Anda di halaman 1dari 17

Membangun Kemitraan Strategis Dengan China Melalui CAFTA

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas kelompok Untuk Mata Kuliah Strategi Pemasaran)

Oleh : Arsanti Pertiwi Andini Aristiawati Haris Hilman (2010050978) (2010050747) (2010051149) ( 2010051004)

Mirza Abdi Ikroma (2010051214) Sutrisno (2010051039)

Kelas : 06SMJPB / R-651

Dosen : Ir. R. Benny Wahyuadi, M.M., MBA.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAMULANG 2013

KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmannirahim Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT., karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan-bahan materi makalah ini dari buku yang kami pelajari. Dan tidak lupa shalawat serta salam kami sampaikan kepada baginda besar junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang mata kuliah STRATEGI PEMASARAN yang berjudul Membangun Kemitraan Strategis dengan China Melalui CAFTA . Penulisan makalah ini tidak terlepas oleh adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan bimbingan tersebut kepada: 1. Bapak Ir. R. Benny Wahyuadi, M.M., MBA. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Strategi Pemasaran. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca, Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih. Tangerang, April 2013

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peraturan dan ketentuan investasi, peningkatan akses pasar jasa, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian Cina ASEAN untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China. Kerjasama yang telah disepakati oleh masing-masing pihak dalam CAFTA membuat Indonesia yang tergabung dalam CAFTA melakukan upaya pembangunan kemitraan strategis dengan Cina untuk mencapai keuntungan maksimal dari adanya CAFTA. Keuntungan yang diperoleh tersebut dimaksudkan untuk mensejahterakan rakyatnya sekaligus membuat perbaikan atau peningkatan perekonomian negara. Sehingga penulis tertarik untuk menganalisa politik luar negeri Indonesia terhadap Cina di dalam kerjasama CAFTA. Pembahasan dalam makalah ini dibagi dalam tiga sub bab. Sub bab yang pertama membahas mengenai kerjasama Cina dengan ASEAN dalam CAFTA. Sedangkan sub bab yang ke dua menganalisa upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi CAFTA. Kemudian pada sub bab ke tiga penulis berfokus pada analisa politik luar negeri Indonesia terhadap Cina dalam CAFTA yang menghasilkan hubungan interdepensi ekonomi antara Indonesia dengan Cina sebagai konsekuensi logis dari adanya CAFTA. A. Latar Belakang Masalah CAFTA berlaku bagi enam negara ASEAN untuk tahun 2010, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam akan berlaku 2015 mendatang. Indonesia mulai menerapkan secara penuh ketentuan yang telah disepakati dalam CAFTA tahun 2010 lalu dengan upaya membangun kemitraan strategis dengan Cina untuk

memperoleh keuntungan maksimal bagi perdagangannya agar dapat meningkatkan posisi ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Sehingga dalam berinteraksi dengan negara lain di dalam CAFTA Indonesia berupaya menerapkan politik luar negeri Indonesia dengan membangun kemitraan stategis sebanyak mungkin untuk menjalin hubungan interdepensi ekonomi yang memberi keuntungan bersama. Politik luar negeri Indonesia dalam CAFTA sangat menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, terutama politik luar negeri Indonesia terhadap Cina mengingat Cina sebagai a new raising star country dengan pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat. Upaya Indonesia untuk menjalin kemitraan strategis dengan Cina juga dilatarbelakangi keinginan Indonesia untuk dapat memperoleh keuntungan sekaligus mengikuti jejak pertumbuhan ekonomi Cina. Keikutsertaan Indonesia dalam kerjasama perdagangan regional Cina-ASEAN FTA mendapatkan pro kontra dari para stakeholders dalam negeri. Di satu sisi, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi implikasi CAFTA bagi perekonomian Indonesia terutama untuk melindungi produk-produk dalam negeri yang belum kuat. Di lain sisi, pemerintah Indonesia secara aktif menjalankan politik luar negerinya dalam rangka membangun kemitraan strategis dengan Cina dalam kerjasama CAFTA tersebut. Pembahasan secara lebih mendalam mengenai hal-hal tersebut di atas akan dibahas secara komprehensif pada bab pembahasan dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dikaji oleh penulis dalam makalah ini adalah: Bagaimanakah politik luar negeri Indonesia terhadap Cina dalam CAFTA? C. Argumen Utama Politik luar negeri Indonesia terhadap Cina dalam CAFTA lebih berfokus pada upaya pihak Indonesia untuk menjalin kemitraan strategis dengan Cina. Kemitraan strategis yang terjalin tersebut menghasilkan hubungan interdependensi terutama dalam bidang ekonomi telah memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, yaitu pada peningkatan perekonomian kedua negara.

