OLEH : SGD 2
PANDE KADEK PURNIWATI NI PUTU UTAMI RAHAYU NI NYOMAN SUKMA PRATIWI PUTU ANGGI MASENI KUSWANDARI I NYOMAN TRIYAN PUTRA NI MADE JUNIARI PUTU DESSY SAVITRI DEWI NI NYOMAN AYU SUCIYANTHI PUTU EKA DRYASTITI EDY WIRAWAN I GEDE SUKMA ARICIPTA (0902105002) (0902105004) (0902105006) (0902105010) (0902105012) (0902105014) (0902105018) (0902105022) (0902105029) (0902105032) (0902105061)
LEARNING TASK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT RABU, 14 NOVEMBER 2012 SGD 1-4 Tn. Ferdinand 43 th masuk ke IGD dengan penurunan kesadaran, gelisah, nafas stridor, keringat dingin dan akral dingin. Keluarga mengatakan klien memiliki riwayat Diabetes Mellitus. Hasil laboratorium Gula Darah Random (GDR): 40 mg/dL. Pertanyaan : a. Uraikan tindakan yang dilakukan diseting gawat darurat pada klien (intrshospital)! Jawab: Penatalaksanaan intrahospital pada kasus : Penatalaksanaan pada kasus yang pertama cek kesadaran dengan GCS dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi : 1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab 2. 3. 4. semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. 5. 6. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya). Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
Untuk sirkulasi bisa terapkan Konsep A : Airway dengan proteksi servikal B : Breathing dengan oksigenasi dan ventilasi C : Circulation dengan kontrol perdarahan Karena pasien mengalami sesak dan terdengar suara nafas stridor bisa dilakukan pemasangan OPA (Oroparingial airway) untuk memberikan ventilasi pada pernapasan pasien. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang selama ini mendapat terapi glibenklamid sulfonilurea yang sering menimbulkan hipoglikemia. Selain konsumsi glibenklamid, kurangnya asupan makanan menyebabkan hipoglikemia terjadi pada pasien ini. Hipoglikemia juga dapat terjadi pada pasien diabetes tipe 2 pengguna insulin dengan dosis terapi yang tidak tepat. Pada kasus bisa diberikan infus dekstrose 10% dam injeksi bolus D40% 50 ml sebanyak 2 flakon yang meningkatkan GDS dari 40 mg/dl menjadi 108 mg/dl dan gejala-gejala hipoglikemia menghilang. Bila pasien pengguna agen antidibetik oral (glibenklamid), perlu dilakukan pengawasan kadar glukosa darah sampai obat glibenklamid diekskresi sepenuhnya oleh tubuh, karena sulfonilurea yang memiliki kerja panjang sehingga dapat menyebabkan episode hipoglikemia berulang. Terapi suportif diberikan terapi oksigen dengan dosis 2liter permenit (Anggita ,2011). b. Uraikan Patofisiologi yang mendasari kondisi klien! Jawab: Patofisiologi Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit, atau karena aktivitas fisik yang berat. Pasien diabetes dependen insulin mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadi hipoglikemia (Smeltzer & Bare, 2001). Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah. Gejala yang ditimbulkan pada kejadian hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak, misalnya tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul, dan koma (Price & Wilson, 2005). Mekanisme respon hipoglikemia, pada awalnya, tubuh secara otomatis memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepaskan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin akan merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per oral.
