Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat
m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com
Referensi
Syamsuni, 2006, Ilmu Resep, Penerbit: Buku Kedokteran EGC UI, Jakarta Zaman-Joenoes, 2003, Ars Prescribendi: Resep yang Rasional, Edisi Kedua, Penerbit: Airlangga University Press, Surabaya. Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Penerbit: UGM Press, Yogyakarta Lestari, 2000, Seni Menulis Resep, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ansel, 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit UI Press, Jakarta
Thanks to
Yulianto, S.Farm., Apt Siti Zahlia, S.Farm., Apt
Pendahuluan
Salep yaitu sediaan setengah padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %. Syarat utama salep yaitu bahan yang terkandung harus terbagi rata atau terdispersi homogen
Komposisi Salep
Zat berkhasiat Vehikulum atau dasar salep Zat pengawet
Dasar salep : 1.Hidrokarbon. Contoh: vaselin album, vaselin flavum, cera album, cera flavum, parafin liquidum, parafin solidum. 2.Absorpsi Contoh: adeps lanae, lanolinum. 3.Tercuci air Contoh: vanishing cream, emulsifying wax. 4.Larut air Contoh: PEG, Gummi Arab.
PENGGUNAAN SALEP 1. Anti puritik (menghilangkan gatal) ex: mentol, camphor, phenol 2. Keratoplastik (menebalkan lapisan tanduk) ex: as. Sal 1-2% 3. Keratolitik (melunakkan lapisan tanduk) ex: resorsinol 4. Emolient (melunakkan lapisan kulit) ex: cold cream 5. Anti parasitic (menghilangkan parasit) ex: benzyl benzoat 6. Anti eksem : hidrocortison 7. Anti bakteri anti fungi : vioform 8. Protektif ( melindungi kulit terhadap kelembaban udara dan zat kimia) ex: ZnO
HOMOGENITAS : dioleskan pada sekeping kaca / bahan transparan lain yang cocok menunjukkan susunan yang homogen. PENANDAAN : pada etiket harus tertera obat luar
KRIM (Cremores)
Krim
Krim adalah sediaan dalam bentuk setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan yang sesuai (mengandung air tidak kurang ari 60%). Contoh: Daktarin krim, Kalcinol N krim
Tipe Krim
Tipe krim yaitu tipe O/W dan W/O
Bahan
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim Bahan pengawet pada umumnya metil paraben dan propil paraben
GEL
Gel
Gel merupakan sediaan semipadat yang terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan
TERIMAKASIH
SEDIAAN LARUTAN
Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat
m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com
Referensi
Syamsuni, 2006, Ilmu Resep, Penerbit: Buku Kedokteran EGC UI, Jakarta Zaman-Joenoes, 2003, Ars Prescribendi: Resep yang Rasional, Edisi Kedua, Penerbit: Airlangga University Press, Surabaya. Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Penerbit: UGM Press, Yogyakarta Lestari, 2000, Seni Menulis Resep, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ansel, 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit UI Press, Jakarta
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat terlarut disebut solut, solvent yg biasa dipakai :
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
Air untuk macam-macam garam. Spiritus untuk kamfer, iodium, menthol. Gliserin, misalnya unyuk tannin, zat samak, borax, fenol. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor, sublimat. Minyak, misalnya untuk kamfer dan mentol. Parafin liquidum, untuk cera, cetaceum, minyakminyak, kamfer, menthol, chlorobutanol. Eter minyak tanah untuk minyak-minyak lemak.
Potio
Potiones (obat minum) adalah solutio yg dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral), dapat berbentuk larutan, emulsi, dan suspensi.