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pendukung Umum 1. Pengertian Manajemen Pengertian manajemen begitu luas, sehingga terdapat perbedaan definisi beberapa pakar manajemen. Pengertian manajemen menurut T Hani Handoko (2001, p3) : Manajemen adalah seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Pengertian manajemen menurut Malayu S.P.Hasibuan (1997, p10) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah : Suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif dengan menggunakan bantuan dan bersama orang lain melalui kerjasama yang terpadu, agar tercapai tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan maksimal

2. Pengertian Pemasaran Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah : Philip Kotler (Marketing) : Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Amstrong : Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat penulis menyimpulkan bahwa Pemasaran adalah : Keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial. 3. Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Dari definisi manajemen dan pemasaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah :

Sebagai analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan tujuan organisasi. B. Teori Pendukung Khusus 1. Pengertian Kemitraan Strategi Kemitraan strategis (strategic partnership / strategic alliance) pada

dasarnya merupakan kemitraan antara dua atau multipihak dalam bidang-bidang spesifik yang dinilai strategis. Definisi yang sangat umum ini tentu tidak/belum memberikan pengertian yang sangat bermakna (secara konsep maupun pragmatis) tentang kemitraan/aliansi strategis dan perbedaannya dengan bentuk kemitraan lainnya. Berikut adalah beberapa pengertian kemitraan/aliansi strategis dalam literatur. Menurut Kautz (2000) Kemitraan/aliansi strategis yaitu merupakan suatu kemitraan yang melibatkan kombinasi beragam upaya bersama dengan mitra aliansi bisnis. Menurut B.Gomes-Casseres (1999) bahwa kemitraan/aliansi strategis merupakan Suatu struktur organisasional untuk mengelola kontrak tak lengkap (incomplete contract) antara perusahaan-perusahaan yang terpisah, di mana setiap perusahaan mempunyai kendali terbatas. Kemitraan strategis dimaksudkan untuk hubungan jangka panjang dan secara strategi penting bagi kedua belah pihak. Untuk itu kemitraan strategis merupakan sebuah komitmen untuk secara aktif ikut serta dalam proyek atau program umum strategis dalam lingkup yang ada.

BAB III PEMBAHASAN A. Kerjasama Cina dengan ASEAN (CAFTA) Sejak penandatanganan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation antara Cina dengan ASEAN pada November tahun 2002, hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua pihak mengalami kemajuan pesat, nilai perdagangan meningkat dari sekitar 60 miliar dolar Amerika tahun 2002 menjadi 231 miliar dolar tahun 2008, Cina menjadi mitra dagang terbesar ketiga bagi ASEAN. Saling ketergantungan yang lebih dalam antara kedua pihak (ASEAN dan Cina) di bidang ekonomi telah memperkuat hubungan politik dan hubungan keamanan antara satu sama lain. Cina dan ASEAN juga membuat Persetujuan Perdagangan Barang, Persetujuan Penyelesaian Sengketa, Persetujuan Perdagangan Jasa, dan Persetujuan Investasi. Persetujuan-persetujuan tersebut telah memiliki kerangka hukum yang dibuktikan dengan adanya Schedule of Specific Commitments . Setiap negara anggota ASEAN bersama dengan Cina memiliki Schedule of Specific Commitments yang digunakan sebagai panduan sehingga kerjasama CAFTA memiliki jaminan sistem kerjasama. Sistem kerjasama dalam CAFTA antara lain mengatur bagaimana memfasilitasi perdagangan, dan bagaimana lebih memperlancar investasi antara kedua belah pihak (ASEAN dan Cina). Kerjasama yang terjalin antara Cina dan ASEAN dalam CAFTA memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi antara negara-negara anggota.

2. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa serta menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi. 3. Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota. 4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam CLMV) dan menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi diantara negara-negara anggota. Kerjasama yang terjalin antara Cina dengan ASEAN dapat dibagi dalam lima pilar. Pilar pertama adalah CAFTA, yang merupakan pilar ekonomi. Sedangkan pilar kedua adalah Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama Asia Tenggara, yang merupakan pilar politik yang di perkuat dengan adanya komitmen dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah tidak menggunakan kekuatan senjata sebaliknya akan menggunakan cara-cara yang lebih damai. Pilar ketiga di bidang keamanan yaitu ditandai dengan Deklarasi Perilaku Para Pihak Laut Cina Selatan ASEAN. Hal ini ditandai dengan komitmen kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah Laut Cina Selatan dengan cara-cara yang lebih damai seperti melakukan diplomasi atau perundingan. Pilar keempat yaitu pertukaran di bidang sosial dan budaya. Pilar kelima adalah dukungan Cina terhadap peran dominan ASEAN dalam kerjasama ekonomi Asia Timur. Pembinaan kemitraan strategis antara Cina dan ASEAN yang berorientasi perdamaian dan kemakmuran sebenarnya telah di mulai sejak tahun 2002 lalu. Hal tersebut sekaligus menandakan bahwa ASEAN adalah organisasi regional pertama yang menjalin kemitraan strategis dengan Cina. Dengan diresmikannya CAFTA pada tahun 2010 menandai perkembangan kemitraan strategis antara Cina ASEAN ke arah yang lebih serius. Perkembangan kemitraan strategis Cina dan ASEAN akan mendorong kemajuan kerjasama regional Asia Timur. Sejak terjadinya krisis keuangan tahun 1997-1998, ASEAN telah mendorong pembinaan kerangka kerjasama 10 plus 3 dengan Cina, Jepang dan Korea Selatan. Di bawah kerangka kerja itu, terdapat tiga kerjasama 10 plus 1, yang merupakan embrio dan mekanisme kerjasama ekonomi

Asia Timur di masa depan. CAFTA dapat dipandang sebagai salah satu mekanisme kerjasama itu. Sejalan dengan pergeseran pusat ekonomi dunia yang mengarah ke perekonomian timur, keberadaan CAFTA akan memberikan pengaruh penting bagi konstelasi ekonomi regional dan dunia. Atas dorongan CAFTA, kerjasama ekonomi seluruh kawasan Asia Timur bahkan seluruh Asia juga sedang berkembang. CAFTA juga memberikan sinyal positif bagi dunia internasional, dimana ASEAN dan China bekerjasama untuk menggerakkan roda perekonomian dunia, khususnya di tengah krisis keuangan global yang sampai saat ini masih dirasakan dampaknya. Selain itu, CAFTA juga dapat menjadi counter balance bagi pengaruh negara besar seperti AS, Jepang, Korea Selatan, dan India. Perkembangan yang pesat dari CAFTA berpotensi mendorong negara-negara tersebut untuk mengajukan berbagai bentuk kerjasama ekonomi berkelanjutan yang dapat memberikan keuntungan bersama. B. Upaya Pemerintah Indonesia dalam menghadapi CAFTA Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah Indonesia banyak sekali agar Indonesia dapat meraih peluang dan manfaat dari CAFTA secara maksimal sekaligus menghadapi kemungkinan terburuk yang dapat terjadi. Tantangan yang di hadapi oleh pemerintah Indonesia dalam CAFTA dapat dibagi menjadi empat yaitu: 1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas produksi sehingga dapat bersaing dengan produk China. 2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing dengan produk Cina. 3. Menerapkan ketentuan dan peraturan investasi yang transparan, efisien dan ramah dunia usaha. 4. Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan

komunikasi, termasuk promosi pemasaran dan lobi. Untuk melindungi industri dalam negeri dan meningkatkan daya saing produk Indonesia, pemerintah telah membentuk tim teknis yang terdiri dari berbagai instansi terkait, pelaku usaha, dan akademisi yang bertugas menangani secara khusus hal-hal