Pathway
Riwayat DM Kegagalan mengikuti antara pengobatan dalam kehidupan sehari-hari Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri PK hipoglikemia Deficit perawatan diri: mandi Deficit perawatan diri: berpakaian Merangsang pengeluaran epinefrin
Pemberian insulin berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit, aktivitas fisk yang terlalu berat
Insulin glukosa Hipoglike mia Menutup jalan napas Glukosa sebagai bahan bakar otak menurun Suara napas tambahan : stridor Kerusakan sel otak Ketidakefektifan bersihan jalan Penurunan napaskesadaran Risiko kerusakan integritas kulit PK penurunan kesadaran tekanan pada beberapa bagian tubuh
Sirkulasi oksigen ke perifer tidak adekuat Tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri Akral dingin
Bed rest dalam jangka waktu Meningkatkan kontraktilitas yang lama jantung Peningkatan curah jantung TD , nadi PK
Keluhan Utama
Tidak Paten Cairan Darah Gurgling Benda Asing Oedema Stridor Tidak ada Tidak Ada
Nafas
: Spontan
: Cepat : Teratur
Dangkal
Tidak Ada
Pernafasan Perut
N: 100x/mnt
: Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc : Elastis Lambat Tidak
Diaphoresis: Ya
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar Keluhan Lain: ... ... Masalah Keperawatan: Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer Risiko ketidak efektifan Perfusi jaringan otak Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma GCS Pupil DISABILITY : Eye ... : Isokor Verbal ... Unisokor Motorik ... Pinpoint Medriasis
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada Refleks fisiologis: Patela (+/-) Lain-lain Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain ... .. Kekuatan Otot : Keluhan Lain : Masalah keperawatan: PK: Penurunan Kesadaran
EXPOSURE
Lokasi ... ... Lokasi ... ... Lokasi ... ... Lokasi ... ... Lokasi ... ... Lokasi ... ... Lokasi ... ...
Jika ada luka/ vulnus, kaji: Luas Luka Kedalaman Lain-lain : ... ... : ... ... : ... ... Warna dasar luka: ... ...
Masalah Keperawatan: Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi FIVE INTERVENSI Saturasi O2 : % Kateter Urine : Ada Tidak
Sinus Takikardi
Pemasangan NGT : Ada, Warna Cairan Lambung : ... ... Pemeriksaan Laboratorium : GDR= 40
Tidak
mg/dl.
Lain-lain: ... ... Masalah Keperawatan: PK: hipoglikemi Nyeri : Ada Tidak Problem : ... ... Qualitas/ Quantitas : ... ... Regio : ... ... Skala : ... ... Timing : ... ... Lain-lain : ... ... Masalah Keperawatan: Keluhan Utama Mekanisme Cedera (Trauma) Sign/ Tanda Gejala Allergi Medication/ Pengobatan Past Medical History Last Oral Intake/Makan terakhir : : : : : : Riwayat Penyakit sebelumnya :
Event leading injury : Peristiwa sebelum/awal cedera (Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma) (H2) HEAD TO TOE Kepala dan wajah Leher Dada Abdomen dan Pinggang Pelvis dan Perineum : : : : :
Ekstremitas : teraba dingin Masalah Keperawatan: Jejas : Ada Deformitas Tenderness Crepitasi Laserasi : : : : Ada Ada Ada Ada
No 1
ANALISA DATA Data DS :DO : Nafas stridor pasien Interpretasi masalah Riwayat DM Hipoglikemia Glukosa sebagai bahan bakar otak menurun Kerusakan sel otak Penurunan kesadaran Lidah jatuh ke belakang Menutup jalan napas Suara napas tambahan : stridor Ketidakefektifan bersihan jalan napas Masalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas
epinefrin Vasokonstriksi Sirkulasi oksigen ke perifer tidak adekuat Akral dingin Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 3 DS : DO : Hasil lab Riwayat DM Gula Pemberian insulin berlebihan, konsumsi makanan yang Darah Random: terlalu sedikit, aktivitas fisk 40mg/dl yang terlalu berat Insulin menurun, glukosa meningkat Hipoglikemia PK Hipoglikemia DIAGNOSA 1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan kompleksitas regimen terapeutik yang ditandai dengan kegagalan mengikuti antara pengobatan dalam kehidupan sehari-hari PK Hipoglikemia