Mixtura (1)
Mixtura merupakan campuran beberapa cairan yang di dalamnya terlarut beberapa bahan padat Syarat: homogen, tidak boleh ada endapan, tercampur secara molekuler
Mixtura (2)
Mixtura sederhana contohnya 1.Campuran HCl dengan air (Acidum Hydrochloridum dilutum) 2.Campuran alkohol dengan air (Spiritus dilutus, Spiritus fortior)
Elixir
Elixir adalah larutan obat dalam air yang mengandung sekitar 20% gula dan sampai 8% alkohol Pada elixir dapat pula ditambahkan gliserol, sorbitol, propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula biasa digunakan sirup gula. Hindari penggunaan pada anak
Sirup
Sirup yaitu sediaan cair berupa larutan yang mengandung saccharosa (gula). Menurut Zaman-Joenoes (2003), terdapat 2 macam sirup yaitu : 1.Sirup korigens Contoh sirupus simplex, sirupus aurantii, sirupus rubi idaei 2.Sirup obat Contoh: Sirupus thymi, dll
Pembuatan
Pada pembuatan elixir dan sirup terdapat 2 metode umum yang dapat dipakai yaitu: 1.Metode pemanasan 2.Metode tanpa pemanasan
Saturatio (1)
Saturatio : sediaan larutan oral yang dibuat dg mereaksikan asam & basa sehingga larutan membentuk CO2 yang jenuh. Hal yang perlu diperhatikan 1. Bahan aktif yang dibuat 2. Dosis 3. Wadah 4. Penyimpanan
Saturatio (2)
Cara pembuatan : 1. Komponen basa dilarutkan dalan 2/3 bag air yg tersedia, NaHCO3 digerus tuang masuk botol. 2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yg tersedia 3. 2/3 bag asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dg sampagne knop shg gas yg terjadi tertahan. Gas dimaksudkan : mempercepat penyerapan obat, menjaga stabilitas obat, sbg penyegar.
Guttae
Guttae / tetes / drop : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dg cara meneteskan menggunakan penetes baku yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam FI. Obat dapat diteteskan ke dalam makanan, minuman atau mulut langsung.
Larutan Parenteral
Larutan topikal : larutan yg biasanya mgd air tp bisa jg mgd pelarut lain seperti etanol, ditujukan untuk pemakaian luar.
Beberapa contohnya: 1. Collyrium (cuci mata) 2. Guttae Opthalmicae 3. Gargarisma (colutoria) 4. Litus oris 5. Guttae Oris 6. Guttae Nasaleas 7. Injectiones
TERIMAKASIH
Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat
m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com
DEFINISI
Emulsi : Sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain, dalam bentuk tetesan kecil (FI ed IV).
Emulsi menurut Zaman-Joenoes (2003) yaitu sediaan homogen yang mengandung minyak atau lemak yang terdispersi dalam vehikulum, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok
KOMPONEN EMULSI
1. KOMPONEN DASAR Fase dispers / fase internal / fase diskontinue Fase kontinue / fase eksternal / fase Emulgator
2. KOMPONEN TAMBAHAN
Bahan yang ditambahkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik : corigen saporis, odoris, colouris, preservatif, anti oksidan.
TIPE EMULSI
Berdasarkan zat cair yang berfungsi sbg fase internal maupun eksternal: 1.Emulsi Type O/W
2.Emulsi Type W/O
1. Obat dalam atau per oral (O/W). 2.Obat luar (O/W atau W/O) 3.Obat Suntik
Permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan. Tegangan yang terjadi pada air akan berkurang dengan penambahan senyawa anorganik tertentu Penambahan emulgator akan menghilangkan tegangan permukaan.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge) Setiap molekul emulgator dibagi 2 kelompok
a. Kelompok hidrofilik
b. Kelompok lipofilik Emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak dan air dan membuat suatu kesetimbangan. Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan (HLB : Hidrofil Lipofil Balance)
Nonionic
Monostearate C17H35COO(CH2OCH2)nH
Sorbitan fatty acids Sorbitan monopalmitate Span 40 Comes as series -> different chain lengths
polyoxyethylene sorbitan monopalmitate Tween 40 Comes as series -> different chain lengths
1/4/2012
Sorbitan esters
1/4/2012
10
Polysorbates.
