Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS JURNAL

Judul:

Continuous Chest Compressions Improve Survival And Neurologic Outcome In a Swine Model Of Prolonged Ventricular Fibrillation

Latar Belakang:
Bukti memunjukkan bahwa setiap gangguan atau ketidak adequatan dalam pemberian seperti management jalan nafas selama cardiopulmonary resuscitation (CPR) memiliki dampak yang signifikan bagi kelangsungan hidup klien. International Liaison Committee on Resuscitation guidelines 2010 sangat

memenakankan untuk meminimalisir gangguan atau ketidak adequatan selama kompresi dada. akan tetapi International Liaison Committee on Resuscitation guidelines 2010 juga menekankan akan kebutuhan ventilasi dengan kasus sarangan jangtung selama prosedur dilakukan untuk mengatasi kompensasi hemodinamik yang sisebabkan oleh adanya gangguan penekanan dada / kompresi dada. Penelitian bertujuan membandingkan apakah ventilasi dapat

mempengaruhi Return of Spontaneous Circulation (ROSC), tingkat kelangsungan hidup dan hasil neurologis pada model babi dengan ventrikel fibrilasi

berkepanjangan.

Metode:
Penelitian ini dilakukan di Yunani dan telah mendapatkan ethical clearance General Directorate of Veterinary Services of Greece, mengguanakan 20 Landrace /babi jantan putih dengan rataan umur 10-15 minggu dengan rataan berat 19-20 kg, kemudian dibagi secara acak menggunakan amplope menjadi 2 kelompok: 1. Kelompok standart (kelompok S) 10 hewan dengan diresusitasi mengguanakan standart International Liaison Committee on

Resuscitation guidelines 2010

2. Kelompok perlakuan (kelompok CC) kompresi secara continue yang di resusitasi menggunakan kompresi dada hanya dengan CPR. pada kelompok ini akan dilakukan kompresi dada selama 2 menit dalam 1 siklus sebelum pemberian defiblilator.

Perlakuan :
Hewan coba di sedasi mengunakan Ketamin, Midazolam dan Atropin pada vena auricularis dan dianasteri menggunakan Propofol, cis-atracurium, dan Fentanyl. Hewan coba di ventilasi menggunakan Volume Controlled Ventilator (ventiPac Sims pneuPac, Luton, UK) dengan total volume tidal 15 mL/kg, menyuplai/memberikan Fi O of 30%. dan efek tidal dipantau dengan Side-Stream Infrared CO2 Analyzer (Nihon Kohden Corp, Bergamo, Italy) saat hewan coba di ventilasi. Frekuensi pernapasan telah disesuaikan untuk mempertahankan CO endtidal antara 35 dan 40 mm Hg. Elektrokardiogram direkam secara terus menerus, menggunakan lead II dan V5 dan Pulse oximetry (SpO2) (Vet / Sapi Ditambah 4700, Heska, Loveland, CO, USA) dipantau secara terus menerus. Dalam kelompok S, hewan diresustasi dengan 12 ventilasi per menit dengan menggunakan self-inflating bag dan 100 kompresi dada per menit 30:2 dengan kompresor dada mekanik (LUCAS TM Dada Sistem Kompresi, Jolife AB, Mantzaris, Yunani) dengan 50% siklus dan kedalaman kompresi 25% dari diameter dada anteriorposterior selama 2 menit. Hewan dalam kelompok CC diresustasi selama 2 menit dengan kompresi dada menggunakan kompresor dada mekanik yang sama. Setelah itu (pada menit ke-10 VF), di Defibrilasi dengan 4 J / kg monophasic waveform shock (Porta Pak/90; Medical Research Laboratories, Inc, Buffalo Grove IL, USA) dan kompresi prekordial dilanjutkan selama 2 menit lagi sebelum pengiriman kejutan kedua, jika diperlukan. Setelah diberikan perlakuan hewan coba akan memulihkan sirkulasi spontan, dimonitor selama 240 menit, sedangkan anestesi dipertahankan. Sampel darah diambil pada awal menit 60, 120, dan 240 pada fase postresuscitation. Laktat diukur dengan analisa gas darah (Nova Biomedis Phox ditambah C, Waltham, MA, USA). Setelah 4 jam pemantauan postresuscitation, infus intravena dari relaksan otot dan propofol dihentikan. Hewan coba diekstubasi ketika kedalaman inspirasi yang memadai dapat dipastikan. Setelah itu, setiap hewan berhasil hidup di

kembalikan ke kandang. Skor kewaspadaan neurologis ditentukan 24 jam setelah ROSC oleh seorang peneliti dengan diikuti algoritma resusitasi. Nekropsi dilakukan pada setiap hewan untuk mendeteksi adanya patologi yang mendasari dan cedera terkait resusitasi.

Analisa Data :
Data dianalisa menggunakan SPSS versi 17.00 (SPSS, Inc, Chicago, IL). Data dinyatakan sebagai nilai mean 1 SD untuk variabel kontinyu dan sebagai frekuensi (persentase) untuk data kategori. Normalitas distribusi dinilai dengan metode uji Kolmogorov-Smirnov test and graphic methods. Variabel kontinyu yang tidak mengikuti distribusi Gaussian dianggap sebagai median. Perbandingan variabel kontinyu dilakukan dengan menggunakan uji Student t test and MannWhitney U, nonparametric test yang sesuai.

Hasil :
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok terkait dengan kembalinya sirkulasi spontan dan 1 jam pertama.

2. Ada perbedaan yang signifikan pada kelangsungan hidup 24 jam (kelompok CC, 7/10 vs kelompok S, 2/10, {P = 0,025})

3. Tingkat asam laktat darah secara signifikan lebih rendah pada kelompok CC dibandingkan dengan kelompok S baik 1 (P = 0,019) dan 4 jam (P = 0,034) setelah kembalinya sirkulasi spontan. 4. Kemudian, hewan CC kelompok menunjukan hasil secara signifikan ratarata Skor neurologis Kewaspadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok S (58 42,4 vs 16,9 8) (P < .05).

Kekurangan :
penelitian ini dilakukan pada model hwan coba yang sehat dan muda yaitu mengguanakan 20 Landrace /babi jantan putih dengan rataan umur 10-15 minggu dengan rataan berat 19-20 kg, yang mungkin sebelimnya tidak memiliki riwayat CAD (Coronary Artery Disease) Selain itu Selain itu, keberadaan tabung endotrakeal tidak

mensimulasikan kondisi klinis di mana CA paling mungkin di beberapa titik lidah hewan coba yang tak sadarkan diri diaman akan menghalangi saluran udara bagian atas.

Seperti dalam semua studi hewan pada umumnya, hasil yang berasal dari spesies yang berbeda harus hati-hati diaman ditakutkan telah diekstrapolasi pada manusia sebagai antarspesies sedangkan perbedaan patofisiologis fungsi dan efek obat tentu sulit untuk menilai.

Kelebihan :
pada penelitian di jurnal ini menggunakan hewan coba yang lebih tinggi tingkatannya yaitu babi, dimana pada umum percobaan pada hewan biasanya mengguanakan tikus atau kelinci. Dalam model babi dari CA, di mana defibrilasi pertama kali dicoba di 10 menit pertama dapat mengobati VF (ventrikel fibrilasi), penekanan dada terganggu secara signifikan mengakibatkan tingkat ROSC lebih tinggi dan skor neurologis 24 jam lebih tinggi bila dibandingkan dengan standar 30:2 CPR. penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ketidak adequatan dalam pemberian kompresi dada dapat berpengaruh pada kelangsungan hidup. pada penelitian ini juga membuktikan pentingnya pada saat pemberian CPR atau kompresi dada dengan tetap memperhatikan ventilasi atau saluran nafas tetap aduquat.

Anda mungkin juga menyukai