Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kita selalu berhubungan dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala aktivitas kita. Tapi tahukah kita bahwa setiap benda itu memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah massa jenis benda tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga baik massa benda maupun volume benda makin besar. walaupun kedua besaran yang menunjukan ukuran benda tersebut makin besar tetapi massa jenisnya tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.

untuk menentukan volume benda dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan bentuk bendanya. untuk benda yang beraturan bentuknya dapat dilakukandenganrumusan yang sesuai, misal untuk bentuk kubus maka yang harus dilakukan adalah mengukur panjang sisi kubus, kemudian menghitungnya dengan rumusan sisi pangkat tiga. Sedangkan untuk benda tidak beraturan pengukuran volume dilakukan dengan cara memasukkan benda tersebut kedalam gelas ukur yang di isi dengan air dengan volume tertentu,kemudian diamati selisih volumenya. selisih volume tersebut adalah volume benda yang dimasukkan ke dalam gelas

ukur. setelah itu dapat dihitung berapa massa jenis benda dengan rumusan massa benda dibagi volume benda. Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik tersendiri.Karakterkarakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat ataugas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan sebagainya.Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara langsung, misalnyakelarutan zat, kerapatan dan lain - lain.Keadaan bahan secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat gas, fluida,dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluidatidak mempertahankan bentuknya dan gas mengembang menempati semuaruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan antara cairan dengan gas. Teori fluida sangatkompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu dengan yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara mengukur bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnia suatu zat dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini

dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka dilakukanlahpercobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini. 2. Tujuan Percobaan 1. Menentukan bobot jenis zat cair dari gliserin, parafin cair, minyak kelapa, dan sirup ABC orange dengan menggunakan alat piknometer. 2. Menentukan kerapatan dari padatan asam borat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Umum Menurut defenisi, bobot jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Pada 4oC, kerapatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena USP menetapkan 1 ml dapat dianggap equivalent dengan 1 cc, dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 ml (Pengantar bentuk sediaan farmasi; 625). Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin,1990). Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zatpadat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya,sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputicairan, yang mengalir dibawah pengaruh gravitasi sampai menempati daerahterendah yang mungkin dari penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisipenampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara

zat padat dan cairan tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat dikenal.Demikian pula kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang besar, cenderungmengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang (Petrucci, 1999). Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o. (Tim asisten UNHAS., 2008) Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan volume. Batasanya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam system cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3) (Martin,1990) Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yan bergantung pada suhu unutuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam. (Rudolf, Voigt., 1994) Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalahkilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk., 1975) Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua substansimengembang ketika

dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker., 1993). Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. (Howard, Ansel., 1989) Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu : 1. Bobot jenis sejati Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup. 2. Bobot jenis nyata Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup. 3. Bobot jenis efektif Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. (Lachman, L., 1994) Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Voigt, R., 1994) Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, danaerometer adalah neraca Hidrostatik, neraca Reimenn, untuk menentuka mengetahui berat jenis zat cair; neraca Ephin, untuk mengukur zatcair; neraca Qeimann, untuk mengukur zat cair saja (karena telah memiliki bendapadat yang tak bisa diganti dengan zat padat (Raharjo, 2008)

Penentuan bobot jenis berlangsung dengan pikonometer, Areometer, timbangan hidrostatis (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometeris. ( Rudolf, Voigt., 1994) Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masingmasing monografi, dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (Voigt, R., 1994). Metode penentuan untuk cairan (Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., 1988) : 1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml. 2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak. 3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.

4. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalahkilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk., 1975) Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua substansimengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker., 1993). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan. (Ansel H.C., 1989) Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati -hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler. (Alfred, Martin., 1993)

Kerapatan dapat dibagi tiga tipe ,yaitu : a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal. b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa, yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil sekitar 10 mili micron. c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering dalam sebuah gelas ukur. Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk. (Alfred, Martin., 1993). Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya). Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium. (Alfred, Martin., 1993) 2. Uraian Bahan a. Minyak kelapa (4: 456) Nama resmi Nama lain Pemerian : Oleum cocos : Minyak kelapa : Cairan jernih, tidak berwarna atau kekuningan, bau khas, tidak tengik.

Kelarutan

: Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60C, sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Bobo jenis Penyimpanan Kegunaan

: 0,945 g/ml 0,985 g/ml : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya, di tempat sejuk : sebagai sampel

b. Air suling (4: 96) Nama resmi Nama lain RM / BM Pemerian Penyimpanan Kegunaan : Aqua destillata : Air suling : H2O / 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai medium pelarut dan sebagai zat yang digunakan sebagai zat pembanding pada perhitungan rapat jenis serta sebagai penghilang kotoran pada piknometer. Bobot jenis : 0,997 g/ml

c. Alkohol (4: 65) Nama resmi Nama lain RM/BM Pemerian Kelarutan Kegunaan : Aethanolum : Etanol : C2H5OH / 46,07 : cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas : Bercampur dengan air dan etanol dan menimbulkan panas : sebagai penghilang lemak dan mempercepat pengeringan piknometer. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

3. Prosedur Kerja a. Menentukan kerapatan bulk - Timbang asam borat sebanyak 10 g, masukkan kedalam gelas ukur 50 ml. - Ukur volume zat padat tersebut. - Hitung kerapatan bulk menggunaan persamaan 1e. Kerapatan bulk = Bobot zat padat (g).....................................1e Volume bulk (ml)

b. Menentukan kerapatan mampat - Timbang zat padat sebanyak 10 gram. - masukkan kedalam gelas ukur 50 ml. - ketuk sebanyak 100 kali ketukan. - ukur volume zat padat tersebut. - hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1d Kerapatan mampat = Bobot zat padat (g).....................................1d Volume mampat (ml) c. Menentukan kerapatan sejati - Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya <W1> - isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya - Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya<w3>. - Isikan paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat. - Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya <w4>. - bersihkan piknometer diatas hingga tidak ada gelembung didalamnya. - Ditimbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya<w2>

- hitung kerapatan zat dengan persamaan 1c. padatan = (w3-w1).....................................1c (w2-w1)-(w4-w3)

d. Menentukan bobot jenis cairan -gunakan piknometer yang bersih dan kering - timbang piknometer kosong <w1>, lalu isi dengan air suling, bagian luar Piknometer dilap sampai kering dan ditimbang <w1> - buang air suing tersebut, keringkan Piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suing, dan timbang <w3> -hitung bobot jenis cairan dengan persamaan 1b. Dt = w3-w1.....................................1b W2-W1

BAB III METODE KERJA

1. Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah : Gelas ukur 50 ml Piknometer 25 ml Timbangan analitik Pipiet tetes Sendok tanduk Botol semprot Batang penganduk

Bahan yang digunakan adalah Alkohol 7o % Aquades Sirup ABC orange Gliserin Paraffin cair Minyak kelapa Asam borat Kertas timbang Alumunium foil Tissue

2. Langkah Percobaan Menentukan kerapatan bulk Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram, Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml, Diukur volume zat padat tersebut. Menentukan kerapatan mampat Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram, Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml, Diketuk sebanyak 100 kali,Diukur volume zat padat tersebut. Menentukan kerapatan sejati Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya, Diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya,Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutpnya. Isikan paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat,Ditimbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair,Dibersihkan piknometer diatas hingga tidak ada gelembung didalamnya,Ditimbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya,Dihitung kerapatan zat. Menentukan bobot jenis cairan Disiapkan piknometer yang bersih dan kering,timbang piknometer kosong lalu isi dengan air suling, bagian luar Piknometer dilap sampai kering dan ditimbang,buang air suing tersebut, keringkan Piknometer lalu isi dengan cairan yang akandiukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suing dan ditimbang,hitung bobot jenis cairan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil dan perhitungan A. Kerapatan Bulk Bobot zat (g) Volume bulk (ml) Kerapatan bulk (gr/ml) Perhitungan : KERAPATAN BULK =BOBOT ZAT PADAT (g) VOUME BULK(ml) = 10 (g) 11,5 (ml) = 0,87 g/ml B. Kerapatan Mampat Bobot zat (g) Volume mampat (ml) Kerapatan mampat (gr/ml) Perhitungan : Kerapatan mampat = Bobot zat padat (g) Volume mampat (ml) = 10 g 11 ml = 0,90 g/ml 10 g 11 ml 0, 9 g/ml 1 gram 11,5 ml 0,87 gr/ml

C. Kerapatan Sejati Bobot piknometer kosong (g) Bobot pikno + zat cair (g) Bobot pikno + zat padat (g) Bobot jenis zat padat + cair (ml/gr) 28,875 g 49,34 g 46,88 g 56,71 g/ml

Perhitungan : padatan = (w3-w1) (w2-w1)-(w4-w3) = (46,88-28,875)

(49,34-28,875)-(56,71-46,88) = 18, oo5 2o, 465-9,83 = 18, oo5 1o,635 = 1,693 g/m D. Bobot Jenis Zat Cair Alkohol Bobot piknometer Kosong (g) Bobot pikno + air (g) Bobot pikno + zat cair (g) Bobot jenis zat cair (g/ml) 28,89 g 53,15 g 52,o6 g O,955 g/ml Minyak 28,89 g 53,15 g 5o,96 g 0,909 g/ml Gliserin 28,89 g 53,15 g 59,5o g 1,261 g/ml Sirup ABC ORANGE 28,89 g 53,15 g 57,53 g 1,18o g/ml

Perhitungan : Minyak Dt = w3-w1 W2-w1 = 5o,96 28,89 53,15-28,89 = 22,o7 24,26 = o,9o9 g/ ml Sirup ABC orange Dt = w3-w1 W2-w1 = 57,53 28,89 53,15-28,89 = 28,64 24,26 = 1,18o g/ ml Alkohol Dt = w3-w1 W2-w1 = 52,o6 28,89 53,15-28,89 = 23,17 24,26

= o,955 g/ ml Giserin Dt = w3-w1 W2-w1 = 59,5o 28,89 53,15-28,89 = 3o,61 24,26 = 1,261 g/ ml 2. Pembahasan Bobo jenis adalah perbandingan massa dengan volume suatu zat pada suhu tertentu (25C), dan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu. Dalam bidang farmasi bobot jenis dan kerapatan suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat. Dalam menetukan kerapatan bulk, zat yaitu asam borat ditimbang sebanyak 1 gr. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur, volume yang diperoleh sebanyak 11,5 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk ditimbang dengan membagi bobot asam borat dengan volume, sehingga diperoleh nilai kerapatan bulk 0,87 gr/ml. Pada penentuan kerapatan mampat masih duigunakan asam borat yang sama, gelas ukur yang berisi asam borat diketuk 100 kali. Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat dan diperoleh hasil 11 ml. Dengan perhitungan yang sama, diperoleh kerapatan mampat sebesar 0,9o
gram

/ml. Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan

piknometer kosong yang ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 28,875 gram. Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini dikarenakan pada tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi bobot piknometer yang sesungguhnya. Asam borat diamasukkan 2/3 volume piknometer dan ditimbang. Ditambahkan paraffin cair hingga tidak terdapat gelembung udara didalamnya. Ditimbang dan diganti dengan paraffin cair, lalu kembali ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil kerapatan sejati 1,693 gr/ml. Pada penentuan bobot jenis zat, piknometer yang bersih ditimbang dan diisi dengan air suling hingga penuh. Piknometer berisi air suling diganti dengan alkohol dan ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil 0,955 gr/ml. Bobot jenis zat lain yaitu gliserin 1,261 gr/ml, minyak kelapa 0,9o9 gr/ml, dan sirup ABC orange 1,18o gr/ml. Adanya perbedaan bobot jenis pada tiap-tiap zat cair dikarenakan kurangnya ketelitian pada saat penimbangan dan bobot tiap piknometer yang berbedabeda.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa : Kerapatan bulk adalah 0,87 gr/ml Kerapatan mampat sebanyak 0,9o gr/ml Kerapatan sejati diperoleh 1,693 gr/ml Bobot jenis alkohol diperoleh 0,955 gr/ml Bobot jenis minyak diperoleh o,9o9 gr/ml Bobot jenis gliserin diperoleh 1,261 gr/ml Bobot jenis sirup ABC orange diperoleh 1,18o gr/ml.

2. Saran Sebaiknya setiap praktikan harus bisa mennggunakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini.. Sebaiknya para asisten membagi praktikan dengan beberapa kelompok untuk tiaptiap percobaan agar semua praktikan bekerja, tidak hanya satu dua orang saja yang aktif dalam praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Voigt, Rudolf, (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta. Ansel, C., Howard, (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta. Martin, Alfred, (1993), Farmasi Fisika, UI Press, Jakarta. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, edisi IV, Depkes RI, Jakarta Budavari, S., (1986), The Merck Index, 11th edition, Mach and Company Inc, Tim asisten, (2008), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika, Jurusan Farmasi UNHAS, Makassar. Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), Analisis Farmasi, UGM-Press, Yogyakarta Ansel H.C.,(1989), Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan Faridah Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta Lachman, L., dkk., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III, diterjemahkan oleh Siti suyatmi, UI Press, Jakarta Voigt,., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, UGM-Press, Yogyakarta Petrucci R . H ,1999, Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern, Erlangga, Jakarta. Raharjo S. J., 2008, BeratJenis,(Online), (http://Sjraharjo.wordpress.com/ kimia_fisik, diakses tanggal 3O maret 2o13). Brescia, Arents dan Meislich, 1975, Fundamental Chemistry, New York

Anda mungkin juga menyukai