Anda di halaman 1dari 6

Jakarta, Kompas Masalah gigi berlubang atau karies dialami oleh sekitar 85 persen anak usia di bawah lima

a tahun di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir balita. Bila tidak segera diatasi, hal itu akan menurunkan kualitas perkembangan anak. Hal ini dipaparkan dokter spesialis kesehatan gigi anak, Mochamad Fahlevi Rizal, saat mempertahankan disertasinya untuk meraih gelar doktor dengan tema Pengaruh kebiasaan Minum Susu Botol terhadap Potensi Karies Gigi pada Usia 3-5 Tahun, Sabtu (20/6) di Jakarta. Sejauh ini, karies gigi masih jadi masalah kesehatan anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka kejadian karies pada anak 60-90 persen. Karies gigi adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Masalah karies pada anak atau dikenal sebagai sindroma karies botol (SKB) sering ditemukan pada anak usia akhir balita. Penyebabnya adalah gula yang terdapat dalam susu dan sari buah yang kadang diminumkan saat anak menjelang tidur. Bakteri pada plak gigi lalu mengubah gula tersebut jadi asam yang merusak hingga menimbulkan kebusukan dan kehancuran gigi. Fakta yang ada di Jakarta dan sekitar menunjukkan tingginya penderita SKB yang datang ke klinik gigi anak. Dari pengamatan di tiga rumah sakit menunjukkan, proporsi pasien anak yang datang dan menderita penyakit infeksi ini mencapai 95 persen. *Bakteri* Penelitian pendahuluan menunjukkan, prevalensi karies akan lebih tinggi 1,3 kali pada anak yang mempunyai kebiasaan minum susu botol daripada anak yang tidak terbiasa minum susu botol. Untuk menemukan masalah utama sindroma ini dapat ditelusuri dari aspek mikrobiologi, seperti peran bakteri penyebab karies terutama Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus. Fahlevi menjelaskan, S mutans dibedakan atas 4 serotipe (c, e, f dan k) dan S sobrinus diidentifikasi sebagai serotipe d dan g. Sebagai bakteri utama penyebab karies, S mutans bisa membentuk koloni dan melekat pada permukaan gigi. Sejumlah protein di permukaan sel S mutans memungkinkan bakteri tersebut membentuk biofilm di permukaan gigi sehingga bertahan hidup di dalam mulut.

Dalam studinya dengan anak- anak usia 3-5 tahun sebagai subjek penelitian, menjadikan susu botol sebagai pengantar tidur meningkatkan risiko SKB 1,03 kali lebih besar daripada yang tidak menjadikannya sebagai pengantar tidur. Frekuensi minum susu botol dua kali atau lebih per hari juga akan meningkatkan risiko kejadian SKB 2,27 kali. Sementara itu, minum air susu ibu (ASI) ternyata memberi perlindungan dari sindroma itu http://keluargasehat.wordpress.com/2009/06/22/kebiasaan-minum-susu-botol-picukaries-gigi/ Mengisap puting susu ibu ternyata bisa membantu menghidari malocclusion, yaitu kondisi di mana rahang bawah dan atas tidak bertemu secara tepat. Lebih dari itu, sisa ASI yang tertinggal di mulut bayi saat tidur juga dapat melindungi gigi dari kerusakan. Zat pelindung gigi seperti itu tidak bisa dijumpai dalam kandungan susu botol. http://aristofata.multiply.com/journal/item/5/asi
Mencegah gi gi GI GI S de mi m as a de pa n an ak an da

15 September 2008 - 03:35

Rampan caries atau gigis merupakan kondisi larutnya email gigi dan kerusakan gigi di bawah lapisan email oleh karena kondisi lingkungan gigi yang asam. Penyakit ini sangat banyak diderita oleh anak-anak yang masih mempunyai gigi susu. Penyebabnya utamanya adalah bakteri Streptococcus mutas (S. mutans) dan Lactobacillus. Bakteri S. mutans akan menguraikan sisa makanan yang tertinggal di permukaan gigi, hasil sampingnya adalah asam. Asam ini akan melarutkan email gigi dan selanjutnya akan merusak dentin (tulang gigi) yang berada di bawah lapisan email. Pada tingkat kerusakan yang lebih lanjut, Lactobacillus mulai berperan.

Sisa makanan yang paling mudah diuraikan menjadi asam adalah karbohidrat, contohnya : nasi dan gula-gula (permen). Jika makanan ini lengket pada sela gigi ataupun pada permukaan gigi dan tidak segera dibersihkan, maka dalam waktu yang amat singkat gula diuraikan menjadi asam. Asam inilah yang melarutkan email (lapisan paling keras gigi). Gula biasanya berasal dari campuran susu botol dan permen. Pada gigi depan, biasanya proses karies gigi dapat berhenti (Caries Arest), namun dapat juga melanjut. Karies pada gigi depan biasanya berwarna hitam dan seringkali disebut dengan gigis. Pada gigi belakang, karies gigi akan melanjut dan akan mengakibatkan kerusakan syaraf gigi. Kerusakan syaraf gigi pada mulanya akan mengakibatkan rasa sakit yang sangat, namun jika syaraf telah mati, gigi tidak akan terasa sakit sama sekali. Sudah bisa diduga dampak karies gigi ini bisa mengakibatkan nafsu makan anak berkurang (karena giginya sakit) atau yang paling parah bisa mengakibatkan abses (pembengkaan dan pernanahan) gusi di daerah akar gigi. Jika abses ini terjadi, maka anak akan menderita demam dan sakit gigi yang luar biasa. Di samping itu, abses ini dapat melanjut ke jaringan lunak sekitar mata ataupun di sekitar leher. Dampak lain adalah gangguan pada pertumbuhan calon gigi pengganti. Namun, jika karies ini ditangani dengan baik, seperti : dirawat saluran akarnya dan ditambal dengan baik, maka kondisi karies/gigis ini tidak akan mempengaruhi gigi asli (gigi permanen) yang akan tumbuh. Penderita gigis ini, seringkali adalah anak-anak yang tidak minum ASI, melainkan minum susu botol (biasanya dicampuri gula). Oleh karena itu penyakit ini juga sering disebut dengan karies botol. Karies botol ini lazim terjadi pada anak yang ibunya bekerja, sehingga tidak sempat memberikan ASI pada anaknya. Penyakit ini bukan penyakit yang menurun, sehingga jika anak yang akan lahir berikutnya diberikan ASI, belum tentu akan menderita karies/gigis seperti kasus ini. Dengan kata lain, gigis dapat dicegah. Apa yang harus diperhatikan di rumah : Usahakan memberikan ASI pada anak anda sampai usia anak 2 tahun. Biasakan anak anda untuk membersihkan giginya sendiri setiap kali sehabis makan atau paling tidak 2 kali sehari (sehabis makan pagi dan sebelum tidur malam hari). Aturlah kunjungan ke dokter gigi secara rutin, paling tidak 2 kali setahun untuk mencegah kerusakan gigi yang lebih lanjut. http://www.d-artsdentist.com/home.php?page=news&berita=25 Hindari kerusakan gigi akibat botol susu Jangan pernah biarkan bayi Anda tertidur dengan botol susu, formula atau jus yang masih menempel di bibir. Hal ini, menurut Largent, bisa merusak gigi anak. Cairan bergula dari botol akan menempel di gigi, menyediakan makanan bagi bakteri sehingga tetap bisa bertahan di mulut. Bakteri ini akan menghasilkan asam yang bisa memicu kerusakan gigi. Jika dibiarkan tanpa perawatan, penyakit gigi juga bisa mengganggu proses pertumbuhan dan pembelajaran anak, serta bisa mengganggu kemampuan bicara

http://www.klikdokter.com/article/detail/1135
Karies dan Gangguaan Tumbuh Kembang Anak Karies pada anak akan membawa dampak panjang dan tidak hanya dihubungkan dengan penyakit infeksi akan tetapi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya. Jaringan keras gigi yang telah terkena karies (sampai tercapai kavitasi) merupakan proses yang irreversible. Pilihan perawatannya adalah penumpatan, perawatan endodontik atau dalam kondisi yang begitu parah adalah ekstraksi (pencabutan gigi). Karies di daerah proksimal (sela antara dua gigi susu) akan membuat kontak antara dua gigi susu itu hilang. Hal ini membuat posisi gigi ini akan berubah secara horizontal akibat proses pertumbuhan dan perkembangan giginya. Bila pergeseran secara horizontal ini menjadi begitu ekstrimnya, bahkan sampai hancurnya mahkota sehingga dimensi interproksimal berkurang ukurannya, maka gigi tetap yang akan erupsi berikutnya tidak akan mendapat tempat yang cukup. Sementara rata-rata dimensi gigi tetap lebih besar dibandingkan dengan dimensi gigi susu. Selain itu bila karies berada di daerah oklusal, ini akan membuat dimensi vertikal anak akan berubah lebih pendek, sehingga akan membuat dimensi vertikal gigi tetapnya akan mengikuti pola ini. Dan bila dilihat dari perbandingan simetrikal fasial yang terbagi atas sepertiga muka atas (dahi sampai glabela), sepertiga muka tengah (glabela sampai philtrum), dan sepertiga muka bawah (philtrum sampai menton) tentunya dimensi vertikal yang berubah tadi akan merusak kesimetrisan ini. Hal lain yang berhubungan dengan karies adalah pemberian susu dalam jangka waktu yang panjang dan dengan cara yang salah. Orang tua yang menjadikan susu sebagai segala-galanya pada anak akan berbalik menjadi malapetaka bagi anak itu sendiri. Banyak terlihat anak balita minum susu dengan menggunakan botol susu dengan tidak benar. Ketidakbenaran ini terlihat dengan minum susu botol sebagai pengantar tidur atau minum susu dengan botol yang tidak sekedar untuk mendapatkan asupan nutrisi tetapi digunakan sebagai mainan dengan membawa-bawa botol berisi susu tersebut berlama-lama di dalam mulut. Atau hal lain adalah masa penggunaan botol yang terlalu lama, bahkan ada yang menggunakannya sampai usia tujuh tahun, tidak sekedar menjadikan resiko karies yang besar akan tetapi juga resiko terjadinya maloklusi yang cukup signifikan. Sebaiknya di usia dua tahun cara pemberian susu tidak lagi dengan botol susu. Kembali kepada peran orang tua yang tidak menyempatkan waktunya untuk anak belajar minum melalui gelas dan fenomena intervensi anggota keluarga lain (nenek, kakek atau tante) membuat orang tua sulit untuk menentukan waktu dan cara yang tepat untuk terbebas dari kebiasaan ini. Pathogenesis karies pada gigi susu, sebagai penyakit infeksi, tidak selesai sampai gigi itu mengalami kerusakan jaringan keras saja. Keadaan ini bila tidak dirawat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan benih gigi tetap yang sudah ada di bawahnya dan sedang mengalami proses maturasi. Hipoplasia enamel merupakan hal umum terlihat pada gigi tetap yang riwayat gigi susu di atasnya mengalami karies yang parah. Hipoplasia enamel ini merupakan kelainan terhadap proses maturasi email akibat produk inflamasi yang terjadi di daerah apikal gigi susu yang mengalami karies pada anak balita. Kondisi paling paling parah dari keadaan inflamasi di periapikal gigi susu tersebut adalah terjadinya kerusakan bentuk dari benih gigi tetap di bawahnya dan ini tentu akan membawa dampak yang buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Kesehatan Rongga Mulut Menjadi Tanggung Jawab Bersama Hal-hal diatas hanyalah sebagian kecil fenomena klinis yang ditemukan pada anak balita. Masih banyak hal lain yang perlu mendapatkan perhatian yang mendalam tentang berbagai aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Untuk itu perlu kiranya upaya pencapaian kesehatan gigi dan mulut ini disinergikan dengan upaya pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Pemeriksaan intra oral dan evaluasinya perlu menjadi perhatian seluruh kalangan kedokteran. Sampai saat ini di Indonesia perhatian terhadap kondisi intra oral pasien yang menjadi protokol perawatan pasien, baru dijalankan secara konsisten oleh sejawat spesialis/subspesialis jantung

dan pembuluh darah, onkologi serta alergi dan immunologi. Untuk penanganan kesehatan anak, perlu kiranya sejawat spesialis anak menjadikan perhatian terhadap karies dan kelainan lain di rongga mulut serta evaluasi kebiasaan pemberian makan pada anak sebagai bagian protokol pemeriksaanya. Saran untuk melakukan pemeriksaan gigi ke sejawat dokter gigi di usia sekitar delapan bulan dan secara berkala melakukan pemeriksaan empat bulan sekali untuk anak balita, telah menjadi protokol standard kesehatan anak di negara-negara maju. Hal ini tentunya akan memberi kontribusi pada tercapainya kualitas anak di masa yang akan dating

http://lovemydentist.multiply.com/journal/item/14

Dampak Negatif Susu Formula


Apr 16th, 2008 | By Admin | Category: Ibu dan Anak

Oleh: Susilowati, S.KM., M.KM. Dosen Kopertis Wilayah IV Dpk di Stikes A. Yani Cimahi Pemberian susu formula harus dibatasi atas indikasi yang tepat. Pemberian susu formula dapat membawa dampak yang sangat merugikan, yaitu meningkatnya morbiditas dan mortalitas bayi. Bayi yang tidak memperoleh zat kekebalan pada Air Susu Ibu (ASI) rentan akan infeksi. Kekurangan gizi dapat terjadi apabila susu formula tidak diberikan sesuai dengan petunjuk penggunaan. Bayi yang diberi susu formula lebih mudah terserang diare dan alergi serta mengalami gangguan pertumbuhan mulut, rahang dan gigi. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan susu formula di negara-negara berkembang dapat mengakibatkan Trias Jelliffe yaitu diare akibat infeksi, moniliasis pada mulut dan marasmus. Jika penyiapan tidak memenuhi syarat kebersihan (misalnya peralatan yang digunakan tidak bersih dan air pencampur tidak dimasak dengan sempurna), memberikan susu formula melalui botol sama saja dengan menambah bibit penyakit ke dalam tubuh bayi (sumber infeksi). Selain itu, susu yang tidak disimpan di dalam lemari pendingin mestinya tidak digunakan lagi (jika disimpan di lemari pendingin masih dapat digunakan paling lama 4 jam). Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja keras mengisap puting susu sehingga akan segera berhenti mengisap jika telah merasa kenyang. Sebaliknya, bayi peminum susu formula secara pasif menanti tetesan susu dari botol sehingga tidak akan berhenti meneguk susu kecuali botolnya telah kosong. Hal ini dapat menyebabkan kegemukan (obesitas). Bagi ibu, pemberian susu formula memang tidak praktis dan ekonomis. Lebih jauh dari itu, pemberian susu formula akan mengurangi hubungan kasih sayang antara ibu dan anak yang dapat menghambat perkembangan mental selanjutnya http://www.eurekaindonesia.org/dampak-negatif-susu-formula/comment-page-1/
Perawatan Gigi untuk Bayi Vera Farah Bararah - detikHealth

img (Foto: baby-more4kids) Jakarta, Memberikan perawatan pada gigi anak dengan baik dapat membentuk pola hidup yang positif dan memiliki kebersihan oral jangka panjang. Itulah pentingnya membawa kebiasaan hidup sehat ini sejak dini. Meskipun pada anak hanya ada gigi susu yang pada akhirnya akan diganti oleh gigi permanen mereka, gigi susu ini juga memerlukan banyak perawatan dan perhatian. Karena itu orang tua harus mulai mempraktekkan kebersihan oral yang baik kepada anak mereka sejak mereka masih bayi. Seperti dilansir health24, Minggu (19/7/2009) pada 5 sampai 6 bulan pertama, bayi akan mulai keluar gigi pertamanya. Orang tua dapat membersihkan gigi dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang dilipat bud dan harus hati-hati dalam mengelap gigi dan gusi bayi. Tidak dianjurkan untuk menggunakan sikat lembut untuk gigi sampai bayi anda sekurang-kurangnya berusia 12 bulan. Pada tahap ini cukup menggunakan air biasa untuk membantu dalam proses pembersihan. Disarankan untuk bayi yang sudah bisa berjalan (toddler) mulai diperkenalkan secara perlahan-lahan untuk menyikat dengan menggunakan sikat gigi bayi. Memungkinkan untuk anak anda melihat dan mengikuti dari orang tua atau saudara kandung mereka tentang cara yang tepat dalam penyikatan. Hal ini akan membantu membiasakan anak dengan tekstur dan keadaan fiber sikat gigi mereka dan juga memperkenalkan kebersihan oral yang rutin. Pada saat anak berumur 2 tahun, anak harus diajarkan untuk tetap menjaga kebersihan. Beberapa anak pada usia ini ada yang telah mulai bisa menyikat gigi mereka sendiri. Namun, sebagai anak-anak masih ada diantara mereka yang mengalami kesulitan dengan ketrampilan yang diperlukan untuk menyikat gigi secara benar dan diperlukan usaha bersama antara orang tua dengan anak-anak itu sendiri. Anak-anak butuh pembelajaran secara visual, dan suatu ide yang bagus untuk mengajarkan mereka menyikat gigi didepan cermin dan orang tua mendampingi mereka dibelakangnya. Yang penting untuk diingat adalah mengganti sikat gigi mereka setiap tiga bulan sekali atau ketika mereka sudah merasa tidak nyaman dengan bulu sikatnya, hal ini untuk memastikan efektifitas penghapusan plak dan sangat potensial untuk melukai gusi anak-anak. Salah satu bidang utama kebersihan oral anak adalah dengan memonitor asupan gula dan frekuensi dalam mengkonsumsi jus, minuman dingin, dan makanan yang manis. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan tersebut bisa sangat berbahaya dan jika tidak diatur dengan benar dapat mengakibatkan kerusakan gigi. Gigi yang rusak akhirnya bisa menyebabkan gigi yang berlubang dan berlanjut dengan malocclusions. Untuk membuat kunjungan rutin ke dokter gigi, sebaiknya anak-anak telah diperkenalkan sejak umur 3 tahun dan seterusnya, yang nantinya akan membantu mereka membina hubungan baik dengan dokter gigi. Kebiasaan hidup sehat yang bagus akan membuat gusi anak anda sehat serta memiliki senyum yang cerah dan indah

http://bundagaul.com/group_discussion_view.php?group_id=8&grouptopic_id=633

Anda mungkin juga menyukai