1/4/2012
11
HLB
1/4/2012
12
1/4/2012
13
4. Teori Electric double Layer (Lapisan Listrik Rangkap) Apabila minyak terdispersi dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dg minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul besar
2. Emulgator Buatan.
a. Tween 20, 40, 60, 80
CARA PEMBUATAN EMULSI 1. Metode Gom Kering (kontinental) : Gom + Minyak, kemudian + Air ad terbentuk corpus emulsi. Baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia. 2. Metode Gom Basah (Inggris) : Zat pengemulsi + air sehingga terbentuk mucilago, kemudian pelan-pelan minyak ditambahka nuntuk membentuk emulsi setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
KESTABILAN EMULSI
1. Creaming : emulsi terpisah menjadi 2 bagian, dimana salah satu mengandung fase dispers lebih banyak drpd lapisan lain. Sifatnya reversible, dengan penggojokan perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Cracking / Breaking : pecahnya emulsi karena film yang melapisi partikel rusak dan butir minyak menyatu kembali. Sifatnya irreversible, hal ini terjadi karena :
TERIMAKASIH
SUSPENSI
Farmasetika
Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat
m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com
Referensi
Ansel H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan Oleh Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Joenoes, N.Z. 2008. Ars Prescribendi Resep yang Rasional Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya. Lestari, 2000, Seni Menulis Resep, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Definisi
Suspensi Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV). Sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan/ vehikulum (ZamanJoenoes, 2003).
Keuntungan
Bahan obat yang tidak larut dapat bekerja sebagai depo Sebagai alternatif sediaan, pada zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk sirup Rasa dapat tertutupi Memiliki absorpsi lebih cepat dibandingkan kapsul/tablet/pil Mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak
Penggolongan (1)
Menurut FI IV, suspensi terbagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Suspensi non-konstitusi (siap pakai), contoh: Suspensi kloramfenikol 2. Suspensi konstitusi (perlu pengenceran), contoh: Suspensi injeksi
Penggolongan (2)
Suspensi dapat juga digolongkan berdasarkan penggunaannya, yaitu: 1. Suspensi oral 2. Suspensi topikal 3. Suspensi tetes telinga 4. Suspensi tetes mata 5. Suspensi injeksi
Metode Pembuatan
Terdapat 2 metode pembuatan suspensi, yaitu: 1.Metode Pengendapan 2.Metode Dispersi
Prinsip Pembuatan
Zat aktif + Pembawa (Susp Agent) Medium dispersi + zat tambahan (pewarna, pengawet, perasa)
Suspensi
Prosedur Pembuatan
Suspending + Aqua purificanta suhu 90-95oC , diamkan 30-60 menit (Larutan I)
Stabilitas Suspensi
Menurut Anief (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi yaitu: 1. Ukuran partikel 2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas) 3. Tolak menolak antar partikel, karena adanya muatan listrik 4. Kadar partikel tersuspensi
Hukum Stokes
d ( - )g
V = --------------------18 Keterangan :
V
d
: kecepatan aliran
: diameter dari partikel
: BJ dari partikel
: BJ cairan
: gravitasi
: viskositas cairan
FLOKULASI
Partikel mrpk agregat bebas
Hal Penting
Beberapa hal harus diperhatikan dari pembuatan maupun penggunaan suspensi, diantaranya: Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal Suspensi konstitusi harus mengandung zat antimikroba Penambahan zat pengental dapat dilakukan, namun suspensi tidak boleh terlalu kental Suspensi harus dikocok sebelum digunakan Suspensi harus disimpan di dalam wadah tertutup rapat
TERIMAKASIH
Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat
m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com
Galenika merupakan proses produksi sediaan obat dari bahan nabati (atau hewani) Sediaan Galenika yaitu sediaan obat dari bahan nabati yang siap diproses lebih lanjut melalui teknologi formulasi menjadi produk fitofarmaka atau obat tradisional
Pembuatan sediaan galenika memiliki beberapa tujuan diantaranya: 1. Memisahkan obat yg terkandung dlam simplisia dr bag lain yang tdk bermanfaat. 2. Membuat suatu sediaan yg sederhana mudah dipakai. 3. Agar obat yg terkandung dalam sediaan itu stabil dlm penyimpanan yang lama.
Secara singkat prinsip pembuatan sediaan galenika melalui 2 tahapan, yaitu: 1. Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati 2. Dari simplisia yang didapat maka bahan obat yang ada di dalamnya diambil (disari) dan diolah menjadi bentuk sediaan
Maserasi : merendam simplisia dalam cairan penyari pada suhu biasa ( 15 25 C) 2. Digerasi : merendam simplisia dalam cairan penyari pada suhu 35 45 C 3. Perkolasi : penarikan sari dengan suatu alat yang disebut perkolator, suhu yang diguanakan 15 25 C 4. Infundasi : menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit.(30 menit = decocta) 5. Memasak : menyari dengan suhu mendidih. Cairan penyari yang biasa digunakan : air, etanol, gliserin, eter, hexane, aceton, chloroform, dll.
1.
Sediaan galenika menurut Anief (2004) dapat digolongkan berdasarkan cara pembuatannya, yaitu: 1. Aqua aromatica 2. Extracta 3. Tincturae 4. Infusa 5. Sirupi 6. Spiritus Aromatici 7. Vina
Air Aromatik menurut FI III yaitu larutan jenuh minyak atsiri dalam air. Definisi lain yaitu Larutan jenuh mengandung air atau zat-zat beraroma dlm air. Berguna memberikan aroma pada obat-obatan. Contoh : aq. Foeniculi, aq. Menthae Piperitae, aqua Rosae.
Cara Pembuatan: Minyak atsiri dilarutkan dalam etanol 60 ml + air sedikit demi sedikit ad 100 ml Tambah talkum 500 mg, kocok, diamkan beberapa jam Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air
Air aromatik merupakan cairan jernih atau agak keruh Bau dan rasa yang tidak menyimpang dari bau dan rasa dari minyak atsiri Sebelum digunakan kocok dahulu Penyimpanan di wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dan di tempat sejuk
Merupakan sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara sesuai. Tujuan pembuatan ekstrak yaitu agar zat berkhasiat di simplisia dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan memudahkan zat berkhasiat diatur dosisnya
Extrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Extract berdasar konsistensi terbagi 3, yaitu: 1. Extractum Liquidum (Colae, Stramoni) 2. Extractum Spissum (hyosciami, belladonae) 3. Extractum Siccum (Aloe, Opii)
Sediaan cair yang dibuat dg jalan maserasi atau perkolasi simplisia nabati/ hewani dg cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi Contohnya tinctur kina, ipeka, opium, valerian.
Sediaan cair yang dibuat dg jalan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit Contoh: infus daun sirih, kulit kina, temulawak, daun sena.
Sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa 64-66,9%. Sakarosa yang terkandung dalam sirup galenika berasal dari alam langsung. Contoh: Aurantii compositus sirupus (kulit jeruk), Ipecacuanhae sirupus, Sennae Sirupus, Thymi Sirupus, Rhei Sirupus.
Dibuat dengan maserasi sejumlah simplisia dengan campuran sejumlah etanol-air selama 24 jam, selanjutnya maserat didestilasi. Syarat: jernih, tidak berwarna, harus beraroma. Spiritus aromaticus: maserasi 24 jam Majoranae herba, cinnamomi cortex, myristicae semen, caryophyllum dan Coriandri Fructus dengan etanol-air. Lalu destilasi hingga diperoleh 1/1000 bagian
Menurut Farmakope Belanda, vinum adalah anggur dari spanyol yang diknal dengan anggur Sherry mengandung etanol tidak kurang dari 18%. Cinchonae Vinum: maserasi 2 bagian serbuk kina dan 80 bagian anggur, larutkan ke dalamnya 20 bagian sakarosa, biarkan 6 hari pada tempat sejuk, lalu saring.
TERIMAKASIH
Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm., Apt PS. Farmasi FMIPA Univ. Lambung Mangkurat
m.ikhwan.rizki@gmail.com ikhwanrizki87@yahoo.com
Aerosol yaitu sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada sistem katup yang sesuai ditekan (FI IV) Aerosol yaitu bentuk sediaan yang diberi tekanan, mengandung satu atau lebih bahan berkhasiat yang bila diaktifkan memancarkan butiran-butiran cairan dan atau bahan padat dalam media gas (Ansel, 2008)
Beberapa keuntungan dari aerosol, yaitu: Mudah pemakaiannya Bahaya kontaminasi dapat diminimalisir Efek yang didapat lebih cepat dibanding oral Ketepatan dosis dan efektivitas obat dapat dicapai secara optimal Terhindar dari pengaruh oksigen, cahaya, dan kelembapan udara
Kerugian sediaan aerosol, diantaranya: Harga relatif mahal Tidak semua obat dapat dibuat sediaan aerosol Perlu teknologi canggih dalam formulasinya Perlu edukasi terhadap pasien yang akan menggunakan bentuk sediaan ini
Perlu dipertimbangkan tentang kestabilan produk dan efektifitas pengobatan Pembeda dengan sediaan lain yaitu aerosol memiliki ketergantungan yang tinggi pada fungsi wadah terutama katup yang dipasang, dibandingkan komponen tambahan (propelan).
Produk aerosol dapat dirancang untuk mendorong ke luar isinya dalam bentuk kabut halus, kasar, semprotan basah atau kering, busa stabil, dan busa yang mudah pecah. Pemilihan bentuk fisik aerosol yang dikeluarkan tergantung tujuan penggunaan produk tersebut
Penggunaan aerosol diantaranya: 1. Partikel < 6 mikron akan mencapai bronkiolus respiratorius 2. Partikel < 2 mikron akan mencapai duktus alveolus dan alveoli 3. Partikel 20 60 mikron akan mencapai ditrakea dan bronkiolus 4. Partikel ukuran besar ditujukan untuk obat luar
Secara umum aerosol terdiri atas 3 komponen, yaitu: 1. Zat aktif 2. Bahan tambahan (antioksidan, pelarut) 3. Pendorong/propelan
Propelan merupakan bahan yang berfungsi untuk menghasilkan tekanan dalam sistem sehingga dapat mendorong bahan keluar dari wadah Bentuk wujud propelan berupa gas-cair (trikloromonofluorometan, diklorodifluorometan, difluoroetan) Propelan memiliki tekanan yang besar dibanding udara luar Per 1 Januari 2009 di USA, setiap aerosol sediaan farmasi harus menggunakan hidrofluoroalkana. Penggunaan CFC (chlorofluorocarbon) sudah tidak dianjurkan
Zat aktif + pendorong dalam wadah aerosol maka keseimbangan akan terbentuk, bagian bawah cair dan atas gas Fase gas menimbulkan tekanan kesemua arah yang menyebabkan cairan akan terdorong keluar ketika tabung ditekan Ketika disemprotkan dan berada di udara terbuka maka pendorong segera menguap karena penurunan tekanan
Terdiri atas fase pertama yaitu fase cair dari zat aktif dan propelan cair, pada fase yang kedua yaitu fase gas dari propelan Zat aktif akan terlarut di dalam propelan dengan bantuan pelarut pembantu (etanol, propilenglikol, dan PEG)
Apabila zat berkhasiat tidak mungkin dilarutkan dalam propelan maka zat aktif tersebut harus diemulsikan atau disuspensikan hingga diperoleh sistem tiga fase Pada sistem tiga fase, untuk fase pertama berupa emulsi atau suspensi zat aktif, fase kedua propelan bentuk gas, dan fase ketiga propelan bentuk cair
Penandaan pada etiket sangat penting untuk diperhatikan, diantaranya: 1. Peringatan: isi dibawah tekanan 2. Wadah jangan dilubangi atau dibakar 3. Hindari panas dan jangan disimpan pada suhu diatas 50C 4. Hindarkan dari jangkauan dari anak 5. Apabila terkena mata segera cuci dengan air
INHALASI
Menurut Farmakope, inhalasi adalah sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan. Inhalasi adalah obat yang diberikan lewat nasal atau lewat alat pernafasan mulut (Ansel, 2008).
Pemberian obat inhalasi dimaksudkan agar obat dapat segera diabsorpsi dan menimbulkan efek yang cepat Apabila mengandung zat yang tidak larut maka pada etiket harus tertera Kocok Dahulu