terkait dengan menggunakan tiga strategi non-tarif, yaitu pengamanan pasar domestik, pengamanan pasar ekspor, dan penyelesaian isu domestik. Dalam pengamanan pasar domestik, pemerintah mengupayakan agar gangguan impor di perbatasan dapat diminimalisir dengan menerapkan disiplin impor sebagaimana tertuang dalam Permendag No.56/2008. Sedangkan untuk mengatasi gangguan impor di peredaran pasar, terutama terkait dengan illegal trading, dibentuk post-audit mechanism dan penerapan kepatuhan standar sesuai dengan ketentuan WTO. Dalam hal optimalisasi penyerapan dalam negeri, pemerintah Indonesia berupaya melakukan pengamanan pasar domestik melalui promosi penggunaan produk dalam negeri serta meningkatkan daya beli masyarakat. Untuk penguatan pasar ekspor, pemerintah terus berupaya meningkatkan peran perwakilan RI di luar negeri untuk : 1. Melakukan economic market intelligence. 2. Mempromosikan Trade, Tourism, and Investment. 3. Membuat SOP (Standard Operating Procedures) penanggulangan masalah ekspor. 4. Membuat daftar kebijakan dan praktik negara lain yang menghambat ekspor. 5. Melakukan pengawasan terhadap SKA Indonesia. 6. Memberikan bantuan terhadap penyelesaian kasus ekspor. 7. Mengoptimalkan peluang pasar China dan ASEAN. 8. Meningkatkan peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dalam mendukung pembiayaan ekspor. Sedangkan untuk penyelesaian isu domestik, pemerintah berupaya untuk melakukan : 1. Peningkatan penataan lahan dan kawasan industri di Indonesia. 2. Pembenahan infrastruktur dan energi. 3. Pemberian insentif (pajak maupun non-pajak)

4. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 5. Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang dan sebagainya) 6. Pembenahan sistem logistik 7. Perbaikan pelayanan publik seperti National Single Window (NSW), Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) 8. Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan, penyederhanaan peraturan, implementasi peraturan, prosedur dan mekanisme perijinan secara terintegrasi.

C. Politik Luar Negeri Indonesia terhadap China dalam CAFTA Dengan adanya globalisasi dimana proses meningkatnya interdependensi antara aktor negara dan non-negara pada skala global semakin meningkat sehingga hubungan sosial dalam suatu masyarakat secara signifikan dibentuk dan dipengaruhi dimensi hubungan sosial yang lebih luas pada skala dunia. Adanya globalisasi tersebut juga mendorong adanya kerjasama ekonomi kawasan seperti yang terjadi di dalam CAFTA. Namun dalam hal ini, penulis hanya perfokus pada analisa politik luar negeri Indonesia terhadap Cina di dalam CAFTA. Hubungan interdepensi ekonomi terlihat jelas dalam kerjasama antara pemerintah Cina dengan Indonesia. Setiap negara biasanya memiliki kerangka politik luar negeri yang digunakan sebagai panduan untuk menjalankan politik luar negerinya. Penulis akan menjelaskan interaksi politik luar negeri Indonesia dengan Cina dalam CAFTA secara komprehensif di dukung dengan data-data dibawah ini. Untuk memudahkan analisa, penulis membagi pembahasan ini dalam suatu kerangka politik luar negeri Indonesia terhadap Cina dalam CAFTA yang dapat dibagi dalam lima bagian yaitu : 1. Meningkatkan akses pasar ekspor ke Cina dengan tingkat tarif yang lebih rendah bagi produk-produk nasional.