2. PK Hipoglikemia 3. PK Penurunan Kesadaran 4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas (spasme jalan napas) ditandai dengan adanya suara napas tambahan (stridor 5. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risikonya yaitu gangguan kondisi metabolik, perubahan turgor kulit, medikasi. 6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes mellitus ditandai dengan perubahan karakteristik kulit (akral dingin). 7. Defisiensi perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan kognitif ditandai dengan pasien tampak mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak lemah, tidak mampu memenuhi kebutuhan mandi. 8. Defisiensi perawatan diri : makan berhubungan dengan gangguan kognitif ditandai dengan pasien tampak mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak lemah, ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan makan, tidak mampu menelan makanan 9. Defisiensi perawatan diri: berpakaiam berhubungan dengan gangguan kognitif ditandai dengan pasien tampak mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak lemah, ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat. 10. Defisiensi perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan gangguan kognitif ditandai dengan pasien tampak mengalami penurunan kesadaran, pasien tampak lemah, pasien tampak tidak mampu melakukan hygiene berpakaian. 11. PK Hipertensi
Diagnosa Prioritas 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas (spasme jalan napas) ditandai dengan adanya suara napas tambahan (stridor 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes mellitus ditandai dengan perubahan karakteristik kulit (akral dingin). 3. PK Hipoglikemia
obstruksi jalan napas (spasme jalan napas) ditandai dengan adanya suara napas tambahan (stridor). Kriteria Hasil Setelah keperawatan diberikan selama x jam Intervensi asuhan NIC Label 1: Airway Management a. Buka jalan napas dengan teknik jaw thrust atau chin lift. b. Posisikan pasien agar jalan napas pasien paten (tanpa hambatan). c. Lakukan pemasangan oral atau nasopharyngeal tube. kembali normal ke (18d. Auskultasi bunyi napas pasien, untuk mengetahui tambahan. e. Monitor status respirasi dan saturasi oksigen pasien. adanya bunyi napas
diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan napas pasien teratasi dengan criteria hasil: NOC Label 1: Respiratory Status: Airway Patency a. RR pasien rantang 22x/menit) b. Ansietas klian berkurang dari skala 2 ke skala 4. c. Tidak terdapat bunyi napas tambahan NOC Label 2: Anxiety Level
a. Klien dingin
tidak
berkeringat
Prioritas 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes mellitus ditandai dengan perubahan karakteristik kulit (akral dingin). Kriteria Hasil diberikan Intervensi Asuhan NIC Label 1: Circulatory Care: Arterial a. Lakukan (memeriksa edema, penilaian nadi perifer, secara adanya kapiler,
Setelah
Keperawatan selama x jam Insufficiency diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi dengan criteria hasil: NOC Label 1: Tissue Integrity: Skin & Mucous Membranes a. Suhu kulit kembali normal (36,5-37,5C) NOC Label 2: Tissue Perfusion: Peripheral a. Suhu Kulit di ekstremitas kembali 37,5C). NOC Label 3: Vital Sign a. RR Klien Kembali normal (18-22x/menit). normal (36,5komprehensif pada sirkulasi perifer waktu pengisian
warna, dan temperatur). b. Posisikan ekstremitas pada posisi yang telah diatur perawat. c. Menambah suhu ruangan). d. Hindari pemberian sumber panas secara langsung pada bagian ekstremitas. e. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan. suhu yang hangat (tambahan pada seprai, meningkatkan
b. Tekanan
darah
sistolik NIC Label 2: Vital Sign Monitoring a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan. diastolic b. Monitor dan laporkan adanya tandatanda hipotermia atau hipertermia. c. Monitor RR dan irama napas. d. Monitor tambahan. e. Monitor adanya sianosis central maupun perifer. adanya bunyi napas
kembali ke rentang normal (100-120 mmHg) c. Tekanan Darah kembali ke rentang normal (80-90 mmHg)
Prioritas 3 : PK Hipoglikemia Kriteria Hasil Dengan diberikan diharapkan a. Klien pusing b. Klien tampak tidak lemah c. Tanda vita stabil TD : 100/60 140/90 mmHg Nadi : 60-100 x/mnt RR : 12-20 x/mnt hipoglikemia melaporkan Intervensi asuhan a. Pantau tanda-tanda vital b. Kaji dan laporkan konjungtiva dan membrane mukosa yang pucat tidak c. Kaji dan laporkan keluhan pasien tentang adanya keluhan pusing, lemah, d. Monitor status mental secara berkelanjutan. Kolaboratif : a. Berikan dengan cairan yang tepat atau kombinasinya: Awali pemberian cairan dekstrose 5% IV, jika pasien dapat
tidak berespon atau tidak dapat melakukan per oral. - Berikan dekstrose 50% : jika tidak berespon, ulangi; dekstrose 25% jika umurnya kurang dari 2 tahun.
EVALUASI i. Diagnosa 1: o NOC Label 1: Respiratory Status: Airway Patency a. RR pasien kembali ke rantang normal (18-22x/menit) b. Ansietas klian berkurang dari skala 2 ke skala 4. c. Tidak terdapat bunyi napas tambahan o NOC Label 2: Anxiety Level a. Klien tidak berkeringat dingin ii. Diagnosa 2: o NOC Label 1: Tissue Integrity: Skin & Mucous Membranes a. Suhu kulit kembali normal (36,5-37,5C) o NOC Label 2: Tissue Perfusion: Peripheral a. Suhu Kulit di ekstremitas kembali normal (36,5-37,5C). o NOC Label 3: Vital Sign a. RR Klien Kembali normal (18-22x/menit). b. Tekanan darah sistolik kembali ke rentang normal (100-120 mmHg) c. Tekanan Darah diastolic kembali ke rentang normal (80-90 mmHg) iii. Diagnosa 3: a. Klien melaporkan tidak pusing b. Klien tampak tidak lemah
c. Tanda vita stabil TD : 100/60 140/90 mmHg Nadi : 60-100 x/mnt RR : 12-20 x/mnt
d. Status mental composmentis e. Tidak pucat. f. Gula darah normal (120-140 gr/dl) d. Bagaimana penkes penanganan prehospital yang bisa dilakukan keluarga bila kejadian ini terulang lagi ! Jawab: Hal yang perlu diingatkan kepada klien atau keluarga klien adalah : a. Anjurkan klien untuk mengontrolkan diri ke puskesmas secara rutin untuk menghindari terulang kejadian yang sama. b. Jelaskan tentang diet DM pada klien dan keluarga c. Anjurkan keluarga untuk memberi atau menyajikan makanan sesuai diet dan konsultasi dengan ahli gizi. d. Jelaskan tentang batasan aktivitas dan istirahat untuk penderita diabetes mellitus e. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyebab hipoglikemia diabetes mellitus. Penyebab dari hipoglikemia adalah apabila pasien mengkonsumsi obat penurun gula darah golongan sulfonilurea atau menggunakan insulin dan kemudian melakukan salah satu aktivitas di bawah ini : o Terlambat makan atau tidak makan o Makan dengan karbohidrat (roti, nasi, kentang) yang kurang o Latihan jasmani yang terlalu keras dan terlalu lama dalam keadaan sakit o Dosis obat ataupun insulin terlalu banyak Perlu juga dijelaskan mengenai pencegahan dari hipoglikemia yaitu berupa :
1. Makan dengan porsi sedikit namun lebih sering. Usahakan interval antara makan tidak lebih dari 3 jam. 2. Mengonsumsi diet seimbang. Batasi protein hewani dan perbanyak makanan tinggi serat termasuk biji-bijian, buah dan sayuran. 3. Batasi makanan manis, terutama pada waktu perut kosong. 4. Hindari konsumsi alkohol dan minuman ringan bergula. 5. Bagi beberapa orang, terutama mereka yang telah menjalani operasi di bagian abdomen (bypass lambung atau operasi penyakit maag) diperlukan pengawan khusus oleh dokter. 6. Penting juga untuk memasukkan olahraga dalam rutinitas harian pasien. Health education yang dapat diberikan kepada klien : 1. Jika pasien bisa melakukan pemeriksaan glukosa darah sendiri: a. Makan dan minum sesuatu yang mengandung paling sedikit 15 gram karbohidrat b. Tunggu 15-20 menit menit, kemudian periksa glukosa darah lagi: Bila glukosa darah > 70 mg/dL dan waktu makan masih lebih dari 1 jam, makanlah camilan yang mengandung karbohidrat dan protein, misalnya: 5 buah biskuit dengan keju rendah lemak. Bila glukosa darah masih < 70 mg/dL segera ke dokter / Rumah Sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut. 2. Jika pasien tidak bisa melakukan pemeriksaan glukosa darah sendiri : a. Makan minum sesuatu yang mengandung paling sedikit 15 gram karbohidrat. b. Bila waktu makan masih lebih dari 1 jam lagi, makanlah camilan yang mengandung karbohidrat dan protein, misalnya 2 lembar roti dan keju rendah lemak. c. Pasien bisa mendapatkan asupan 15 gram karbohidrat dengan mengonsumsi: 4-5 tablet dekstrosa 2 sendok makan gula pasir
3 buah krakers gelas juice buah tanpa gula 3-4 buah permen (terbuat dari gula)
Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga dan klien : Selain itu, berikan juga pengetahuan kepada keluarga dan klien mengenai tandatanda hipoglikemia yaitu pusing, lemas, gemetar, berkeringat dingin, jantung berdebar, dan sebagainya. Apabila terjadi hipoglikemia, beritahu keluarga untuk menghentikan sementara pemakaian insulin atau obat penurun glukosa darah, selanjutnya konsultasi ke dokter. Bila pasien menggunakan insulin atau obat glibenklamid, perlu menepati jadwal makan 15-30 menit setelah suntik insulin atau minum obat. Bila belum sempat makan, carilah makanan pengganti atau camilan. Orang lanjut usia akan lebih mudah mengalami hipoglikemia bila tidak makan atau bila fungsi hati dan ginjal terganggu. Pada pasien yang menggunakan suntikan insulin, bila kadar glukosa darah agak rendah dan tidak melakukan aktifitas fisik, hindari menyuntik di daerah abdomen (perut) karena penyerapan insulin lebih cepat sehingga mudah terjadi hipoglikemia. Bila Klien Sedang Berolahraga : Penting bagi diabetesein (penderita diabetes) untuk dapat memeriksa kadar gula darah secara mandiri. Kadar glukosa darah sebaiknya diperiksa sebelum dan sesudah berolahraga. Bila saat olahraga timbul gejala hipoglikemia, hentikan olahraga kemudian lapor dokter atau pengawas olahraga. Jika Melakukan Perjalanan jauh Melakukan perjalanan dengan waktu yang cukup lama dapat mengubah pola makan obat atau penyuntikan insulin dan pola makan. Keadaan ini akan mempermudah terjadinya hipoglikemia. Untuk mencegahnya, sebaiknya pasien memeriksa glukosa darah dan kesehatan secara umum sebelum melakukan perjalanan. Juga sebaiknya membawa obat-obatan dan makanan kecil yang mengandung karbohidrat seperti biskuit & roti.
Bila Klien mengalami Hipoglikemia ingatkan keluarga untuk melakukan: 1. Berikan glukosa (gula) melalui mulut dalam jumlah yang banyak. Bisa dengan cara member air gula, teh manis, permen, atau makanan lain yang kita yakini mengandung gula. Bisa juga dengan memberikan roti, karena kadar glukosa dalam roti cukup tinggi. 2. Kalau korbannya tidak sadar, hal yang penting untuk diingat adalah jangan memberikan apapun lewat mulut. Karena bisa menyebabkan tertutupnya jalan nafas korban, akhirnya menyebabkan kematian Jika ada tenaga kesehatan dirumah, bisa memberikan dextrose 5% melalui infuse. Jika tidak ada, segera panggil ambulance atau tenaga kesehatan terdekat. Inti dari penanganan hipoglikemia adalah penanganan cepat dan tepat. Karena pada dasarnya P3K untuk hipoglikemi relatif mudah (kecuali pasiennya tidak sadar, maka harus didahului dengan prosedur Basic Life Support jika denyut nadi dan nafas terhenti. DAFTAR PUSTAKA Anggita. 2011. Penanganan Hipoglikemia Diabetika. (online)
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php? page=Penanganan+Hipoglikemia+Diabetika (diakses 14 November 2012) Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier. Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Oknurse.
2010.
Pemeriksaan
Kesadaran.
(online)
http://oknurse.wordpress.com/2010/07/13/pemeriksaan-kesadaran-mengukur-gcs/. (Akses 14 november 2012) Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2 . Jakarta : EGC Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC