis dalam pembelajaran matematika. a Pendekatan materi dan tugas berorientasi pemikiran

Yaitu dengan memberikan tugas-tugas dan materi yang mengaitkan soal matematika dengan aktifitas kehidupan sehari-hari. b Pendekatan The Principle Situational Reflections

Yaitu dengan memberikan tugas dan masalah matematika, kemudian Siswa diajak diskusi dengan teman-temannya, setalah itu guru memediasi jika ada suatu kontroversi di tengah diskusi dengan memberikan sudut pandang tentang masalah tersebut. c Pendekatan Questions for Sense and Self Reflections

Yaitu dengan memberikan suatu masalah matematika sambil menghadirkan perasaan ketika mengerjakan matematika sambil menghubungkan masalah matematika

Anda mungkin juga menyukai