2. Meningkatkan kerjasama antara pelaku bisnis di kedua negara melalui pembentukan (Aliansi Strategis). 3. Meningkatkan akses pasar jasa di Cina bagi penyedia jasa nasional. 4. Meningkatkan arus investasi asing asal Cina ke Indonesia 5. Membuka transfer teknologi antara pelaku bisnis di kedua negara. Meningkatkan akses pasar ekspor ke Cina dengan tingkat tarif yang lebih rendah bagi produk-produk nasional merupakan langkah awal dari politik luar negeri Indonesia untuk membangun kemitraan stategis dengan Cina. Cina maupun Indonesia telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan penurunan tarif secara bertahap. Pada tahun 2004 sampai 2007 telah terjadi pembukaan akses ekspor Indonesia ke Cina secara bertahap sebagai akibat dari ketentuan yang telah di atur dalam framework CAFTA yaitu sebagai berikut: Terbukanya akses pasar produk pertanian (Chapter 01 s/d 08 menjadi 0%) Indonesia ke China pada tahun 2004. Dilanjutkan dengan terbukanya akses pasar ekspor Indonesia ke China pada tahun 2005 yang mendapatkan tambahan 40% dari Normal Track ( 1880 pos tarif), yang diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0 5 %. Lalu pada tahun 2007 mendapatkan tambahan 20% dari Normal Track ( 940 pos tarif), yang diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-5%. Sedangkan pada tahun 2010, Indonesia memperoleh tambahan akses pasar ekspor ke China sebagai akibat penghapusan seluruh pos tarif dalam Normal Track China. Di lain pihak, Indonesia menghapuskan 93,39% pos tarif (6.683 pos tarif dari total 7.156 pos tarif yang berada di Normal Track ) pada tahun 2010, dan 100% pada tahun 2012. Dengan terbukanya akses ekspor Indonesia ke Cina secara bertahap tersebut terus meningkatkan volume ekspor Indonesia ke Cina yang menjadikan Cina sebagai tujuan ekspor ke-5 untuk Indonesia setelah Uni Eropa, Jepang, AS dan Singapura. Produk andalan Indonesia yang di ekspor ke China adalah produk perkebunan (minyak kelapa sawit, karet, kopi), mineral (batubara, aluminium, besi, nikel) dan beberapa barang manufaktur (sepatu olahraga, kamera digital, laser disc player), dan lain sebagainya. Nilai perdagangan Indonesia-China tumbuh rata-rata 17%. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke China sebelum pelaksanaan CAFTA sebesar 14,15% sedangkan

pertumbuhan impornya sebesar 21,1%. Setelah pelaksanaan early harvest program pada 2004, nilai total perdagangan Indonesia-China tumbuh sebesar 30,1%. Nilai ekspor tumbuh menjadi 24,9% dan nilai impor menjadi 35,1%. Kontribusi ekspor ke China terhadap nilai ekspor Indonesia mencapai 9,8% sedangkan kontribusi impor Indonesia dari China mencapai14,4%. Secara lebih rinci, nilai ekspor Indonesia ke China adalah: 1. Sektor komoditas primer sektor perkebunan, kontribusi terbesar disumbang karet US$ 6,152 miliar, kakao US$ 1,269 miliar, kopi US$ 991 juta, dan kelapa US$ 901 juta. 2. Sektor perkebunan olahan, sumbangan terbesar adalah minyak sawit (US$ 14,11 miliar) dan karet (US$ 1,485 miliar). 3. Subsektor tanaman pangan, kontribusi terbesar disumbang gandum (US$ 252 juta) dan ubi kayu (US$ 36 juta). 4. Subsektor hortikultura disumbang buah, kacang-kacangan, dan tumbuhan awetan (US$ 170 juta). 5. Subsektor peternakan disumbang susu (US$ 187 juta) dan lemak (US$ 377 juta). Sementara nilai impor Indonesia dari China sebagai berikut : 1. Impor terbesar terjadi pada subsektor hortikultura, seperti bawang putih segar, buah apel, pir, serta kwini Mandarin segar, dan komoditas buah lainnya sebesar US$ 434,4 juta. 2. Subsektor pangan berupa benih gandum dan gandum lainnya, gula kasar, kacang kupas, dan komoditas pangan lain sebesar US$ 109,53 juta. 3. Subsektor peternakan yang umumnya berupa impor binatang hidup US$ 17,947 juta (Tempo, 19 Januari 2010). Dari rincian diatas, sangat jelas terlihat bahwa politik luar negeri Indonesia terhadap Cina dalam CAFTA telah berhasil membangun kemitraan strategis yang menghasilkan hubungan kerjasama interdependensi. Keuntungan yang diperoleh kedua negara (Cina Indonesia) dengan adanya CAFTA telah meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat kedua belah pihak. Interdependensi ekonomi tersebut juga

