Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ketransmigrasian Vol. 28 No. 2 Desember 2011.

125-134

ALOKASI WAKTU KERJA DAN KONTRIBUSI PEREMPUAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI SEI RAMBUTAN SP 2 Women Working Time Allocated to The Family Income in Sei Rambutan SP 2
Suparyo Hugeng Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketransmigrasian, Kemenakertrans Jln. TMP. Kalibata No. 17, Jakarta Telepon/Faks. (021) 7971010 Email: masyaryo_007@yahoo.co.id Diajukan: 26 September 2011, Disetujui: 16 Nopember 2011
Abstract Women has potential to increase the income of family. In allocating time to work, women must be able to manage career and looking after the family. This article tries to analyze the relationship between the amount of time to work professionally and womens contribution for the family income. The quantitative analysis of double linear regression has been adopted to analyze number of factors related to the amount of womens working hour while ones contribution for the income of the family will be analyzed qualitatively. The result of analysis shown that only the number of children under age of five has a real influence on the allocation of working time for women. The dual role of transmigrants wife is a very strategic factor in improving the farming productivity and has a potential to improve the familys income. Womens contribution for the family income is rated at 21,87 % while sharing responsibilities with husband contributed at 49,60%. Keywords: women, time allocation, contribution,income Abstrak Perempuan sebagai isteri dalam rumah tangga transmigran berpotensi untuk memberikan kontribusi pendapatan keluarga. Sebagai konsekuensi dari alokasi waktu untuk bekerja, perempuan harus bisa mengatur waktu antara bekerja untuk mencari nafkah dan mengurus keluarga. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga. Analisis dilakukan secara kuantitatif menggunakan Regresi Linear Berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Sedangkan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis memperlihatkan bahwa variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah jam kerja Kepala Keluarga (KK) di luar Kimtrans, dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Sedangkan variabel jumlah Balita mempunyai pengaruh nyata terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Peran ganda istri transmigran sangat strategis dalam meningkatkan produktivitas usahatani dan berpotensi meningkatkan pendapatan keluarga. Kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga sebesar 21,87%, sedangkan pekerjaan yang dilaksanakan bersama-sama dengan suami memberikan kontribusi sebesar 49,60%. Kata kunci: perempuan, alokasi waktu, kontribusi, pendapatan

125

Alokasi Waktu Kerja Dan Kontribusi Perempuanterhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2 (Suparyo Hugeng)

I. PENDAHULUAN Perempuan memiliki potensi yang besar untuk berkiprah dalam pembangunan di perdesaan. Anggapan bahwa kaum perempuan selayaknya mengurus rumah tangga dan keluarga, sementara kaum pria diharapkan lebih banyak berperan di sektor publik, ditepis oleh Elizabeth (2007) yang menyatakan bahwa perempuan sekarang tidak lagi menjadi teman hidup saja atau mengurus rumah tangga, tetapi ikut serta dalam menciptakan ketahanan ekonomi rumah tangganya. Sumarsono dkk (1995), mengatakan bahwa peran perempuan dalam menopang kehidupan dan penghidupan keluarga semakin nyata. Mereka tidak saja bekerja mengurus keluarga tetapi sudah banyak yang bekerja di luar rumah sebagai pekerja di sektor formal maupun informal. Dari sisi jumlah, data BPS (2006) menunjukkan 50% dari total penduduk Indonesia adalah perempuan, lebih dari 70% perempuan (sekitar 82,6 juta orang) berada di perdesaan dan 55% diantaranya hidup dari pertanian. Transmigran pada umumnya memiliki pendapatan yang terbatas. Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah seringkali karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan memenuhi kekurangan tenaga kerja. Data empiris di lapangan menunjukkan bahwa banyak perempuan di Permukiman Transmigrasi (Kimtrans) yang bekerja di lahan usaha untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja keluarga di lahan pekarangan maupun di lahan usaha. Adapun jenis pekerjaan diantaranya, penanaman, penyiangan, panen dan pasca panen. Jika pengolahan lahan dilakukan secara gotong royong, perempuan tetap mempunyai peranan sebagai penyumbang tenaga kerja tidak langsung, seperti menyediakan makanan dan minuman bagi pekerja. Di perkebunan kelapa sawit, perempuan umumnya bekerja di bidang pembibitan dengan memperoleh imbalan berupa upah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, tetapi sekaligus menyebabkan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga dan kehidupan sosial di luar rumah semakin berkurang sehingga diperlukan pembagian waktu yang memungkinkan keduanya dapat berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga.

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2. Alokasi waktu kaum perempuan untuk bekerja baik di rumah tangga, usahatani di lahan milik sendiri, dan di perkebunan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Eliana, N. dan Ratina, R. (2006) mengatakan, beberapa faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja perempuan di sektor pertanian diantaranya adalah umur, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga. II. METODE Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja sedangkan pendekatan kualitatif untuk mengetahui kontribusi pendapatan dan menjelaskan mengapa kontribusi pendapatan setingkat itu. Penelitian dilakukan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 Kabupaten Indralaya, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi ini dipilih karena banyak ditemui isteri transmigran yang bekerja baik di dalam maupun di luar Kimtrans dan sekaligus berperan sebagai ibu rumah tangga. Pengambilan data primer dilakukan melalaui wawancara dengan 30 responden yang dipilih secara acak. Responden adalah kaum perempuan dengan status isteri transmigran. Untuk memperkuat data primer, dilakukan juga observasi terhadap kondisi keluarga responden dan wawancara dengan informan, terdiri atas tokoh masyarakat dan perangkat desa. Data sekunder diperoleh dengan penggalian informasi dari hasil telaahan/kajian pakar dan hasil-hasil penelitian yang terkait. Analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja dilakukan secara kuantitatif dengan metode regresi linier berganda. Rumus v = A0 + Ai Xi + ; i = 1,2,3...,n Atau Y= A0 + A1X1 + A2X2 + A3X3 + A4X4 + A5X5 + A6X6+ v = Dependen variabel, curahan waktu kerja responden

126

Jurnal Ketransmigrasian Vol. 28 No. 2 Desember 2011. 125-134

X1- X5 Independen variabel, dimana : X1 = Umur responden X2 = Tingkat pendidikan responden X3 = Jumlah tanggungan keluarga yang berada di Kimtrans X4 = Jumlah balita yang menjadi tanggungan keluarga X5 = Jumlah jam kerja suami bekerja di luar Kimtrans X6 = Pendapatan keluarga A0 = Konstanta A i (i :1-n) = Parameter atau ukuran pengaruh dari masing-masing variabel bebas = variabel lain yang tidak dimasukkan di dalam model regresi atau sesatan (error) Pengertian waktu kerja dalam tulisan ini adalah jumlah jam kerja riil yang dicurahkan oleh perempuan untuk mencari nafkah, dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga. Tanggungan keluarga mengacu pendapat Sajogyo, P. (1994) yaitu jumlah jiwa yang menjadi tanggungan di dalam satu keluarga dan masih dalam satu periuk nasi. Secara teoritis, pemilihan karakteristik indikator atau variabel selalu berdasarkan pemahaman ilmiah yang mendasar, tetapi dikatakan oleh Agung (1998), bahwa yang berpengaruh dominan diantara tiga aspek ilmiah dalam diterminan variabel dalam upaya mengukur model yaitu validitas, realibilitas, dan mudah diperoleh di lapangan, maka yang paling menentukan adalah kondisi lapangan. Keberadaan data di lapangan sangat menentukan pilihan indikator atau variabel yang digunakan dalam pengukuran suatu model. Hal ini sejalan dengan pendapat Eliana, N. dan Ratina, R. (2006) dan Majiddin (2010) mengatakan pemilihan variabel dalam model pengukuran kuantitatif utamanya harus didukung oleh keberadaan data di lapangan, meskipun menurut penalaran teori dalam menderivatifkan indikator yang baku harus mempertimbangkan dasar-dasar ilmiah. Langkah selanjutnya adalah tahapan menguji parameter, apakah parameter hasil hitungnya menunjukkan pengaruh yang berarti (signifikan) atau tidak. Uji student (t) untuk melihat satu-satu variabel, uji F untuk uji kebersamaan semua variabel dalam satu model regresi yang sama, yaitu variabel terikat (Y) yang dipengaruhi oleh enam variabel independen (X1+X2+...X6) secara bersama-sama dan dilihat tingkat signifikansinya untuk masingmasing variabel tersebut. Dalam hal ini proses hitungan statistiknya menggunakan bantuan paket

program SPSS-17. Uji tanda SPSS menerapkan tingkat kepercayaan (signifikansi) sebesar 95% ( = 0,05). Kontribusi dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi yaitu sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk suatu tujuan, misalnya pendapatan. Dengan demikian, kontribusi perempuan terhadap pendapatan dalam tulisan ini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh isteri transmigran terhadap pendapatan keluarga. Untuk mengatahui kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga digunakan data kuantitatif dengan analisis sederhana yaitu persentase jumlah pendapatan perempuan terhadap jumlah pendapatan keluarga. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Perempuan 1. Usia dan Pendidikan Umur isteri transmigran diduga sangat berpengaruh terhadap aktivitas mereka dalam bekerja sehari-hari. Dilihat dari aspek umur isteri transmigran berusia rata-rata 34,5 tahun, masuk dalam kategori usia produktif yang berarti mempunyai potensi sebagai sumber tenaga kerja baik di dalam maupun di luar Kimtrans. Perempuan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 umumnya mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga (mengurus anak-anak dan keperluan di dapur), sementara itu mereka juga bekerja di lahan pekarangan, lahan usaha, maupun di perkebunan kelapa sawit untuk membantu suami dalam mencari nafkah. Sementara itu tingkat pendidikan isteri transmigran sebagian besar (76,33%) tamat SD selebihnya hanya tamat SLTP (23,76%). Isteri transmigran yang bekerja di luar rumah lebih besar dipekerjakan pada jenis pekerjaan yang dominan membutuhkan tenaga fisik. 2. Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Sajogyo, P. (1994) yang mengatakan, tanggungan keluarga dihitung dengan memilah berapa jumlah jiwa yang masih menjadi tanggungan dan masih dalam satu periuk nasi. Dari hasil wawancara yang didukung oleh observasi lapangan menunjukkan bahwa banyaknya tanggungan keluarga merupakan salah satu alasan perempuan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 turut

127

Alokasi Waktu Kerja Dan Kontribusi Perempuanterhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2 (Suparyo Hugeng)

serta bekerja membantu suami di lahan milik sendiri maupun menjadi buruh perkebunan kelapa sawit. Transmigran beranggapan bahwa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan berpengaruh terhadap besaran kebutuhan keluarga. Hasil analisis menunjukkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga transmigran sebesar 3-4 jiwa, terdiri dari isteri dan 1 anak atau 2 anak. Jumlah anak yang menjadi tanggungan terdiri dari 13 jiwa usia anak balita, 7 jiwa usia Sekolah Taman Kanakkanak (TK), dan 12 jiwa usia sekolah Dasar (SD). Kondisi keluarga kecil ini dipengaruhi oleh pasangan suami - isteri transmigran yang paham akan keluarga kecil bahagia, yang ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam program Keluarga Berencana (KB). 3. Kepala Keluarga Bekerja di Luar Kimtrans Transmigran pada umumnya akan mencari pekerjaan ke luar Kimtrans jika lapangan kerja di dalam Kimtrans kurang menjanjikan atau pendapatan dari usahatani kurang mencukupi kebutuhan keluarga. Umumnya transmigran yang tidak mempunyai keterampilan khusus hanya melakukan pekerjaan di bidang pertanian. Namun bagi yang mempunyai keterampilan, seperti tukang batu, tukang kayu, dan meubiller, lebih memilih pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan utama, disamping tetap mengusahakan lahan usaha yang dimilikinya. Untuk bekerja di bidang ini umumnya mereka meninggalkan keluarga 1-2 minggu, bahkan ada yang 1 bulan. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya transportasi dan tenaga. Hasil wawancara dengan transmigran didapat informasi bahwa di Kimtrans Sei Rambutan SP 2, Kepala Keluarga bekerja di luar Kimtrans yaitu di sektor perkebunan sebanyak 45%. Oleh karenanya isteri transmigran yang ditinggal suami bekerja di luar Kimtrans mengambil alih pekerjaan di lahan milik mereka. Kondisi tersebut mengakibatkan peran perempuan dalam kehidupan keluarga menjadi ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga, disisi lain berperan dalam menentukan kelangsungan usahatani yang akhirnya mendapatkan pendapatan (pekerjaan produktif). Hal ini sejalan dengan pendapat Sajogyo, P. (1994) yang mengatakan bahwa perempuan dalam mencari nafkah dan mengurus rumah tangga merupakan pekerjaan produktif, dan menjadi kepuasan sendiri bagi kaum perempuan. Dengan demikian alokasi waktu kerja, konstribusi perempuan dalam mencari nafkah, mengurus rumah tangga, dan pengambilan keputusan dalam usahatani menjadi penting.

Besarnya potensi kaum perempuan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 sebagai tenaga kerja berpeluang untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatannya melalui pembinaan dan peningkatan produktivitas perempuan baik sebagai anggota rumah tangga maupun pekerja di luar rumah. Pembinaan ini bertujuan agar peran perempuan di Kimtrans tersebut mampu berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan keluarga. B . Kontribusi Perempuan Pendapatan Keluarga Terhadap

Selama ini isteri transmigran di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 umumnya bekerja di sektor pertanian yaitu mengerjakan lahan pekarangan dan lahan usaha milik sendiri. Namun ada juga yang berkerja di lahan milik orang lain sebagai pekerja royongan (gotong-royong). Karena pendapatan suami yang belum mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, mendorong isteri untuk bekerja di luar rumah, misalnya menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit yang ada di sekitar permukiman. Isteri transmigran yang bekerja di lahan milik sendiri maupun bekerja royongan di lahan milik transmigran lain umumnya tidak diupah. Kegiatan royongan dalam usahatani di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 memang dikembangkan untuk menekan biaya produksi, disamping sebagai upaya kegiatan komunikasi antar warga. Menurut Sajogyo, P. (1994), konstribusi pendapatan perempuan dalam usahatani cukup kecil kurang dari 50%, namun jika bekerja di lahan milik sendiri dan pengasuhan anak dikalkulasikan dengan uang atau pendapatan maka konstribusinya menjadi cukup besar. Sedangkan isteri transmigran yang bekerja di luar Kimtrans umumnya mendapatkan upah atau pendapatan sebagai jasa bekerja. Observasi lapangan menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit dipekerjakan sebagai tenaga lapangan pada kegiatan pembibitan, pembuatan piringan, dan pembersihan gulma/penyiangan. Sistem upah pekerja perempuan tidak berbeda dengan laki-laki yaitu sistem upah harian atau borongan dengan status pekerja harian lepas. Sementara itu jumlah jam kerja juga sama dengan pekerja laki-laki yaitu pagi mulai pukul 8.00 hingga 12.00 dan sore pukul 13.00 hingga 16.00, rata-rata mereka bekerja selama 7 jam/hari dengan upah Rp 36.500/hari bagi pekerja laki-laki maupun perempuan. Rata-rata pekerja laki-laki dan perempuan bekerja selama 20 hari kerja/bulan. Namun tidak semua perempuan

128

Jurnal Ketransmigrasian Vol. 28 No. 2 Desember 2011. 125-134

Industri rumah tangga yang berkembang di di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 bekerja di lokasi penelitian termasuk kategori usaha kecil dan perkebunan kelapa sawit. Dari 30 perempuan masih dalam taraf penjajakan. Hal ini terlihat dari sampel (isteri transmigran), terdapat 7 perempuan sistem pemasarannya masih dititipkan ke warungyang tidak bekerja di sektor perkebunan. Bila warung yang ada di lokasi atau dibawa saat bekerja dicermati lebih lanjut umumnya yang tidak bekerja di luar Kimtrans. Industri rumah tangga yang di perkebunan kelapa sawit karena dalam keluarga mempunyai prospek baik di lokasi adalah industri masih ada tanggungan anak Balita, dan mereka lebih tempe dan keripik ubikayu/talas/pisang karena mementingkan untuk merawat anak. jumlah konsumen cukup besar dan ketersediaan Rata-rata pendapatan keluarga transmigran bahan baku cukup mudah didapat. yang bersumber dari suami dan isteri sebesar Rp Rata-rata pendapatan transmigran dari usaha 30.700.000 per tahun. Rata-rata pendapatan industri tempe sebesar Rp 64.167/bulan atau Rp transmigran ini relatif lebih besar jika dibandingkan 769.999/tahun, dan dari usaha keripik ubikayu, talas dengan rata-rata pendapatan transmigran di dan pisang sebesar Rp 27.500/bulan atau Rp Kimtrans bina pada umumnya yakni sebesar Rp 330.000/tahun. Total pendapatan dari industri rumah 17.124.000 per KK per tahun atau 1.427.000 per tangga mencapai Rp 1.099.999. Sementara itu, bulan (Pusdatintrans, 2010). Kondisi ini pendapatan dari usahatani di lahan pekarangan dan menunjukkan bahwa kehidupan transmigran di lahan usaha sebesar Rp 14.123.997. Dari aspek Kimtrans Sei Rambutan SP 2 relatif lebih baik. waktu, keuntungan lain dari membuka usaha Sementara rata-rata pengeluaran trasmigran di industri rumah tangga tersebut adalah isteri Kimtrans Sei Rambutan SP 2 untuk kebutuhan transmigran bisa bekerja di rumah sambil mengasuh pangan per KK sebesar Rp 425.123/bulan tidak anak, sehingga waktu pengasuhan anak lebih jauh berbeda dengan kondisi pengeluaran optimal. Rata-rata isteri transmigran yang bekerja transmigran di Kimtrans nasional sebesar Rp di perkebunan kelapa sawit memperoleh 388.416 atau 27,2% dari total pendapatan pendapatan sebesar Rp 559.667 per bulan atau Rp (Pusdatintrans, 2010). 6.716.004/tahun. Guna meningkatkan kontribusi perempuan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 Tabel 1. Kontribusi Perempuan terhadap Pendapatan Keluarga t e r h a d a p Rata-rata Pendapatan (Rp/tahun) perekonomian Kontribusi keluarga, salah Industri No Buruh Tani pendapatan Usahatani Gender Jumlah Rumah satunya dapat Perkebunan keluarga Tangga (%) dilakukan melalui 1 Laki-Laki (L) 8.760.000 8.760.000 28,53 p emb er da yaa n 2 Perempuan (P) 6.716.004 6.716.004 21,87 perempuan yang 3 L+P (bekerja berasama) - 14.123.997 1.099.999 15.223.996 49,60 disesuaikan Total Pendapatan 30.700.000 100,00 d e n g a n kebutuhan dan Dari Tabel 1, di atas memperlihatkan bahwa potensi lokal, misalnya pengembangan industri kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga karena usaha ini tidak membutuhkan keluarga bagi yang bekerja di perkebunan kelapa keterampilan tinggi dan dapat dilakukan di rumah sawit sebesar 21,87%. Faktor yang mempengaruhi sambil mengurus rumah tangga. Untuk itu perlu partisipasi isteri transmigran untuk bekerja di lahan pelatihan industri rumah tangga yang pesertanya atau keluar lokasi dalam meningkatkan pendapatan lebih banyak kaum perempuan, serta dilakukan keluarga adalah faktor internal dan eksternal. Faktor pendampingan pasca pelatihan. Pelatihan yang internal merupakan kemampuan individu yang pernah dilakukan oleh Pemerintah selama ini kurang dimiliki isteri transmigran, seperti keterampilan, melibatkan isteri transmigran. Mayoritas peserta keuletan, kesehatan dan kemauan tinggi untuk pelatihan adalah kepala keluarga (laki-laki) yang bekerja. Sedangkan faktor eksternal karena ada dipilih dan dikirim oleh Kepala Permukiman dorongan untuk membantu meningkatkan Transmigrasi atau Pejabat Sementara Kepala Desa pendapatan, karena pendapatan suami kurang setempat sehingga kesempatan isteri transmigran mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. untuk menambah pengetahuan dan keterampilan Dalam rumah tangga di Kimtrans Sei Rambutan sangat terbatas.

129

Alokasi Waktu Kerja Dan Kontribusi Perempuanterhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2 (Suparyo Hugeng)

SP2 tidak jauh berbeda dengan kondisi di pedesaan, kaum perempuan sebagai isteri berperan penting karena umumnya bertangungjawab penuh dalam mengatur dan mengendalikan kesinambungan hidup keluarga, seperti pengeluaran rumah tangga, kesehatan dan gizi keluarga, serta pendidikan anak. Menurut Elizabeth, R (2007), jumlah dan curahan waktu perempuan dalam mengurus kelangsungan rumah tangga lebih tinggi dibanding pria sebagai kepala keluarga. Dalam kontek ini isteri transmigran tetap tidak meninggalkan kodratnya sebagai ibu dan sebagai isteri dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dengan penuh tanggungjawab. Dari hasil analisis di atas disimpulkan bahwa konstribusi kaum perempuan terhadap pendapatan keluarga dapat dikatakan cukup besar. Sisa waktu setelah mencari nafkah untuk keluarga umumnya digunakan untuk kegiatan sosial yang tidak menghasilkan uang. Namun bila pekerjaan sosial dan mengasuh anak dikalkulasikan dengan besaran upah kerja, seperti halnya pramuwisma, maka kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga sangat besar. C. Alokasi Waktu Kerja Perempuan

Di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 umumnya kepala keluarga (suami) bekerja mengolah lahan sendiri atau menjadi buruh pada lahan orang lain, dan ada pula yang bekerja di luar Kimtrans. Bila mereka tidak mampu membayar buruh untuk mengolah lahannya, biasanya isteri ikut membantu bekerja di lahan. Bahkan ada yang bekerja di luar Kimtrans untuk mencari nafkah sebagai pekerja pembibitan kelapa sawit yang ada di sekitar Kimtrans, untuk menambah pendapatan keluarga. Alokasi waktu perempuan bekerja pada kegiatan usahatani sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ada atau tidaknya tanggungan anak Balita dalam keluarga. Alokasi waktu kerja di lahan Tabel 2. Jenis Pekerjaan yang Dilakukan Kaum Perempuan usaha bagi transmigran yang mempunyai dalam Kegiatan di Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha anak Balita lebih sedikit jika dibanding Kimtrans Sei Rambutan SP 2 yang tidak punya anak Balita, karena No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan waktunya lebih banyak digunakan untuk (suami) (isteri) mengurus anak Balita. Kaum perempuan 1 Pengolahan lahan v di Kimtrans selain mengurus kebutuhan 2 Pembibitan v 3 Penanaman v keluarga, seperti pekerjaan di dapur dan 4 Penyiangan v v mengurus anak-anak, juga membantu 5 Pengendalian hama dan v bekerja di lahan pekarangan dan lahan penyakit usaha. Sisanya digunakan untuk kegiatan 6 Panen v v reproduktif dan sosial. Dengan demikian 7 Pasca panen v v perempuan (isteri transmigran) Keterangan : v = melakukan kegiatan pekerjaan.

mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan bekerja membantu suami di lahan atau sebagai buruh upahan di perkebunan di sekitar Kimtrans. Ibu rumah tangga biasanya mulai beraktivitas sejak pukul 4.30 bekerja di dapur dan menyiapkan bekal anak sekolah, kemudian pukul 6.00 pagi mencuci pakaian. Aktivitas pada kegiatan usahatani mulai pukul 8.25 hingga pukul 11.00, kemudian pada sore hari mulai pukul 14.25 hingga 16.00. Jumlah waktu kerja pada kegiatan usahatani sebesar 4 jam 10 menit/hari dan mereka bekerja di usahatani selama 25 hari kerja/bulan (hari minggu digunakan untuk istirahat), maka alokasi waktu yang dicurahkan sebesar 1.250 jam/tahun. Jika mereka bekerja di luar Kimtrans yaitu di perusahaan perkebunan mulai pukul 8.00 hingga 12.00 (siang) dan pukul 13.00 hingga 16.00 (sore), rata-rata 7 jam/hari dan bekerja selama 20 hari kerja/bulan, maka waktu yang dicurahkan sebesar 1.680 jam/tahun. Pada hari Sabtu dan Minggu umumnya digunakan untuk kegiatan rumah tangga dan sosial. Kaum perempuan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit, umumnya dipekerjakan di lahan pembibitan untuk melakukan pekerjaan, antara lain mengayak dan menjemur media tanah, mengisi polibag dengan media tanah, menanam kecambah kelapa sawit dalam polibag, dan menyiram bibit sawit. Kaum perempuan yang bekerja di lahan milik sendiri, biasanya ada pembagian tugas dalam keluarga. Pembagian tugas pekerjaan pada kegiatan usahatani di lahan pekarangan dan lahan usaha antara Kepala Keluarga (suami) dan perempuan (isteri) di Kimtrans dapat dijelaskan pada Tabel 2. Dari tabel 2, terlihat kaum perempuan lebih banyak bekerja pada pekerjaan yang tidak membutuhkan tenaga fisik besar, seperti menanam,

130

Jurnal Ketransmigrasian Vol. 28 No. 2 Desember 2011. 125-134

penyiangan, panen dan pasca panen, sedangkan untuk pengolahan lahan didominasi oleh kaum lakilaki. Pada kegiatan pengendalian hama dan penyakit, kaum perempuan tidak dilibatkan karena dikawatirkan obat-obatan yang dipakai tersebut menempel ditangan dan dapat berkotaminasi dengan bahan makanan. Biasanya kaum perempuan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 setelah bekerja di lahan langsung bekerja di dapur untuk memasak makanan keluarga. Apabila makanan yang terkontaminasi dengan obat-obatan pembasmi hama dan penyakit tanaman tersebut termakan oleh keluarga tentu beresiko terhadap kesehatan. Bagi transmigran yang mempunyai industri rumah tangga seperti tersebut di atas, aktivitas mereka mulai pukul 19.15 hingga 22.30 atau 3 jam 15 menit/hari dan bekerja selama 25 hari kerja/bulan, sehingga waktu yang dicurahkan sebesar 975 jam/tahun. Industri rumah tangga yang diusahakan isteri transmigran produksinya masih relatif kecil, ini tercermin dari pemasarannya masih melalui warung-warung terdekat atau dibawa ke tempat kerja (perkebunan kelapa sawit). Untuk lebih jelasnya alokasi waktu kerja perempuan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

satu tahun maka alokasi waktu kerja perempuan turun sebesar 0,242 kali dari nilai semula. 2. Nilai koefisien Pendidikan= - 1,831 menunjukkan besarnya pengaruh tingkat pendidikan terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Artinya bila tingkat pendidikan naik satu tingkat maka alokasi waktu kerja perempuan turun sebesar 1,831 kali dari nilai semula. 3. Nilai koefisien Jumlah tanggungan = 13.960 menunjukkan besarnya pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Artinya bila jumlah anggota keluarga bertambah satu jiwa, maka alokasi waktu kerja perempuan naik sebesar 13.960 kali dari nilai semula. 4. Nilai koefisien Jumlah Balita = -111,864 menunjukkan besarnya pengaruh jumlah Balita terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Artinya bila jumlah Balita bertambah satu jiwa, maka alokasi waktu kerja perempuan turun sebesar 111,864 kali dari nilai semula. 5. Nilai koefisien KK bekerja ke luar = - 6.888 menunjukkan besarnya pengaruh jumlah jam kerja KK ke luar Kimtrans terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Artinya bila KK tidak bekerja ke luar Kimtrans satu satuan waktu (jam), maka alokasi waktu kerja Tabel 3. Alokasi Waktu Kerja Perempuan dalam Berbagai Kegiatan perempuan turun sebesar 6.888 Alokasi Waktu Hari Alokasi Waktu kali dari nilai semula. Hal ini secara No Jenis Pekerjaan Kerja/hari Kerja/bulan Kerja/tahun statistik membuktikan terbalik 1 Rumah tangga 3 jam 55 menit 30 hari 1. 410 jam (kontradiktif) dengan kondisi 2 Usahatani lahan milik 4 jam 10 menit 25 hari 1. 250 jam lapangan (hipotetik), diduga karena 3 Bekerja di perekebunan 7 jam 20 hari 1.680 jam 4 Industri rumah tangga 3 jam 15 menit 25 hari 975 jam pengaruh beberapa variabel lain (sesatan) yang tidak dimasukkan Hasil analisis secara simultan dalam model ke dalam model persamaan. persamaan regresi linear berganda, ternyata hanya 6. Nilai koefisien pendapatan -5.957E-6 (variabel jumlah Balita yang mempunyai pengaruh 0,000006) menunjukkan besarnya pengaruh nyata (signifikan) terhadap alokasi waktu kerja pendapatan keluarga terhadap alokasi waktu perempuan. Variabel lainnya tidak berpengaruh kerja perempuan. Artinya bila pendapatan naik nyata. Hasil analisis secara simultan (bersamaan) satu satuan (dalam rupiah), maka alokasi waktu disajikan dalam Tabel 4. Dari Tabel tersebut dapat kerja perempuan turun sebesar 0,000006 kali diterjemahkan dengan persamaan regresi sebagai dari nilai semula. berikut: Hasil hitung ANAVA (Analsis Variansi) Y = 17,233 - 0,242 X1 - 1,831 X2 +13,960 X3 menunjukkan bahwa koefisien diterminasi (R2) 111,864 X4 - 6,888 X5 - 0,000006 X6. mencapai 0,888. Artinya variabel yang dipilih dalam model cukup baik (88,8%) dan sisanya 11,2% Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan sebagai berikut. dalam model (lihat Tabel 4). 1. Nilai koefisien Umur = - 0,242 menunjukkan Pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, besarnya pengaruh umur terhadap alokasi jumlah tanggungan keluarga, jumlah balita, jumlah waktu kerja perempuan. Artinya bila umur naik jam kerja KK di luar Kimtrans, dan pendapatan

131

Alokasi Waktu Kerja Dan Kontribusi Perempuanterhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2 (Suparyo Hugeng)

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


Unstandardized Coefficients Model B Std. Error A0 (Constant) 17.233 57.847 Standardized Coefficients Beta t Sig. .298 .768

keterampilan, kemauan untuk bekerja dan kesehatan mereka.

3. Jumlah Anggota Keluarga Variabel jumlah anggota X1 Umur responden -.242 .871 -.035 -.278 .784 keluarga mempunyai nilai X2 Pendidikan responden -1.831 4.069 -.035 -.450 .657 koefisien 13.960, tetapi tidak X3 Tanggungan keluarga 13.960 8.737 .145 1.598 .124 berpengaruh nyata terhadap X4*) Jumlah Balita -111.864 15.121 .887 7.398 .000 alokasi waktu kerja perempuan. X5 KK bekerja keluar lokasi -6.888 9.657 -.055 -.713 .483 Jumlah anggota keluarga yang X6 Pendapatan keluarga -5.957E-6 .000 -.059 -.639 .529 menjadi tanggungan mereka rata-rata sebesar 3 - 4 jiwa, Keterangan : 1. *) = Memiliki hubungan yang signifikan dengan Y tetapi jika dikaitkan dengan 2. -5.957E-6 = 0,000006 alokasi waktu kerja perempuan 3. Notasi titik ( . ) dalam bahasa Basic, berarti tanda koma ( , ) dan jika ada tanda titik berarti ternyata jumlah tanggungan di depannya terdapat angka nol ( 0 ), missal - . 035 = - 0,035 4. B = Koefisien mempengaruhi semangat untuk 5. t = Uji Student bekerja di lahan milik sendiri. Hal ini diduga karena anggota keluarga terhadap alokasi waktu kerja perempuan keluarga yang menjadi tanggungan masih usia Balita dapat dijelaskan sebagai berikut. dan anak sekolah yang masih membutuhkan biaya relatif besar. Oleh karena itu untuk meningkatkan 1. Umur pendapatan keluarga, isteri berinisiatif membantu Variabel umur mempunyai nilai koefisien -242, suami bekerja di lahan milik sendiri atau bekerja di tetapi tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap luar Kimtrans. alokasi waktu tenaga kerja perempuan. Di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 menunjukkan bahwa umur 4. Jumlah Balita perempuan sebagai isteri tidak signifikan Variabel jumlah Balita mempunyai nilai pengaruhnya terhadap curahan waktu perempuan koefisien -111.864, dan berpengaruh nyata untuk bekerja di rumah tangga, usahatani, buruh (signifikan) terhadap alokasi waktu kerja perkebunan, dan industri rumah tangga. Selama perempuan. Hal ini diduga bila ada tanggungan mereka masih kuat secara fisik, maka perempuan Balita dalam keluarga sehingga waktu isteri lebih akan bekerja membantu suami untuk menambah terfokus dan lebih tersita untuk mengasuh anak pendapatan keluarga. Balita mereka, sehingga tidak bekerja di lahan maupun bekerja di luar Kimtrans. Meskipun Balita 2. Tingkat Pendidikan mereka tidak rewel atau sakit, umumnya isteri lebih Variabel tingkat pendidikan mempunyai nilai memilih melakukan pekerjaaan rumah tangga koefisien -1.831, tetapi tidak berpengaruh nyata (domestik), misalnya memasak, mencuci dan terhadap alokasi waktu kerja perempuan di mengantar anak ke sekolah. Kimtrans Sei Rambutan SP 2. Hal ini menunjukkan Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dengan bahwa tingkat pendidikan pengaruhnya tidak tidak adanya tanggungan Balita dalam keluarga berarti terhadap curahan waktu perempuan untuk transmigran memudahkan pihak isteri keluar rumah bekerja di lahan sendiri, buruh perkebunan, untuk bekerja guna mencari tambahan pendapatan maupun industri rumah tangga. Pekerjaan di atau bersosialisasi. Kondisi ini sejalan dengan bidang usahatani, buruh perkebunan, dan usaha pendapat Eliana, N. dan Ratina, R. (2006), yang industri rumah tangga umumnya tidak mengungkapkan bahwa dengan tidak ada membutuhkan pendidikan yang tinggi, karena tanggungan anak Balita memudahkan seorang isteri semakin meningkat pendidikan justru mengurangi untuk keluar dari sektor domestik (rumah tangga) pengaruh curahan waktu, namun yang penting untuk terlibat dari sektor produktif yaitu mencari adalah keterampilan, keuletan dan tenaga fisik. Hal nafkah. ini terbukti istri transmigran yang bekerja di sektor perkebunan (pembibitan kelapa sawit) di sekitar 5. Jumlah jam kerja KK di luar Kimtrans Kimtrans penerimaan tenaga kerja tidak Variabel jumlah jam kerja KK di luar Kimtrans berdasarkan tingkat pendidikan tetapi mempunyai nilai koefisien -6.888 tetapi tidak

132

Jurnal Ketransmigrasian Vol. 28 No. 2 Desember 2011. 125-134

berpengaruh nyata terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Di lokasi studi menunjukkan bahwa KK bekerja ke luar Kimtrans atau tidak, istri transmigran tetap bekerja di lahan untuk membantu suami. Hal ini terkait dengan tenaga kerja keluarga yang terbatas, sementara pendapatan suami tidak mampu untuk membayar tenaga kerja upahan. 6. Pendapatan Keluarga Variabel pendapatan keluarga mempunyai nilai koefisien -0,000006 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Pantas diduga pendapatan keluarga menjadi pertimbangan perempuan (isteri transmigran) untuk bekerja di lahan. Analisis menunjukkan bahwa bagi perempuan yang bekerja di luar Kimtrans (perkebunan kelapa sawit) mereka ada keinginan untuk ikut bekerja karena upah atau imbalan dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga. Upah atau imbalan tersebut dapat ditingkatkan bila tenaga kerja perempuan mencurahkan waktu di luar jam kerja, seperti lembur. Dengan demikian upah yang diterima isteri dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Eliana, N dan Ratina, R. (2006) mengatakan bahwa upah dari isteri yang bekerja di luar rumah tangga dapat membantu suami dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Perempuan (isteri) transmigran yang bekerja di lahan sendiri umumnya karena kekurangan tenaga kerja keluarga, sementara pendapatan keluarga belum mampu untuk membayar tenaga kerja upahan. Semakin besar curahan waktu untuk bekerja di lahan milik sendiri berarti lebih cepat menyelesaikan pekerjaan, misalnya menanam, atau menyiangi dan lain-lain. Dengan semakin meningkatnya pendapatan, mereka dapat membeli makanan yang lebih bervariasi, sehingga diharapkan keluarga akan semakin beragam dan berkualitas dalam mengonsumsi pangan. Kendala utama perempuan dalam mencurahkan waktunya untuk bekerja di lahan seperti telah dijelaskan di atas, umumnya karena ada tanggungan anak Balita dalam keluarga. Oleh karena itu, perlu peningkatan keterampilan perempuan dalam berbagai usaha industri rumah tangga dan kerajinan tangan, umumnya jenis usaha ini dapat dikelola oleh kaum perempuan di rumah masing-masing. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut di atas dapat melalui pelatihan dengan pesertanya dominan kaum perempuan dan dilakukan secara bersinambungan. Dengan keterampilan tersebut perempuan diharapkan dapat membuka usaha di rumah sambil mengasuh anak yang masih Balita.

Hasil analisis regresi di atas diperoleh bahwa curahan waktu perempuan ternyata tidak dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga, sehingga dalam rekrutmen peserta pelatihan disarankan tidak membedakan faktor tersebut. Dari hasil pengamatan di Kimtrans Sei Rambutan SP 2 diketahui bahwa dengan meningkatnya alokasi waktu kerja perempuan untuk bekerja di luar rumah tidak terbukti mengesampingkan pekerjaan rumah tangga maupun mendorong dan menyejajarkan kedudukan dengan pria dalam rumah tangga (keluarga). Hal ini berarti bahwa kaum perempuan di permukiman transmigrasi mempunyai potensi dan tanggung jawab tidak jauh berbeda dengan kaum laki-laki dalam urusan rumah tangga dan mencari nafkah. IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil analisis sebagai berikut. 1. Rata-rata alokasi waktu kerja perempuan transmigran di perusahaan kelapa sawit relatif sama dengan suami yaitu 7 jam per hari atau 1.680 jam/tahun. Sedangkan pada kegiatan usahatani di lahan milik sendiri hanya 4 jam 10 menit/hari atau 1.250 jam/tahun. 2. Secara simultan (bersamaa-sama), maka umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah jam kerja KK di luar Kimtrans, dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap alokasi waktu kerja perempuan. Sedangkan jumlah Balita mempunyai pengaruh nyata terhadap alokasi waktu kerja perempuan. 3. Peran ganda istri transmigran sangat strategis dalam meningkatkan produktivitas usahatani dan berpotensi meningkatkan pendapatan keluarga. Kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga sebesar 21,87%, sedangkan pekerjaan yang dilaksanakan bersama-sama dengan suami memberikan konribusi sebesar 49,60% 4. Kendala yang dialami perempuan dalam memberikan kotribusi pendapatan adalah keterbatasan sarana penitipan anak dan keterampilan. Pelatihan yang dilakukan Pemerintah selama ini, umumnya kurang melibatkan isteri transmigran. Mayoritas peserta pelatihan tersebut adalah kepala keluarga. Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas disarankan sebagai berikut. 1. Guna meningkatkan alokasi waktu kerja perempuan, perlu sarana penitipan Balita.

133

Alokasi Waktu Kerja Dan Kontribusi Perempuanterhadap Pendapatan Keluarga Di Permukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2 (Suparyo Hugeng)

2. Guna meningkatkan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga, salah satunya perlu pelatihan industri rumah tangga dengan tidak membedakan antara umur, pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. DAFTAR PUSTAKA Agung, I. G. Ng. 1992. Metode Penelitian Sosial, Pengertian dan Pemakaian Praktis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. BPS. 2006. Data Kependudukan. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Elizabeth, R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. -. 2007. Pengarusutamaan Gender Melalui Managemen Sumberdaya Keluarga dan Diversifikasi Pendapatan Rumah Tangga Petani di Pedesaan : Antara Harapan dan Kenyataan. Makalah Lokakarya Pengarusutamaan Gender. FEMA IPB Bogor bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI. Jakarta. Eliana, N dan Ratina, R. 2006, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja

Wanita Pada PT Agricinal. Samarinda . Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Mulawarman. Samarinda. Majiddin. 2010. Analisis Regresi Sederhana, Pengolahan Data Dengan Ms. Excel dan SPSS 13), Laboratorium Komputerisasi Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Haluoleo Kendari. Kendari. Najiyati, S. Dkk, 2006, Studi Perluasan Kesempatan Kerja di Kawasan Transmigrasi. Puslitbang Ketransmigrasian, Badan Litbang dan Informasi, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, 2010. Data kesejahteraan Transmigran, Buku II Persepsi Transmigran. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi, Kemenakertrans. Jakarta. Sajogyo, P. 1994. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Ekonomi. Obor. Jakarta. Sumarsono, dkk. 1995. Peranan Wanita Nelayan Dalam Kehidupan Ekonomi Keluarga di Kabupaten Tegal. Provinsi Jawa Tengah. PT. Eka Putri. Jakarta. Syamsiah, dkk. 1992. Partisipasi Wanita dalam Sistem Usahatani di Lahan Sawah Irigasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

134

Anda mungkin juga menyukai