memicu upaya-upaya kerjasama secara terus-menerus seperti yang terjadi pada tahun 2010 lalu pada saat Dewan Cina untuk Promosi Perdagangan Internasional (CCPIT) telah meningkatkan perdagangan antara Guangzhou (Cina) dan Indonesia dengan lebih dari 10 persen pada tahun 2010 dari US $ 1,45 miliar pada 2009. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan diplomasi Indonesia dalam membangun hubungan kemitraan strategis dengan Cina. Selain itu, ekspor Indonesia ke Guangzhou telah meningkat sebesar 206,8 persen menjadi $ 586.000.000 dari periode yang sama pada tahun 2010. Impor Indonesia dari Guangzhou meningkat sebesar 140,5 persen menjadi $ 233 juta. Secara umum Indonesia mengekspor lebih banyak produk, seperti mesin, tekstil, furnitur dan farmasi ke Guangzhou. Dari interaksi ekonomi tersebut terlihat bahwa kedua belah pihak memperoleh keuntungan dengan diberlakukannya CAFTA sekaligus membuktikan keberhasilan kemitraan stategis yang dibangun oleh Indonesia.

Dari segi investasi atau FDI juga mengalami peningkatan yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. FDI China ke Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1369,34%. FDI Indonesia ke China juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 92,73%. Jumlah perusahaan China yang berinvestasi di Indonesia tercatat lebih dari 700 perusahaan, dimana sebagian besar bergerak di bidang energi, telekomunikasi, listrik, pertambangan, keuangan dan asuransi. Selain itu, Cina juga mengadakan Dana Kerjasama Investasi Cina ASEAN sebesar 10 miliar dolar Amerika untuk mendukung pembangunan infrastruktur regional yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan perdagangan. Sedangkan dari sektor pariwisata, Indonesia memperoleh keuntungan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan China ke Indonesia sebesar 700%. Para pebisnis hunian hotel menilai, CAFTA akan mendatangkan keuntungan bagi tingkat hunian dan pariwisata. Dari penjelasan diatas, penulis melihat bahwa secara umum CAFTA telah memberikan keuntungan bagi para pihak dalam CAFTA terutama dalam kasus ini adalah Cina dan Indonesia.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adanya CAFTA memicu hubungan strategis antara Cina dengan ASEAN sehingga integrasi kawasan dapat tercapai serta terwujudnya hubungan perekonomian yang damai sekaligus memberikan keuntungan dan peningkatan kesejahteraan bagi para pihak dalam CAFTA. Politik luar negeri Indonesia terhadap Cina dalam CAFTA merupakan suatu bentuk kemitraan strategis yang menghasilkan hubungan interdepensi terutama di bidang ekonomi. Hubungan interdependensi ekonomi yang terjalin antara Cina Indonesia tersebut telah memberikan keuntungan bersama terbukti dengan peningkatan kesejahteraan rakyat kedua negara. B. Saran 1. Untuk meningkatkan keuntungan, Indonesia harus mendorong sektor-sektor yang potensial dan kompetitif serta memberikan dukungan signifikan bagi sektor-sektor yang rawan dan memiliki daya saing rendah.

2. Indonesia harus belajar membuka diri untuk melakukan perbaikan di berbagai bidang agar kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Politik luar negeri Indonesia dengan membangun kemitraan strategis dengan Cina maupun negara lain merupakan starting point yang baik untuk menuju Indonesia yang lebih baik dan maju agar kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA Jackson, Robert and Georg Sorensen. (2005). PENGANTAR ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL, Penerjemah: Dadan Suryadipura, Editor: Kamdani, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Tjiptono, Fandy. (1997). STRATEGI PEMASARAN. Yogyakarta : Penerbit Andi Taufik, T. (2008). KEMITRAAN KOORDINASI DAN KOLABORASI.

http://tatang-taufik.blogspot.com (Diunduh pada 3 April 2013). Siregar, Ashadi. (2008). MEMBANGUN KEMITRAAN STRATEGIS.

http://ashadisiregar.files.wordpress.com (Diunduh pada 3 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai